Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(9) Relationship

272 29 13
By ririrrrii

*

*

*

"Kau sungguh tidak mau aku antar pulang?"

Jungkook menggeleng. Sebenarnya dia mau-mau saja jika pulang bersama Chaeyeon. Justru dia merasa sangat senang. Namun untuk saat ini dia menolak karena Chaeyeon yang akan membonceng. Chaeyeon tak mau dibonceng Jungkook karena Jungkook tidak memiliki SIM sedangkan Jungkook tak mau dibonceng Chaeyeon karena dia malu. Terkesan kurang jantan, itu pikirnya.

"Lalu kau akan pulang dengan siapa?"

Jungkook melihat Rolex-nya. Waktu menunjukkan pukul tiga, tak enak jika dia mengganggu noona-nya yang masih bekerja. "Sopir di rumah, mungkin?" Jawab Jungkook ragu.

Sebenarnya dia masih ingin berlama-lama dengan Chaeyeon, tapi gadis itu berkata jika sedang ada urusan dan harus segera pulang.

"Kau tak apa-apa menunggu sendiri?"

Jungkook terlihat murung. Dia benar-benar merasa tak rela berpisah dengan Chaeyeon. "Tak apa-apa."

"Eyy, kau berkata tak apa-apa tapi wajahmu murung seperti itu."

"Aku murung karena tak rela berpisah denganmu." Ucap Jungkook tanpa berpikir panjang.

Chaeyeon dibuat membatu karenanya. Dia beberapa kali mengerjap, berusaha meyakinkan dirinya sendiri apakah dia sedang salah dengar atau sedang bermimpi atau memang ini adalah kenyataan.

"Ka-kau apa?"

"Aku tidak rela berpisah denganmu." Ulang Jungkook. Sekarang pria itu sudah tak malu-malu lagi.

Namun hal sebaliknya justru terjadi pada Chaeyeon. Gadis itu menjadi malu-malu dan sering salah tingkah sekarang. Bagaimana tidak, Jungkook selalu memperlakukannya dengan manis. Kata-kata yang keluar dari mulut pria itu juga selalu bisa membuat Chaeyeon berdebar. Seperti saat ini contohnya. Padahal hanya kata-kata yang terkesan kekanak-kanakan, tapi mampu membuat Chaeyeon salah tingkah.

"Be-besok kan kita bertemu lagi."

Jungkook tersenyum tipis mendengar Chaeyeon terbata-bata. Selain dari Yoongi, rupanya Jungkook juga mendapat beberapa saran dari Jimin si player. See? Saran dari Jimin untuk memberikan sedikit gombalan pada perempuan nyatanya tak mengecewakan. Jungkook berhasil membuat Chaeyeon salah tingkah.

"Kau benar, besok kita akan bertemu lagi. Kalau begitu hati-hati di jalan ya? Kalau sudah sampai rumah, kabari aku."

Chaeyeon mengangguk sambil tersenyum. "Aku pulang dulu ya? Bye."

Jungkook POV

Aku melambai pada Chaeyeon. Tak lupa aku juga memberikan senyum terbaikku untuknya. Dia sungguh manis. Aku senang bisa bersamanya setengah hari ini. Dan aku juga senang karena aku tak lagi gugup seperti saat awal-awal aku mulai tertarik padanya. Ini semua berkat para hyung-ku. Mereka banyak memberikan masukan padaku. Terutama Jimin Hyung yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam hal kencan.

"Jungkook." Baru juga aku memikirkannya, dia datang. "Apa yang kau lakukan di sini?" Jimin Hyung merangkulku, padahal dia tak lebih tinggi dari pada aku. Dasar banyak gaya.

"Menunggu dijemput tapi belum menghubungi siapa pun untuk menjemputku."

"Bagaimana kalau pulang denganku saja?"

Aku menoleh sambil melepaskan rangkulannya. "Hyung tidak bersama pacar Hyung?"

"Pacar yang mana?"

Aku mengerjap bingung. Jimin Hyung terkekeh.

"Aku baru putus. Ayo, kita pulang." Dia berjalan mendahuluiku sedangkan aku hanya bisa melongo. Semudah itukah dia putus dengan kekasihnya? Bahkan dia tidak terlihat sedih sama sekali.

*

*

*

Aku dan Jimin Hyung berakhir dengan mendaratkan pantat di sofa tempat latihan. Aku belum ingin pulang karena di rumah pasti hanya ada si nenek lampir. Aku juga sedang tidak ingin ke JJ. Maka aku meminta Jimin Hyung untuk mengantar ke tempat latihan dan kebetulan dia juga sedang ingin ke tempat latihan. Saat kami datang ternyata sudah ada Hoseok Hyung di kamar, sedang tidur nyenyak.

"Hyung, kau tidak merasa bersalah pada pacarmu?"

"Mantan, oke? Mantan. Tidak, aku sama sekali tidak merasa bersalah."

"Eyy, kau kejam sekali."

"Salah sendiri dia mau. Sejak awal menjalin hubungan, aku sudah bilang padanya kalau aku tidak akan serius dengannya."

"Dan dia mau?" Tanyaku polos karena aku memang polos. Haha.

Jimin Hyung mengangguk.

"Aish Hyung, kau benar-benar jahat. Bagaimana kalau mantanmu itu patah hati? Kemudian dia menangis tersedu-sedu dan kemudian ... Bunuh diri?" Aku merinding sendiri saat membayangkannya. "Kau tidak takut?"

Jimin Hyung terkekeh, padahal aku tidak sedang melucu. "Kau ini ada-ada saja, Tidak mungkin dia sampai bunuh diri. Kalau menangis mungkin masih bisa terjadi. Namun kalau sampai bunuh diri, sepertinya tidak. Lagi pula aku tidak sembarangan dalam memperlakukan perempuan."

"Tidak sembarangan bagaimana? Kau mencampakkannya Hyung." Jimin Hyung benar-benar keterlaluan.

"Aish kau ini tidak tahu apa yang terjadi, jadi diam saja."

"Tidak bisa Hyung. Kau harus menghentikan kebiasaanmu yang suka mempermainkan perempuan itu."

Dapat kulihat Jimin Hyung mengerjap beberapa kali. "Kau ini bicara apa sih? Mempermainkan perempuan bagaimana maksudmu?"

Jimin Hyung benar-benar menyebalkan. Dia pura-pura tidak paham dengan perkataanku.

"Berhentilah menjadi player. Kau harus mulai menata hidupmu Hyung."

Kali ini dia melongo, sesaat kemudian dia bertepuk tangan sambil menunjukkan wajah penuh rasa bangga. "Whoa daebak, aku mendapat saran dari anak kecil."

"Aish Hyung!" Aku kesal dibuatnya. Seenaknya dia mengataiku anak kecil padahal dia sendiri tak lebih besar dariku.

Aku ini sedang serius tapi dia seolah hanya sedang bermain-main. Aku berkata seperti tadi untuk kebaikannya. Kenapa dia tidak menghargaiku sama sekali sih? Menyebalkan.

Jimin Hyung tertawa saat melihatku yang sedang kesal ini.

"Eiii ada apa ini? Kenapa berisik sekali?" Rupanya Hoseok Hyung sudah bangun.

"Hyung, lihatlah kelakuan Jimin Hyung. Dia baru saja mencampakkan pacarnya." Lebih baik aku mengadu pada Hoseok Hyung. Dia lebih bijak daripada Jimin Hyung.

"Bukankah sudah biasa?" Hoseok Hyung bergabung bersama kami di ruang tengah.

"Hyung, Jungkook ini sangat lucu. Dia baru saja menasihatiku." Tak habis-habis Jimin Hyung menertawakanku.

Aku hanya memasang wajah cemberut karena sudah tidak mood untuk mengatakan apa-apa. Sedangkan Hoseok Hyung terlihat tidak peduli, dia justru menyalakan televisi.

"Baiklah, begini ya, biar aku jelaskan padamu." Kata Jimin Hyung setelah mengakhiri tawanya.

Terserah.

"Aku sudah bilang padamu kan, kalau aku tidak memperlakukan perempuan dengan sembarangan?"

Ya, Hyung memang sudah mengatakannya. Namun nyatanya Hyung menelantarkan mereka.

"Selama aku hidup, aku belajar banyak mengenai perempuan. Tidak semua perempuan itu baik, tidak pula semua perempuan itu buruk."

Hoseok Hyung mengangguk, terlihat setuju dengan perkataan Jimin Hyung yang mulai terdengar serius ini. Perlahan aku menghilangkan wajah cemberutku. Aku mulai tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan Jimin Hyung.

"Aku sudah menunjukkan barisan para mantanku kan?"

Aku mengangguk.

"Kau tahu seperti apa mereka?"

Aku menggeleng. Jimin Hyung tersenyum.

"Mereka hanya bermain-main. Mereka tidak serius makanya aku juga tidak serius pada mereka. Bahkan ada beberapa dari mereka yang hanya memanfaatkan wajah tampanku untuk pamer. Ada juga yang hanya memanfaatkan uangku."

"Kalau begitu kenapa tidak mencari perempuan yang bisa diajak serius saja?" Tanyaku.

"Kalau mencari yang serius itu urusan nanti. Sekarang aku masih ingin bermain-main haha." Ucap Jimin Hyung.

Huh dasar player. Well tidak ada guna lagi membahas tentang ke-player-an Jimin Hyung. Sekarang sebaiknya aku berkonsultasi mengenai problem-ku.

"Hyung, aku sekarang sedang bingung."

"Bingung kenapa?" Tanya Hoseok Hyung.

"Ini mengenai Chaeyeon."

"Chaeyeon? Ada apa dengannya? Kau sudah menerapkan saran dariku kan?" Jimin Hyung.

Aku mengangguk. "Aku tadi berkata bahwa aku tidak rela berpisah dengannya."

"Lalu, bagaimana responsnya?" Tanya Jimin Hyung penuh dengan rasa penasaran.

"Dia gugup dan pipinya agak memerah tadi."

"Nice. Itu berarti dia ada ketertarikan padamu." Ucap Jimin Hyung. Hoseok Hyung mengangguk setuju.

"Sudah pasti Hyung, mana ada perempuan yang tidak tertarik pada pria tampan sepertiku?" Langsung saja aku mendapat lemparan bantal sofa dari Hoseok Hyung.

"Kau ini jangan ketularan Jimin."

"Hyung, kenapa aku dibawa-bawa?" Ucap Jimin Hyung kesal.

"Kau itu memiliki rasa percaya diri yang berlebihan. Aku sampai ingin muntah setiap kali kau memuji dirimu sendiri tampan."

"Aish sudah-sudah. Kenapa kalian berdebat sih? Sekarang apa yang harus aku lakukan pada Chaeyeon?"

"Tembak saja dia."

"Haa? Yang benar saja? Bahkan belum ada seminggu sejak aku dan dia berkenalan secara resmi."

"Tak masalah. Semakin cepat semakin baik." Ucap Jimin Hyung sambil mengunyah snack yang tadi dia ambil dari dapur.

"Hyung, aku ini serius."

"Iya, aku tahu. Namun lebih cepat memang lebih baik kan? Lagi pula kalian saling menyukai. Tunggu apa lagi?"

"Setuju." Hoseok Hyung ikut menimpali.

"Tapi kalau Chaeyeon tidak serius denganku bagaimana?"

"Putuskan saja." Jawab Jimin Hyung cuek.

"Aish Hyung." Kulemparkan bantal yang kupegang ke arahnya.

Dua orang Hyung yang ada di sini tertawa. Sialan benar mereka ini. Aku sedang serius tapi malah ditertawakan seperti ini.

"Hahahaha Jungkook-ah kau ini lucu sekali sih." Jimin Hyung sepertinya benar-benar mendapat hiburan hari ini. Dan akulah hiburan tersebut. Lagi pula apa sih yang lucu?

"Jungkook-ah, jangan terlalu serius. Kalian ini hanya berkencan, bukan menikah." Ucap Hoseok Hyung yang sudah tidak tertawa.

Hmm iya juga sih.

"Lagi pula berkencan itu adalah sarana untukmu dan pasanganmu saling mengenal. Kalau kalian cocok, ya lanjut saja sampai menikah. Kalau tidak cocok ya berpisah saja. Beres kan?" Jimin Hyung juga sudah berhenti tertawa.

Aku mengangguk beberapa kali seperti orang bodoh. Setelah tadi aku uring-uringan, sekarang aku justru setuju dengan apa yang diucapkan kedua Hyung ini.

Jika dipikirkan baik-baik, apa yang dikatakan kedua Hyung ini memang benar. Hey tapi aku kan masih pemula dalam dunia perkencanan, jadi wajar saja jika aku banyak tanya.

Jungkook POV End

*

*

*

Jungra POV

Pukul empat, harusnya aku pulang sekarang. Namun pekerjaanku belum selesai, jadi sepertinya aku harus lembur. Aku melihat ponselku, tak ada pemberitahuan apa-apa di sana. Kenapa Jungkook tidak menghubungiku? Apakah dia sudah pulang?

To: Kookie
Kau sudah pulang?

From: Kookie
Aku di tempat latihan. Nanti aku akan meminta salah satu Hyung untuk mengantar pulang. Noona tidak perlu menjemputku.

To: Kookie
Baiklah. Jangan pulang terlalu malam.

From: Kookie
Arra

Bocah itu sedang bermain rupanya. Eh, atau mungkin sedang berlatih? Entah. Tak masalah selama Jungkook tidak melakukan hal-hal negatif. Lagi pula ada Yoongi Oppa dalam kelompok Jungkook, maka tidak ada yang perlu aku khawatirkan.

Berbicara tentang Yoongi Oppa, seharian ini aku belum bertemu dengannya. Tadi siang saat aku ke studionya, dia tidak ada. Kata seorang staf, dia sedang ada rekaman di luar perusahaan.

Well, sepertinya sekarang aku perlu istirahat sebentar sebelum memulai kerja lemburku. Aku beranjak dari kursiku, mulai melangkah menuju studio Yoongi Oppa. Semoga saja dia sudah kembali.

Sampainya di tempat tujuan, aku tak sungkan untuk langsung membuka pintu. Aku menghela napas jengah. Yoongi Oppa memang sudah ada, tapi kenapa harus ada Taehyung juga?

"Kau akan pulang?" Tanya Yoongi Oppa.

Aku duduk di sebelahnya, mengabaikan Taehyung yang sedang bermain ponsel di sofa. "Tidak, aku masih lembur. Oppa sedang menggarap lagu?" Aku menggeser kursiku agar lebih dekat dengannya. Aku menyandarkan pipiku pada lengannya sambil melihat dia mengutak-atik komputernya.

"Kalau lelah pulang saja." Ucapnya sambil fokus pada layar di depannya.

"Pekerjaanku masih banyak."

"Kau bisa mengerjakannya besok. Jangan membuat dirimu kelelahan. Kalau mau pulang biar Taehyung yang mengantarmu." Ah iya, aku baru ingat kalau Taehyung sedari tadi berada di belakang kami. Namun aku sama sekali tidak berniat menoleh padanya.

Aku menegakkan kepalaku. Apa-apaan? Kenapa harus Taehyung?

"Tidak perlu." Jawabku ketus. Aku merasa sedikit kesal sekarang. Bagaimana tidak, Yoongi Oppa membiarkan kekasihnya pulang dengan pria lain? Hey ayolah, apakah dia tidak cemburu?

"Aku sedang sibuk, tidak bisa mengantarmu." Yoongi Oppa mengatakan ini seolah tak memiliki beban.

"Aku bisa pulang naik taksi atau memakai mobilmu."

"Aku tidak membawa mobil." Ucap Yoongi Oppa santai. Dia benar-benar tidak peka. Aku ini tidak mau pulang bersama Taehyung.

Hey, tunggu dulu. Dia tidak membawa mobil? Tumben. Yoongi Oppa bukan tipe orang yang suka pergi menggunakan sopir pribadi ataupun naik kendaraan umum.

"Taehyung yang menjemputku." Yoongi Oppa berkata seolah bisa membaca pikiranku.

Aku menggeser kursi untuk sedikit menjauh dari Yoongi Oppa. Dia sama sekali tak berkutik, sama sekali tak memperhatikanku. Ya, ya, aku tahu dia sibuk. Baiklah, lebih baik aku pergi saja dari pada aku semakin kesal.

"Noona, mau ke mana?" Setelah sekian lama bungkam, akhirnya Taehyung mengeluarkan suaranya.

"Bukan urusanmu." Jawabku ketus.

Aku keluar dari studio, si makhluk luar angkasa itu mengikutiku. Maunya apa sih?

"Noona, ada yang bisa aku bantu?" Tanyanya sambil terus berjalan mengikutiku. Aku sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya.

"Noona, kau tahu kan aku juga kuliah tentang uang sama sepertimu? Sepertinya aku bisa membantu."

Aku masih mengabaikannya, tapi dia tetap saja mengikutiku bahkan hingga aku sampai di ruangku. Hanya tinggal beberapa orang di sana. Sepertinya rekan-rekan yang lain sudah pulang.

Taehyung mengambil kursi kosong tak jauh dari mejaku. "Katakan, apa yang bisa aku bantu? Sepertinya kau lelah sekali."

Ya, aku memang lelah. Rasanya pekerjaanku semakin hari semakin banyak saja. Padahal aku ini anak dari pemilik perusahaan, tapi aku tidak mendapat perlakuan istimewa sama sekali.

Aku melirik Taehyung sekilas. Dia masih duduk diam tepat di sebelahku. Tidak apa-apakah jika aku memanfaatkan dia?

"Aku sedang tidak ada pekerjaan, jadi aku bisa membantumu."

Baiklah, kau yang minta. Aku mengambil satu tumpuk kertas yang ada di kiriku dan memberikan itu pada Taehyung. "Pakai komputer sebelah untuk mengerjakan ini."

Dia mengangguk, lalu mulai menyalakan komputer. "Jadi bagaimana aku harus memulai ini?"

Aku menjelaskan apa saja yang harus dia kerjakan. Dia hanya mengangguk beberapa kali, terlihat serius. Semoga saja dia memang serius karena aku akan benar-benar murka jika dia hanya bercanda dan mengacaukan pekerjaanku.

"Baiklah, aku akan mengerjakan ini. Jika ada yang tidak paham, aku akan tanya lagi."

Aku mengangguk. Dari wajahnya, dia memang terlihat serius. Namun seperti yang telah kita tahu, Taehyung itu orang yang tidak bisa ditebak. Untuk kali ini aku berharap banyak, semoga keseriusan yang terpancar dari wajahnya itu adalah nyata.

Sama seperti Taehyung yang mulai mengerjakan pekerjaan yang aku berikan, aku juga mulai menggarap bagianku. Kami sama-sama diam, sibuk dengan komputer dan lembaran-lembaran di hadapan kami.

Sesekali aku meliriknya. Tidak bisakah dia berhenti menjadi tampan untuk sesaat? What? Aku mengerjap beberapa kali. Apa-apaan aku ini?

Tidak, aku tidak boleh tergoda. Fokus Jungra, fokus. Anggap tidak ada orang di sebelahmu. Kau harus fokus. Ingat, kau sedang bekerja dan kau sudah memiliki kekasih. Jangan tergoda dengan setan.

Jungra POV End

*

*

*

Jungkook tak hentinya cekikikan sambil memainkan ponselnya di atas ranjang. Sesekali dia juga berguling ke kanan dan ke kiri. Bahkan saat pintu kamarnya dibuka, dia tetap saja asyik sendiri.

"Kau ini kenapa sih?" Adalah Taehyung yang masuk ke dalam kamar Jungkook tanpa permisi.

Pria itu berakhir dengan mengantarkan Jungra pulang, sementara Yoongi masih tinggal di studio. Rasanya kurang lengkap jika Taehyung mengantar Jungra tapi tidak mampir sekalian. Terlebih Jungra menawarkan untuk makan malam. Jarang-jarang dia mendapat tawaran dari Jungra. Sekalinya diberi tawaran, Taehyung tak akan menyia-nyiakan itu.

"Eoh Hyung, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Jungkook dengan nada penuh suka cita.

"Aku mengantar Noona-mu pulang dan aku diberi tawaran makan malam." Taehyung ikut merebahkan dirinya di ranjang Jungkook. "Kau sehat kan?"

"Hehe aku sehat kok Hyung."

"Sedang kasmaran ya?" Tanya Taehyung asal.

Jungkook yang semula cengengesan kini menjadi sedikit serius. "Bagaimana Hyung tahu?" Tanyanya polos.

"Terlihat jelas dari wajahmu. Bagaimana? Sudah ada kemajuan?"

Jungkook kembali cengar-cengir. "Ya begitulah hihi."

"Kalian sudah berkencan?"

"Belum berkencan tapi sudah selangkah lebih dekat hehe."

"Wah, kau ini gerak cepat ya ternyata. Aku bangga padamu."

Pintu kamar Jungkook kembali terbuka, kali ini Jungra yang muncul di sana. Masih lengkap dengan pakaian kantor yang tadi dia pakai.

"Makan malam sudah siap."

Dua orang yang sedang rebahan itu bangkit dengan segera begitu mendengar kata 'makan'.

*

*

*

"Hanya kita bertiga yang makan?" Tanya Taehyung saat hanya ada tiga orang di ruang makan.

"Eung." Jungkook duduk lebih dahulu sambil melihat-lihat menu yang tersaji. "Appa dan istrinya sedang di Hongkong. Sunny sedang di rumah teman. Katanya pulang malam."

Taehyung mengangguk. Pria itu memilih duduk di sebelah Jungra. Jungkook ada di seberang, berhadapan dengan Jungra.

"Kau yang memasak ini?" Taehyung menoleh pada Jungra.

"Coba kau pikir dengan betul. Kau tahu sendiri aku baru pulang, mana mungkin memasak ini semua?"

Jungkook terkekeh. "Hyung, kau ini pandai tapi bodoh."

Taehyung hanya meringis.

*

*

*

"Aku selesai." Jungkook lebih dulu menyelesaikan makan malamnya daripada dua orang yang lain. Pria itu segera berlari kecil kembali menuju kamar.

"Dia kenapa?" Tanya Jungra heran.

"Dia sedang kasmaran." Jawab Taehyung datar. Seharian, pria itu bersikap datar-datar saja pada Jungra.

"Kasmaran? Dengan Chaeyeon?"

Taehyung mengangguk. "Mereka sedang bertukar pesan. Padahal kelihatannya Chaeyeon juga suka pada Jungkook, tapi kenapa mereka tidak segera berkencan ya?"

"Apa tidak terlalu buru-buru? Mereka belum lama saling kenal."

"Paling tidak mereka sama-sama ada ketertarikan, bukan saling menjadikan pelampiasan."

Taehyung meletakkan sendok dan garpunya.

"Apa maksudmu? Aku tidak paham."

"Lupakan. Aku selesai, terima kasih untuk makan malam ini." Taehyung berdiri. "Aku pulang dulu, sampaikan salamku pada Jungkook."

Lalu pergilah Taehyung, meninggalkan Jungra yang sedang berpikir keras mengenai perkataan dan juga sikap Taehyung yang seharian ini aneh.

TBC






___________
2019-01-16

Continue Reading

You'll Also Like

939K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
128K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
233K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...