Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(8) Boyfriend

342 30 11
By ririrrrii

*

*

*

Jungkook POV

Noona memarahiku habis-habisan. Awalnya aku yang marah karena tidak diizinkan membuat SIM, tapi sekarang keadaan berbalik. Aku justru kena marah. Aku hanya bisa menunduk saat Noona terus saja mengomel.

Ya ya ya, aku tahu belajar mengemudi memang berisiko apalagi dilakukan tanpa pengawasan ahli. Namun aku ingin bisa. Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa pada teman-teman yang sering mengolok.

"Katakan, siapa yang mengajarimu?"

Aku bungkam. Sedari tadi Noona terus saja menanyakan itu tapi aku tidak berani menjawab. Taehyung Hyung pasti akan kena imbas jika aku mengadu. Taehyung Hyung tidak bersalah. Dalam kasus ini, akulah yang sebenarnya bersalah. Dulu Taehyung Hyung sudah menolak tapi aku terus saja memaksanya.

"Jungkook!"

Aku tetap bungkam.

"Baiklah, kalau kau tidak mau memberitahu, aku tidak akan pernah mengizinkanmu membuat SIM." Noona berbalik, aku kelabakan.

Aku buru-buru mengejar. "Noona, jangan seperti itu. Aku ingin memiliki SIM. Ayolah Noona. Ya ya? Aku mohon." Kataku sambil saling menautkan kedua telapak tangan di depan dada, menunjukkan pose penuh penyesalan.

"Aku akan memberimu izin jika kau mengatakan siapa yang mengajarimu."

"A-aku belajar sendiri." Sesekali berbohong tidak apa-apa kan?

"Jangan membohongiku. Katakan yang sejujurnya." Namun sialnya Noona-ku ini tidak bisa ditipu dengan mudah. Taehyung Hyung, maafkan aku.

"Tae-Taehyung Hyung."

"Sudah kuduga."

"Noona, jangan memarahinya. Taehyung Hyung tidak bersalah. Aku yang memohon padanya. Kalau Noona ingin marah, marah saja padaku." Sebisa mungkin aku mencoba meyakinkan Noona agar tidak menyeret Taehyung Hyung dalam permasalahan ini.

"Menyingkirlah, aku mau ke kamar."

"Noona." Aku tetap pada pose memohonku. "Jangan apa-apakan Taehyung Hyung kumohon." Untuk saat ini aku lebih takut jika Noona memarahi Taehyung Hyung dari pada Noona memarahiku. Biar bagaimanapun Taehyung Hyung banyak berjasa dalam kepiawaianku mengemudi baik itu mobil maupun motor.

"Noona," Aku merengek.

"Aku tidak akan memarahi Kim Taehyung sialan itu. Sekarang menyingkirlah." Noona berlalu, mengabaikanku.

Saat Noona membuka pintu kamarku, aku teringat sesuatu.

"Noona!" Aku menahannya.

Noona-ku berbalik. "Apa lagi?" Tanyanya sedikit jutek.

"Jangan bilang pada Appa ya?" Pose andalanku belum luntur dan kini aku tambah dengan ekspresi imut ala anak anjing.

Noona menghela napas panjang. "Kalau begitu kau harus tetap mengikuti kursus mengemudi. Paling tidak itu bisa meyakinkan Appa tanpa membuatnya curiga."

Ah benar juga. Kenapa tidak dari awal saja aku mengiyakan saat disuruh kursus? Jika aku langsung setuju, maka tidak akan ada adegan aku dimarahi kan? Taehyung Hyung juga akan aman. Salahkan saja si Jungkook yang sedang emosi itu, yang lebih mementingkan egonya daripada kebaikan hari esok. Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang yang paling penting adalah Noona mendukungku.

Aku mengangguk penuh semangat. Kulangkahkan kakiku menuju Noona kemudian memeluknya. "Gomawo ... Noona yang terbaik."

Sekarang aku yakin Noona sedang tersenyum. Gomawo Noona, selamanya kau adalah yang terbaik.

*

*

*

*

*

Pagi-pagi aku, Noona dan Appa sedang berada di ruang keluarga. Temanya adalah meminta izin untuk kursus mengemudi.

"Kau akan daftar kursus mengemudi?"

Aku menjawab pertanyaan Appa dengan anggukan penuh semangat. "Ne."

Appa tersenyum senang. Sepertinya aku benar-benar direstui kali ini.

"Kau harus berhati-hati, mengerti?"

Aku mengangguk lagi. Kali ini biasa saja tanpa semangat membara karena tanpa diperintah pun aku akan selalu berhati-hati. Aku belum menikah, jadi aku harus menjaga diriku dengan baik. Yah walau kadang jika sedang emosi aku tidak bisa menahan diri.

"Kau akan pergi dengan Noona-mu?"

"Ani."

"Ne."

Aku dan Noona menjawab secara bersamaan. Aku menjawab 'tidak' sedangkan Noona menjawab 'iya'. Noona sedikit melotot padaku. Padahal kan aku akan pergi dengan Taehyung Hyung.

"Iya, aku akan pergi dengan Noona ... Dan Taehyung Hyung."

Noona semakin melotot padaku. Aku sudah terlanjur bilang pada Taehyung Hyung untuk menjemputku dan sekarang dia sedang dalam perjalanan. Tidak sopan kan kalau tiba-tiba aku membatalkannya?

"Baiklah, tak masalah." Assa, Noona pasti tidak bisa mengomeliku sekarang. Appa sudah memberi izin.

"Ayo, kita sarapan dulu." Appa berdiri.

"Nanti saja, aku sarapan di luar bersama Noona dan Taehyung Hyung."

"Baiklah." Appa berlalu, meninggalkanku berdua saja dengan Noona di ruang keluarga.

Hari masih pagi, tapi sepertinya aku sudah membuat Noona kesal. "Noona."

Tak ada jawaban. Noona sedang sibuk dengan ponselnya.

"Jangan marah ya? Aku tadi terlanjur bilang pada Taehyung Hyung untuk menjemputku dan sekarang dia sedang dalam perjalanan."

"Eung." Hanya itu jawabannya. Terdengar sangat tidak ikhlas.

Jungkook POV End

*

*

*

Jungkook duduk di jok belakang seorang diri sementara Jungra duduk di depan dan Taehyung yang mengemudi.

"Omo!" Di tengah kesunyian Jungkook berteriak cukup keras, membuat dua orang yang ada di depan terkejut.

"Ya! Jangan berteriak! Aku sedang menyetir. Wae wae?" Nasib baik Taehyung tetap bisa mengemudi dengan stabil.

"Aku lupa meminta nomor telepon Chaeyeon." Rupanya Jungkook sedang mengutak-atik ponselnya dan baru sadar jika dia belum meminta nomor Chaeyeon.

"Aish, kukira ada apa."

"Ini gawat Hyung. Aku harus bagaimana? Aku bahkan tidak tahu rumahnya."

"Jangan berlebihan Jungkook-ah." Jungra mulai terlibat dalam percakapan itu.

Taehyung mengangguk, setuju dengan apa yang dikatakan Jungra. "Benar, jangan berlebihan. Besok kalian bertemu, minta besok saja."

"Kim Taehyung, sebaiknya kau berkaca. Kau sama berlebihannya dengan Jungkook. Bahkan lebih parah."

"Mwoya? Aku ini tidak berlebihan."

Dan terjadilah percekcokan tidak penting antara Jungra dengan Taehyung. Sementara itu Jungkook sibuk sendiri dengan pikirannya. Jika saja dia punya nomor ponsel Chaeyeon, pasti mereka sudah saling berkirim pesan.

Tidak ada gunanya meratapi nasib yang sedang belum beruntung karena belum mendapat nomor Chaeyeon. Tak masalah, kata Taehyung ada benarnya. Besok Jungkook akan bertemu dengan Chaeyeon. Jungkook akan meminta besok. Lagi pula besok adalah hari di mana Jungkook akan mendapat kimbab dari Chaeyeon. Membayangkannya saja membuat Jungkook merona.

Tersadar dari lamunannya yang tidak bermutu itu, Jungkook segera mengubah ekspresinya yang semula senyum-senyum menjadi ekspresi biasa saja. Dan barulah dia sadar jika di depan sedang terjadi adu mulut antara noona dan hyung-nya.

"Hyung, Noona, aku lapar. Tadi kan belum sarapan."

Jungra dan Taehyung mengakhiri perselisihan mereka kala mendengar suara Jungkook. Beruntung ada orang ketiga di antara mereka. Jika tidak, bisa jadi dua sejoli itu berdebat hingga petang.

"Aku lapar." Jungkook berujar lagi kala tak mendapat respons. Mungkin dua orang di depan sedang beristirahat pasca percekcokan.

"Baiklah, kita makan dulu." Ucap Taehyung pada akhirnya.

*

*

*

Sementara Jungkook sedang kursus mengemudi, Jungra dan Taehyung memilih untuk menunggu di taman yang tak jauh dari tempat kursus.

Hari Minggu, banyak sekali anak-anak yang sedang bermain. Mereka terlihat sangat bahagia.

"Kau mau es krim?"

"Kau pikir aku anak kecil?"

Taehyung tertawa mendengar itu. Jungra sepertinya sedang tidak dalam mood baik.

"Eyy, aku kan hanya bertanya. Lagi pula kalau kau mau, tidak masalah. Aku akan membelikanmu. Es krim itu bisa dimakan segala usia, bukan hanya anak kecil." Taehyung mengakhiri kalimatnya dengan tawa singkat.

Tentu saja hal itu membuat Jungra tersinggung. "Tidak lucu."

"Kau benar-benar lucu."

"Ya Kim Taehyung, tidak bisakah kau diam saja?"

"Kalau aku diam, kau akan kesepian."

"Kesepian pantatmu."

Taehyung kembali terkekeh, kemudian pandangannya mengedar. "Lihatlah, anak-anak itu lucu ya?" Taehyung menunjuk kerumunan anak-anak di tempat bermain. Ada yang sedang bermain pasir, ada yang sedang bermain ayunan, ada juga yang sedang belajar berjalan. Terlihat menggemaskan.

Pandangan Jungra jatuh pada anak yang sedang belajar berjalan itu. Anak itu belum mahir, ditambah dengan penampilan bokongnya yang terlihat menggembung karena popok. Sungguh, benar-benar menggemaskan. Jungra tersenyum karena itu. Bad mood-nya hilang entah ke mana.

Taehyung menyadari senyuman itu. "Kau tersenyum?" Tanyanya heran.

"Lihatlah anak yang sedang belajar berjalan itu. Neomu gwiyowo."

Taehyung juga tersenyum seperti Jungra. Balita perempuan itu memang terlihat sangat lucu. "Aku ingin punya yang seperti itu."

"Nado." Jungra mengatakan ini tanpa sadar.

Sedetik kemudian Taehyung menoleh pada Jungra karena terkejut. "Apa katamu?"

Jungra tiba-tiba sadar jika dia sedang salah bicara. "M-mwo? Tidak. Bukan apa-apa."

"Eyy, mengaku saja. Aku mendengarnya kok. Kau juga ingin punya yang seperti itu kan? Kalau begitu kita harus segera menikah."

"Mwo?" Jungra sedikit berteriak. "Ya! Apa-apaan kau ini? Siapa juga yang mau menikah denganmu? Aish jinja."

"Tadi katamu kau juga ingin, kan? Lalu tunggu apa lagi? Kita bisa membuat yang lucu seperti itu jika sudah menikah nanti."

"Kau gila ya? Aku tidak mau menikah denganmu! Aku ini memiliki kekasih."

Taehyung memasang wajah cuek, dia kembali memperhatikan kerumunan anak-anak itu. "Ya sudah kalau kau tidak mau. Menikah saja dengan kekasihmu itu. Namun jangan salahkan aku jika anakmu kelak tidak menggemaskan."

Jungra memutar kedua matanya kesal. Meladeni omong kosong Taehyung pasti akan memerlukan waktu lama. Jadi untuk saat ini dia memilih untuk diam. Keberuntungan menghampiri saat ponselnya berdering, menampilkan mana Yoongi di sana.

"Eoh Oppa."

Taehyung melirik Jungra sekilas. Merasa tidak senang karena dia tahu bahwa itu adalah panggilan telepon dari Yoongi.

"Aku sedang menunggu Jungkook kursus menyetir."

"..."

"Sekarang?"

"..."

"Kalau begitu jemput aku di sini. Biar Jungkook pulang dengan Taehyung."

"..."

"Eoh, Taehyung ikut dengan kami."

"..."

"Baiklah, kutunggu di taman."

Panggilan telepon telah usai, Jungra mengembalikan ponselnya ke dalam tas.

"Kau akan pergi?"

"Eung. Titip Jungkook ya? Tolong antarkan dia pulang nanti."

"Memangnya Jungkook itu barang? Cih, titip." Taehyung menunjukkan kekesalannya yang sudah hadir semenjak Jungra menerima telepon dari Yoongi.

"Kau ini kenapa sih?" Tanya Jungra heran lantaran beberapa saat lalu Taehyung masih ceria, tapi sekarang tiba-tiba menjadi ketus.

"Pikir saja sendiri."

Jungra semakin tidak habis pikir dibuatnya. Karena tahu seluk beluk Taehyung, maka Jungra lebih memilih mengabaikan pria itu.

*

*

*

"Hyung, kau sendiri? Di mana Noona?"

"Hilang." Jawab Taehyung cuek.

"Mwoya? Jangan bercanda."

"Dia pergi dengan pacarnya dan menitipkanmu padaku. Puas?" Taehyung beranjak, berjalan menuju mobilnya disusul dengan Jungkook yang berjalan sedikit lebih belakang.

"Lalu kenapa kau terlihat kesal?"

Taehyung menghentikan langkahnya dan langsung berbalik, membuat Jungkook sangat terkejut. "Lihatlah wajahku."

Ya, Jungkook sudah melakukannya.

"Aku tampan kan?"

Walau tak paham dengan situasi dan kondisi, Jungkook hanya mengangguk. Yeah walau Jungkook adalah pria normal, tapi dia akan tetap mengakui kalau Taehyung itu tampan karena memang seperti itu kenyataannya.

Taehyung menjentikkan kedua jarinya di hadapan Jungkook. "Nah, kau mengakuinya. Itu berarti anakku kelak akan lucu, menggemaskan dan rupawan sepertiku kan?"

Jungkook semakin tidak paham. Dia merasa kata-kata Taehyung terlalu melenceng dari tingkat normal.

"Hyung, kau ini kenapa sih?"

Taehyung menghembuskan napas kasar. "Haaaaahh sudahlah. Tak ada gunanya membicarakan itu. Ayo, kita pulang saja. Aku ingin tidur."

*

*

*

Jungra POV

Awalnya aku merasa sangat senang saat Yoongi Oppa akan menjemputku. Namun tadi saat aku dan Yoongi Oppa pergi, aku merasa sedikit tidak tega pada Taehyung. Dia terlihat sangat kecewa. Aish biarlah. Biar tahu rasa. Dia sudah sering membuatku kesal. Sekali-sekali ganti aku yang membuatnya kesal tak masalah kan?

"Oppa, kita akan ke mana?"

"Mall. Aku ingin membeli sepatu."

Wah, tumben sekali Yoongi Oppa mengajakku shopping. Biasanya dia menyuruhku atau menyuruh orang lain untuk membelikannya. Atau jika tidak, dia akan membeli online. Namun sekarang dia mengajakku ke mall, sungguh tak biasa. Perlahan kedua sudut bibirku terangkat. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan meminta dibelikan banyak barang nanti.

"Kau ini kenapa sih?" Yoongi Oppa menyadari senyumku rupanya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya senang akhirnya bisa jalan-jalan ke mall dengan Oppa."

Yoongi Oppa terkekeh. "Kau ini seperti orang yang tidak pernah ke mall saja."

"Aku sering ke mall, tapi satu pun tidak ada yang bersamamu. Selama kita berkencan, sepertinya baru pertama ini kita pergi bersama."

"Benarkah?"

Aku mengangguk pasti. "Oppa selalu sibuk."

"Haha maafkan aku kalau begitu. Sepertinya aku kurang perhatian padamu."

Aku kembali mengangguk, membenarkan ucapannya. "Mulai dari sekarang Oppa harus memberi perhatian lebih untukku."

"Baiklah." Jawabnya riang. Aku pun senang mendengarnya.

*

*

*

Seharian aku menghabiskan waktu dengan Yoongi Oppa. Kami kencan berkeliling mall dan aku pulang dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Yoongi Oppa benar-benar kekasih yang pengertian. Dia membelikanku apa pun yang aku mau. Namun aku rasa ini tidak ada apa-apanya mengingat dia itu sangat kaya.

"Kau baru pulang?" Tanya Appa yang sedang duduk di ruang tengah sambil membaca tabloid bisnis.

Aku hanya mengangguk. "Jungkook sudah pulang?"

"Eung. Dia di atas bersama Taehyung."

Kenapa harus ada Taehyung?

"Eonni, kau belanja banyak sekali. Tidak adakah untukku?" Sunny yang juga sedang berada di ruang tengah ikut memberi sapaan. Namun aku bersyukur karena tidak ada si nenek lampir sehingga aku bisa ikut duduk si sana dengan nyaman.

"Tidak. Ini semua untukku." Kataku kemudian menjulurkan lidah.

"Ah Eonni, kau ini pelit sekali." Ucapnya kesal.

"Ini dari Kekasihku. Aku tidak mau membaginya denganmu."

"Wah sangat menyenangkan. Andai aku punya kekasih." Sunny menunjukkan ekspresi gloomy.

"Kau ingin punya kekasih?"

Sunny mengangguk antusias. Wajahnya terlihat sunny. "Eonni punya calon yang cocok untukku?"

"Ada."

"Siapa?"

Aku mendekati Sunny lalu berbisik padanya. "Taehyung."

Sunny mengerjap beberapa kali. Dapat kulihat dia sedikit merona. Eyy bocah ini gampang sekali merona padahal itu bukan apa-apa.

"Apa dia mau denganku?"

Seriously Sunny ... Kau menganggap aku serius dengan ucapanku? Padahal aku hanya bercanda tadi.

"Kau tanya saja padanya." Appa menyahut. Aku hanya menganggukkan kepala walau sebenarnya tak setuju dengan saran Appa.

"Aku malu."

Ucapnya tak kuhiraukan, hanya kuberi senyum sebelum aku berdiri dari dudukku. Aku lebih memilih naik ke atas dan meletakkan barang-barang ini di kamar.

*

*

*

"Kau baru pulang?"

Sekitar tiga langkah menuju kamarku, aku mendengar suara Taehyung. Dan aku cukup pintar untuk mengetahui pertanyaan itu diajukan kepada siapa. Aku memutar badan, dapat kulihat dia baru keluar dari kamar Jungkook.

"Eoh. Kau akan pulang?" Tanyaku sok ramah.

Dia menggeleng. "Aku akan ke kamarmu." Ucapnya santai lalu berjalan seenak jidat menuju kamarku, melewati aku yang sedang terkejut.

Apa-apaan dia? Memangnya dia siapa ingin masuk ke kamarku?

"Ya Kim Taehyung!" Terlambat, dia sudah memasuki ruang favoritku itu.

Aku segera menyusulnya. Sialan! Dia rebahan di ranjangku. "Ya! Apa-apaan kau ini?"

"Jungkook sedang buang air besar dan sangat lama. Aku bosan." Ucapnya santai.

"Ya! Keluar dari sini. Kalau kau bosan pulang saja sana. Jangan masuk kamar orang seenaknya."

Dia menggerakkan tubuhnya untuk duduk tapi masih tetap berada di atas ranjang. "Aku tidak seenaknya. Aku sudah meminta izin pada Jungkook kok."

"Aish bocah itu sama saja." Aku menghampiri Taehyung lalu menarik lengannya. "Pergi kau dari sini."

Dia tak berkutik walau kutarik sekuat tenaga. "Kau baru belanja ya?" Dan dia justru menanyakan belanjaanku yang kuletakkan di dekat meja rias.

"Bukan urusanmu. Cepat pergi." Aku terus menariknya.

"Iya iya." Dia memegang tanganku untuk menghentikan aksiku yang terus menariknya. "Aku akan pergi nanti. Sekarang biarkan aku di sini dulu." Dia kembali berbaring, membuatku melongo karena tak tahu lagi bagaimana cara untuk mengusirnya. Sekarang menariknya pun percuma karena itu pasti berat.

"Duduklah." Katanya dengan suara tenang nan menghanyutkan.

Kenapa harus mengeluarkan suara seperti itu sih? Membuatku takut saja. Aku menurut, tapi aku lebih memilih duduk di kursi riasku.

Dapat kulihat Taehyung yang sudah kembali telentang itu memejamkan matanya. Apa-apaan dia itu? Dia pikir dia siapa? Ini kamarku. Kenapa dia seenaknya.

"Kau senang?"

Aku tak paham dengan pertanyaannya.

"Jalan-jalan dan berbelanja dengan kekasihmu, kau senang?"

Oh itu. Tentu saja aku senang.

"Jika tidak ada yang penting sebaiknya kau pulang." Aku sengaja tidak menjawab pertanyaan yang menurutku menjebak itu. Setelah pertanyaan itu, pasti akan tumbuh pertanyaan-pertanyaan lain yang di luar dugaanku. Kim Taehyung itu tidak bisa ditebak.

"Aku juga bisa membelikanmu yang seperti itu." Ucapnya lagi.

"Kim Taehyung, pergilah." Nada bicaraku kubuat seputus asa mungkin agar Taehyung berbelaskasihan padaku dan segera pergi dari sini.

"Kau ... Tidakkah kau memikirkan perasaanku?"

Kenapa harus membahas perasaan segala? Tiba-tiba aku teringat dengan perkataannya dua hari lalu. Katanya dia masih mencintaiku. Apakah mengenai itu?

Aku harus tetap menahan diri untuk tidak menanggapinya. "Pergilah Kim Taehyung."

"Baiklah." Dia bangkit lalu menghampiriku, berdiri tepat di hadapanku sehingga memuatku mendongak. "Aku akan pergi. Semoga kau selalu bahagia bersama pacarmu itu."

Setelah mengucapkan itu, dia pergi. Namun aku justru tidak merasa nyaman karena kepergiannya. Dia pergi dengan meninggalkan bayang-bayang wajahnya yang tidak bisa aku prediksi itu. Ekspresi datar yang penuh dengan misteri.

Jungra POV End

*

*

*

*

*

Pagi hari.

Jungra terkejut bukan main saat membuka pintu kamar Jungkook. Pasalnya ada Taehyung yang sedang menata rambutnya di depan cermin milik Jungkook.

"Eoh Noona." Taehyung menoleh pada Jungra. "Mau membangunkan Jungkook ya? Dia sudah bangun kok. Sedang mandi." Katanya lalu berbalik dan kembali menata rambutnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku sedang menata rambutku."

Ya, Jungra tahu itu. "Kau menginap di sini?"

Taehyung hanya mengangguk. Terkesan tidak peduli dengan keberadaan Jungra. See? Taehyung itu tidak bisa ditebak. Selalu berubah-ubah tanpa bisa diprediksi.

"Kalau kalian sudah selesai, turunlah. Sarapan sudah siap."

Lagi, Taehyung hanya mengangguk. Membuat Jungra sedikit kesal.

*

*

*

"Taehyung-ah, bagaimana kuliahmu." Tanya Jungsik.

"Biasa saja Paman. Semoga semester depan aku sudah bisa mengerjakan skripsi."

"Kau belum memulai?"

Taehyung menggeleng. "Aku tidak sepandai Jungra."

"Tidak perlu memujiku. Kau tahu sendiri aku cepat lulus karena tuntutan." Ucap Jungra dengan nada tidak menyenangkan.

"Jungra-ya." Sang appa menegur.

Jungra bungkam.

Suasana menjadi hening, hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar. Saat semua sedang sibuk menyantap sarapannya, diam-diam Sunny mencuri pandang ke arah Taehyung. Jungra yang kebetulan duduk berhadapan dengan Sunny dapat melihat jelas hal tersebut. Sepertinya Sunny mulai tertarik pada Taehyung.

Jungra POV

Sial. Ini salahku. Seharusnya semalam aku tidak menyebut nama Taehyung saat Sunny bertanya. Seharusnya aku menyebut nama lain saja. Sepertinya aku harus berhati-hati dengan apa yang aku ucapkan padanya. Dia sama sekali tidak bisa membedakan mana yang serius mana yang hanya main-main.

"Taehyung-ah, pagi ini kau ke kampus kan?" Nenek sihir yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulutnya. Apa-apaan dia? Sok akrab dengan Taehyung? Cih.

"Ne, Bibi."

Bibi? Tanpa sadar aku mencibir. Nasib baik tidak ada yang tahu.

"Kau pergi bersama Jungkook?"

"Ne." Jawab Taehyung terdengar santai dan bersahabat.

"Sunny juga ada kelas pagi. Bolehkan dia ikut bersamamu?" Oh rupanya nenek sihir sedang berusaha mendekatkan Sunny dengan Taehyung. Sepertinya Sunny sudah bercerita kepada Ibunya. Baiklah baiklah, terserah mereka. Lagi pula Sunny bukan tipe Taehyung, jadi untuk apa aku khawatir?

What? Tunggu tunggu. Khawatir? Tidak. Aku tidak khawatir. Untuk apa? Aish jinja. Ada apa denganku? Aku mengambil air mineral dan meneguknya hingga habis.

"Tumben? Tidak berangkat dengan Appa?" Tanya Appa pada Sunny.

Sunny hanya tersenyum malu-malu kucing. Aish bocah ini.

"Tidak apa-apa Paman. Biar Sunny berangkat denganku. Jungra Noona juga akan berangkat bersamaku." Sontak aku menoleh pada Taehyung yang duduk di sebelah Jungkook itu. Apa-apaan dia?

Dia tersenyum padaku.

"Baiklah kalau begitu." Appa sudah berkata-kata. Daripada aku menolak dan banyak alasan, lebih baik aku diam saja. Toh nanti saat pulang aku bisa meminta Yoongi Oppa untuk mengantar.

Sekilas aku melihat si nenek sihir. Dia terlihat kesal. Aku ingin tertawa tapi tidak memungkinkan untuk menertawainya di hadapan Appa.

Ah iya, aku baru ingat. Taehyung sudah tahu seluk-beluk si Gyuri nenek sihir sok cantik itu. Sepertinya Taehyung memang sengaja menyeret namaku. Well, tidak buruk. Dengan begini aku bisa membuat Gyuri kesal tanpa harus membuka mulut.

*

*

*

Aku bersama ketiga bocah sedang berada dalam perjalanan. Aku duduk di depan bersama Taehyung yang sedang menyetir sementara dua adikku duduk di belakang. Aku tidak tahu ada apa dengan Sunny tapi dia terus saja mengajak Taehyung berbicara. Padahal biasanya dia tidak banyak bicara. Apakah dia serius ingin menjadikan Taehyung sebagai pacarnya?

Sementara Sunny terus saja berusaha menarik perhatian Taehyung, Taehyung justru menunjukkan rasa tidak tertariknya. Dia terus saja mengganti topik setiap kali Sunny menanyakan suatu hal.

"Anak-anak, aku akan mengantar kalian dulu lalu aku akan mengantar Nona cantik ini. Mengerti?"

"Ne." Jawab Jungkook terkesan tidak tertarik karena sedang sibuk dengan ponselnya.

"Wae? Kenapa tidak mengantar Eonni dulu? Kita kan melewati JJ?"

"Tidak usah banyak tanya Sunny-ah. Syukur-syukur aku sudah mau mengantarmu sampai kampus."

Sunny tak lagi menyahut. Aku berusaha melihat ke belakang dan mendapati dia sedang mengerucutkan bibirnya, terlihat kecewa. Namun aku tidak mau menghiburnya. Biar saja, nanti juga ceria lagi.

"Noona, nanti sore aku jemput ya? Aku sedang free."

Jika sedang tidak ada Sunny, sudah pasti aku akan menolaknya. Namun berhubung sedang ada Sunny dan aku ingin menyadarkannya dari rasa berharapnya pada Taehyung, maka ....

"Baiklah."

Aku kembali menoleh ke belakang. Sedikit sulit memang, karena Sunny duduk tepat di belakangku.

Oh, dia masih cemberut. Namun kini dia bermain ponsel, sama seperti Jungkook. Bisa jadi dia sedang kirim pesan dengan ibunya sekarang. Aku tersenyum geli melihat itu.

Saat aku kembali pada posisi semula, sekilas aku dapat melihat Taehyung sedang tersenyum. Astaga ... Dia sangat tampan. Tidak! Aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat sadar dengan apa yang baru saja aku pikirkan.

Jungra POV End

*

*

*

Jungkook POV

"Jungkook-ah." Aku sedang duduk di bangku taman kampus saat seseorang memanggilku. Aku hafal dengan suara itu. Tak bisa ditahan, akhirnya aku tersenyum bahkan sebelum aku menoleh padanya yang sepertinya datang dari arah belakangku.

"Kau sudah datang rupanya." Benar saja, dia datang dari arah belakang dan sekarang sudah mendudukkan diri di sebelahku.

Aku menyambutnya dengan senyuman walau dia tak melihat. Dia sedang sibuk dengan beberapa barang bawaannya. Dan aku tahu salah satu benda yang membuatnya sibuk adalah kotak makanan.

"Kau sudah sarapan?" Tanyanya sambil meletakkan kotak makanan di meja.

Aku mengangguk. Kukira dia akan kecewa, ternyata tidak. Dia justru tersenyum.

"Bagus. Kalau begitu kimbab ini untuk makan siang kita nanti ya?" Dia bersemangat sekali pagi ini. Membuatku semakin suka.

"Baiklah. Mau masuk ke kelas sekarang?"

Dia melihat arlojinya. "Masih terlalu pagi. Kelas kita mulai pukul sembilan kan?"

Aku mengangguk.

"Bagaimana kalau kita ke perpustakaan?"

"Ide bagus."

Dia kembali mengemas barang-barangnya, lalu kami menuju perpustakaan. Sungguh senang hatiku ini. Hari masih pagi dan aku sudah mendapat kebahagiaan luar biasa. Semoga berlanjut hingga nanti siang, sore, malam, bahkan hingga hari-hari berikutnya. Semoga saja.

Jungkook POV End

*

*

*

Jungra hampir menyelesaikan pekerjaan saat tiba-tiba ada makhluk tak diundang menginterupsi kegiatannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya gadis itu terdengar galak.

"Menjemputmu, memangnya apa lagi?" Ucap Taehyung sambil memainkan kunci mobilnya.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menjemputku, jangan berlagak seolah-olah aku serius. Kau tahu sendiri aku menanggapimu karena ada Sunny di sana."

Taehyung mengerucutkan bibirnya. "Kau kejam sekali. Aku terlanjur senang dan terlanjur datang tapi kau malah memperlakukanku seperti ini."

"Pergilah. Aku masih bekerja." Jungra seolah tak peduli dengan apa pun yang Taehyung rasakan.

"Aku akan menunggu."

"Tidak perlu. Pulanglah. Aku bisa pulang dengan Yoongi Oppa."

"Ah iya, aku lupa. Kau kan bisa pulang dengan pacarmu." Ucap Taehyung dengan nada yang terkesan menyindir. Lebih untuk menyindir dirinya sendiri sebenarnya. "Baiklah kalau begitu, aku pergi." Taehyung pun pergi begitu saja.

Jungra dibuat heran dengan pria itu. Tadi datang tak diundang, sempat menolak saat diusir, dan sekarang justru pergi dengan langkah ringan.

"Ada apa dengannya? Aneh." Gumam Jungra.

TBC





___________
2019-01-12

Continue Reading

You'll Also Like

79K 8.1K 35
FIKSI
32.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
YES, DADDY! By

Fanfiction

296K 1.7K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
8.6M 525K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...