Who Are You?

By Hua_Xian

3.2K 374 50

Jeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah... More

Chapter 00. Prolog
Chapter 01. Im Hwa Young
Chapter 03. Her Past
Chapter 04. Her Past
Chapter 05. Bad Dream
Chapter 06. Happiness After Bad Dream
Chapter 07. Suddenly Married?
Chapter 08. New Day, New Person
Chapter 09. His Request with Bad News for Him
Chapter 10. Be like a Stranger
Chapter 11. Bad Meeting
Chapter 12. I'm Sorry, We're Broken
Chapter 13. Anger and Sorry
Chapter 14. Because It's You
Chapter 15. Compete
Chapter 16. Our Beautiful Moment?
Chapter 17. Distance
Chapter 18. Storm and Sick
Chapter 19. Us and Our Broken Heart
Chapter 20. Hospital pt. 1
Chapter 21. Hospital pt. 2
Chapter 22. Hospital pt. 3
Chapter 23. Decision
Chapter 24. Crying on Your Hug
Chapter 25. What are We?
Chapter 26. Reconciliation
Chapter 27. His Past
Chapter 28. Meet Him
Chapter 29. Knowing Each Us
Chapter 30. The Night
Chapter 31. Knowing Her Past
Chapter 32. Story Before You Come
Chapter 33. Let's Share One to Other
Chapter 34. Unexpected Meeting
Chapter 35. Get Caught
Chapter 36. Suspicion
Chapter 37. Japan
Chapter 38. Say Love You
Chapter 39. Congratulations, it's a...
Chapter 40. Let Me Take You Go
Chapter 41. The Warn and Truth
Chapter 42. The Truth is...
Chapter 43. The Warn That Come True
Chapter 44. Regret
Chapter 45. Hello Goodbye
Chapter 46. The Wedding Invitation
Chapter 47. The Day
Chapter 48. Second Child?
Chapter 49. Our Happy Ending: Happy Birthday, Jungkook

Chapter 02. Sick

123 13 6
By Hua_Xian

Niatnya ingin mencoba rute baru, menghindari macet dan berganti pemandangan mata namun tak disangka justru rute yang ditempuh malah menjebaknya dalam kemacetan parah. Ditambah lagi di jauh di depan sana terjadi kecelakaan beruntun, tentu laju kendaraan menjadi terhambat. Bersabar dalam waktu yang cukup lama akhirnya Taehyung bisa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Melintas pada titik kejadian kecelakaan yang berlimbah darah, sepertinya kendaraan tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dilihat dari wujud kendaraan yang sudah tidak berwujud indah, ditambah lagi yang ditabrak salah lawan, sebuah kendaraan dengan angkutan beban berat. Jelas melihat itu Taehyung bisa memastikan orang yang ada di mobil sedan tersebut tidak selamat, darahnya menggenang sangat banyak. Jangan lupakan kendaraan lainnya yang mungkin tidak sempat menginjak rem dan menciptakan cekungan-cekungan berbeda sisi dan ukuran pada beberapa mobil di sekitar kejadian, tapi sepertinya orang di dalamnya tidak terluka terlalu parah.

Sadar dari lamunannya, Taehyung segera membalikan wajah Hwa Young untuk menghadapnya. Ia tidak ingin Hwa Young melihatnya, entah seperti apa reaksinya ketika melihat tempat itu. Taehyung sedikit terhenyak saat tangannya menyapa kepala wanita disampingnya, tubuh Hwa Young lebih hangat dari biasanya. Tidak, bukan lebih hangat tapi panas yang tinggi. Mungkin awalnya Hwa Young hanya tidur namun berakhir dengan tenggelam terlalu dalam pada kegelapan hingga matanya pun terasa berat untuk dibuka.

"Young... Bisa mendengarku?"

"Young tolong bangun sebentar, atu setidaknya respon aku."

"Young badanmu panas sekali. Kita ke rumah sakit saja, ya?"

"Eungh, tidak. Tidak usah, Tae." akhirnya gadis itu merespon Taehyung, meski terasa berat bahkan hanya sekedar membuka mulut. Matanya bahkan masih tertutup rapat.

"Tapi kau sangat panas. Kita ke rumah sakit saja."

Hwa Young menggeleng lemah, wajahnya pucat jangan lupakan bibirnya yang bergetar menggigil. "Aku hanya perlu istirahat sebentar, nanti pasti membaik. Kita pulang saja, ya?"

"Tidak, kita ke rumah sakit sekarang."

Hwa Young mencoba membuka matanya yang berat, seperti ada beban yang diletakkan disana. Memaksa diri bersikap sebaik-baiknya, menyangkal keadaan, tak lupa memasang senyum walaupun terasa lemah bukan main, demi meyakinkan presensi di sampingnya yang menatap dengan kepanikan yang kelewat kentara. "Dirumah saja, eum? Aku tidak apa, sungguh. Eomma sudah menunggu. Ayo pulang."

"Janji padaku tetap buka matamu. Oke?"

"Pelan-pelan, ya? Kepalaku sedikit sakit."

"Hm. Kita akan sampai rumah sebentar lagi. Tetap sadar."

Taehyung memutar kemudinya, mencari rute tercepat agar sampai rumah orangtuanya. Ia tidak bisa melajukan kendaraannya pada kecepatan maksimal meski ingin, beberapa kali Hwa Young mendesis menahan sakit ketika ia melajukan kendaraan lebih cepat. Getaran dan goyangan mobil menggoncang kepala Hwa Young, membawa dampak buruk pada kondisinya saat ini.

*****

"Tunggu!" cegah Taehyung saat Hwa Young bergerak hendak membuka mobil sesampainya di rumah orangtua Taehyung. Selama perjalanan tadi, Taehyung terus mengajak Hwa Young bicara, memastikan agar gadis itu tetap tersadar. Kondisi wanita itu membuatnya takut.

"Biar aku yang membawamu masuk." Segera Taehyung keluar dari mobilnya, membuka sisi pintu yang ditempati Hwa Young. Menempatkan tangan pada leher dan kaki Hwa Young, memapahnya dan segera memasuki rumah menuju kamar lebih tepatnya. Kamarnya.

"Istirahatlah. Aku akan menghubungi Dokter Kang." Taehyung membenarkan posisi Hwa Young pada ranjang, menarik selimut sebatas leher Hwa Young.

Tak lama dokter Kang datang, memeriksa keadaan Hwa Young dengan Taehyung yang masih setia menunggu di dalam kamar. Kuku jari yang digigit serta kaki yang tidak berhenti menepuk lantai, menyalurkan rasa gelisahnya. Setelah dirasa Dokter Kang selesai membereskan alatnya, Taehyung membawanya keluar kamar membiarkan Hwa Young istirahat tanpa diganggu siapapun.

"Bagaimana keadaanya?"

"Tidak perlu khawatir. Dia hanya butuh istirahat. Jangan lupa nyalakan penghangat ruangan. Ini resep obatnya, berikan padanya setelah bangun."

"Kau yakin, Hyung?"

"Hm, tenanglah Tae. Tidak ada yang perlu kau takutkan."

"Tidak, hanya saja tadi dalam perjalanan ada kecelakaan. Aku curiga Hwa Young sempat melihatnya dan jadi seperti ini."

"Bukan itu. Tubuhnya tidak kuat menahan cuaca ekstrim hari ini, itu yang menyebabkan dia seperti ini. Apa dia berada di luar ruangan dalam waktu lama?"

"Ya. Mungkin sekitar tiga atau empat jam. Apa tidak apa-apa?"

"Pantas saja. Dia baik-baik saja. Jangan lupa mengompresnya. Dimana Bibi Kim? Aku tidak melihatnya."

"Sedang pergi. Mungkin sebentar lagi pulang."

"Siapkan dirimu menerima omelan darinya. Aku pergi, ada jadwal operasi sebentar lagi. Sampaikan salamku pada Bibi dan Hwa Young. "

*****

Sekembalinya setelah membeli obat yang diresepkan dokter Kang, ia mendapati ibunya yang sudah berada berkutat di dapur. Dipeluknya sang ibu dari belakang. Sedikit terkejut dengan yang terjadi, Nyonya Kim membalikan badannya hendak melihat si pelaku yang rupanya adalah sang putra yang sudah memasang senyum kotaknya.

"Tae, astaga. Eomma kira siapa, hampir saja panci ini melayang di kepalamu."

"Eomma kejam sekali. Kalau aku amnesia bagaimana?"

"Biar saja."

"Eomma..." rengek Taehyung layaknya anak kecil.

"Tae, apa yang terjadi pada Hwa Young? Eomma terkejut sewaktu pulang Bibi Song mengatakan jika ia sakit. Kau tidak macam-macam dengannya, kan?"

"Ayolah Eomma, kau tahu anakmu seperti apa."

"Lantas apa yang terjadi?"

"Dia kedinginan menungguku menjemput." menjeda sejenak dengan cengiran terpasang di wajahnya, "Di luar sekolah." tambahnya., "Sekitar tiga atau empat jam." tambahan terakhir sebagai penutup.

"Astaga, Taehyung. Kau ini. Keterlaluan sekali." maka pukulan bertubi sang ibu tak terelakan lagi, anggap saja balasan karena tidak menjaga Hwa Young dengan baik.

"Akh... A-aw... Eomma sakit. Aih, Eomma hentikan. Ini sakit."

"Ya! Bagaimana kau bisa membiarkannya menunggu di luar? Dan apa tadi kau bilang? Tiga sampai empat jam? Dasar gila tidak berperasaan."

"Mana kutahu dia menunggu di luar. Aku sedang di kantor. Lagipula Hwa Young sendiri yang menyuruhku."

"Kenapa?"

"Mau menemani Jiwoo."

"Jiwoo? Siapa Jiwoo?" merasa asing dengan nama itu, tak ayal kerutan bingung muncul di parasnya yang masih terlihat muda walaupun sudah berumur.

"Muridnya." Taehyung menjawab dengan senyum kotaknya, "Anaknya sangat lucu. Aku bahkan sampai gemas dengannya. Eomma harus melihatnya.", tak bohong memang ia gemas dengan Jihoo yang sempat beberapa kali bertemu dan mengobrol bersama.

"Eomma sedang membuat apa?"

"Bubur untuk Hwa Young."

"Untukku mana? Aku lapar."

"Buat sendiri."

"Eomma~ Aish, Eomma tega sekali. Aku anakmu yang paling tampan, bagaimana kalau aku kelaparan lalu –"

"Tidak akan. Lagipula persediannmu masih banyak."

"Persediaan apa?"

"Itu, perut buncitmu."

"Aish Eomma."

"Bentuk badanmu lebih bagus lagi Tae, buat perutmu jadi roti sobek. Eomma yakin Hwa Young pasti akan suka."

"Benarkah?" matanya berbinar membayangkan ekspresi Hwayoung saat mendapati perubahan pada dirinya.

"Tidak" Ujar Nyonya Kim dengan muka datarnya. "Cepat mandi. Setelah itu temani Eomma menonton di ruang tengah."

"Ne."

*****

Taehyung sedang menuruni anak tangga, rambutnya terlihat setengah basah serta beberapa butiran air masih menempel pada tangan dan kakinya yang menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi. Ia lantas mendekat pada ibunya langsung menempatkan diri tepat disebelah ibunya. Mengambil posisi paling nyaman, tertidur dengan menempatkan kepala pada pangkuan sang ibu. Kapan lagi bisa bermanja dengan sang ibu jika kesehariannya hanya disibukkan dengan kegiatan kantor dan pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, lagipula ia pulang ke rumah miliknya sendiri.

Sadar dengan anaknya yang meminta perhatian, Nyonya Kim meletakkan tangannya pada kepala Taehyung dan mengusap lembut rambut anaknya yang sudah ikut bergabung menonton acara pada layar kaca elektronik yang menyajikan gambar-gambar bergerak itu. Ibunya yang tengah asik meminum teh selagi menonton pun tak luput dari pandangan Taehyung yang segera bangun dari posisinya dan menyerobot cangkir teh yang telah diminum ibunya.

"Tae, astaga. Itu milik Eomma."

"Aku haus." rengeknya, "Lagipula Eomma tidak mau membuatkan untukku juga."

"Kau bisa membuatnya sendiri, Tae."

"Tidak mau. Kan ada Eomma." katanya yang lagi-lagi tampil dengan senyum kotaknya yang tentunya senjata terampuh agar ibunya tidak melayangkan kekerasan padanya.

"Eomma, mau lihat Jiwoo seperti apa tidak?" Taehyung memecah keheningan kala iklan menyapa televisi dimata mereka. Tangannya bergerak merogoh saku mengambil ponselnya, membongkar galeri mencari foto dirinya bersama Jiwoo dan Hwa Young. "Eomma lihat, ini Jiwoo. Menggemaskan, kan? Lihat pipinya yang bulat seperti mochi. Oh, lihat matanya juga Eomma, sangat polos."

"Oh inikah Jiwoo? Bisakah Eomma menjadikannya cucu? Lucu sekali, kalian bahkan terlihat seperti keluarga." Nyonya Kim bahkan menyukai Jiwoo dalam sekali lihat dan itupun hanya dari foto yang ditunjukkan Taehyung. Mungkin jika Jiwoo ada di rumah Nyonya Kim, maka bisa dipastikan Jiwoo menjadi tawanan dalam waktu yang lama.

"Tidak, tidak boleh. Dia masih punya ayah. Kan sudah ada aku yang lucu, kenapa mencari Jiwoo."

"Aish... Kau anak yang menyebalkan, Tae. Ajak Jiwoo kesini sekali-sekali. Eomma mau melihatnya langsung."

"Jiwoo anak orang, Eomma. Tunggu cucumu dariku."

"Tae-ah..."

"Hm? Kenapa Eomma?"

"Kapan kau melamar Hwa Young?"

"Secepatnya. Tapi tidak dalam waktu dekat ini. Kami masih membutuhkan waktu."

"Sampai?"

"Sampai maksud Eomma?"

"Sampai kapan? Kalian sudah cukup lama dalam hubungan seperti ini, bukan pertemanan pun bukan sepasang kekasih. Tidakkah kau serius dengannya? Jika iya, cepatlah mengikatnya. Jangan menunda lagi, Tae."

"Eomma ini tidak semudah yang kau pikirkan."

"Eomma tahu Tae, hanya saja Eomma takut Hwa Young dan kau akan terpisah sebelum terikat."

"Beri aku waktu. Kami membutuhkan waktu. Aku berterimakasih karena Appa dan Eomma bisa menerimanya, kalian tidak memaksaku memilih pendamping dengan kelas yang setara kehidupan kita ataupun membuatku masuk kedalam perjodohan konyol."

"Kami tidak pernah mau memaksamu ke dalam hal-hal konyol seperti itu, Tae. Setiap orang bebas menentukan jalan hidupnya, termasuk dirimu. Asalkan dirimu bahagia menjalaninya maka hiduplah dalam pilihanmu itu, kami tidak akan melarangmu. Lagipula kami tidak seperti orangtua di luar sana dengan merepotkan anaknya dan lagi belum tentu bahagia."

"Arra, dan aku bersyukur karenanya. Terimakasih."

"Kau tau, Tae? Sejak kau membawa Hwa Young ke rumah ini, kami sudah merasakan hal baik yang dia bawa padamu. Terbukti hidupmu yang lebih baik sekarang. Dia juga bukan seseorang yang terlihat jahat atau memanfaatkan perasaanmu. Justru kami merasa dirimulah yang harus menjaganya sebaik mungkin."

"Maka dari itu, aku ingin menjaganya sepenuh hidupku. Hwa Young sangat berharga dan aku beruntung bisa bertemu dengannya. Sayang dia sangat rapuh, dan aku perlu meyakinkannya jika aku bisa ia percaya, tempatnya perlindungannya, rumahnya. Dia masih perlu waktu untuk menerimaku, Eomma. Aku tahu dia masih mencoba menolak semuanya, dan aku harus lebih berusaha lagi untuk meyakinkannya. Tolong beri kami waktu, beri aku waktu sampai aku bisa meyakinkannya dan membawanya pada kalian sebagai menantu kesayangan kalian."

"Eum, Eomma percaya padamu. Tapi Tae, kau tahu? Sesuatu berharga yang kau genggam erat tetap bisa menghilang tanpa sepengetahuanmu. Ada tangan lain yang selalu siap membawanya pergi, jangan lengah menjaganya. Kau tahu maksudnya, kan? Itu yang Eomma takutkan."

"Aku mengerti. Terimakasih Eomma. Tapi aku berjanji tidak akan melepaskan genggamanku." Taehyung memandang ibunya dalam, menyalurkan kesungguhan dari pancaran matanya. Ia bersiap bangkit, pembicaraan dengan ibunya tadi sedikit banyak membuat Taehyung resah, rasanya ia membutuhkan Hwa Young untuk menenangkan pikirannya. "Aku ingin melihat keadaan Hwa Young dulu."

"Satu lagi Tae, tangan itu bisa saja baik dan disaat Hwa Young memilihnya Eomma harap kau bisa melepasnya dengan tulus. Tapi tangan itu bisa saja juga jahat, itu yang terburuk, kuharap kau bisa selalu melindunginya."

"Baik ataupun jahat tangan itu, aku tidak akan melepaskan genggamanku pada Hwa Young Eomma. Itu tetap dan tidak akan berubah."

"Tae?" Panggil ibunya disaat Taehyung hendak melangkahkan kakinya.

"Ya?"

"Eomma sudah menyiapkan bubur di meja, berikan pada Hwa Young. Pastikan bubur itu habis atau kau tidak akan makan malam ini."

"Aishh... Eomma!"

"Cepat sana. Ingat, harus habis, hm?"

"Ne ne ne." Kata Taehyung sebal dan memutar matanya, meninggalkan sang ibu dengan kalimat sumpah serapah yang siap dilayangkannya.

*****

Langkahnya berderap kecil menaiki anak tangga satu persatu secara perlahan. Tangannya membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat, segelas air putih dan obat yang sudah ia beli tadi. Kakinya berhenti melangkah tepat didepan pintu tujuannya, kamarnya, tempat dimana pujaan hatinya berada. Melangkah mendekat pada ranjang, mendaratkan diri untuk duduk di tepi ranjang setelah sempat meletakkan nampan pada nakas dekat ranjang.

Matanya memandang Hwa Young yang masih terpejam, wajahnya sungguh pucat dan mulutnya yang sesekali bergemelatuk. Taehyung beranjak, tangannya mengatur penghangat ruangan agar lebih hangat untuk Hwa Young. Oh, ia baru teringat sesuatu, kakinya beranjak keluar kamar dan kembali menuruni anak tangga. Beruntungnya ia masih menemukan ibunya yang masih bersantai di ruang tengah.

"Aku kira Eomma sudah pergi ke kamar tadi."

"Eomma sedang menunggu Appamu."

"Apa Appa selalu pulang selarut ini?" Ucap Taehyung penasaran, pasalnya posisi milik ayahnya sudah berganti menjadi miliknya. Jadi seharusnya sang ayah sudah bersantai di waktu semalam ini.

"Tidak. Ada sedikit kekacauan tadi di kantor cabang, jadi Appa sedang membereskannya." Taehyung menemukan jawabannya, namun mengapa ayahnya tak memberitahunya sama sekali.

"Eomma selalu menunggu seperti ini?"

"Hm, tentu. Sudah tugas seorang istri melayani suaminya, termasuk menunggu suaminya pulang. Kaupun setelah menikah juga akan seperti ini."

"Eomma, dimana baskom dan handuk kecil? Aku lupa kalau harus mengompres Hwa Young." Dengan cepat Taehyung mengalihkan topik saat teringat tujuannya kembali ke sini.

"Anak ini, bicara apa menjawab apa." Gerutuan kecil terucap dari bibir ibunya. "Ada di dapur, rak bagian bawah pintu kedua dari kanan. Perlu Eomma bantu siapkan?"

Taehyung menggeleng, "Tidak usah Eomma, Tae bisa sendiri."

"Eomma tidurlah, sudah malam. Biar aku yang gantian menunggu Appa disini. Eomma pasti sudah mengantuk."

"Tidak-tidak. Kau urus Hwa Young saja. Sudah sana, ke atas temani Hwa Young dan tidurlah. Eomma tahu kau justru lebih lelah setelah bekerja seharian ini."

"Kalau begitu beritahu kalau Appa sudah pulang ya Eomma. Ada yang ingin Appa bicarakan denganku."

"Masalah apa?"

"Urusan ayah dan anak lelakinya. Eomma tidak boleh tahu." setelah mengatakan itu Taehyung beranjak pergi menaiki anak tangga, melarikan diri dari amukan ibunya.

*****

Ini adalah chapter 2. *iyalah ada tulisannya di atas, ga usah di kasih tau 😑😑

Lalu... mau cuap-cuap apa aku bingung. 🤔🤔
Ya jadi beginilah chapter 2 nya, sudah menemukan bibit-bibit konfliknya?

Atau belum?

Gapapa, cerita ini masih panjang. Yang udah bosen atau merasa cerita ini ga menarik, flat, datar, kelamaan alurnya boleh kok di skip. Aku tidak melarang pun tidak menahan kalian, itu hak kalian.

Kembali pada rules:

Vote kalo suka.

Komen kalo mau, atau dengan berbaik hati mengoreksi kesalahan pada tulisanku.

Leave kalo ga suka dan tidak meninggalkan pesan-pesan negatif baik di sini maupun di profilku.

Terimakasih.

Regards,

-It's Me! HX-

Continue Reading

You'll Also Like

25.4K 338 30
I'll be doing scenarios (for example, if you were a valkyrie) and rarely Oneshots. This will be god of war + ragnarok. The characters that may be de...
1M 40.4K 93
๐—Ÿ๐—ผ๐˜ƒ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ ๐˜„๐—ฎ๐˜€ ๐—น๐—ถ๐—ธ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๐—ณ๐—ถ๐—ฟ๐—ฒ, ๐—น๐˜‚๐—ฐ๐—ธ๐—ถ๐—น๐˜† ๐—ณ๐—ผ๐—ฟ ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ, ๐—”๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐˜€ ๐—น๐—ผ๐˜ƒ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๏ฟฝ...
165K 3.8K 11
Previously called "Narnia". Welcome to Narnia. This is the story of Y/n, the daughter of Doctor Cornelius and friend of Prince Caspian. When the High...
5.6K 111 25
I always loved midnight walks. who wouldn't? being able to walk through the city that was once chaotic and full of people while its silent and peacef...