Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(6) In Luv

381 39 29
By ririrrrii

*

*

*

Taehyung POV

"H-hyung." Jungkook menyenggolku beberapa kali. Aku menoleh padanya dan dia terlihat ketakutan. Apa dia melihat hantu?

"Noona." Bisiknya.

Aku mengikuti arah pandangnya, dan sekarang ekspresi wajahku tak beda jauh dengan ekspresi wajah Jungkook. Bagaimana Jungra bisa ada di sini? Parahnya dia sedang berjalan menuju kami dengan ekspresi datar. Aku hafal ekspresi itu. Dia sedang marah.

"Permisi." Dia sampai di meja kami.

Aku dan Jungkook sama-sama menciut. Sedangkan Yoongi Hyung yang tidak tahu apa-apa langsung menoleh pada sumber suara. Dia terlihat terkejut tapi biasa saja. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Jungra tersenyum, tapi aku tahu bahwa itu adalah fake smile. Astaga, matilah aku dan Jungkook. Oh, bukankah Yoongi Hyung harusnya lebih mati? Namun kenapa dia biasa saja? Kenapa dia tidak terlihat ketakutan seperti aku dan Jungkook?

"Bisa bicara dengan Jungkook sebentar?"

"Bicara denganku saja." Yoongi Hyung langsung berdiri dan mengajak Jungra menjauh dari kami. Jujur saja, itu terlihat keren. Dia terlihat tegas dan keren dalam waktu bersamaan sementara aku merasa seperti pecundang.

Mereka menjauh, tapi aku masih bisa melihat mereka. Terlihat adu mulut, terlihat seru. Aku penasaran apa yang sedang mereka bicarakan. Oh baiklah, sudah pasti mereka membahas tentang keberadaan kami di Incheon. Aku penasaran, kira-kira Yoongi Hyung menceritakan semuanya atau tidak ya? Kalau iya, apakah Jungra akan marah? Kalau tidak, kira-kira Hyung berdalih apa ya?

"Hyung, bagaimana kalau Noona marah padaku?" Inilah ketakutan terbesar Jungkook, dimarahi oleh noona-nya.

"Kau tenang saja, Yoongi pasti bisa menangani." Semoga yang dikatakan Seokjin Hyung benar.

"Sepertinya tak masalah. Lihatlah, mereka terlihat baik-baik saja." Ucap Jimin.

Aku kembali fokus pada sepasang kekasih itu. What? Sepasang kekasih? Ah kenapa aku harus menyebut mereka sepasang kekasih? Membuat mood-ku jelek saja. Aku cemburu.

Mereka berdua kembali memasuki kedai. Ada Sunny juga yang mengekor di belakang mereka.

Rupanya Yoongi Hyung mengajak dua gadis itu untuk bergabung.

"Tidak apa-apa kan, kami bergabung dengan kalian?" Dan apa ini? Jungra tersenyum? Dia tidak jadi marah?

Semua orang menyambut dengan hangat.

"Tak masalah Noona, justru akan semakin seru." Ucap Jimin.

"Noona? Kalian saling mengenal?" Yoongi Hyung tampak heran karena Jimin berbicara santai kepada Jungra.

"Tentu saja, Jimin kan teman Tae—ah, maksudku adik kelasku sewaktu high school dulu. Sama seperti Taehyung." Jungra tersenyum kikuk.

Yoongi Hyung hanya mengangguk, terlihat tidak peduli.

Taehyung POV End

*

*

*

Hari sudah gelap, Sunny yang duduk di kursi belakang sudah terlelap sesaat setelah mobil dijalankan. Yoongi dan Jungra yang duduk di depan terus saja bercerita mengenai kegiatan masing-masing. Lebih tepatnya Yoongi yang banyak bercerita mengenai kegiatannya bersama keenam rekannya termasuk Jungkook. Sementara itu, Jungkook lebih memilih pulang bersama Taehyung dan pasukannya yang lain. Dia bilang ingin melanjutkan acara menginap.

"Oppa, jangan sampai Appa tahu tentang semua ini."

"Arra, aku tidak sebodoh itu untuk membeberkannya kepada Sajangnim."

"Appa bisa marah besar kalau tahu hal ini."

"Kau tenang saja, selama ada aku semua akan baik-baik saja."

Jungra hanya mengangguk. Dia percaya pada Yoongi. Selama ini dia selalu mendapat perlindungan berkat pria di sebelahnya ini. Beberapa bulan lalu saat dia baru saja bekerja di perusahaan dan sering sekali membuat kesalahan, dia selalu bisa lepas dari amarah sang appa karena Yoongi membelanya. Yoongi selalu ada untuknya, Jungra sangat bersyukur akan itu.

"Apa Jungkook bahagia dengan kelompok kalian?"

Yoongi tersenyum, terlihat bangga. "Aku belum pernah melihatnya sebahagia tadi." Yoongi melirik Jungra sekilas, ingin tahu seperti apa reaksi Jungra dan yang dia lihat adalah kekasihnya tampak antusias. Yoongi sangat senang melihatnya. Secara tak sadar senyuman tersungging dari bibirnya. "Dia tak henti tersenyum. Lain kali kau harus melihat dia tampil."

"Bolehkah?"

"Tentu saja, dia pasti akan semakin senang."

Jungra bahagia bukan main mendengar cerita itu. Membayangkannya saja membuat Jungra tak henti tersenyum. Jungkook adalah sumber kebahagiaannya.

*

*

*

*

*

Akhir pekan telah berlalu. Pagi ini, seperti biasa Jungra bangun berkat bantuan alarm yang dia atur melalui ponsel.

Gadis itu mengambil ponsel berderingnya yang ada di nakas. Mematikan bunyi nyaring itu kemudian mengutak-atik ponselnya. Dia menghubungi seseorang, tak lain dan tak bukan adalah si adik. Jungkook memang sudah selesai ujian kelulusan, tapi bukan berarti bocah itu sudah selesai sekolah kan? Dia masih harus masuk sekolah untuk mengurus beberapa hal.

"Kookie-ah, kau sudah bangun?"

"..."

"Arraseo"

Jungra menjauhkan ponselnya, lalu memandangi ponsel itu beberapa saat.

"Noona, aku menginap di tempat latihan bersama beberapa Hyung. Lihatlah, aku sedang sarapan sekarang."

Rupanya Jungkook mematikan panggilan dari Jungra dan kembali menelepon menggunakan metode video call. Terlihat Jungkook yang sedang memamerkan beberapa hidangan di meja makan.

"Whoa terlihat enak. Siapa yang memasaknya?"

"Hyung kemarilah." Jungkook memanggil seseorang. "Seokjin Hyung yang memasaknya."

"Hi Jungra." Sapa Seokjin ramah.

"Annyeong haseyo." Jungra menyapa dengan sedikit malu, pasalnya dia baru saja bangun tidur. "Maaf membuatmu repot karena Jungkook."

"Eyy, tak masalah. Aku senang melakukan ini. Kapan-kapan mampirlah, cicipi makanan lezat buatanku."

"Ne." Jawab Jungra penuh semangat.

"Minggirlah Hyung, jangan menggoda Noona-ku. Dia sudah punya kekasih." Dasar Jungkook. Padahal dia yang menyuruh Seokjin mendekat, tapi dia juga yang mengusir pria tampan itu.

"Aish kau ini." Seokjin menjauh dan kembali berkutat dengan masakannya yang belum matang.

"Noona, kau belum mandi ya?"

"Yak! Jangan bertanya seperti itu, nanti teman-temanmu dengar."

Jungkook terkekeh.

"Kau sudah membawa seragammu kan?" Jungra mengalihkan topik.

Jungkook mengangguk sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Siapa?" Tanya seseorang.

Jungkook menyerahkan ponselnya pada orang tersebut. Hal itu membuat Jungra sedikit terkejut.

"Eoh, Noona. Selamat pagi." Itu adalah Taehyung yang baru bangun. Dia melambaikan tangannya pada Jungra sambil memamerkan senyum kotak.

Jungra hanya tersenyum. Jujur saja, dia malu karena harus bertatap muka dengan Taehyung dalam kondisinya yang baru bangun tidur dan belum mandi.

"Noona, kau terlihat sangat cantik. Baru bangun ya?"

Tanpa sadar, Jungra tersenyum sebagai jawaban.

"Whoa ... Kau tersenyum padaku? Sungguh, pagiku benar-benar indah karena senyummu."

Tiba-tiba Jungkook merebut ponselnya. "Jangan menggoda Noona-ku Hyung. Dia sudah punya kekasih."

Kini layar ponsel Jungra berganti menjadi gambar Jungkook. "Noona, sudah dulu ya? Hyung di sini genit semua."

Jungra hanya mengangguk.

Setelah panggilan videonya dengan Jungkook usai, Jungra meletakkan ponselnya kembali. Dia masih terbayang dengan wajah Taehyung yang luar biasa tampan itu. Momen Taehyung baru bangun dan wajahnya yang masih polos itu benar-benar seperti maha karya. Salahkah kalau Jungra merasa bahwa Taehyung bahkan lebih tampan daripada Yoongi? Jungra buru-buru menggeleng.

"Astaga, apa yang aku pikirkan?"

*

*

*

*

*

Satu bulan telah berlalu. Kehidupan keluarga Jeon baik-baik saja seperti biasa. Namun bukan berarti tidak ada percekcokan antara Jungra dengan ibu tirinya. Itu adalah hal lumrah, jadi tidak perlu dianggap masalah besar.

Jungkook sedang disibukkan dengan proses masuk ke universitas. Dia akhirnya mau menerima dengan lapang dada saat harus mengambil jurusan yang dikehendaki appa-nya. Jungra harus banyak berterima kasih kepada teman-teman Jungkook karena tanpa Jungra bersusah-susah membujuk, Jungkook mau menurut pada sang appa.

Namun Jungra harus menerima kepahitan saat waktunya bersama Jungkook menjadi banyak berkurang karena Jungkook lebih memilih pergi bersama teman-temanya itu daripada dengannya. Seperti pagi ini, saat Jungkook akan mendaftar ke universitas, Jungra justru ditolak mentah-mentah oleh Jungkook saat hendak mengantar.

'Noona tidak perlu mengantarku, Noona pergi bekerja saja. Aku akan diantar Taehyung Hyung.' Itulah yang dikatakan Jungkook pagi tadi.

"Hey, apa yang kau lakukan?" Jungra tersadar dari lamunannya saat seseorang bertanya padanya.

"Eoh, Oppa. Apa yang kau lakukan di sini?" Bukannya menjawab, justru balik bertanya.

"Menjemputmu. Ini sudah waktunya makan siang dan kau tak kunjung datang ke studio, makanya aku menjemputmu."

Jungra melihat arlojinya. Benar saja, ini adalah waktunya makan siang. Bahkan hampir usai. Selama itukah dia sibuk dengan pikirannya sendiri?

"Ayo, Jungkook dan Taehyung sudah menunggu di bawah."

"Jungkook dan Taehyung?" Jungra mengernyit bingung.

"Eung." Hanya itu jawaban Yoongi.

*

*

*

Empat orang itu sedang makan siang di salah satu café yang tak jauh dari gedung JJ.

"Jungkook-ah, bagaimana pendaftarannya?" Tanya Yoongi.

"Biasa saja. Tidak ada yang menarik."

"Oh Hyung, aku baru ingat. Tadi Jungkook bertabrakan dengan gadis cantik." Taehyung cekikikan.

"Aish Hyung, tak perlu menceritakannya." Jungkook terlihat kesal tapi juga terlihat malu-malu kucing.

Melihat Jungkook yang sepertinya sedang tersipu, Jungra tak mau melewatkan kesempatan untuk menggoda adiknya itu. "Jinja? Lalu apakah ada barang yang terjatuh dan kalian mengambilnya secara bersamaan seperti di drama-drama?"

Taehyung mengangguk penuh semangat. "Eoh, ada. Berkas-berkas gadis itu terjatuh. Lalu—"

"Hyung hentikan!"

Tiga orang yang lain hanya bisa terkekeh melihat tingkah Jungkook. Selama ini Jungkook belum pernah menunjukkan ketertarikannya pada lawan jenis. Bukan berarti dia penyuka sesama jenis, hanya saja bocah itu terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri sampai-sampai tidak memiliki waktu untuk memikirkan masalah percintaan. Belum lagi selama ini dia selalu ke sana dan ke mari bersama noona-nya. Mana sempat dia berkencan?

"Jungkook-ah, tak masalah jika kau menyukai seseorang." Yoongi tak mau ketinggalan, ikut menggoda Jungkook.

"Aish Hyung, sudahlah. Jangan membahas itu lagi."

Taehyung tak hentinya cekikikan. "Kau ini kalah denganku. Aku saja sudah berkencan sejak masih sekolah. Dan asal kau tahu, aku berkencan dengan seorang noona."

Kini semua mata mengarah pada Taehyung. Yoongi dan Jungkook dengan tatapan penasaran, sementara Jungra memberi tatapan 'awas saja kalau kau bicara macam-macam'.

Menyadari itu, Taehyung segera mengalihkan topik. "Tapi kami sudah berakhir kok hahahaha. Oh iya, siapa ya nama gadis tadi? Jung ... Jung siapa?" Tanya Taehyung sambil menoleh pada Jungkook.

"Jung Chaeyeon." Jawab Jungkook tanpa sadar.

Gantilah semua mata mengarah pada Jungkook.

"Whoa kau masih ingat rupanya. Mengaku saja, kau tertarik padanya kan?" Taehyung terlihat sangat gembira setelah berhasil membuat Jungkook memakan umpannya.

Lagi dan lagi seorang Jeon Jungkook menunjukkan wajah tersipunya.

*

*

*

*

*

Hari demi hari telah berlalu. Status Jeon Jungkook yang semula adalah calon mahasiswa kini berubah menjadi mahasiswa baru. Hari ini adalah hari pertamanya mengikuti kuliah. Dan tentu saja dia tidak berangkat sendiri. Ada seorang Kim Taehyung yang selalu menemani.

"Hyung, kau tidak perlu mengantarku sampai ke sini." Sebenarnya Jungkook sedikit malu saat Taehyung terus saja mengikutinya. Pasalnya teman-temannya yang lain pergi sendiri sedangkan dia diantar oleh Taehyung. Yeah walau faktanya Taehyung juga kuliah di tempat yang sama, tapi tetap saja Jungkook merasa tidak suka. Lama kelamaan Taehyung seperti noona-nya yang overprotective itu.

"Aku khawatir. Kau kan masih baru, jadi aku harus menjagamu."

"Aku sudah besar Hyung. Tak perlu berlebihan seperti itu. Lama-lama kau seperti Noona-ku." Jungkook mendengus kesal.

Taehyung hanya terkekeh sambil terus berjalan.

"Jungkook-ah, kelas pertamamu di sini kan?" Tanya Taehyung yang tiba-tiba berhenti di depan salah satu ruang.

Jungkook melihat ponselnya. Ya, itu adalah ruang kuliahnya pagi ini. "Eoh. Sekarang pergilah Hyung."

"Aish kau ini tidak sopan sekali. Aku kan harus memastikan kau selamat sampai tempat tujuan. Cepat masuk. Ehhh, tunggu. Bukankah itu kekasihmu?" Taehyung menggunakan dagunya untuk menunjuk dalam ruangan.

Jungkook mengikuti arah tunjuk Taehyung. Dia penasaran dengan kekasih yang disebut Taehyung, pasalnya dia tidak memiliki kekasih selama ini. Mata Jungkook membulat begitu mendapati sosok yang akhir-akhir ini menjadi trending pembicaraan dalam kelompok mereka. Bahkan sang noona juga ikut membicarakannya.

"Aish Hyung!"

"Woho wajahmu memerah hahaha."

"Cepat pergi sana."

"Eyyy kau sudah tidak sabar ingin menyapanya ya?" Taehyung tak habis-habisnya menggoda Jungkook. "Baiklah, aku pergi. Semoga kelasmu menyenangkan. Dan jangan lupa menyapa kekasihmu itu." Ucap Taehyung sambil berlalu.

Jungkook hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Taehyung. Sepeninggal Taehyung, Jungkook kembali mengarahkan pandangannya ke dalam ruang. Ada Jung Chaeyeon di sana. Terlihat sibuk dengan buku di hadapannya. Haruskah Jungkook menyapa?

Malu tapi mau, Jungkook memilih tempat duduk tepat di sebelah Chaeyeon. Sesekali pria itu melirik, ingin menyapa dan ingin berkenalan tapi tak memiliki cukup nyali. Walau populer di kalangan para gadis, bukan berarti Jungkook bisa berlaku layaknya player yang gampang mengajak gadis berkenalan.

Alhasil, tak ada percakapan yang mampu Jungkook hadirkan bahkan hingga kelas selesai. Chaeyeon pergi begitu saja dan Jungkook hanya mampu merutuki sikapnya yang kurang gesit itu.

*

*

*

"Wohoho, lihatlah wajahmu itu. Kau baru putus ya?" Taehyung benar-benar suka menggoda Jungkook.

"Diamlah Hyung." Jungkook yang sedang murung itu sama sekali tidak memiliki niat untuk meladeni Taehyung.

"Kau ini kenapa? Tadi pagi kau berseri, sekarang kau layu. Kau benar-benar putus dengan kekasihmu itu ya?"

"Hyung! Berhentilah berkata kekasih kekasih dan kekasih. Aku tidak memiliki kekasih." Jungkook benar-benar kesal kali ini. Dia berkata dengan intonasi yang sedikit tinggi.

"Whoa whoa, tenang Man. Aku hanya bercanda. Kau ini sensitif sekali. Kau masih ada kelas atau tidak? Aku sudah selesai dan aku mau pulang."

"Pulanglah, aku masih ada kelas." Jawab Jungkook ketus. Dia benar-benar sedang tidak ingin mengobrol berlama-lama. Terutama dengan Taehyung yang suka menggodanya itu.

"Kau mengusirku?"

"Bukankah Hyung sendiri yang berkata akan pulang? Pulanglah. Aku akan ke kelas." Jungkook berlalu begitu saja.

"Bocah itu kenapa ya? Apa dia benar-benar sudah putus?" Taehyung bermonolog sambil menggaruk kepalanya.

*

*

*

Jungra POV

"Noona."

"Noona."

Samar-samar aku mendengar seorang memanggil 'noona'. Itu bukan suara Jungkook tapi aku dapat memastikan panggilan itu tertuju padaku. Memangnya siapa lagi yang dipanggil noona dalam kantor ini selain aku?

"Noona." Aku kembali mendengar suara yang tak terlalu keras itu.

"Jungra-ssi, bisa kau bawa orang itu pergi? Sungguh, aku tidak bisa konsentrasi karenanya." Rekan yang duduk di sebelahku sedikit berbisik padaku. Ya, aku paham keadaannya. Aku pun tidak bisa konsentrasi karena panggilan yang terus menerus itu.

Aku berdiri dari tempatku duduk.

"Ikut aku." Kataku saat berjalan melewati orang yang terus saja memanggil 'noona' itu.

*

*

*

"Kau ini benar-benar ya. Kami sedang bekerja. Bagaimana bisa kau masuk seenaknya ke kantor dan mengganggu konsentrasi kami hah?"

"Jangan marah-marah, aku ada berita penting untukmu."

Aku menghela napas. Orang di hadapanku ini benar-benar sukses membuatku darah tinggi. "Sepenting apa beritamu itu? Cepat katakan, aku tidak punya banyak waktu."

Dia terlihat berpikir. Seriously Kim Taehyung, aku tidak punya banyak waktu untuk bermain-main denganmu.

"Bagaimana kalau kita membicarakannya sambil minum kopi?" Sungguh, rasanya seperti tersambar petir di hari yang cerah saat dia mengutarakan hal itu. Bocah ini keterlaluan. Dia pikir aku ini sedang bersantai ria atau apa? Aku memiliki banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan asal dia tahu.

Namun aku tidak mau memberitahunya. Percuma. Aku lebih memilih berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa. Dia terlihat kebingungan karena itu.

"Noona, aku belum selesai." Dia menahanku.

"Tapi aku sudah selesai. Aku tidak ingin dan tidak mau bicara denganmu." Aku menepis tangannya yang ada di lenganku, tapi sialnya tak mempan. Dia masih memegangiku.

"Ini tentang Jungkook." Sorot matanya terlihat serius kali ini. Dan apa katanya? Tentang Jungkook? Baiklah Kim Taehyung, kali ini kau menang.

*

*

*

"Jadi, ada apa dengan Jungkook?" Tanyaku terkesan tidak sabaran. Bagaimana tidak, dia terus saja mengulur waktu. Aku penasaran dengan apa yang terjadi pada Jungkook. Walau aku tidak mempunyai firasat buruk mengenai itu, tapi tetap saja aku merasa khawatir.

"Sabarlah, biarkan pesanan kita sampai dulu. Aku sangat haus."

Astaga, aku harus bersabar sampai kapan? Kenapa harus ada orang menyebalkan seperti Kim Taehyung sih?

"Kim Taehyung." Aku menatap tepat pada kedua bola matanya. "Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Cepat katakan atau aku akan kembali ke kantor. Aku bisa bertanya langsung pada Jungkook tentang apa yang terjadi padanya. Jadi sebenarnya aku tidak terlalu butuh informasi darimu." Ucapku penuh dengan keseriusan.

Dia berkedip beberapa kali. Sialnya, itu terlihat sangat menggemaskan. Namun aku sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk luluh. Kucabut anggapan menggemaskan itu.

"Jadi begini," Dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Dan entah mengapa aku juga melakukan hal yang sama. "Sepertinya Jungkook baru saja putus."

Aku berusaha mati-matian mencerna kalimat Taehyung.

Setelah berhasil memahaminya, aku menegakkan tubuhku kemudian bersandar pada sandaran kursi. Aku memijat pelipis menggunakan ibu jari dan jari tengah. Kepalaku tiba-tiba menjadi pusing. Sungguh, Kim Taehyung sepertinya benar-benar memiliki niat untuk mati di tanganku. Dia mengajakku ke café yang letaknya lumayan jauh dari JJ hanya untuk mengatakan hal itu? Dia memanfaatkan nama Jungkook untuk memancingku? Cih, yang benar saja?

Baiklah, memang aku yang ceroboh. Seharusnya aku tidak percaya begitu saja pada Kim Taehyung sialan ini. Dan apa katanya? Jungkook baru saja putus? Pria ini waras atau tidak sih? Kekasih saja Jungkook tidak punya, bagaimana bisa putus?

"Andai aku sedang membawa pisau, aku pasti sudah menyayatmu." Ucapku lirih tapi penuh penekanan.

Pelayan yang sedang mengantar minuman terlihat sangat terkejut mendengar ucapanku. Sial! Kenapa aku harus mengucapkan itu saat dia datang? Aku benar-benar ceroboh hari ini. Aku hanya tersenyum kikuk sambil sedikit membungkuk sebagai tanda permintaan maaf atas ucapanku.

Sepeninggal pelayan itu, aku kembali fokus pada objek kebencianku hari ini. Dia terlihat asyik menyeruput minumannya sampai-sampai tak mengindahkan ucapanku yang ingin menyayatnya tadi.

"Kau puas?" Tanyaku dengan nada datar. Taehyung benar-benar berhasil mempermainkanku hari ini.

Dia mengangguk sambil menjauhkan gelas yang tinggal berisi setengah itu. "Sangat menyegarkan."

What the ...!!! Astaga Kim Taehyung!!! Aku tidak sedang membicarakan minumanmu!!! Sungguh, kuingin berteriak tapi aku masih bisa menahan diri. Baiklah, kita lihat saja seberapa batas kesabaranku menghadapi makhluk luar angkasa ini.

"Jadi begini," Nice, dia mulai bercerita. Kuharap ceritanya kali ini adalah cerita picisan tidak penting sehingga aku bisa langsung membunuhnya. "Tadi pagi aku mengantar Jungkook sampai ke depan kelas. Dia terlihat sangat berbinar saat tahu kekasihnya berada di kelas yang sama dengannya."

Kekasih? Jungkook tidak punya kekasih Kim Taehyung, kau dapat gosip dari mana?

"Tapi selesai dari kelas dia terlihat sangat murung. Dia bahkan mengusirku. Sepertinya dia putus." Taehyung kembali meraih gelasnya lalu meneguk sisa minuman hingga habis.

Aku menghela napas panjang. Sabar, aku harus sabar. "Lalu kau ingin aku berbuat apa?"

"Tidak ada, aku hanya ingin menginfokan itu." Jawabnya santai sambil meletakkan gelas kosongnya.

Nice Kim Taehyung, Nice. Untung aku masih bisa bersabar.

*

*

*

Sore ini aku terpaksa meninggalkan pekerjaan karena Jungkook menelepon meminta untuk dijemput di kampus. Kuhentikan mobilku tepat di hadapan Jungkook. Rupanya adikku itu sudah menunggu.

"Menunggu lama?" Tanyaku begitu Jungkook masuk ke dalam mobil.

Jungkook hanya menggeleng. Wajah bocah itu terlihat murung.

"Kau tidak apa-apa?"

Jungkook membuang napasnya kasar. "Dia sama sekali tak melihat ke arahku." Ucapnya dalam nada putus asa.

Tunggu dulu, biarkan aku berpikir sesaat. Maksud bocah ini apa? Dia siapa?

Kemudian anganku terbang menuju peristiwa beberapa jam lalu saat Taehyung mengajakku ke café dan bercerita mengenai Jungkook yang baru saja putus. Jadi ini semua tentang wanita ya?

"Siapa yang kau maksud?" Tanyaku sambil mulai menjalankan mobil.

Jungkook menegakkan tubuhnya, lalu sedikit mengubah posisi duduknya hingga dia sedikit menghadap ke arahku. "Noona, aku akan bercerita jujur padamu tapi jangan ceritakan ini pada siapa pun oke?"

Aku melirik sekilas. Bocah ini terlihat sangat serius. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Janji?"

Aku kembali mengangguk.

"Tadi aku berada di kelas yang sama dengan Chaeyeon."

Lalu? bukankah itu bagus? Aku tahu Jungkook menyukai gadis bernama Chaeyeon itu. Walau waktu itu mereka hanya bertemu sekali, tapi aku dapat melihat dengan jelas Jungkook yang selalu malu-malu tiap kali Taehyung membahas mengenai Chaeyeon. Dan sekarang mereka justru ada di kelas yang sama, harusnya Jungkook senang dengan itu.

"Aku ingin mengajaknya berkenalan tapi aku tidak berani."

Baiklah, sepertinya aku mulai paham dengan situasi saat ini. Dan aku harus berusaha mati-matian menahan tawa. Seorang Jeon Jungkook yang gagah perkasa bahkan tak segan untuk berkelahi di sekolah justru menciut saat akan mengajak kenalan seorang gadis? Astaga bocah ini.

"Noona! Kau menertawakanku ya?"

"Ti-tidak. Aku tidak menertawakanmu." Aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku tidak bisa mengendalikan ekspresi di saat genting seperti ini sih? Namun akan sangat disayangkan kalau aku tidak tertawa. Jarang-jarang aku bisa menertawakan Jungkook.

"Kau tertawa. Kau sama saja dengan Taehyung Hyung. Menyebalkan." Jungkook terlihat sangat kesal. Dia segera menatap lurus ke depan diiringi dengan lengannya yang bersedekap.

Aku semakin ingin tertawa sekarang. Namun sepertinya aku harus benar-benar menahan diri. Akan repot jika Jungkook benar-benar marah. Pura-pura memberi saran sepertinya tak masalah.

"Jungkook-ah, kau sering bilang kalau kau itu pria pemberani kan? Kenapa berkenalan dengan seorang gadis saja tidak berani?" Semoga pertanyaanku ini tidak membuatnya semakin kesal walau aku akui ini adalah pertanyaan yang mengesalkan.

"Aku malu." Jawabnya lirih. Sepertinya dia sudah pasrah dengan keadaan.

"Eyy kenapa harus malu? Kau hanya perlu mengajaknya berkenalan. 'Hai, namaku Jungkook. Kau siapa?' Hanya perlu seperti itu kan? Tak perlu malu."

"Aish Noona. Kau tak mengerti. Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan."

Kau salah Jungkook, aku juga pernah merasakan hal seperti ini dulu. Saat aku pertama bertemu dengan Taehyung, aku sama sekali tidak bisa berkutik. Ingin mengajak kenalan tapi tak berani. Ingin menyapa, tapi malu. Astaga, kenapa juga aku harus mengingat makhluk itu? Sial!

"Sepertinya demam orang yang baru pertama jatuh cinta memang seperti ini ya?"

Jungkook menoleh cepat untuk menatapku. "Aku tidak sedang jatuh cinta."

Aku tertawa singkat. "Baiklah, mungkin terlalu dini untuk mengatakan ini cinta. Emm, bagaimana kalau suka?" Aku menoleh sekilas.

Jungkook tak mengelak, tak juga menyetujui.

"Nanti mintalah saran pada Yoongi Oppa. Dia punya seribu cara untuk menaklukkan wanita."

Jungkook hanya diam. Sepertinya dia sedang memikirkan saranku untuk meminta saran pada Yoongi Oppa.

Jungra POV End

*

*

*

Sampainya di gedung JJ, Jungkook langsung turun dari mobil Jungra. Dia sudah tidak sabar untuk segera menemui Yoongi.

"Hyung." Jungkook membuka pintu studio Yoongi, mendapati pria itu sedang duduk manis menghadap komputer. Sepertinya sedang menggarap lagu.

"Hyung, kau sibuk?"

"Seperti yang kau lihat. Aku sedang menggarap lagu. Wae?"

"Hyung, aku perlu bantuanmu." Jungkook mengambil posisi duduk di sofa. Yoongi memutar kursinya, mengikuti arah Jungkook duduk.

"Bantuan apa?"

"Tapi Hyung harus janji dulu untuk tidak menceritakan ini pada siapa pun."

Yoongi mengernyit heran. Tumben sekali Jungkook bermain-main dengan kata 'janji'.

"Berjanjilah Hyung." Jungkook yang sudah tidak sabar itu mendesak Yoongi untuk segera setuju.

"Baiklah, aku janji."

Jungkook mulai menceritakan kisahnya yang ingin berkenalan dengan seorang gadis. Nasib baik Yoongi adalah Yoongi. Jika saja Yoongi bukanlah Yoongi, pasti dia sudah tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Jungkook. Berhubung Yoongi adalah Yoongi, maka pria itu hanya menunjukkan wajah datarnya walau dalam hati sedang tertawa geli.

"Apa yang harus aku lakukan Hyung?"

"Tidak ada."

Jungkook sedikit terkejut dengan jawaban Yoongi. "Hyung, aku ini sedang serius."

Yoongi mengangguk paham. "Aku tahu. Jadi begini," Yoongi menarik kursi beroda yang dia duduki untuk lebih dekat pada Jungkook. "Sebisa mungkin kau harus berada dekat dengannya tapi kau tak perlu melakukan apa pun. Cepat atau lambat, kalian pasti akan berkenalan. Beres."

Jungkook menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dalam hati dia mempertanyakan keseriusan Yoongi mengenai hal ini. Semudah itukah? Oh ayolah, ini bukan drama. Bagaimana kalau Chaeyeon sudah diambil orang lain padahal Jungkook saja belum sempat berkenalan?

"Hyung, kau yakin?"

Yoongi mengangguk. "Dengan wajahmu yang seperti itu, kau tidak perlu melakukan banyak hal." Yoongi memutar kursinya membelakangi Jungkook kemudian kembali sibuk dengan alat-alatnya.

Jungkook hanya diam sambil memikirkan saran dari Yoongi. Haruskan dia melakukan seperti yang Yoongi katakan?

TBC







___________
2019-01-05

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
128K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
109K 11.3K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...