Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(5) Date

417 39 15
By ririrrrii

*

*

*

Jungra POV

Sial! Apa yang terjadi denganku? Sejak pulang dari apartemen Taehyung jantungku masih saja berdetak dengan cepat. Apakah aku terkena penyakit jantung atau bagaimana?

Aku kembali teringat pada semua perlakuan manisnya padaku tadi. Walau tadi dia sangat cuek, tapi tetap saja dia memperlakukanku dengan baik. Dia selalu berhasil membuatku luluh jika sudah seperti itu.

What? Luluh? Tidak tidak. Aku tidak mungkin luluh karenanya. Aku sudah memiliki kekasih. Tidak mungkin aku mengkhianati Yoongi Oppa kan?

"Noona," Pikiran berkecamukku tiba-tiba buyar saat Jungkook membuka pintu.

Dia masuk ke kamarku dan segera merebahkan diri di ranjangku, sementara aku kembali berkutat dengan rentetan skincare malamku.

"Noona dari mana?"

"Aku? Emm ... Aku ...."

"Pergi dengan Yoongi Hyung ya?"

Haruskah aku jujur?

"Kenapa tidak mengajakku? Aku makan malam sendirian tadi. Appa belum pulang."

Well, sepertinya tidak perlu menjawab pertanyaan Jungkook tentang aku yang makan dengan siapa karena sepertinya bocah ini tidak benar-benar peduli. Atau sebut saja bocah ini beranggapan aku pergi dengan Yoongi Oppa karena biasanya memang seperti itu. "Mian, lain kali aku akan mengajakmu."

Jungkook hanya mengangguk, tak lagi peduli.

"Noona, akhir pekan aku menginap di tempat Taehyung Hyung lagi ya?"

"Andwe." Jawabku spontan. "Hari Senin kau ujian, jadi jangan bermain."

"Aku tidak bermain, aku akan meminta Taehyung Hyung membantuku belajar."

"Tidak. Aku tidak percaya pada kalian. Kalian pasti akan bermain. Lebih baik kau di rumah dan belajar sendiri."

"Tidak asyik." Jungkook mengubah posisinya menjadi membelakangiku. Dia sedang kesal.

Apakah aku terlalu ketat dalam mengatur belajarnya?

"Kau baru boleh menginap setelah ujianmu selesai."

Bocah itu tiba-tiba duduk sambil memperlihatkan senyum lebar padaku. "Jinja?"

Aku mengangguk. Sungguh sangat bahagia dapat melihat Jungkook tersenyum seperti itu. Padahal hanya karena hal sepele tapi kebahagiaannya terlihat sangat jelas. Kunci untuk membahagiakan Jungkook sebenarnya sangat sederhana, yaitu menuruti keinginannya.

Jungra POV End

*

*

*

*

*

Beberapa hari telah berlalu. Jungkook dan rekan-rekan seangkatannya telah menyelesaikan ujian kelulusan.

"Noona ...." Jungkook berlari sambil berteriak memanggil noona-nya saat mendapati mobil sang noona sudah terparkir di depan sekolahnya.

"Ayo, langsung ke rumah Taehyung Hyung ya?" Kata Jungkook saat dia baru saja mendudukkan diri di jok penumpang depan.

"Bagaimana ujianmu?"

"Tidak buruk. Ayo cepat, Taehyung Hyung sudah menungguku."

"Aish kau ini. Kita tunggu Sunny dulu."

"Tidak perlu, dia sudah pergi."

Jungra mengernyit bingung.

"Tadi dia bilang padaku kalau dia pergi bersama teman-temannya. Dia akan pulang bersama mereka."

"Baiklah, baiklah. Kita pergi ke tempat Taehyung sekarang."

Jungkook terlihat sangat gembira. Terlepas dari soal-soal ujian yang membuatnya pusing, kini dia merasa bebas.

"Memangnya apa yang akan kalian lakukan? Kau terlihat bahagia sekali."

"Rahasia." Jawab Jungkook diiringi dengan giggle menggemaskan.

"Jangan melakukan hal yang tidak-tidak."

"Iya Noona, aku tahu. Kau tenang saja, aku ini sudah hampir dewasa."

"Kau memang sudah hampir dewasa, tapi kelakuanmu tetap saja seperti anak-anak. Taehyung pun tak jauh beda denganmu."

Jungkook hanya menanggapi dengan menunjukkan tampilan gigi depannya yang rapi. Yang dikatakan Jungra memang benar, maka tidak perlu menyangkalnya.

*

*

*

Jungkook POV

"Bye Noona." Aku melambaikan tanganku pada Noona. Mobil yang dikendarainya perlahan menjauh, meninggalkanku yang sedang berdiri di depan gedung apartemen Taehyung Hyung.

"Jungkook-ah, kau sudah datang?" Tanya Taehyung Hyung yang baru saja muncul dari gedung apartemennya. Kini kami berdua sedang berdiri di pinggiran jalan.

Aku mengangguk penuh semangat. "Maaf aku terlambat."

"Eyy, tidak masalah. Aku juga baru saja turun. Kita tunggu Jimin di sini saja ya?"

Aku kembali mengangguk penuh semangat.

"Kau terlihat sangat bahagia eoh?"

"Yeah, kau pasti tahu perasaanku Hyung." Aku tak henti-henti menunjukkan senyumku.

"Ngomong-ngomong, bagaimana ujianmu?"

"Tidak buruk. Eoh, itu Jimin Hyung." Kataku saat mendapati mobil berwarna merah menyala menghampiri kami. Bukan maksudku mengalihkan topik tentang ujian, tapi memang momen kedatangan Jimin Hyung sangat tepat.

"Let's go guys." Jimin Hyung berkata dengan bahasa Inggrisnya yang sangat minim itu. Ck, dia memang banyak gaya. Namun tak dipungkiri, dia memang sangat keren saat sedang bernyanyi ataupun menari.

*

*

*

Kami tiba di tempat tujuan kami. Sebuah apartemen yang kami sebut sebagai tempat latihan. Apartemen ini adalah milik bersama. Kami bertujuh menyewanya. Oh tidak, lebih tepatnya mereka berenam. Aku hanya ikut-ikut saja. Dan aku adalah anggota terakhir yang bergabung.

Saat aku, Taehyung Hyung dan Jimin Hyung datang, sudah ada Namjoon Hyung dan Seokjin Hyung di sini. Namjoon Hyung sedang sibuk dengan ponselnya sementara Seokjin Hyung sedang sibuk di dapur.

"Eoh, kalian sudah sampai?"

"Ne." Jawab Jimin Hyung.

"Hoseok Hyung dan Yoongi Hyung belum datang?" Tanyaku.

Ah iya, jangan terkejut jika Yoongi Hyung adalah salah satu anggota kami. Dia adalah orang penting di sini. Dia dan Namjoon Hyung adalah orang yang berinisiatif dalam pembuatan kelompok ini. Sebut saja kelompok orang-orang yang tidak bisa merealisasikan cita-cita.

Jadi kami berkumpul di sini untuk bernyanyi, menari, dan bermain. Aku sungguh sangat senang saat Taehyung Hyung mengajakku ke sini dan bergabung bersama mereka. Walau awalnya Yoongi Hyung menolak kehadiranku, tapi pada akhirnya dia luluh. Dia juga menyuruhku untuk merahasiakan ini dari Noona dan Appa-ku. Sekalipun tidak disuruh, aku akan tetap merahasiakan ini.

Dan yang membuatku lebih bahagia adalah nantinya aku bisa menunjukkan bakatku ini pada orang-orang. Ada momen di mana kami akan pergi ke suatu tempat, lalu kami akan menyanyi dan menari. Mereka belum pernah mengajakku melakukan hal itu karena aku masih akan ujian waktu itu. Namun sekarang ini aku sudah menyelesaikan ujian, jadi tak menutup kemungkinan aku bisa tampil di hadapan publik sesegera mungkin.

Walau mereka sudah menjelaskan dari awal jika publik yang mereka maksud adalah anak-anak yatim piatu, para lansia di panti jompo dan para pasien rumah sakit yang memerlukan hiburan, tetap saja aku merasa senang. Jadi bakatku ini tidak akan terkubur sia-sia kan? Aku tetap bisa menghibur orang-orang.

Baiklah, aku akui. Aku memang masih merasa kecewa karena tidak bisa debut. Namun bergabung dengan mereka membuatku merasa tidak apa-apa. Tak masalah aku tidak bisa debut. Yang terpenting saat ini adalah aku tetap bisa meraih mimpi. Sekalipun hanya tampil di lingkup kecil, tapi aku tetap seorang penyanyi kan?

Aku akan selalu mengingat kata-kata Yoongi Hyung. Katanya, 'Jungkook-ah, tak masalah kau debut atau tidak. Selama kau masih bisa bernyanyi, apa yang kau takutkan? Apa yang kau sesalkan? Kau tetaplah seorang penyanyi. Kau masih bisa bernyanyi di hadapan siapa pun. Penyanyi tidak harus debut dan mengeluarkan album untuk bisa disebut sebagai penyanyi.'

Aku juga akan selalu mengingat kata-kata Taehyung Hyung, 'Aku juga memiliki mimpi yang sama denganmu. Aku ingin menjadi penyanyi, aku ingin menjadi idola. Namun aku sadar, tidak seharusnya aku terjun ke dunia hiburan. Walau begitu, bukan berarti aku tidak bisa mewujudkan mimpiku kan? Buktinya, aku masih tetap bernyanyi.'

Juga beberapa nasihat dari Hyung yang lain, aku akan selalu mengingatnya. Mereka benar-benar membuatku merasa kuat. Sedikit demi sedikit aku mulai sadar bahwa mewujudkan mimpi ternyata memiliki banyak jalan.

"Anak-anak, ayo makan dulu." Seokjin Hyung berteriak dari dapur. Aku dan member yang lain segera berhambur menuju dapur.

Dari aromanya saja aku sudah tahu jika makanan ini rasanya enak. Aku pastikan Yoongi Hyung dan Hoseok Hyung tidak akan menikmati makanan ini. Salah sendiri, siapa suruh mereka datang lambat?

"Selamat makan." Kami serempak berteriak.

Jungkook POV End

*

*

*

Yoongi POV

"Oppa, ini akhir pekan. Ayo jalan-jalan." Jungra tak henti merengek padaku. Oh ayolah, aku dan dia bukan lagi anak remaja yang masih patut untuk jalan ke sana ke mari.

Terlebih hari ini adalah jadwal untukku kumpul bersama anak-anak. Namun tidak enak juga jika harus mengusir Jungra.

"Oppa, kau tidak lelah berada di sini terus?"

"Sebentar lagi." Jawabku cuek.

"Ini sudah malam. Kau tidak lapar?" Tak bosan-bosan dia menggangguku. Terkadang dia memang sangat cerewet, tapi aku menyukainya.

"Eung."

"Oppa, kau mengabaikanku?"

Aku memutar kursi putarku, mendapati Jungra sedang duduk santai di sofa yang ada di studioku ini. Aigo, bibirnya terlihat sedikit maju. Sangat menggemaskan menurutku. Tak ada Jungkook, maka dia akan bertingkah manja dan menggemaskan. Seperti saat ini contohnya.

"Aku tidak mengabaikanmu Sayang."

"Kau terus saja sibuk dengan alat-alatmu itu. Aku sudah menunggu lama. Pekerjaanku sudah selesai sejak tadi dan ini adalah akhir pekan. Ayo kita refreshing."

"Kalau pekerjaanmu sudah selesai, kenapa tidak pulang dan istirahat saja?"

Dia terlihat semakin kesal.

"Aku sudah menunggumu lama dan kau malah menyuruhku pulang? Cih, yang benar saja? Aku ingin jalan-jalan denganmu. Kau dan aku. Kita. Mumpung Jungkook sedang tidak di rumah, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama."

Aku terkekeh. Dia benar-benar kesal rupanya.

"Jangan tertawa. Tidak ada yang lucu."

"Aigo, jadi kau ini ingin pergi kencan denganku ya?"

"Tidak lagi." Dia beranjak. "Aku pulang saja."

Belum sempat dia membuka pintu studio, aku lebih dulu menahannya. Mana mungkin aku membiarkannya pergi dalam keadaan merajuk seperti itu?

"Baiklah, baiklah. Kita akan jalan-jalan, oke?"

"Tidak perlu. Lanjutkan saja pekerjaanmu itu." Dia hendak melepas tanganku yang mencengkeram lengannya tapi gagal. Tidak mungkin aku lepas begitu saja.

"Jangan merajuk, kau ini bukan anak kecil. Ayo, kita jalan-jalan." Aku menariknya keluar dari studio.

*

*

*

Sesederhana inikah membahagiakan Jungra?

Sejak kami menjejakkan kaki di daerah Myeongdong, Jungra tak henti tersenyum. Dia juga terus membeli makanan ini dan itu. Apakah dia tidak kenyang? Atau mungkinkah seharian ini dia tidak makan?

"Kau ini kelaparan ya?" Tanyaku pada Jungra yang sedang sibuk memakan odaeng.

Dia mengangguk sebagai jawaban. "Oppa, ambil saja kalau kau mau. Aku yang akan membayarnya."

Aku terkekeh mendengar kalimatnya. Dia benar-benar lucu. Dia pikir aku ini tidak makan karena tidak punya uang atau apa? Hey, uangku segudang asal dia tahu.

"Aku sudah kenyang."

Jungra melirikku sekilas, lalu kembali fokus pada makanannya. Dasar.

"Setelah ini kita ke game center ya?"

Aku membulatkan kedua mataku. Yang benar saja? Game center? Seorang Min Yoongi atau yang lebih dikenal publik sebagai produser dengan nama Suga pergi ke game center?

"Seingatku kau tidak sedang mabuk." Ucapku yang jelas saja merupakan sindiran.

Jungra memukul perutku dengan tinju ringan. "Aku serius. Sudah lama aku tidak ke sana."

"Dari sekian banyak tempat, kenapa harus game center? Tidak. Aku tidak mau." Aku berlalu begitu saja, membuatnya buru-buru merogoh tasnya dan membayar makanan.

Dia mengejarku, menautkan lengannya pada lenganku. "Ayolah Oppa, sekali saja ya?"

"Tidak."

"Jebal." Dia tak pantang menyerah. Dia memaksaku menghadapnya hanya untuk memamerkan wajah memelas itu.

"Ti-dak." Ucapku penuh penekanan. Aku kembali berjalan, meninggalkannya di belakangku. Aku tidak peduli lagi dia jika marah. Tak masalah, semarah-marahnya dia padaku, tetap saja aku bisa meluluhkan hatinya.

Yoongi POV End

*

*

*

Sepanjang perjalanan Yoongi mengantar Jungra, tak ada suara percakapan sama sekali. Jungra mendiamkan Yoongi seribu bahasa. Begitu pun Yoongi yang enggan untuk memulai percakapan. Dia sudah ditunggu oleh teman-temannya, kalau dia menuruti Jungra terus maka dia tidak akan memiliki waktu lama bersama teman-temannya.

"Sudah sampai." Kata pertama yang diucapkan setelah perjalanan sunyi.

"Eung." Jungra enggan menjawab, maka hanya gumaman yang dia sampaikan.

"Tidak ingin menciumku?"

Jungra yang semula enggan untuk menatap Yoongi, kini menatap pria itu. Ada perasaan tidak enak dalam hati jika dia berpisah dengan pria itu dengan keadaan dingin seperti ini. Tanpa pikir panjang Jungra mengecup pipi Yoongi, membuat pria itu tersenyum.

"Mianhae, aku benar-benar tidak bisa menuruti keinginanmu. Kau tahu sendiri kan, aku ini seperti apa?"

Jungra mengangguk. "Gwenchana, aku yang seharusnya meminta maaf. Tidak seharusnya aku memaksa Oppa."

Yoongi mengelus rambut Jungra. "Kalau kau ingin pergi ke sana, kau bisa mengajak Jungkook kan?"

Jungra kembali mengangguk, hatinya terasa ringan sekarang. Dia sudah tidak kesal lagi pada Yoongi. Sudah untung Yoongi mau diajak jalan-jalan. "Terima kasih untuk malam ini."

Yoongi membalas ucapan itu dengan senyum manis.

*

*

*

"Hyung, kenapa baru datang?" Tanya Taehyung begitu mendapati Yoongi baru saja mendudukkan pantatnya di sofa ruang tengah. Yoongi adalah orang terakhir yang datang.

"Mian, Jungra mengajakku jalan-jalan. Tidak enak kalau aku terus-terusan menolak."

Mendengar jawaban Yoongi, Taehyung yang semula tampak biasa saja kini terlihat sedikit kesal. Nasib baik tak ada yang menyadari hal itu.

"Sayang sekali. Kau tidak kebagian makanan." Kata Seokjin dengan raut wajah pura-pura sedihnya.

"Tak masalah, tadi aku sudah makan dengan Jungra."

"Kalau begitu ayo kita latihan." Taehyung beranjak dari tempatnya duduk. Daripada dia semakin kesal karena Yoongi terus saja membawa nama Jungra, lebih baik dia mengalihkan kegiatan pada berlatih.

*

*

*

*

*

Malam telah berlalu, kini pagi telah menyongsong.

Pagi hari tanpa Jungkook terasa sedikit asing bagi Jungra. Biasanya dia akan bangun, lalu pergi ke kamar Jungkook untuk membangunkan bocah itu. Namun pagi ini Jungkook tidak ada dan Jungra baru ingat kalau adiknya itu sedang menginap di rumah Taehyung.

Mendapati tak ada Jungkook, Jungra kembali ke kamarnya. Mengambil ponsel kemudian menghubungi Jungkook. Tersambung, tapi tak ada jawaban. Dia kembali menghubungi Jungkook tapi hasilnya sama, tak ada jawaban. Mungkin Jungkook belum bangun.

Jungra kembali mengutak-atik ponselnya, kemudian menghubungi orang lain, yang tak lain dan tak bukan adalah sang kekasih. Lagi-lagi yang didengar Jungra adalah sambungan dari operator.

"Mereka sama-sama belum bangun rupanya?" Gumam Jungra pada dirinya sendiri.

Jungra kembali sibuk dengan ponselnya dan mendapati nama Taehyung.

"Haruskan aku meneleponnya?"

Sesaat setelah berpikir, akhirnya Jungra menghubungi orang tersebut. Namun hasil mengecewakan kembali dia rasakan. Taehyung tak menjawab panggilannya.

Baiklah, Jungra tidak mau berpikiran buruk. Ini adalah hari Minggu. Mungkin mereka semua masih tidur nyenyak di balik selimut. Mungkin Jungkook dan Taehyung masih tidur karena semalaman sibuk bermain game. Sedangkan Yoongi, mungkin saja dia masih tidur karena semalam sibuk menggarap lagu. Baiklah, lupakan tentang Yoongi. Pria itu memang suka tidur, jadi Jungra memaklumi.

*

*

*

Jadilah Jungra mengajak Sunny jalan-jalan di sekitar sungai Han. Itu pun dia harus beradu argumen terlebih dahulu dengan ibu Sunny. Saat ini sepasang saudara tiri itu sedang duduk di bangku sekitar sungai Han sambil menikmati ice cream.

"Eonni, tolong maafkan Eomma."

Jungra memperhatikan adik tirinya itu. Sunny selalu saja merasa bersalah tiap kali ada pertengkaran antara Jungra dengan eomma-nya padahal Sunny sama sekali tidak terlibat. Sunny sungguh sangat berbeda dengan eomma-nya. Jungra bersyukur akan itu.

"Aku sudah berkali-kali bilang padamu kan, jangan merasa bersalah."

"Tapi Eomma sudah sangat keterlaluan. Tidak seharusnya dia memarahimu hanya karena mengajakku jalan-jalan."

"Sudahlah, jangan membahasnya. Sekarang kan yang penting kita bisa jalan-jalan."

Sunny mengangguk.

"Eonni, sebenarnya aku bosan dengan pemandangan sungai Han. Aku ingin ke pantai." Gadis itu menundukkan kepalanya, terlihat murung.

Jungra yang menyadari kemurungan itu hanya bisa tersenyum. Baik Sunny maupun Jungkook, mereka sama-sama menggemaskan jika sedang murung seperti ini. "Kalau begitu ayo kita ke pantai."

Wajah murung itu seketika berubah menjadi wajah penuh cahaya ketika menatap Jungra. "Eonni serius?"

Jungra mengangguk. "Kau mau kan?"

"Ya! Tentu saja aku mau. Kapan kita berangkat? Sepertinya besok atau lusa tak masalah jika aku tidak masuk sekolah. Aku hanya perlu menunggu nilai, jadi bolos tak masalah."

Jungra terkekeh. Astaga, bocah di hadapannya ini sangat bersemangat. "Kenapa harus menunggu besok atau lusa? Kita berangkat sekarang."

Sunny membulatkan mata. Dia terkejut tapi juga sangat senang. "Benarkah? Kita berangkat sekarang? Astaga, Eonni ... Kau yang terbaik. Ayo kita berangkat." Dia beranjak, menarik lengan Jungra untuk segera bangkit.

Jungra hanya menurut sambil menyunggingkan senyum.

*

*

*

"Tak masalah kan kita hanya ke pantai yang seperti ini?" Tanya Jungra tanpa menoleh pada Sunny karena dia masih fokus menyetir.

Sunny menggeleng penuh semangat. "Sungguh, ini sudah lebih dari cukup. Aaaaa jinja, aku sangat senang. Gomawo Eonni."

"Tak masalah selama kau senang."

Sunny mengangguk penuh semangat. Melihat lautan walau dari kejauhan seperti ini saja sudah membuatnya senang. "Eoh di sana. Eonni, ayo kita ke sana." Ucapnya saat mendapati satu spot yang cukup luas, bisa untuk parkir mobil.

Jungra mengikuti arah tunjuk Sunny, lalu melajukan mobilnya menuju tempat itu. "Tidak apa-apa kan kita parkir mobil di sini?"

"Tidak apa-apa, lihatlah kita tidak sendiri. Ayo kita ke sana. Whoa aku ingin bermain di pasir."

Jungra hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku Sunny yang berlebihan seperti orang yang baru bisa pergi ke pantai setelah sekian lama. Truth is memang seperti itu. Sunny memang sudah lama tidak ke pantai.

*

*

*

Sore hari telah tiba. Sunny yang sudah puas bermain di pantai merengek karena kelaparan. Alhasil, Jungra mengajaknya ke salah satu kedai penjaja makanan laut tak jauh dari sana.

"Kita makan di sini ya, aku dengar hidangan laut di sini enak."

Sunny yang dalam benaknya hanya berisi makanan langsung mengangguk.

"Eonni, bukankah itu Jungkook?" Tunjuk Sunny pada sekelompok anak muda yang sedang makan di kedai. "Apa yang dia lakukan di sini?"

Tanpa menghiraukan Sunny, Jungra berjalan menghampiri gerombolan tersebut. Entah apa yang akan dia lakukan pada Jungkook karena tidak mengatakan apa-apa mengenai kepergiannya ini.

Si Jungkook berpamitan akan menginap di rumah Taehyung, tapi sekarang Jungra justru memergokinya sedang berada di daerah Incheon. Semakin dekat dengan gerombolan tersebut, Jungra semakin dibuat kaget dengan keberadaan seorang yang sedang duduk membelakanginya.

"Min Yoongi?" Gumamnya.

TBC







___________
2019-01-02

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
294K 22.8K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
98.4K 10.8K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
879K 42.6K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...