Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(4) Love is Not Over

447 51 8
By ririrrrii

*

*

*

Taehyung POV

Aku sudah berhasil menenangkan Jungkook. Dan sekarang aku sedang dalam perjalananku setelah mengantar bocah itu pulang. Saat ini yang ada dalam pikiranku adalah Jungra, terlebih karena penjaga gerbang rumahnya mengatakan kalau dia belum pulang.

Tak perlu berbasa-basi dan bingung, aku sudah tahu dengan pasti di mana keberadaannya.

Sungai Han.

Setelah memarkir mobilku dan berjalan beberapa meter, dapat kulihat ada seorang sedang berdiri di tempat yang tak seberapa terang.

Aku menghampirinya. "Jungra-ya."

Dia tak menoleh, tetap menghadap sungai Han yang gelap itu. Apakah dia masih menangis? Sungguh, aku sangat ingin memeluknya. Dia selalu ingin dipeluk saat sedang sedih.

Aku memberanikan diri untuk berjalan lebih dekat. Kupegang lengannya agar dia menghadapku. Benar, dia masih menangis. Dengan segera kubawa dia dalam pelukanku. Dia pasrah, membiarkanku memeluknya.

"Gwenchana. Jungkook sudah tidak marah padamu. Aku sudah menasihatinya tadi."

Dia tak menjawab, tak juga membalas pelukanku. Beberapa menit hanya diisi dengan keheningan.

Aku melepas pelukanku, kutatap dia yang masih saja menunduk.

"Kau belum makan kan? Ayo, aku akan membelikanmu makanan lalu aku akan mengantarmu pulang."

Jungra menggeleng. "Aku bisa pulang sendiri."

"Berikan kunci mobilmu, biar aku yang menyetir."

Taehyung POV End

*

*

*

"Kau ingin makan apa?" Tanya Taehyung saat dia dan Jungra sudah melaju di jalanan.

"Terserah kau saja." Jawab Jungra tanpa menoleh sedikit pun pada Taehyung.

"Bagaimana kalau daging?"

"Aku sedang tidak ingin makan daging."

Taehyung bergumam. "Tadi katanya terserah."

Mendengar gumaman yang sangat pelan tapi masih bisa didengar itu, Jungra segera menoleh menatap Taehyung.

"Kita pulang saja." Kata Jungra lirih. Dia sedang tidak ingin berdebat dengan Taehyung apalagi tentang hal sepele seperti 'apa yang akan kita makan'.

"Tidak, tidak. Kita harus makan dulu. Sepertinya kau butuh makan. Apalagi tadi siang kau makan hanya sedikit kan?"

"Berhentilah pura-pura peduli."

Mendengar itu, Taehyung menepikan mobilnya secara spontan. Tantu saja hal itu membuat Jungra terkejut.

"Apa-apaan kau ini? Kau ingin kita mati, hah?"

"Apa aku terlihat pura-pura?" Tanya Taehyung dengan suara baritonnya. Jelas, pria itu sedang serius sekarang.

Jungra tak menjawab. Dia yang selalu bisa memaki Taehyung, nyatanya selalu menciut tiap kali Taehyung mengeluarkan suara jenis itu.

"Katakan, apa aku terlihat pura-pura?" Taehyung menatap Jungra tajam.

Tetap tak ada jawaban. Jungra tak tahu harus menjawab apa.

"Kau tahu betul aku ini seperti apa. Jadi aku rasa kau cukup pandai untuk membaca situasi saat aku sedang pura-pura atau tidak." Kata Taehyung sambil kembali menjalankan mobil.

*

*

*

Jungra POV

Aku masuk ke dalam rumah dengan langkah lesu. Walau Taehyung baru saja mengajakku makan, tetap saja aku merasa lemah. Terlebih mengingat perkataan Jungkook sore tadi. Apa dia masih marah padaku?

Aku berjalan menuju kamar bocah itu. Tadi Taehyung mengatakan kalau Jungkook sudah tidak marah padaku, jadi aku harus memastikannya.

Kuputuskan untuk membuka pintu kamarnya setelah beberapa kali mengetuk tapi tak ada respons. Tak ada orang di dalam. Kamar mandi juga kosong. Ke mana perginya bocah itu? Bukankah Taehyung sudah mengantarnya pulang?

Aku keluar dari kamar Jungkook, menuruni tangga kemudian menuju dapur. Tak ada siapa-siapa. Hari sudah larut, ke mana bocah itu pergi?

Aku kembali menaiki tangga lalu menuju kamarku.

Pintu kamar kubuka. Aku sungguh terkejut sekaligus bersyukur mendapati seorang sedang berada di kamarku.

"Noona, kau baru pulang?" Suara Jungkook yang seperti itu—suara ceria—sungguh membuatku bahagia. Taehyung benar, Jungkook sudah tidak marah padaku.

Ingin tersenyum, tapi sedikit aku tahan. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku menunggu Noona. Aku tidak bisa tidur."

Kali ini aku tak bisa menahan senyum. "Aku mencarimu di kamarmu tapi kau tak ada. Ternyata kau di sini." Aku duduk di ranjang, membelai rambut bocah yang sedang rebahan itu.

"Maafkan aku." Kata Jungkook dengan ekspresi menggemaskannya. "Aku janji tidak akan membuat Noona susah lagi."

Aku mengangguk sebagai balasan.

"Aku janji tidak akan merengek meminta debut." Kalimat Jungkook ini membuatku terkejut bukan main. Apakah bocah ini serius?

"Aku sudah membuat Noona mengalami masa sulit selama ini. Dan aku semakin membuat Noona kesulitan karena aku meminta debut padahal Appa tidak mengizinkannya. Aku janji, aku akan menurut pada Noona. Aku akan kuliah sesuai dengan apa yang Appa inginkan. Aku yang salah Noona, maafkan aku."

Aku terpaku dibuatnya. Benarkah yang baru saja berbicara adalah Jungkook?

Kim Taehyung, entah apa yang kau lakukan pada Jungkook sehingga bocah ini tak jadi marah padaku dan justru mengutarakan kalimat-kalimat yang tidak biasanya diucapkan. Sungguh, aku harus berterima kasih padamu Kim Taehyung.

"Aku juga minta maaf padamu. Harusnya aku jujur sejak awal."

Jungkook tersenyum. "Aniyo, aku tahu kalau Noona melakukan itu untukku agar aku tetap semangat. Sekali lagi, maafkan aku Noona. Noona memaafkanku kan?"

Tentu saja. Pun aku segera mengangguk sambil tersenyum, membuat senyum Jungkook melebar. Senang sekali rasanya melihat senyum itu.

"Kalau begitu bacakan dongeng untukku ya? Sudah lama Noona tidak melakukannya."

Aku mengangguk, masih tersenyum. Jungkook, selamanya akan menjadi adik kecilku.

*

*

*

*

*

"Belajar yang rajin ya." Teriakku pada kedua adikku, Jungkook dan Sunny yang baru saja turun dari mobil. Baiklah, kuakui bahwa Sunny sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Walau nenek lampir itu selalu berlaku buruk padaku dan Jungkook, tapi Sunny sama sekali tidak terlibat. Aku membenci nenek lampir itu, tapi bukan berarti aku membenci Sunny.

"Hai." Sungguh, jantungku rasanya ingin copot saat tiba-tiba ada yang masuk ke dalam mobil dan menyapaku. Aku segera menoleh.

"Sial! Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku pada orang yang dengan lancang masuk ke dalam mobilku.

"Aku akan pergi ke JJ juga, jadi aku menumpang." Jawabnya diiringi dengan senyum kotak.

Benar-benar menyebalkan bocah ini.

"Turun!"

Dia menggeleng.

"Kim Taehyung, Turun!"

Dia kembali menggeleng.

Aku menghela napas panjang. "Apa maumu?" Tanyaku dengan nada seperti orang pasrah. Sungguh, kadang aku merasa pusing jika sedang emosi. Jadi tidak ada pilihan lain selain pasrah dan mencoba sabar.

Dapat kulihat dia tersenyum jail. "Sebelum kita berangkat, kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?" Tanyanya sambil menaik-turunkan alis.

Ya, aku memang harus mengatakan terima kasih padanya. Namun melihat wajahnya yang seperti itu, aku jadi enggan untuk melakukannya.

"Turunlah, aku sedang buru-buru."

"Eyyy, kau sungguh tidak asyik. Padahal aku sudah melakukan yang terbaik untukmu."

Baiklah, aku mengalah. "Gomawo." Ucapku lirih. Lebih baik aku segera mengucapkan itu agar Taehyung segera enyah dari hadapanku.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak dengar."

Aish jinja Kim Taehyung. Walau aku mengucapkannya lirih tapi aku yakin dia dapat mendengarnya. Kecuali kalau dia memang memiliki masalah dengan pendengaran. Baiklah, aku akan mencoba sabar lagi.

"Gomawo." Ucapku sedikit keras.

"Eyyyyy, pengucapanmu kurang tulus."

Cukup sudah, Kim Taehyung sepertinya hanya sedang bermain-main. Aku mendorong tubuhnya agar dia keluar dari mobil.

"Hey hey hey, apa-apaan ini?" Protesnya.

"Turunlah, aku bisa terlambat."

"Kalau begitu cepat, jalankan mobilnya."

"Tidak." Aku terus mendorongnya walau fakta membuktikan bahwa dia tidak bergeser sedikit pun.

Dan ....

Aku mulai lelah.

Akhirnya aku kembali pada posisi semula, duduk manis di balik kemudi.

"Ayo jalan." Katanya dengan penuh kepercayaan diri. Memangnya dia siapa? Enak sekali menyuruhku.

Well, aku pun mulai menjalankan mobil. Bukan karena perintah Taehyung, tapi karena memang aku harus mulai jalan. Bisa-bisa aku terlambat jika terus-terusan berurusan dengan Taehyung. Jadi tidak ada pilihan lain selain membawa si Taehyung ini ikut besertaku.

*

*

*

Sampainya di JJ, Kim Taehyung tak henti mengikutiku bahkan saat aku duduk di ruang kerjaku. Padahal Jungkook saja tidak pernah duduk di sini seperti ini. Dan hal ini membuatku sangat tidak nyaman. Rekan-rekan satu ruangan saling berbisik, tentu saja mereka membicarakanku.

"Berhenti mengikutiku dan pergilah."

"Kau jahat sekali. Padahal aku kan sudah menolong dan menjagamu dengan baik." Katanya sedikit keras. Sial! Jika ada yang mendengar, ini bisa menjadi bahan gosip. Mereka pasti berpikiran yang tidak-tidak.

"Ini bukan tempat untuk bermain, pergilah."

"Tidak."

"Kim Taehyung!" Bentakku, membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahku. Mau tidak mau aku harus memelankan suara. "Tidak bisakah kau pergi? Aku sedang bekerja."

"Kalau begitu katakan sesuatu dan aku akan pergi." Dia tersenyum. Sungguh, bocah ini benar-benar menyebalkan.

"Te-ri-ma ka-sih." Kataku dengan penuh penekanan.

"Eyy, bukan itu. Yang lain."

Sungguh, Kim Taehyung tidak akan ada habisnya jika diberi tanggapan. Aku lebih memilih menyalakan komputer dan mulai bekerja.

"Noona."

Noona? Dia sedang memanggilku noona? Rupanya Kim Taehyung sedang berada dalam mode bocahnya. Dulu aku sangat tidak suka saat Taehyung sedang dalam mode ini. Aku lebih suka Kim Taehyung yang tegas dan jantan. Astaga, apa-apaan aku ini? Apa yang aku pikirkan?

"Noona, kau melamun? Komputermu sudah menyala. Ada yang bisa aku bantu?"

"Kau sangat membantu jika pergi."

"Baiklah, aku akan pergi jika kau bersedia mentraktirku saat makan malam nanti. Akan kuanggap itu sebagai ucapan terima kasihmu."

Aku berpikir sejenak. Haruskan aku menyanggupi hal itu? Tak masalah, aku akan mengajak Jungkook nanti.

"Tapi hanya kita berdua. Aku tak mau kau mengajak Jungkook atau bahkan Yoongi Hyung."

Sial! Apa bocah ini bisa membaca pikiranku? Dan apa maksudnya aku tidak boleh mengajak Jungkook?

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Nanti malam Noona yang jemput aku ya? Kalau aku yang menjemput Noona, nanti Jungkook merengek minta ikut. Aku tidak mau mengajak Jungkook. Aku ingin malam ini menjadi malam yang spesial untuk kita berdua." Jelasnya dengan wajah ceria.

Sebelum aku mengatakan sesuatu, Taehyung sudah lebih dulu pergi.

Aku menghela napas panjang. Cobaan apa lagi ini?

Jungra POV End

*

*

*

Jungra memarkir mobilnya di depan gedung apartemen Taehyung. Beberapa kali dia mencoba menghubungi Taehyung tapi tak juga mendapat respons. Padahal sebelum Jungra berangkat, Taehyung masih sempat membalas pesannya. Pria itu berkata jika dia akan segera siap dan menyuruh Jungra untuk berangkat. Namun nyatanya hingga beberapa menit Jungra menunggu, lelaki itu tak kunjung muncul.

"Ya! Kau di mana?" Akhirnya panggilan via telepon kepada Taehyung mendapat respons.

"Eoohh, Noona. Tunggu sebentar. Aku ketiduran. Aku—aku sudah di bawah." Suara Taehyung terdengar putus-putus karena dia sedang berlari.

Jungra menjauhkan ponselnya kemudian menatap benda modern itu dengan tatapan tidak percaya. "Apa-apaan dia?"

"Noona!" Dari kejauhan, terlihat Taehyung yang sedang melambai-lambaikan tangannya.

Pria itu berlari dan membuka pintu mobil Jungra. "Noona, biar aku yang menyetir."

Jungra menatap Taehyung dengan tatapan penuh kekesalan. Berbanding terbalik dengan Taehyung yang memberi tatapan penuh sukaria.

Tanpa berkata-kata, Jungra melepas seatbelt-nya lalu turun dari mobil. Gadis itu sengaja menabrakkan bahunya pada lengan Taehyung dengan sedikit keras untuk menunjukkan kekesalannya.

"Sudah siap?" Tanya Taehyung saat Jungra sudah duduk di sebelahnya.

Jungra tak menjawab. Dia hanya menatap lurus ke depan. Mendapati hal itu, Taehyung hanya tersenyum. Dia sudah sangat hafal dengan sifat Jungra. Jadi hal seperti ini bukanlah hal sulit untuk Taehyung atasi.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajah tampannya, Taehyung mulai menjalankan mobil Jungra.

*

*

*

Mobil yang ditumpangi Taehyung bersama Jungra itu telah berhenti. Namun dua orang yang berada di dalamnya tak kunjung turun. Jungra masih sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri sedangkan Taehyung masih sibuk menatap Jungra yang sedang sibuk menoleh ke kanan kiri itu.

Setalah memastikan jika dirinya tidak sedang berhalusinasi, Jungra berhenti menoleh. Gadis itu menatap Taehyung. "Kau gila?"

"Ani." Jawab Taehyung santai.

"Apa-apaan ini? Kau sedang mempermainkanku?"

Jungra benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa Kim Taehyung mengendarai mobil hanya untuk kembali lagi menuju apartemennya? Saat ini mereka sedang berada di basement apartemen Taehyung. Lalu untuk apa mereka tadi berkendara? Sungguh, tak seorang pun paham dengan pemikiran Kim Taehyung.

Taehyung tersenyum sambil menggeleng.

"Kim Taehyung, aku sudah benar-benar lelah berurusan denganmu. Tidak bisakah kau enyah dari hadapanku selamanya?"

Senyum Taehyung tiba-tiba menghilang digantikan dengan raut wajah terkejut. Beberapa detik kemudian, raut itu berubah lagi menjadi raut penuh keseriusan.

"Sebenci itukah kau padaku?"

"Ne."

Taehyung menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan serius kali ini. Ayo turun." Pria itu membuka pintu mobil kemudian mulai beranjak tanpa menoleh sedikit pun pada Jungra.

Mendapati hal itu, lagi-lagi nyali Jungra menciut. Dia memang lebih menyukai Taehyung yang serius. Namun jika pria itu sedang serius dalam suasana yang tidak mengenakkan, maka Jungra takut.

Jungra melangkah turun dari mobil, kemudian dengan langkah sedikit cepat mulai menyusul Taehyung.

*

*

*

Jungra menatap hidangan yang tersaji di hadapannya. Antara kagum dan bingung. Saat ini perhatiannya terpaku penuh pada makanan berwarna gelap yang ada dalam piring. Dia sangat menyukai makanan yang berisi banyak bahan itu. Sebut saja beef bourguignon, makanan khas Prancis yang sudah menjadi kesukaan Jungra sejak pertama mencicipinya.

Menariknya, Kim Taehyung adalah satu-satunya orang yang tahu jika Jungra sangat menyukai beef bourguignon.

Selesai mengisi penglihatannya dengan sang beef bourguignon, Jungra beralih menatap Taehyung. Pria itu masih setia dengan wajah seriusnya.

"Makanlah." Perintah Taehyung terdengar datar dan sedikit dingin.

Sungguh, Jungra sangat ingin segera makan seperti yang Taehyung perintahkan. Namun melihat Taehyung yang sepertinya sedang berada dalam mode seriusnya, Jungra enggan untuk mulai melahap makanan di hadapannya.

"Kau tidak suka?"

Jungra segera menggeleng. "Aku menyukainya."

"Lalu? Kenapa tidak makan?" Walau sedang bertanya, tetap saja nada bicara Taehyung terdengar datar.

Jungra ingin menjawab, tapi dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Makanlah." Titah Taehyung lagi.

Perlahan, Jungra mulai menggerakkan sendoknya untuk menyendok beef bourguignon yang ada di piringnya. Kemudian sepotong daging meluncur ke dalam mulutnya. Jungra mengunyahnya dengan penuh penghayatan, tak lagi menghiraukan Taehyung yang sempat membuatnya takut tadi.

"Enak?"

Jungra mengangguk, lalu kembali memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. Taehyung tersenyum tipis mendapati hal tersebut.

*

*

*

Wine time.

Taehyung mengajak Jungra berpindah menuju ruang spesial miliknya, di mana mereka bisa menikmati wine sambil melihat pemandangan Seoul melalui dinding transparan.

Jungra memegang gelas wine-nya sambil berdiri memandangi Seoul yang penuh cahaya lampu. Taehyung yang baru saja dari dapur berjalan menghampiri Jungra. Dia berdiri di samping Jungra tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yang dilakukannya hanyalah menatap profil seorang Jeon Jungra yang menurutnya sangat cantik itu.

Merasa diperhatikan, Jungra menoleh. Dia mendapati Taehyung yang sedang menatapnya. Jungra ingin berkata sesuatu tapi otaknya tak mampu memproses apa pun. Maka yang dilakukannya hanyalah menatap Taehyung. Mereka saling menatap.

Sambil terus menatap, Taehyung mengambil satu langkah untuk lebih dekat dengan Jungra. "Kau sangat cantik." Katanya sambil menyampirkan rambut Jungra ke belakang telinga.

Jungra tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya menatap wajah tampan Taehyung yang tepat berada di hadapannya.

"Kau ... sangat cantik." Kali ini Taehyung mengatakannya sambil berbisik, mendekatkan bibirnya pada telinga Jungra.

Jungra tak dapat berbohong, saat ini jantungnya sedang berdebar kencang. Tidak, Jungra tidak mungkin membiarkan hal ini terus terjadi. Dia harus sadar diri.

Tangannya yang tidak memegang gelas dia gunakan untuk mendorong Taehyung dengan sedikit kencang.

"Aku harus pulang." Katanya sambil meletakkan gelas wine di meja.

Jungra sedikit berlari menuju pintu keluar. Sementara itu, Taehyung hanya menunjukkan senyum penuh kemenangannya.

"See? Kau memang masih mencintaiku." Ucap Taehyung saat Jungra benar-benar sudah pergi.

TBC






___________
2018-12-30

Continue Reading

You'll Also Like

8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
723K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...