BAD ASS

By redbloodrv

100K 9.7K 273

"Irene Bae, diminta menjadi seorang pengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta oleh teman masa kecilnya... More

BAD ASS : Prolog
BAD ASS I : Who are You?
BAD ASS II : Let's Fight Today!
BAD ASS III : Curious about Me?
BAD ASS IV : A Drunker and Jerk with Tears
BAD ASS V : SEULGI, Always Bad Ass
BAD ASS VI : Saturday with Rain, Warm, Untouched
BAD ASS VII : Too Fast at Changed
BAD ASS VIII : Let Me Breathe
BAD ASS IX : Desire
BAD ASS X : LOUDER
BAD ASS XI : SEULGI, The Pervert, Insensitive and Romantic
BAD ASS XII : TRAGIC DEMISE (Part 1)
BAD ASS XIII : TRAGIC DEMISE (PART 2)
BAD ASS XV : La vèritè
BAD ASS XVI : Unwanted Prayer
BAD ASS XVII : SINK
BAD ASS XVIII : Not Over
BAD ASS XIX : A Year Without End
BAD ASS XX : The Final Round for Kang Seulgi
BAD ASS : Epilog (extended)
FUN FACTS : BAD ASS

BAD ASS XIV : The Same Wound

3.6K 383 17
By redbloodrv


Suara langkah kaki terdengar. Suara helaan nafas bahagianya juga terdengar. Akhirnya setelah satu minggu meninggalkan Seoul dia bisa kembali. Irene Bae sudah menyelesaikan segala urusannya di London. Kemungkinan, ia akan lebih lama mengunjungi kota indah itu lagi. Karena saat ini, dia ingin terus berada di Seoul. Ini pertama kalinya setelah sekian lama dia merasakan hal ini lagi. Merasakan bagaimana rindu itu.

Yup, dia begitu merindukan beruangnya. Ah, terlalu banyak orang mengatakannya beruang. Jelasnya, dia begitu merindukan Kang Seulgi, si pengisi hatinya.

"Ya! Irene eonnie! Sudah jangan terus melamun" Seseorang membuyarkan lamunan Irene. Sebenarnya Irene tidak melamun. Hanya saja dia senang bisa kembali ke Seoul.

"Oh?! Bukan Seulgi yang menjemput ku?" Tanya Irene tidak menemukan Seulgi. Dia menemukan Joy yang menunggunya sejak tadi.

"Dia mengirim pesan padaku. Katanya ada urusan mendadak" Jawab Joy. Secepat itu, Irene merasa sedih karena seharusnya dia bisa lebih cepat bertemu dengan Seulgi.

"Baiklah, aku mengerti" Ujar Irene dan mengikuti langkah Joy menaiki mobil yang di kendarai Joy.

"Aku tahu kau merindukannya. Beruntunglah, dia meminta mu untuk datang ke apartemennya dulu. Tapi, jika kau tak keberatan" Jelas Joy dan hal ini membuat Irene sangat bersemangat.

"Benarkah?" Tanya Irene.

"Iya benar. Ini" Joy melemparkan kunci mobilnya kepada Irene dan Irene menangkapnya cepat.

"Aku tahu, kau pasti tak sabar"

Joy membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Irene masuk dan mengemudikan mobilnya. Irene memang lelah, tetapi hal ini akan sangat menarik baginya. Bahwa dia akan mempersingkat waktunya dan mempercepat untuk bertemu dengan beruangnya. Ah, iya benar, Seulgi-nya.

***

----Seulgi's Apartment

Irene dan Joy berjalan menuju apartment Seulgi. Irene tidak membawa kopernya dan meninggalkannya di mobil Joy. Menurutnya, dirinya adalah oleh-oleh untuk Seulgi. Tapi kata Joy, Irene percaya diri sekali.

"Eonnie, aku naik ke apartment ku saja ya..." Ujar Joy yang mengantarkan Irene ke depan Apartment Seulgi.

"Baiklah, nanti aku telepon kalau aku mau pulang" Jawab Irene.

"Tidak perlu. Seulgi eonnie, pasti akan mengantarmu pulang. Pakai saja mobil ku. Tidak apa-apa" Jelas Joy kembali dan berjalan perlahan meninggalkan Irene.

Namun, sebelum Joy pergi lebih jauh lagi. Joy tiba-tiba berhenti dan memperhatikan pintu apartment Seulgi. Dia merasa sangat curiga.

"Tunggu sebentar..." Joy menghalangi Irene yang hendak menekan bell.

"Wae yo?" Tanya Irene penasaran dengan gelagat Joy yang lebih mencurigakan.

"Aku tak pernah, melihat pintu apartment tidak terkunci" Jawab Joy kemudian menarik pintu yang tidak terkunci. Pintu itu di sumbat oleh sebuah batu. Bahkan alarmnya juga tidak berbunyi.

"Ini tak beres..."

Joy dengan sigap masuk ke dalam Apartment Seulgi dan disusul oleh Irene. Joy berlari sedikit dan dia berhenti. Matanya seakan tak percaya melihat apa yang ia lihat sekarang.

"Apa yang baru saja terjadi?" Tanya Joy dengan nada yang bergetar. Irene yang tepat di belakangnya juga tak percaya melihat ini.

"Dimana Seulgi?" Tanya Irene tak menemukan Seulgi disini.

Di ruangan ini. Ruangan yang begitu berantakan. Begitu banyak serpihan kaca yang berserakan. Mulai dari vas bunga yang pecah sampai meja yang terbuat dari kaca juga pecah.

"Kang Seulgi?!" Joy setengah berteriak dan mencari Seulgi di dalam apartment ini. Melihat itu, Irene juga ikut mencari keberadaan Seulgi di apartment yang cukup luas dengan beberapa ruangan berbeda.

Brakk!!

Joy mendobrak pintu salah satu kamar dari apartment ini. Joy mulai panik. Matanya mencari-cari keberadaan Seulgi di kamar ini. Namun, ia tak melihat satupun tanda-tanda. Ruangan ini bahkan tak tersentuh. Namun, Joy menemukan hal yang janggal.

"Apa mungkin..."

Joy berjalan menuju sebuah lemari putih. Dia mengikuti cairan merah yang seperti sebuah jejak. Joy sangat takut jika dia menemukan sesuatu yang aneh. Namun, Joy membuang pikiran itu jauh-jauh. Perlahan Joy membuka pintu lemari yang ada di hadapannya.

Sreet

"Oh, my. . ." Joy benar-benar terkejut. Dia bahkan sampai terduduk lemas. Ia menitihkan airmata nya.

"Joy, apa kau sudah me..." Perkataan Irene terhenti.

Joy menoleh kearah Irene. Dia melihat Irene yang lebih terkejut darinya. Tubuhnya bergetar hebat. Irene dengan sekuat tenaga berjalan menuju lemari putih ini. Ia menemukan yang Joy temukan.

Mereka menemukan Seulgi yang penuh luka dengan Yeri yang berada di pangkuannya. Irene berjalan lebih dekat dan menarik nafasnya kasar. Kepalanya terasa sangat pusing. Namun, dia begitu bersyukur saat mendengar deru nafas Seulgi maupun Yeri.

"Seulgi..." Lirih Irene tak mampu berteriak. Dia membelai wajah Seulgi dan berucap kembali.

"Kang Seulgi!" Irene setengah berteriak. Tenggorokannya terasa tercekik.

Perlahan tapi pasti. Seulgi mulai merespon. Seulgi dengan hati-hati membuka matanya yang lebam entah karena apa.

"Kang Seulgi. . ." Seulgi tersenyum saat ia mendengar suara itu lagi.

-Sebelumnya-

Brakk!

Seseorang berhasil mendapatkan Seulgi. Dia membanting Seulgi ke pintu kamar. Seulgi berusaha menahan sakitnya. Kemudian, sosok ini mengantuk kan kepala Seulgi ke pintu kamar.

"Arggh!"Rintih Seulgi.

"Suruh dia buka pintunya. Kau tak akan ku sakiti"Jelas sosok dengan suara berat ini.

"Shireo. Aku tak akan membiarkanmu, melukai adik ku"Jawab Seulgi mantap. Sosok ini menajamkan matanya. Mendengar perkataan Seulgi, membuatnya benar-benar marah.

"Adik katamu?! Brengsek!"

Kemudian dia menarik Seulgi ke ruang menonton. Ia melemparkan tubuh Seulgi ke meja berkaca. Meja itu hancur dan Seulgi jelas penuh dengan luka. Dia masih menahan perihnya.

"Ini yang terakhir, berikan kuncinya atau kau yang mati!"Ancamnya menarik kerah baju Seulgi. Menatapnya tanpa kasihan.

"Bunuh saja aku..."Tantang Seulgi dan memberikan senyuman terbaiknya. Membuat sosok ini sungguh sangat geram.

Debum! Dia melempar Seulgi ke bawah.

Bugh! Ia memukul wajah Seulgi. Tanpa ampun. Meskipun Seulgi memohon ampun.

"Dia adalah kesalahan! Kesalahan ibumu! Aku tak terima ia disini! Dia harus pergi sama seperti ibunya!"Jelas sosok ini. Namun, Seulgi tak goyah sedikitpun.

"Aku tak perduli jika dia adalah kesalahan. Aku juga tidak perduli jika Daniel adalah kesalahan. Aku menerima mereka berdua dalam hidupku. Kau lupa, siapa yang kau dan ibu sakiti sebenarnya. Luka ini terus sama dan hanya untuk ku. Pukul aku, banting aku, lukai aku sepuas yang kau mau. Tapi, jangan sentuh kedua adik ku"

Seulgi meneteskan airmata nya. Dia tersenyum penuh kemenangan. Meski pada akhirnya dia tahu. Dia akan terus terluka. Sosok yang tak lain Ayahnya sendiri ini, siap dengan pukulannya. Ini sudah terlalu biasa untuk Seulgi. Luka yang sama. Luka yang akan selalu terbekas di tubuhnya dan membekas kuat di hatinya.

-End Flashback-

.

.

Saat ini, Seulgi bersama dengan Irene. Mereka berada di dapur. Irene mencoba mengobati luka yang terdapat pada wajah Seulgi. Irene menahan tangisannya. Dia tak tahu harus melakukan apa. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan Seulgi. Dia harus kuat, agar Seulgi kuat. Selama mengobati luka, Seulgi menceritakan segalanya pada Irene.

"Apa aku terlihat sangat buruk? Kau tampak takut melihat ku..." Tanya Seulgi. Irene tak menjawab pertanyaan ini.

"Kita harus pergi ke Rumah Sakit. Aku tak bisa mengobati semua luka ini" Ujar Irene. Mengalihkan pembicaraan ini.

"Hey..." Lirih Seulgi dan menahan tangan Irene. Seulgi menatap mata Irene sangat lama. Irene juga membalas tatapan itu. Kemudian dia tersenyum pahit.

"Aku harus membawamu, pergi dari sini. Pergilah bersama ku dan bawalah Yeri bersama mu. Aku baru saja mencintai Seoul karena dirimu. Namun, melihatmu seperti ini, aku tak sanggup. Kita harus pergi dari sini" Pinta Irene meneteskan airmata nya.

"Aku tidak apa-apa. Ini hanya permasalahan kecil. Meski akhirnya kau tahu bahwa, aku dan Daniel tidak satu ibu. Juga, aku dan Yeri bahkan bukan satu Ayah. Jangan di pikirkan, Appa hanya membenci Yeri dan benci Daniel mati. Tapi, Ayahku tak sepenuhnya membenci ku. Percayalah..."

Seolah Seulgi baik-baik saja. Hal ini tak bisa diterima Irene begitu saja. Dia muak dengan Seulgi yang merasa dirinya sangat kuat. Dia kesal, karena Seulgi malah tersenyum disaat-saat seperti ini. Jika saja Seulgi tahu. Ini menyakitkan untuk seorang Irene.

"Seulgi..." Panggil Irene pelan. Seulgi tersenyum dan mengerti apa yang Irene inginkan.

"Baiklah. Kau bisa membawa ku pergi bersama dengan Yeri. Tapi, aku tak ingin pergi dari Seoul" Ujar Seulgi mengabulkan setengah dari permintaan Irene.

"Deal" Irene mengulurkan tangannya. Seulgi meraih itu tangan itu.

"Deal" Ujar Seulgi dengan senyuman terbaiknya. Kemudian Seulgi melepaskan uluran tangan Irene.

Seulgi lalu menyentuh dahi Irene dengan jari telunjuknya. Kemudian jarinya itu turun ke pangkal hidung Irene. Turun lagi dan menyentuh bibir hangat nan pink milik Irene. Sampai jemari itu menyentuh sudut terakhir dari dagu Irene.

"Aku senang kau kembali..." Ucap Seulgi dengan wajah imutnya meski penuh dengan plaster penutup luka.

"Tapi, kau tidak menjemput ku" Adu Irene dan dia berusaha memberikan senyuman terbaiknya. Seulgi menyesali hal ini.

"Mianhe..." Ucap Seulgi kemudian dia mengecup dahi Irene dengan sangat lembut. "Kau beruntung, bibir ku terluka. Jadi, aku tak bisa mencium mu hari ini atau jangan-jangan kau merindukan ciuman ku" Ledek Seulgi kembali pada dirinya yang dulu.

"Aish!" gerutu Irene lalu mencubit perut Seulgi dan yang di cubit antara menahan geli dan menahan sakit.

"Aku tidak apa-apa. Juga, aku akan terus berdoa, agar bibir ku cepat sembuh dan bisa mencium mu hari ini. Aku tak akan melewatkan bibirmu. Tidak akan" Jelas Seulgi yang kini mulai mengatakan kata-kata bualannya.

Namun, Irene sangat senang. Akhirnya, dia tidak perlu bertindak yang berlebihan. Meski kata-kata Seulgi membuatnya jengkel dan mesum. Tapi, jika saja Seulgi tahu, kata-kata Seulgi yang membuatnya jauh lebih tenang.

***

----Sebuah Parkiran

Joy dan Yeri diperintahkan untuk membeli bahan makanan. Yup, Yeri dan Seulgi akan tinggal bersama dengan Irene untuk sementara waktu. Rencananya, Seulgi akan pindah ke rumahnya yang lama. Seulgi, yakin Ayahnya tidak akan mendatangi mereka.

Seulgi duduk di kursi penumpang di depan. Sementara Irene berada di balik kemudi. Dia tak mengizinkan Seulgi untuk mengendarai mobil ini.

"Jadi, apa yang kau lakukan selama aku tidak ada?" Tanya Irene penasaran.

"Well, aku hanya menjalani aktivitas seperti biasanya" Jawab Seulgi dan tentu ini sebuah kebohongan.

"Aku tak percaya..." Ungkap Irene.

"Aku tahu kau tak akan percaya. Terpenting, aku ada disini sekarang. Kau juga ada disini" Jelas Seulgi santai. Ya, Seulgi beruntung. Karena luka yang diperbuat Ayahnya membuat luka atas balapan liarnya tidak kelihatan. Tangannya juga sudah membaik.

Mereka saling diam. Irene tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Namun, Seulgi punya ide yang sangat hebat. Dari pada dia bosan menunggu Joy dan Yeri. Lebih baik dia memutar radio.

Tap!

Seulgi menekan tombol on. Tapi, anehnya dia merasa tak menekan sebuah tombol. Melainkan sebuah jari yang ikut menekan tombol yang ingin Seulgi tekan. Jari ini milik Irene. Seulgi menoleh kearah kiri dan dia tersenyum. Dia punya ide yang lebih hebat lagi.

Seulgi menangkup kedua wajah Irene untuk mendekat ke wajahnya. Seulgi masih mempertahankan senyumannya. Kemudian dia lebih maju untuk lebih dekat pada Irene. Sedetik kemudian, bibirnya sukses menyentuh bibir hangat milik Irene. Seulgi menyesapnya dengan perlahan. Persetan, dengan bibirnya yang sakit ini. Dia sudah bertekad tidak akan melewatkan satu ciuman pun.

Seulgi terus melumat dan mengecap. Ia mencoba membuat Irene untuk membalas ciumannya. Jangan disuruh, Irene akan melakukan itu. Irene membalas ciuman itu, melumatnya dengan lembut.

Seulgi mengeyeritkan dahinya saat Irene menyentuh luka yang ada pada bibir Seulgi. Irene jelas tidak salah. Salahkan luka itu. Namun, Seulgi tak ingin menyudahi ciuman ini. Dia kemudian beralih ke bibir bawah Irene. Begitu sebaliknya.

"Aku merindukanmu..."Ujar Seulgi di sela ciumannya.

"Aku sangat merindukanmu"Jawab Irene.

Mereka seakan tak perduli. Ini adalah pelampiasan sebuah rindu. Semoga, ciuman ini bisa mengobati rasa rindu dan luka yang dipikul Seulgi terus menerus.

.

.

Ceklek!

"Mianhe, kami sangat lama" Ujar Joy yang membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Tidak apa-apa" Jawab Irene. Sebelum Joy membuka pintu, mereka terpaksa menyudahi ciuman itu.

"Kita lanjutkan nanti..." Lirih Seulgi. Namun, semua orang di dalam mobil jelas mendengar kata-kata Seulgi.

"Oh?! Melanjutkan apa?" Tanya Joy yang heran.

"Maksudnya melanjutkan perjalanan" Jawab Irene tersenyum dengan susah payah. 'Brengsek kau Seulgi!!' gumam Irene.

"Ayolah, mereka sepasang kekasih. Jangan percaya kata-kata itu..." Ujar Yeri santai dan memasang headshetnya.

"Kalian membuat ku tak paham" Ujar Joy jujur dan ikut melakukan apa yang Yeri lakukan dengan memasang headshet di telingnya.

Irene hanya melirik Seulgi dengan tatapan sinis. '

"Dasar beruang brengsek!" -Irene

"Ayolah. Kau menikmatinya" -Seulgi

***

----Irene's Apartment, Ruangan membaca

Irene meletakan sebuah selimut tebal. Kemudian merapikan beberapa selimut lainnya agar terlihat rapi. Ruangan membaca ini adalah kamar Seulgi sementara. Karena Irene hanya memiliki satu kamar disini.

"Kau yakin tidak mau di kamar ku saja dengan Yeri? Aku saja yang tidur disini..." Tanya Irene khawatir.

"Yakin" Jawab Seulgi merebahkan tubuhnya diatas tumpukan selimut.

"Kalau dingin masuk saja ke kamar ku. Kita bertukar tempat" Ujar Irene. Seulgi menggeleng, kemudian dia menarik Irene ke pelukannya.

"Kalau begitu, tidur bersama ku saja" Jawab Seulgi memeluk Irene lebih erat dengan gemas.

"Ya! Pikirkan Yeri juga" Ujar Irene mengetuk kepala Seulgi.

"Nanti kalau kita menikah. Pasti akan ada Yeri. Maka mulai sekarang, kita harus belajar. Yeri juga harus belajar dengan adanya kita. Aku tak yakin Yeri akan betah jika tiap malam kita..." Seulgi mulai berpikir.

"Brengsek! Bisa-bisanya kau berpikiran seperti itu" Kesal Irene.

"Yeri jelas tak betah kalau tiap malam kita bertengkar. Aku kan mau bilang itu..." Jawab Seulgi dengan polos. Irene tak percaya akan itu.

"HA HA. Lucu sekali Seulgi" Irene masih tak percaya. Karena menurutnya, Seulgi berpikiran mesum sekarang. Irene kemudian melepaskan pelukan Seulgi dan pergi dari ruangan ini.

"Kan memang benar" Seulgi setengah berteriak sebelum Irene meninggalkannya. Namun, Irene hanya mengangkat kedua bahunya dan pergi.

.

.

Hari berganti malam. Yeri tengah mengunyah makan malam yang dibuatkan Irene. Yeri tak banyak bicara sejak kejadian itu. Bahkan Joy juga terus di diamkan oleh Yeri.

"Seulgi dimana?" Tanya Irene.

"Tidur" Jawab Yeri cepat.

"Kau tak membangunkannya? Baiklah, tunggu sebentar..." Ujar Irene.

"Tidak perlu. Tadi, dia bilang tidak ingin makan malam. Aku rasa, Seulgi eonnie tidak selera makan. Dia sangat lelah" Jelas Yeri sebelum Irene beranjak lebih jauh dari tempatnya.

"Baiklah. Aku temani kau makan" Irene duduk kembali dan menemani Yeri menyelesaikan makan malam.

"Tidak perlu. Nanti biar aku yang mencuci piring. Kau bisa istirahat" Ujar Yeri menolak di temani.

"Tidak apa-apa. Lagi pula Seulgi sudah tertidur. Aku juga tidak lelah. Juga, aku harus memastikan kau tidur dengan baik malam ini" Ujar Irene memberikan penjelasannya. Dia tersenyum, tetapi Yeri hanya menarik sudut garis bibirnya sedikit. Dia benar-benar pelit untuk tersenyum saat ini.

Irene masih setia menemani Yeri. Bahkan sekarang Yeri tengah mencuci piringnya. Irene selalu mengikuti kemanapun Yeri melangkahkan kakinya. Merasa cukup terganggu dengan Irene. Yeri to the point.

"Kau penasaran dengan ku?" Tanya Yeri dan Irene mengangguk.

"Baiklah..." Yeri menghela nafasnya dan meletakan piring terakhir di atas rak.

"Aku tak tahu harus memulainya darimana. Juga, aku tak bisa mengatakan apa-apa tentang diriku kepadamu. Mianhe..." Jelas Yeri kemudian dia meninggalkan Irene menuju kamar.

"Kakak adik sama saja..." Gerutu Irene kemudian dia mengikuti Yeri dari belakang.

.

.

Irene naik keatas tempat tidurnya. Dia menghadap ke kanan tak lain menghadap Yeri dan Yeri juga melakukan hal yang sama. Menghadap Irene dan menatapnya. Irene yang tak suka dengan cara pandang Yeri mulai bertanya.

"Ada apa?" Tanya Irene sebenarnya dia penasaran sekali pada Yeri.

"Kenapa kau menerima Seulgi eonnie?" Jawab Yeri dan bertanya balik. Irene mengerutkan dahinya.

"Bukannya kau senang kalau aku menerima Seulgi?" Tanya Irene balik.

"Ne. aku juga yang mendukungnya untuk mengatakan perasaannya padamu. Di bantu oleh Joy eonnie juga. Aku hanya khawatir pada Seulgi eonnie. Kau adalah yang pertama baginya. Dia benar-benar tidak berpengalaman" Jawab Yeri.

"Pria ataupun Wanita?" Tanya Irene dan Yeri mengangguk.

"Maukah kau berjanji padaku satu hal saja?" Tanya Yeri dan Irene menganggap hal ini sangatlah serius.

"Berjanji soal apa?" Tanya Irene balik. Dia tak sabar dengan jawaban Yeri.

"Berjanjilah padaku. Bahwa apapun yang dia lakukan dan salah di matamu, kau akan memaafkannya" Jawab Yeri dengan penuh harap.

"Aku selalu memaafkan siapapun" Ucap Irene dan Yeri tersenyum tipis.

"Aku sangat berharap akan itu" Ujar Yeri kemudian dia membalikan tubuhnya membelakangi Irene.

"Aku juga berharap, aku bisa dapat mengenal kalian. Aku ingin melindungi kalian berdua" Jelas Irene menatap langit-langit kamarnya. Yeri kembali membalikan tubuhnya dan berbalik kembali ke Irene. Dia tersenyum dengan sangat lembut.

"Salam kenal. Aku Kang Yeri, mohon kerjasamanya" Sapa Yeri sedikit terkekeh.

"Mwo ya? Baiklah, aku Irene Bae" Jawab Irene dan dia ikut tertawa.

Perlahan Yeri menutup matanya dan masuk ke dalam mimpinya. Irene tak memejamkan matanya. Dia benar-benar ingin memastikan Yeri tertidur malam ini. Ada sekitar 10 menit Irene memastikannya. Setelah yakin Yeri sudah tertidur. Irene perlahan beranjak dari tempat tidurnya.

Dia beralih ke ruang baca. Dia menemukan Seulgi yang tertidur dengan pulas juga dengkuran khas darinya. Irene membaringkan tubuhnya di samping Seulgi yang membelakanginya. Lalu, tangannya melingkar di perut Seulgi. Perlahan Irene merapatkan matanya dan tertidur disana.

***

----Reveluv Cafe

Hari ini Seulgi tak masuk sekolah. Karena kepalanya masih terasa sangat pusing. Seharusnya Seulgi bertemu dengan Mark, Joy atau Wendy untuk menanyakan hasil investigasi mereka. Jadi, Seulgi memutuskan untuk bertemu dengan Wendy saja disini.

"Selamat Datang di Reveluv Cafe" Sapa pelayan kepada seseorang Pelanggan yang tak lain adalah Wendy.

"Yo! Wendy" Panggil Seulgi seraya mengangkat tangan kirinya.

Wendy yang mendengar suara Seulgi dan tahu dimana temannya ini langsung menuju ke tempat itu.

"What the hell! Apa yang terjadi padamu? Kau bertengkar dengan siapa?" Tanya Wendy yang sadar dengan luka pada wajah Seulgi.

"Biasa. Aku bertengkar dengan Ayahku" Jawab Seulgi berterus terang.

"Astaga. Aku sungguh tak mengerti. Bagaimana bisa kau bertahan selama ini?" Wendy menghela nafasnya membayangkan apa saja yang dilakukan Seulgi.

"Hmm, ini sudah biasa. Tak usah perdulikan" Jawab Seulgi memilih untuk tak menjawabnya.

"Ehem..." Wendy berdeham. Dia ingin langsung mengatakan hasil investigasinya. "Ku pikir tebakanmu salah. Jelas bukan dia" Ungkap Wendy.

"Ayolah. Itu sudah jelas dia" Bantah Seulgi. Wendy menggeleng kemudian menjelaskan apa yang dia dapatkan.

"Oke, aku memang bulan-bulanannya. Terlalu kejam jika dia adalah orang paling jahat disini. Tapi, bukan berarti aku membelanya juga disini. Tapi, faktanya memang seperti itu. Aku katakan sekali lagi padamu, bukan Jisoo" Jelas Wendy dengan terbelit-belit.

"Orang juga sudah tahu bahwa Jisoo adalah sosok yang sangat jahat" Ujar Seulgi tak setuju.

"Sungguh, Kang. Aku bahkan tak menemukan satupun bukti bahwa Jisoo mengenali Oh Sehun. Jangan lupa bahwa dia benar-benar menangis saat bertemu denganmu untuk terakhir kalinya" Jelas Wendy masih membela Jisoo disini.

"Bisa saja dia hanya berpura-pura menangis. Mungkin dia sangat menyesal telah melakukan banyak kesalahan padaku" Timpal Seulgi.

"Kalau untuk masalah pertemanan denganmu aku tak ambil pusing. Masalah ini berbeda. Dia tak mengenal Oh Sehun" Ujar Wendy bersikeras membuat Seulgi mengerti.

"Bisa saja dia menyuruh orang lain dan orang lain itu membantunya mengatakannya pada Oh Sehun. Malam itu hanya dia yang tak datang di acara Yeri" Seulgi tak menyetujui pendapat Wendy.

"Dengar, saat itu kalian sudah tak berteman lagi. Jelas kau tak mengundangnya. Malam itu dia tidak berada di Seoul. Selama satu bulan lamanya dia pergi ke Paris. Itu sangat lama, Seulgi. Kau juga ingin bilang dia tidak datang ke pemakaman Kang Daniel karena takut katamu. Dia pergi bersama Mark di hari pemakaman Kang Daniel. Dia ada di barisan paling belakang bersama Mark" Jelas Wendy panjang lebar.

"Hanya Jisoo yang sangat membenci ku. Moonbyul dan Soojung sangat perduli padaku. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa kedua teman yang selama ini perduli padaku yang mencelakai Kang Daniel?" Tanya Seulgi menitihkan airmatanya.

"Awalnya aku juga tak percaya. Tapi, kalau itu benar. Aku juga tak tahu harus berkata apa. Menurutku, menyerahlah dengan mengatakan Jisoo yang melakukannya. Aku tak membelanya, tapi aku berani mengatakan ini karena fakta" Jawab Wendy meyakinkan Seulgi.

"Baiklah, telepon Jisoo. Suruh dia kembali ke Seoul secepatnya"

***

----Revel High School

Yeri berada disini. Ia duduk di atas tembok yang tinggi dan kalau dia melompat. Dia jelas sudah tak akan bernyawa. Seseorang bisa saja berkata seperti itu. Karena Yeri seakan ingin membunuh diri. Bahkan saat ini, Joy sedang berupaya untuk lari lebih cepat untuk menghentikan Yeri melakukan hal yang tidak-tidak.

Klek!

Joy berhasil membuka pintu menuju balkon ini. Benar saja dia masih menemukan Yeri yang duduk diatas tembok. Joy mengatur alur nafasnya. Perlahan dia berjalan mendekati Yeri. Namun, dia tak ingin Yeri terkejut atas kedatangannya.

"Hai..." Sapa Joy pelan. Yeri mengalihkan pandangannya ke Joy.

"Apa yang kau lakukan? Kau sakit?" Tanya Yeri melihat Joy yang masih mengatur nafasnya.

"Aku tidak tahu. Aku hanya takut padamu" Jawab Joy dan Yeri mengerutkan dahinya. Dia tidak mengerti.

"Apa aku membuatmu takut?" Tanya Yeri kembali. Joy mengangguk.

"Kau duduk diatas tembok ini. Aku takut kau terjatuh ke bawah. Makanya aku berlari kesini. Itu yang membuatku takut kepadamu" Jawab Joy dan Yeri terkekeh mendengarnya.

"Kau takut aku melompat ke bawah begitu?" Tanya Yeri masih terkekeh dan Joy mengangguk.

"Tenanglah. Aku tak segila, teman-teman Seulgi eonnie" Jawab Yeri kemudian dia beranjak dari tembok dan berdiri berhadapan dengan Joy.

"Tapi, aku khawatir" Ujar Joy memberikan maksud ketakutannya. Yeri hanya terkekeh dan mengalihkan pandangannya ke langit yang ada di hadapannya.

"Terimakasih telah mengkhawatirkan diriku. Jangan cemas" Ujar Yeri dan tersenyum sangat indah.

Saat ini Joy begitu terpaku melihat senyuman Yeri. Ini pertama kalinya ia melihat Yeri tersenyum seindah ini. Pikirnya dulu, Yeri adalah seseorang yang tak suka tersenyum seperti ini. Senyuman ini menghangatkan dirinya. Pesona Yeri memang berbeda dari Seulgi. Tapi, Yeri memang berbeda.

"Luka itu. Apakah sudah membaik?" Tanya Joy dan Yeri menyentuh sudut bibirnya. Luka ini bekas pukulan dari Ayah tirinya.

"Sudah" Jawab Yeri santai dan dia tak berani menatap Joy.

Benar saja, Yeri mengingat bagaimana brutalnya Ayahnya memukulnya dan Seulgi. Joy terdiam, seharusnya dia tidak bertanya hal ini. Tapi, Yeri tidak marah. Wajar kalau Joy bertanya, karena tadi saja dia khawatir.

"Joy Sunbaenim..." Panggil Yeri pelan.

"Hmm" Jawab Joy singkat. Dia menunggu Yeri untuk melanjutkan kalimatnya.

"Aku ingin mengungkapkan seluruh rahasia yang ku simpan dari semua orang. Ini tidak hanya masalah siapa yang melakukan itu terhadap Kang Daniel..." Yeri menghentikan kalimatnya. Dia mencoba mengumpulkan kekuatannya.

"Maksudmu?" Tanya Joy penasaran.

"Seseorang yang selama ini mengancam keselamatan Seulgi eonnie, mengancam Daniel oppa, dan aku, bahkan mengancam Jisoo" Jawab Yeri dan dia menitihkan airmata nya.

"Katakan saja. Aku akan melindungi mu" Ujar Joy menyakinkan.

"Maafkan aku. Jika aku mengatakan ini aku tak menjamin keselamatanmu" Jelas Yeri.

"Tidak apa-apa" Ujar Joy menggenggam erat tangan Yeri. Membuatnya untuk lebih kuat.

"Selama ini, dia berada di dekat Seulgi eonnie dan kita. Dia sungguh hebat menyembunyikannya. Namun, semua kelakuannya tercium oleh ku, Daniel oppa dan Jisoo eonnie. Tapi, dia akan mengancam Seulgi eonnie jika kami memberitahukannya. Dia membuat Daniel Oppa meregang nyawa dan Jisoo eonnie terpaksa mengundurkan diri dari sekolah" Jelas Yeri panjang lebar. Joy mengepal tangannya yang satunya. Dia tak percaya akan serumit ini.

"Dia benar-benar kejam. Aku sangat takut, eonnie. Aku takut kehilangan Seulgi eonnie. Aku takut, kalian semua yang terlibat akan bernasib sama. Aku mohon, tolonglah aku..."

Joy menarik Yeri ke dalam dekapannya. Joy merasakan apa yang Yeri rasakan selama ini. Joy membiarkan Yeri menangis sejadinya. Menyimpan rahasia demi seseorang sangatlah berat. Meski Joy tidak pernah merasakan hidupnya terancam. Namun, melihat Yeri yang jarang tersenyum dan sekali tersenyum begitu indah, menjelaskan semuanya. Juga, saat Yeri menangis mengungkapkan ketakutannya.

***

----Reveluv Cafe

Seulgi dan Wendy masih disini. Mereka terus memperdebatkannya. Tinggal menunggu petunjuk dari Mark juga Joy. Tak lama Mark sampai di cafe ini. Dia segera bergegas masuk menemui Seulgi juga Wendy.

"Duduklah..." Ujar Wendy dan Mark segera duduk di sebelah Wendy.

"Boleh aku minum dulu?" Tanya Mark. Seulgi mengangguk dan Mark langsung meneguk habis minuman dingin yang ada di hadapannya.

"Haah..." Mark menghela nafasnya.

"Jadi, apa yang kau temukan?" Tanya Seulgi berterus terang.

"Aku jamin, bukan dia orangnya" Jawab Mark tenang. Seulgi mengerutkan dahinya. Dia seakan tak percaya. Karena sisa kandidat yang terakhir benar-benar membuatnya tak habis pikir.

"Apa benar saat pemakaman Daniel, kau pergi bersama Jisoo?" Tanya Seulgi.

"Yup. Aku juga tak percaya dia akan datang. Tapi, dia menelpon dan mengatakan ingin pergi. Dia takut untuk menemui mu. Takut, kau akan marah" Jawab Mark.

"Terus, bagaimana kau menjamin bukan dia yang melakukannya?" Tanya Seulgi.

"Oke, dia yang memang paling mendekati. Tapi, setelah ku selidiki. Dia tak mengenal Oh Sehun. Maksudku, secara langsung. Dia hanya tahu Sehun itu pembalap. Kau tahu, dia begitu banyak kenalan. Jadi, menurutku bukan dia. Juga, tadi pagi dia menanyakan keberadaan mu. Dia mencoba menelpon, tetapi dia bilang tampaknya kau mengganti nomor ponselmu" Jawab Mark panjang lebar.

"Jadi, kalau bukan Jisoo dan si mesum itu, terus siapa?" Tanya Seulgi geram.

"Tenang. Aku punya bukti yang membuatmu benar-benar tak akan percaya. Bersiaplah, Seulgi..." Jawab Mark kemudian dia membuka tasnya dan memberikan amplop yang didalamnya terdapat beberapa foto. Seulgi membukanya dan terkejut melihat sosok yang ada di foto.

"What the hell?!" Tangannya bergetar melihat foto-foto ini. Dia menitihkan airmata nya.

"Dia jelas kenal dengan Oh Sehun..." Ujar Mark.

"Ini tak mungkin... apa alasannya... Soojung..." Lirih Seulgi.

.

.

Sementara di tempat lain, Yeri menceritakan segalanya kepada Joy.

"Aku memang tak punya bukti kalau dia yang menyuruh Oh Sehun merusak motor Daniel Oppa. Tapi, aku punya bukti lainnya bahwa Soojung terus mengancam" Ujar Yeri.

"Tidak apa-apa. Kami akan menemukan buktinya" Terang Joy.

"Jika orang beranggapan selama ini, Jisoo yang memiliki rencana busuk. Namun, ternyata itu palsu. Dia mengelabuhi Seulgi eonnie dengan mengatakan bahwa Jisoo lah yang merusak semuanya. Saat itu aku tahu, apa yang terjadi. Daniel Oppa juga tahu. Namun, Jisoo diancam jika memberitahukan semuanya. Dia tidak akan segan-segan menghancurkan kelurga Jisoo. Itu mengapa Jisoo eonnie berpura-pura dan merelakan dirinya yang bersalah. Daniel oppa, diancam jika dia membocorkannya, dia akan dibunuh. Tapi, sepertinya Soojung ingkar janji dan membunuh Daniel. Aku. Dia akan membunuh Seulgi eonnie, jika aku membeberkannya"

Yeri menarik nafasnya. Akhirnya dia mengungkapkannya meski itu pada Joy dan akan membahayakan nyawa Joy sendiri. Tapi, Joy tak perduli. Dia akan membantu meluruskan masalah ini.

"Apa yang dia inginkan?" Tanya Joy. Yeri tersenyum tipis.

"Seulgi eonnie" Jawab Yeri.



---BAD ASS---

Selamat beraktifitas semuanya.

-Just Red

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 104K 58
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
856 91 8
[LENGKAP!!] Demi tidak mengulangi kesalahannya dimasa lalu, Deng Jiaxin memaksakan dirinya untuk menjadi yang terbaik untuk kekasihnya. ∆BXB ∆Tf Fam...
248K 14.4K 58
Bae Joo-hyun ( irene) Kang Seul-gi ( seulgi) Son Seung-wan ( wendy) Park Soo Young ( joy) Kim Ye Rim ( yeri ) Pandangan pertamaku tertuju padamu...
211K 15K 31
Amber liu Krystal jung