Not So Husbandable [REPOST]

By Oktyas27

2.7M 141K 3.6K

[KAMPUS SERIES | 1] Bagaimana jika dua orang yang tidak saling kenal harus menikah? Bukan karena perjodohan a... More

00 - Prolog
01 - Single Lady
02 - Good Boy
03 - First Meeting
04 - One Night Lover?
05 - Trouble
06 - Best Mistake
07 - Dear My Future Husband
08 - Let Me
09 - First Date
10 - God Gave Me You
11 - At The Beginning
12 - Meant To Be
13 - What Can I Do
14 - I Like You
15 - Girls Like You
16 - One Kiss
17 - Only You
18 - Now and Forever
19 - Dia Milikku
20 - All of Me
21 - Summer Paradise
22 - Trust Me
23 - Beautiful Thing
25 - Hurt Road
26 - You've Got a Friend
27 - Memories
28 - Bad Feeling
29 - How Long?
Angkut Gino-Andara Pulang!
Spoiler, Sis! Jangan Bilang-Bilang!
PRE ORDER EKSKLUSIF GINO-ANDARA
PRE ORDER REGULAR DIBUKA!
Jemput Gino Andara di Gramedia!
NOT SO HUSBANDABLE DISKON 30%

24 - Jealous

56.9K 4.5K 201
By Oktyas27

I don't like the way he's looking at you
I'm starting to think you want him too
Am I crazy? Have I lost ya
Even though I know you love me, can't help it

Nick Jonas – Jealous

.

.

Perjalanan pulang dari puncak Gunung Sindoro lebih melelahkan. Dengan medan yang terjal dan menurun, para pendaki dituntut untuk ekstra hati-hati. Gino, seperti biasa berjalan di paling akhir barisan, di depannya ada Daniel dan Andara. Sedangkan Andre berada di barisan paling depan, bertukar tempat dengan dosen sok kegantengan itu. Mereka mulai turun pukul sembilan pagi, karena di puncak bau belerang benar-benar kuat dan menganggu. Ditambah dengan angin kuat dan oksigen yang mulai tipis, mereka hanya bertahan setengah jam di puncak.

Pukul satu siang, rombongan berhenti sejenak di pos tiga untuk beristirahat. Tidak ada agenda menginap dalam perjalanan pulang. Gino meneguk air mineral, saat hendak memberikan botol minumnya pada Andara, sudah keduluan Daniel yang kini duduk di depan sang istri. Wanita itu terlihat kelelahan, ia menyeka keringatnya dengan handuk dan meneminum air mineral dari Daniel.

"Masih kuat?" tanya Daniel.

Andara tertawa kecil. "Kalau saya nggak kuat, emang Bapak bisa apa?"

"Saya bisa gendong kamu. Lagian ini udah di pos tiga."

Jawaban Daniel membuat darah Gino mendidih. Baru kali ini ia lihat ada seorang pria yang terlalu gigih atau tidak tahu malu ya tepatnya? Gino mau tak mau mendekati Andara dan Daniel. Ia memberi sakantung jeruk pada kedua orang itu.

"Bu Andara udah nggak kuat? Mau saya panggilin Andre?" tanya Gino, rahangnya mengeras. Ia menahan sekuat tenaga untuk tidak teriak pada Daniel.

"Nggak usah, Gin." Andara melihat ke arah suaminya khawatir. Ia takut lelaki itu salah paham.

"Kalau emang mau digendong, saya rasa lebih tepat yang gendong Andre, karena Bu Andara udah bersuami. Kayak nggak etis aja gitu, kalau Pak Daniel yang gendong."

Andara terlihat terkejut. "Saya masih kuat jalan sendiri kok! Pak Daniel tadi cuma bercanda aja." Ia menghela napas pasrah. Gino sudah terlanjur marah.

"Oke, kalau gitu. Kita siap jalan lima menit lagi, Andre sama Arkan udah siap." Gino melihat ke arah sahabatnya yang sudah berdiri, menunggu yang lain selesai bersiap-siap.

Perjalanan dari pos tiga ke pos dua membutuhkan waktu paling panjang, sekitar dua sampai tiga jam. Gino terus mengawasi Andara yang berjalan lambat, wanita itu jelas sudah sangat kelelahan. Dalam perjalanan ke pos dua, rombongan dibagi beberapa kelompok. Karena beberapa peserta ada yang tidak kuat dan sering berhenti untuk istirahat. Istirahat yang dilakukan pun sangat singkat, hanya sekedar untuk mengatur napas atau meneguk air.

"Kalau nggak kuat jangan dipaksain, ketinggalan rombongan nggak masalah," kata Gino yang berdiri di sebelah Andara. Ia memanfaatkan kesempatan saat Daniel sibuk dengan Risty, yang juga sedang istirahat sekitar tujuh puluh meter di depan mereka.

"Sebentar aja kok istirahatnya," jawab Andara terengah-engah.

Gino dan Andara kembali melanjutkan perjalanan. Daniel dan Risty ternyata sengaja menunggu mereka, membuat Gino tidak bisa leluasa di sekitar istrinya. Mereka terus berjalan tanpa banyak bicara. Lelaki itu sudah ingin segera pulang ke rumah dan bergelung di kasur bersama sang istri. Ia terkekeh kecil saat membayangkan bagaimana nanti Andara mengeluh karena pegal-pegal. Tiba-tiba suara pekikan yang sangat Gino kenal terdengar. Matanya membelalak saat melihat Andara terpelosok dan terjatuh. Ia segera berlari secepat yang lelaki itu bisa, dan menghampiri istrinya yang terbaring. Namun, langkah lelaki itu kalah cepat dengan Daniel yang posisinya lebih dekat dengan Andara.

"Andara, you okay?" Daniel menopang kepala Andara dengan tangannya.

Gino menahan rasa jengkel yang berkumpul di dadanya. Namun, ia menghiraukan amarahnya pada Daniel. Lelaki itu lalu berjongkok di sisi Andara memeriksa keadaan wanita itu. Ia menemukan luka di pipi dan pelipis istrinya. Gino dengan perlahan memeriksa leher dan kepala Andara. Ia sangat khawatir, takut jika istrinya terluka parah.

"Mana yang sakit?" tanya Gino. Suaranya sarat akan kepanikan.

Andara menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk bangun dari lengan Daniel. Ia tidak ingin membuat Gino marah, tapi dia meringis kesakitan. Lelaki itu dengan sigap merengkuh tubuh kecil Andara, lalu berjongkok untuk melihat kakinya. Gino bahkan melepas sepatu wanita itu, untuk melihat kondisi kaki Andara agar lebih jelas.

"Sakit?" Gino menggerakkan pergelangan kaki Andara. Wanita itu mengangguk dan menggigit bibirnya menahan rasa sakit. "Kaki Bu Andara terkilir, bentar lagi kita sampai pos dua. Dari pos dua bisa naik ojek ke pos satu."

Gino berdiri lagi, siap untuk menuntun Andara berjalan menuju pos dua. Akan tetapi, Daniel yang sudah berada di sisi Andara sedari tadi tidak melepaskan wanita itu pada Gino. Ia menatap dosennya dengan jengkel, siap meledak. Sialan! Andara itu istrinya! Harusnya dia yang membawa wanita itu ke bawah, bukan laki-laki lain.

"Saya aja, di sini nggak ada Andre. Lagi pula ini keadaan darurat," tukas Daniel.

Ia menatap Daniel dengan sengit. Dadanya naik turun. Ingin rasanya ia mengambil Andara dan menjauhkan Daniel dari istrinya. Dengan terpaksa Gino membiarkan lelaki itu karena tidak ingin membuat keributan. Lagi pula semakin cepat sampai ke bawah, semakin baik. Gino sebisa mungkin menahan emosinya demi kepentingan Andara. Sampai di pos dua, mereka berempat menggunakan ojek untuk ke pos satu. Karena rombongannya juga sudah tidak terlihat, kemungkinan besar sudah sampai di pos satu.

Sesampainya di pos satu, Gino segera berjalan ke arah Andara yang sudah dipapah oleh Andre. Adik ipar dan beberapa temannya yang lain memang sudah sampai di pos satu. Andara lalu didudukkan di sebuah bangku kayu yang tersedia.

"Bu Andara kenapa?" tanya Mona.

"Tadi jatuh," jawab Gino. "Ada obat merah nggak?"

Mona mengeluarkan obat merah dan menyerahkan pada Gino. Tanpa lelaki itu tahu, Daniel sudah berada di sebelahnya dan mengambil obat merah di tangan Gino. Daniel lalu menuangkan obat merah pada perban dan menempelkan di pipi dan pelipis Andara yang terluka. Gino yang menyaksikan itu mengembuskan napas kasar. Percuma ia di sini, istrinya sudah dirawat oleh pria lain. Gino beranjak pergi. Ia menendang tempat sampah di sana untuk meluapkan emosi yang sedari tadi bergemuruh di dadanya.

"Kita balik sekarang aja," kata Andre, lelaki itu sesekali melirik ke arah Gino. "Udah mau maghrib, biar bisa cepet istirahat."

Tanpa bicara, Gino berjalan menuju tempat penitipan mobil, diikuti Richard dan Andre yang menuntun Andara. Mereka berangkat satu mobil. Saat Gino memasukkan barang-barang ke dalam mobil, tiba-tiba Daniel datang. Lelaki itu menghampiri Andara yang sudah duduk di kursi depan.

"Andara, kamu beneran nggak apa-apa? Saya tahu tukang urut di sekitar sini," kata Daniel, lelaki itu jelas terlihat khawatir.

"Saya nggak apa-apa, Pak Daniel. Lebih baik saya pulang sekarang, anak-anak udah pada capek juga. Pak Daniel juga udah ditungguin sama yang lain, 'kan?" tanya Andara.

"Kamu bisa ikut mobil saya aja kalau gitu. Mereka pasti ngerti kok," tutur Daniel bersikeras.

BRAK!

Andara dan Daniel menoleh ke belakang saat mendengar suara bagasi mobil ditutup dengan keras. Gino berjalan ke arah Daniel dengan langkah lebar, wajah memerah karena marah. Ia lalu melayangkan tinju ke rahang Daniel, membuat lelaki itu terjatuh. Andre dan Richard segera menarik Gino, mencegah lelaki itu agar tidak memukul dosen mereka kembali.

"Pak Daniel, saya kira bapak tahu, arti dari jawaban Bu Andara itu penolakan," desis Gino sambil menatap dosennya dengan sengit.

Daniel mengelap bibirnya yang berdarah. "Apa maksud kamu tiba-tiba pukul saya?!"

"Gin ... sabar, Gin," kata Andre menenangkan sahabatnya.

"Dia nggak butuh bantuan Anda!" kata Gino.

"Emangnya saya nggak sadar, dari tadi bapak coba deketin Andara! Bapak tahu Andara nggak bisa menolak bantuan Bapak, karena ada mahasiswa lain, karena keadaan yang emang susah. Bapak bisa banget ya ambil kesempatan?"

Kali ini Daniel menatap Gino dengan sengit. "Kamu mukul saya karena masalah Andara? Kenapa juga kamu merhatiin Andara? Selama ini kamu bilang sama saya, buat jaga jarak sama Andara, karena Andara udah bersuami. Tapi, ternyata kamu juga nggak beda sama saya? Lucu banget ya, kamu!"

Gino mempersempit jarak mereka, dan menarik kaus bagian depan Daniel. Bersiap untuk memberikan bogeman untuk kedua kalinya. "Bapak yang lucu!"

Andara keluar dari mobil dan memeluk perut Gino, mencegah sang suami untuk tidak melakukan hal fatal lainnya. "Gin inget, dia dosen kamu!" Suara Andara terdengar panik dan histeris.

"Emang aku peduli?!"

"Gino tahan, Bro." Richard menepuk bahu lelaki itu. Ia lalu melihat ke arah Daniel. "Pak Daniel, mending pulang dulu aja, daripada tambah ribut."

"Yang bikin ribut dari tadi kan temen kamu bukan saya!" kata Daniel tidak terima. "Gino, kamu tahu apa yang kamu lakuin bisa saya laporin ke polisi. Jadi anak jangan gegabah!"

"Saya nggak takut! Mau Bapak lapor polisi, lapor dekan, rektor, silakan! Karena saya cuma nglakuin apa yang harus saya lakuin sejak kemarin!"

"Inget ya Gin, kamu itu bukan siapa-siapa. Kamu nggak ada hak buat ikut campur urusan saya sama Andara!" kata Daniel berapi-api.

Gino tertawa keras. Tawanya terdengar dingin dan sadis. "Justru saya orang yang paling berhak buat ngurusin Anda! Mulai detik ini Anda jauhin Andara!"

"Kamu ini emang keras kepala, ya? Kamu itu cuma mahasiswa, apa hubungan kamu sama Andara hah?! Andre aja yang adiknya cuma diem!" tukas Daniel.

Gino melepaskan tangan Andara yang melingkar di perutnya, ia siap untuk memberi pukulan lagi pada Daniel. Namun, Andara kembali menangis, sambil memegang lengan suaminya.

"Gino, udah cukup Gin! Kamu bisa di DO nanti!" kata Andara terisak.

"Aku lebih rela dikeluarin dari kampus, dari pada aku lihat kamu digangguin sama dia!" tekad Gino, pandangannya masih terfokus pada dosen lelaki di depannya. "Saya bakal bilang ini sekali aja ke Anda Pak Daniel. Saya punya hak untuk melindungi istri saya dari laki-laki penggoda seperti Anda! Dia udah berkali-kali menolak Anda, berkali-kali pula dia ngomong ke saya buat nglepasin Anda, tapi kali ini udah keterlaluan!"

Wajah Daniel memucat, ia melihat ke arah Gino dan Andara bergantian."K-kamu suami Andara? Nggak usah bercanda!" Lelaki itu menatap Andara mencari jawaban "Apa Gino bener suami kamu?"

Andara mengangguk. "Dia suami saya. Sekarang Pak Daniel udah tahu siapa suami saya. Jadi, tolong berhenti ganggu saya."

"Sebagai suami Andara, saya berhak marah pada Anda! Bapak udah melecehkan istri saya. Dia udah ngaku sebagai wanita bersuami, berkali-kali menolak Bapak, tapi emang Bapak nggak punya malu!"

"Apa karena suami kamu mahasiswa kamu sendiri, jadi kamu malu buat mengakui dia Andara? Apa temen-temen dosen tahu siapa suami kamu?"

Andara menggelengkan kepalanya. "Tolong, jangan bilang siapa-siapa! Tolong Pak Daniel! Ini bisa bikin Gino nggak nyaman!"

"Kamu nggak perlu mohon-mohon sama dia Andara!" kata Gino tidak suka. "Aku bisa pindah kampus, ada banyak jalan. Jangan minta belas kasihan sama orang kayak dia!"

"Ini tindak kriminal, kamu tahu kan Gin? Tunggu besok, apa yang bakal terjadi sama kamu!" kata Daniel sebelum meninggalkan mereka menuju ke mobilnya yang terletak cukup jauh dari tempat penitipan mobil Gino.

TBC
***
Assalamu'alaikum....
Aku punya kabar gembira nih...
Sapa yang mau novel Not So Husbandable gratis?

Ada giveaway nih... Buruan, diserbu😍

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 171K 32
[Telah diterbitkan oleh Namina Books. Tersedia di Gramedia & PlayStore] Link Playstore: https://play.google.com/store/books/details?id=ssDEDwAAQBAJ K...
295 54 6
"Honesty in love; tanpa memandangnya, bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya" Perjodohan. Ya, ini kisah tentang dua insan yang dijodohkan, karena...
75.5K 6.1K 53
[Young Adult - Comedy - Romance] Rio Mahendra. Sosok lelaki yang kembali sebentar dari kuliahnya di luar negri untuk menghadiri acara resepsi kakakny...
1M 108K 52
Semenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan mili...