Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(1) Noona

1.7K 93 48
By ririrrrii


"Noona, jangan mengadu pada Appa oke?"

"Arra."

Suasana sedikit tidak nyaman terjadi antara kakak beradik itu. Jungkook, sang adik yang berada di tingkat akhir high school lagi-lagi mendapat teguran karena terlibat perkelahian. Sementara sang kakak yang sedang sibuk menyetir itu mati-matian menahan emosinya. Sudah sering dia mendapat panggilan dari pihak sekolah terkait kasus yang sama. Namun apa daya, dia tak bisa memarahi Jungkook begitu saja. Dia terlalu menyayangi adik satu-satunya itu.

"Lain kali jangan kau ulang."

"Bukan aku yang memulainya."

"Aku tahu, tapi tidak bisakah kau laporkan saja pada gurumu?"

"Mereka akan menganggapku pengecut yang suka mengadu."

Ya, Jungra paham akan hal itu. Laki-laki tidaklah seperti perempuan yang gampang mengadu. Namun kasus adiknya ini sudah terlalu sering terjadi. Terlebih adiknya sudah berada di tingkat akhir. Sangat tidak baik jika dia terus-terusan terkena kasus.

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir."

"Kalau aku menahan diri, mereka akan memukulku. Aku tidak mau babak belur karena mereka." Kata Jungkook sambil memajukan sedikit bibirnya. Dia kesal karena sang noona seolah memojokkannya, seolah ingin Jungkook terlihat seperti pengecut.

"Kalau kau terus seperti ini, jangan salahkan aku jika Appa sampai tahu."

"Noona ...." Jungkook sedikit merengek, masih lengkap dengan bibirnya yang sedikit maju. Sungguh tidak baik jika appa-nya sampai tahu apa yang sering terjadi di sekolah.

"Makanya jangan berkelahi terus." Jungra menoleh sekilas pada Jungkook.

"Iya iya. Lagi pula sebentar lagi kan aku lulus. Aku tidak akan berkelahi kalau sudah tidak bertemu mereka lagi."

"Jadi kau masih memiliki niat untuk berkelahi? Baiklah, lanjutkan saja. Jika setelah ini aku masih mendapat panggilan mengenai kasus yang sama, jangan salahkan aku jika yang datang ke sekolah adalah Appa, bukan aku."

Tak ada respons. Sepertinya Jungkook terlanjur ngambek karena mendapat omelan dari sang noona.

*

*

*

"Tidak mau turun?"

Jungkook masih setia dengan wajah ditekuknya. Dia masih kesal dengan Jungra yang mengomelinya selama perjalanan.

"Kau akan terus di sini?"

Tetap tak ada respons.

"Padahal aku sudah membelikan sup kerang untukmu." Kata Jungra sambil membuka pintu mobil.

Mendengar kata 'sup kerang', membuat kekerasan hati Jungkook sedikit lunak. Oh ayolah, mana bisa dia mengabaikan sup kerang—makanan kesukaannya—begitu saja? Tidak bisa. Sup kerang numero uno.

Secepat kilat pria itu menyusul Jungra. "Eodi?" Tanyanya penuh dengan semangat.

"Di studio Yoongi Oppa. Ambillah dan makan di kantin. Ajak Yoongi Oppa juga, sepertinya dia belum makan sejak tadi."

Jungkook mengangguk antusias, tak lagi ingat dengan kekesalannya pada sang noona.

*

*

*

"Kau membuat masalah lagi?"

"Hyung, jangan membahasnya. Tidak penting."

Yoongi menatap intens si Jungkook yang sedang melahap makanan.

"Kau terus saja merepotkan Noona-mu, kau pikir itu tak penting?"

Jungkook melirik Yoongi sekilas. "Bukan masalah besar."

"Berhentilah berkelahi atau aku tidak akan membantumu debut."

Jungkook membulatkan kedua matanya, tak terima dengan ucapan Yoongi. "Eyy Hyung, jangan seperti itu. Kau tahu kan, itu adalah mimpiku sejak lama? Aku ingin menjadi penyanyi."

"Maka dari itu, jangan berkelahi. Kau harus menjaga citramu."

Ucapan Yoongi tak sepenuhnya salah. Jika Jungkook memang ingin debut sebagai penyanyi, memang sudah sepatutnya dia menjaga citranya. Bukan malah berlagak preman dan berkelahi sana sini.

"Arra." Apa boleh buat, Jungkook menurut. Jika bersama noona-nya dia masih bisa ngeyel kemudian ngambek. Namun jika dengan Yoongi, dia bisa apa selain menurut?

"Aigo, kalian makan dengan baik ya?" Kata Jungra yang baru saja datang. Gadis itu duduk di samping Yoongi, sang kekasih.

Yoongi menyerahkah sup kerang milik Jungra, kemudian mereka terlibat percakapan untuk beberapa saat dan mengabaikan Jungkook yang sama sekali tak melihat pada mereka.

Menyadari itu, Jungra menoleh pada Jungkook. "Kenapa diam saja?"

Tak ada jawaban. Jungkook masih sibuk memakan makanannya.

"Mungkin dia kesal padaku karena melarangnya berkelahi." Kata Yoongi.

"Ani." Jawab Jungkook cepat.

"Lalu?" Tanya Jungra.

"Aku kan sedang makan, tidak bisa bicara."

Dua orang di hadapan Jungkook hanya mengangguk.

"Aku selesai." Yoongi berdiri dari tempatnya duduk. "Jungkook-ah, kalau kau sudah selesai datanglah ke studioku."

"Oke Hyung." Jawab Jungkook penuh semangat. Selalu bersemangat saat Yoongi menyuruhnya ke studio ataupun ruang latihan.

*

*

*

"Noona." Panggil Jungkook lirih.

"Noona." Panggilnya lagi, tapi yang dipanggil belum juga merespons.

"Noona." Panggil Jungkook sedikit lebih keras.

Barulah sang noona mendengar. "Eoh, Jungkook." Mendapati Jungkook berdiri di pintu ruangan divisi tempat Jungra bekerja. "Apa yang kau lakukan di sana? Kemarilah."

Jungkook meneliti seisi ruangan. Tak ramai, hanya ada beberapa orang di sana. Sepertinya banyak yang sudah pulang. Merasa tak enak memasuki ruangan yang bukan areanya, akhirnya Jungkook hanya menggeleng.

Jungra menghembuskan napas sedikit kasar. Selalu saja Jungkook seperti itu. Padahal kelak dialah yang akan menjadi pimpinan perusahaan.

"Kemarilah Jungkook, tak apa-apa."

Jungkook kembali menggeleng. "Apa Noona masih lama?" Tanyanya dengan suara sepelan mungkin agar tak mengganggu karyawan yang lain tapi sebisa mungkin dia usahakan agar Jungra tetap mendengar.

"Lumayan. Kau sudah selesai?"

Jungkook mengangguk.

"Mintalah Yoongi Oppa untuk mengantarmu pulang. Sepertinya aku akan lembur."

Jungkook mengangguk, kemudian segera meninggalkan tempatnya berpijak.

*

*

*

Hari sudah malam, sementara Jungra baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Sebagai karyawan yang bertugas di bidang keuangan, akhir bulan adalah hari sibuk untuknya dan rekan satu divisinya.

"Sudah selesai?" Tanya Yoongi pada Jungra yang baru saja masuk ke studionya.

"Eung." Jawabnya singkat.

"Di mana Jungkook?"

Jungra sedikit terkejut mendengar pertanyaan Yoongi. Bukankah pria itu yang mengantar Jungkook pulang? "Bukankah Oppa yang mengantarnya pulang?"

Yoongi menggeleng, membuat Jungra menghela napas. Ada saja kelakuan Jungkook yang membuatnya kesal. Dia mengambil ponselnya, menghubungi bocah sekolahan itu.

"Yak! Eodiga?"

"..."

"Aish jinja. Aku akan menjemputmu sekarang." Pip. Jungra langsung memutus sambungan telepon.

"Dia bersama Taehyung."

Yoongi hanya mengangguk, tak terlihat khawatir karena Jungkook sedang bersama orang yang dikenal. Aman. "Kau akan menjemputnya sekarang?"

"Eung. Ayo pulang."

"Pulanglah, malam ini aku tidur di sini."

Jungra menatap kekasihnya. Lagi-lagi pria itu bermalam di studio. "Jangan terlalu sering menginap di sini, pikirkan kesehatanmu juga. Kau selalu saja begadang."

Yoongi tersenyum mendengar kalimat penuh perhatian dari kekasihnya itu. "Arra."

"Kalau begitu aku akan memesan makanan untukmu."

Yoongi mengangguk, kemudian mendapat kecupan dari sang kekasih.

"Aku pulang dulu."

"Eung, hati-hati."

Bekerja di gedung yang sama dengan sang kekasih adalah hal yang sangat menyenangkan bagi seorang Min Yoongi. Bagaimana tidak, setiap saat selalu ada yang memperhatikannya, membawakannya makanan, membawakannya minuman, menemaninya saat dia bosan sendiri dan banyak hal lain. Jungra benar-benar kekasih idaman, selalu mengerti apa yang dibutuhkan Yoongi.

For your information, Yoongi adalah seorang produser, penulis lagu, sekaligus komponis ternama yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Jungra, JJ Entertainment. Perusahaan yang menaungi berbagai profesi di bidang hiburan mulai dari dunia permusikan, aktor, model, komedian, hingga koki artis. Dan jabatan tertinggi di perusahaan itu adalah milik Jeon Jungsik, ayah Jungra dan juga Jungkook. Itulah mengapa Jungkook bisa bebas berkeliaran dalam perusahaan, walau pada kenyataannya pria itu tak berani berkeliaran dalam arti yang sesungguhnya. Dia hanya akan pergi ke sana ke mari jika ada Jungra maupun Yoongi bersamanya.

*

*

*

"Lain kali jangan seperti ini. Kalau aku menyuruhmu pulang dengan Yoongi Oppa, kau harusnya menurut."

"Tadi Yoongi Hyung sedang sibuk, aku tak enak mengganggunya." Kata Jungkook dengan wajah tertunduk. Lagi-lagi dia mendapat teguran dari noona-nya.

"Apa dia mengatakan kalau tidak bisa mengantarmu pulang?"

Jungkook menggeleng. Walau Jungra sedang menyetir, dia dapat melihat pergerakan adiknya itu.

"Lalu kenapa kau memutuskan seperti itu?"

"Aku kan sudah bilang, aku tidak enak mengganggunya."

"Tidak apa-apa Jungkook-ah."

"Aish, Noona tidak mengerti. Aku ini tidak mau merepotkannya."

"Baiklah, terserah kau saja. Tapi lain kali jangan seperti ini. Kalau kau tidak mau diantar pulang Yoongi Oppa, kau bisa pulang dengan taksi. Atau kalau kau masih ingin pergi, paling tidak hubungi aku untuk meminta izin. Kau mengerti?"

"Ne." Dilanjutkan dengan gumaman lirih. "Memangnya aku ini anak kecil yang harus selalu lapor?"

Jungra mendengar itu tapi dia diam saja, tak ingin memperburuk suasana. Bukan tanpa alasan dia memperlakukan Jungkook seperti itu. Dia hanya ingin menjaga Jungkook.

*

*

*

"Baru pulang?" Tanya tuan Jeon yang sedang duduk manis di ruang tengah.

"Ne." Jawab Jungra.

"Masuklah ke kamar dan istirahat." Kata Jungra pada Jungkook.

Jungkook menurut.

"Aku tidak pernah menyuruhmu mengajak Jungkook pergi selarut ini kan?"

Mendengar itu, Jungkook yang hendak menaiki tangga berhenti, hendak berbalik dan mengatakan pada appa-nya kalau dia pulang malam bukan karena noona-nya. Namun dia tak jadi melakukan itu karena sang noona memberi isyarat untuk segera naik menuju kamarnya. Dia pun menurut.

"Mianhae Appa."

"Duduklah, aku ingin membicarakan sesuatu."

Jungra menurut, duduk berhadapan dengan appa-nya.

"Apa Jungkook sudah menentukan akan kuliah di mana?"

Jungra tak langsung menjawab. Bukan berarti Jungkook belum mengutarakan keinginannya, tapi keinginan Jungkook sangat bertolak belakang dengan keinginan appa-nya. Haruskah aku mengatakan yang sesungguhnya?

"Dia masih memikirkannya."

Sang appa mengangguk. "Baiklah, kau yang urus." Kemudian pria paruh baya itu berdiri dan meninggalkan Jungra.

*

*

*

*

*

Pagi hari yang cerah, keluarga Jeon sedang berkumpul untuk menikmati sarapan.

"Yeobo, akhir pekan aku akan pergi ke Jepang bersama teman-temanku. Bolehkan?" Tanya Nyonya Jeon.

"Tidak bisakah kau diam di rumah dan tidak menghamburkan uang?" Tanya Jungra dengan nada penuh rasa tidak suka.

"Jaga tutur katamu." Tegur tuan Jeon. Ucapan tanpa penekanan tapi terdengar sangat menusuk.

"Aku selesai." Jungra berdiri dari tempatnya duduk. "Jungkook-ah, kutunggu di mobil."

Jungra berlalu, tak ingin suasana hatinya semakin buruk.

"Jangan contoh sikap Noona-mu itu." Kata tuan Jeon pada Jungkook.

"Ne. Aku berangkat dulu Appa." Kata Jungkook kemudian menyusul Jungra.

Bukan tanpa alasan Jungra berlaku seperti itu terhadap nyonya Jeon. Setelah eomma-nya meninggal, appa-nya menikah lagi dengan Kim Gyuri. Saat itu Jungra berusia enam tahun sementara Jungkook berusia tiga tahun. Wanita itu datang bersama putrinya yang seumuran dengan Jungkook. Waktu itu Jungra merasa tidak apa-apa, tapi semakin hari dia merasa semakin tersiksa dengan kehadiran ibu tirinya. Wanita itu adalah tipe ibu tiri yang jahat, tak pernah memperlakukan Jungra dan Jungkook dengan baik.

Dulu Jungra hanya bisa diam saat mendapat umpatan bahkan cubitan dari ibu tirinya itu. Namun seiring bertambahnya usia, Jungra mulai berani memberontak. Jika dia tak memberontak, siapa lagi yang akan menjaganya dan juga Jungkook?

Walau pada akhirnya dia harus sering bertengkar dengan appa-nya, tapi paling tidak dia bisa melindungi Jungkook dan dirinya sendiri dari perlakuan buruk wanita itu.

"Mereka benar-benar tidak tahu sopan santun." Kata Gyuri.

"Siapa yang kau sebut tidak tahu sopan santun?" Tanya Jungsik dengan nada tidak suka.

"A-ah, itu. Jungra maksudku. Dia sama sekali tidak menghormatiku." Gyuri hampir salah bicara. Semakin hari dia merasa semakin jauh dari Jungsik. Dulu Jungsik selalu membenarkannya, tapi sekarang Jungsik menjadi sedikit dingin padanya. Terlebih jika itu mengenai Jungkook. Gyuri merasa harus benar-benar menjaga diri untuk tidak berlaku buruk pada Jungkook mengingat lelaki itu adalah kesayangan Jungsik.

Tatapan Jungsik beralih pada Sunny, anak tirinya yang duduk di sebelah Gyuri. "Sunny-ya, kau berangkat dengan Appa?"

"Ne."

Sunny, dia hanya anak sekolahan yang tak tahu apa-apa. Tak seberapa dekat tapi juga tak seberapa jauh dengan Jungra maupun Jungkook. Keberadaannya tak terlalu berpengaruh.

*

*

*

"Noona, aku sudah pulang." Jungkook berdiri seorang diri di depan sekolahnya sambil menelepon sang noona. Hari sudah menuju malam, para pelajar tingkat akhir seperti Jungkook memang harus pulang lebih lambat untuk memperoleh pelajaran tambahan.

"..."

"Aish pali, aku lapar."

"..."

"Eung." Pip.

"Woi." Seseorang menepuk bahu Jungkook dari samping.

"Kamcagia. Aish, Hyung! Kenapa mengagetkanku?" Jungkook memasang wajah kesalnya. Kim Taehyung benar-benar mengagetkan.

"Ahhahaha mian mian, aku hanya ingin menyapa. Kau sendirian?"

"Tadi iya, sekarang tidak."

"Di mana Noona-mu?"

"Katanya masih di jalan."

Mereka saling diam beberapa saat. Kemudian Jungkook menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Pria itu menoleh pada Taehyung.

"Hyung, apa yang kau lakukan di sini?" Tanyanya penuh dengan rasa penasaran. Sungguh tak berfaedah bagi seorang Kim Taehyung berada di lingkungan sekolah.

"Menemanimu, memangnya apa?"

"Aish bukan itu. Kau tidak kuliah? Kenapa ada di sini?"

"Hari ini aku kuliah pagi, jadi sudah selesai."

"Lalu, apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku kan sudah bilang, aku menemanimu."

Jungkook menggeleng, kurang puas dengan jawaban Taehyung. "Jangan berbohong. Apa kau punya niat buruk padaku?"

"Aigo, kau ini benar-benar polos ya? Mana mungkin aku punya niat buruk padamu? Kau kan sudah kuanggap seperti adikku sendiri."

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Katakan dengan jelas, kenapa Hyung ada di sini?" Jungkook benar-benar penasaran dengan alasan Taehyung bisa berada di sebelahnya saat ini. Jungkook tak menghubungi Taehyung untuk datang menjemput, bahkan pria itu tak tahu jam berapa Jungkook pulang. Lantas bagaimana bisa pria itu ada bersamanya? Jungkook benar-benar penasaran.

"Baiklah, baiklah. Aku akan mengatakan yang sebenarnya. Aku tadi jalan-jalan dengan temanku, lalu kebetulan lewat sini dan aku melihatmu berdiri seorang diri. Aku tak tega, lantas aku berhenti di sini dan menyuruh temanku pulang lebih dulu. Aku takut kau diculik." Jelas Taehyung panjang lebar.

Jungkook menghela napas jengah. Sungguh, kadang-kadang dia keheranan sendiri bagaimana bisa dia berteman dengan orang absurd macam Taehyung. Namun tak dapat dipungkiri, Jungkook sangat senang berteman dengan Taehyung. Dia sudah menganggap pria itu seperti hyung-nya sendiri. Bahkan terkadang Jungkook lebih menurut pada Taehyung daripada noona-nya. Walau Taehyung terkadang absurd, tapi jika pria itu sedang serius maka dia akan seutuhnya serius.

Melihat Taehyung yang sedang memasang tampang seperti tanpa dosa itu, Jungkook memberikan tatapan sinis. Diculik katanya? Cih, yang benar saja? "Lalu bagaimana Hyung akan pulang?"

"Numpang kau lah."

"Baiklah." Jawab Jungkook sekenanya. Dia tidak ingin berbasa-basi mengingat dia sedang kelaparan.

Tak berselang lama mereka menunggu sambil mengobrol, mobil putih milik Jungra telah tiba. Jungkook duduk di belakang sementara Taehyung duduk di depan bersebelahan dengan Jungra. Hal itu membuat Jungra menatap Taehyung heran.

Mendapati tatapan itu, Taehyung segera mengemukakan pembelaannya. "Jungkook yang menyuruhku duduk depan."

Tak ada tanggapan dari Jungra. Dia masih menatap Taehyung dengan tatapan yang seolah berkata 'apa yang kau lakukan di sini, sialan.'

"Noona, ayo. Aku sudah lapar." Kalau saja Jungkook tak berkata-kata, mungkin Jungra masih menatap Taehyung dengan garang.

*

*

*

Jungra duduk berhadapan dengan dua pria yang sedang makan dengan lahap itu. Dia senang melihat Jungkook makan dengan lahap. Namun dia sedikit risi saat melihat ada Taehyung di sebelah adiknya.

"Hyung, cobalah. Ini sangat enak." Jungkook membiarkan Taehyung mencicipi makanannya.

Taehyung menggunakan garpunya untuk mengambil spageti dari piring Jungkook. "Whoa, kau benar. Ini sangat enak."

Dan hal seperti itu terus terjadi hingga piring mereka kosong. Mereka saling berbagi makanan, saling bercerita, mengabaikan Jungra yang berada di sana bersama mereka.

"Kalian sudah selesai?"

"Ne." Dua pria itu menjawab bersamaan.

Membuat Jungra merasa itu menyebalkan dan lucu di saat yang sama.

"Kalau begitu ayo pulang."

"Tunggu, aku ingin ke toilet sebentar." Jungkook segera berdiri, meninggalkan Taehyung bersama Jungra.

Suasana hening terjadi untuk beberapa saat hingga Taehyung memulai obrolan.

"Bagaimana kabarmu?"

Jungra tersenyum sinis. "Tak usah berbasa-basi. Kau bisa melihatnya sendiri."

"Aku merindukanmu." Ucap Taehyung dengan suara beratnya.

TBC






___________
2018-12-15

Continue Reading

You'll Also Like

402K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1.7M 65.1K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...