Happy reading
,
,
,
6 bulan kemudian..
Musim gugur telah menyapa tidak terasa sudah 9 bulan aku berada di negeri ini. Negeri yang membuat rasa sakitku tentang masalalu yang buruk itu perlahan terobati. Seperti halnya bunga sakura yang menjatuh dirinya ke bumi,seperti itu juga aku melepaskan semua masalahku dan membisikkannya di setiap sujudku agar Tuhan mendengarnya. Agar Tuhan memberi lebih banyak senyum yang indah nantinya.
"Assalamualaikum Hafshah."
"Waalaikumusalam bunda."
"Ada yang ingin bunda bicarakan denganmu." ucap bunda sepertinya sangat penting sekali.
"Iya bunda ada apa..?"
"Bunda ingin kamu pulang nak. Ayah sedang sakit dan beliau ingin kamu pulang untuk mengurusi restoran saja." ucap bunda yang membuatku tak kuasa menahan tangis.
"Iya bunda Hafsah akan mengurusi keperluan disini dan pulang. "
"Iya nak bunda tunggu kepulanganmu sayang. Assalamualaikum."
"Walaikumusalam bund."
Namun sepertinya aku harus kembali ke negri tercinta Indonesia. Perjalanan usai di negri gingseng ini,setelah satu panggilan telepon dari bunda yang menginginkanku untuk kembali.
Panggilan pun berakhir. Halwa segera memberitahukan berita itu kepada paman ,Rara,Ahkam dan Alya. Setelah bermusyawarah Halwa memutuskan untuk pulang ke Indonesia satu minggu lagi setelah keluar dari pekerjaannya.
"Berarti kita juga pulang dong bang...?" tanya Alya pada Ahkam.
"Tergantung kamu maunya gimana..?"Ahkam melempar balik pertanyaan Alya.
"Sejujurnya ya masih pengen disini dulu heheh." tawa Alya.
"Yaudah kita disini aja dulu, satu bulan saja cukup kan...?"
"Baiklah bang. Sudah lebih dari cukup."
.....
Setelah pekerjaan Halwa sore ini selesai,berarti selesai juga pekerjaan Halwa untuk yang terakhir kalinya. Seo Kang Joon dan rekan-rekan kerja Halwa menyemangati Halwa,ada juga yang menangis karena Halwa meninggalkan mereka. Kenangan-kenangan yang tercipta di tempat itu hanya akan menjadi kenangan yang akan sangat berkesan bagi Halwa. Memang waktu selalu punya cara tersendiri untuk memberi kado pada hidup seseorang. Yaitu dengan kenangan yang berkesan. Entah tawa,duka ataupun banyak hal yang membuat seseorang bimbang. Semua ada pada waktu yang sudah kita lalui.
"Halwa-ya." tangis Hyerin sembari memegangi tangan Halwa yang membereskan barang-barangnya. Halwa hanya tersenyum menatap sahabatnya itu sembari sesekali mengusap airmata Hyerin.
"Aku beruntung bertemu denganmu Hye-ah. " ucap Halwa sembari tersenyum
"aku masih disini 6 hari lagi kok. Kita bisa pergi bersama." lanjut Halwa.
"Hem baiklah." ucap Hyerin sedikit mengangkat sudut bibirnya,walaupun dia masih saja tidak ingin temannya itu pergi.
****
"Eomma, Jimin punya kabar baik." Jimin berteriak girang kearah eommanya.
"Ada apa sayang..? Apa yang membuatmu senang..?"
"Anisa eomma,dia akan ke Seoul." ucap Jimin dengan riangnya.
"Astaga eomma pikir apa Jim. Lalu bagaimana dengan Halwa..?" tiba-tiba senyum dari wajah Jimin menghilang.
"Jangan menyakiti hati wanita Jimin-ah." ucap eomma Jimin. Jimin hanya mengangguk.
"Ingat hati wanita itu ibarat berlian ketika kamu menyakitinya sedikit saja dia akan hancur berkeping-keping. Ingat itu Jim."
"Nde eomma. Oh iya eomma besok Jimin kembali ke Seoul ya eomma untuk menjemput Anisa..?"
"Dasar anak muda. Jimin cepat seriusi salah satu dari mereka eomma ingin menimang cucu."
"Doakan saja ya eomma.
....
Seorang wanita berkrudung abu-abu menenggok kesana-kemari mencari-cari orang yang ditelponnya beberapa menit yang lalu.
Setelah 3 tahun berlalu ia akhirnya bisa kembali lagi ke ngeri gingseng ini. Ia kesini karena 5 hari lagi ulangtahun Jimin. Dan ia ingin memperjuangkan cintanya lagi. Hanya itu keinginanya.
"Jimin-ah" teriak wanita itu karena lelaki yang ia tunggu justru tidak mengenalinya.
"Anisa." Jimin berjalan menghampiri wanita itu.
"Iya ini aku. Mereka pun berpelukan melepas rindu."
"Yak kau..." Jimin menunjuk kerudung Anisa dengan takjub.
"Ah wae..? Apa aku tidak cantik lagi dimatamu." ucap Anisa bercanda.
"Kau 100 kali lipat lebih cantik Anisa." ucap Jimin jujur.
"Hahah benarkah...? Kufikir kau akan menjauhiku Jimin-ah.
"Haha kau ini."
Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan mobil Jimin.
"Oh ya ceritakan bagaimana kau bisa melihat lagi...?"
"Kira- kira satu tahun yang lalu aku mendapat donor mata dari seorang gadis yang mengalami kecelakan mobil dan dia sudah mendaftar sebagai pendonor organ jika sewaktu-waktu dia meninggal."ucap Anisa.
"Dan kamu tau siapa yang mendonorkan matanya untukmu..?"
"Tentu saja Jimin-ah. Bahkan sebulan sekali aku datang ke makamnya. Aku sangat berterimakasih padanya. Dia telah membuat aku bisa melihat indahnya dunia ini termasuk menjenguk pangeran tampanku yang satu ini." ucap nya yang membuat Jimin tersenyum senang.
"Ahh kau ini tuan putri. Kau jahat karena mencampakkan pangeranmu disini. Kalau aku menyukai putri lain bagaimana coba..?" tanya Jimin iseng.
"Kau sedang dekat dengan seorang wanita Jimin-ah..?" tanya Anisa serius.
"Tentu. Aku banyak sekali dekat dengan wanita."
"Kau ini Jimin-ah tak pernah berubah."
"Haha jangan salah Nisa-ya sekarang aku jauh lebih baik. Bahkan aku tidak minum alkohol lagi."
"Benarkah..? Setan apa yang merasukimu Jimin-ah sehingga kau meninggalkan alkohol kesukaanmu..?"
"Entahlah." jawab Jimin sembari mengangkat bahu tanda tidak tau.
"Oh ya...orangtuamu tidak ikut kesini..?" tanya Jimin lagi.
"Tidak aku kesini hanya untuk memastikan cintaku."
Jawabnya dengan tawa renyahnya.
'Seandainya kamu tahu Nisa-ya kalau hatiku juga dibimbangkan oleh wanita lain. Tapi aku yakin kau jodohku,buktinya sekarang Tuhan membuat kita bertemu lagi.' batin Jimin.
"Oh ya sudah waktunya sholat dhuhur. Bisa.." belum sempat Anisa mengatakan keinginannya,,Jimin memotong ucapanya.
"Masjid kan..?"
"Hemm.." ucap Anisa. Dalam hati Anisa sedikit bingung melihat perubahan sifat Jimin.
Setelah beberapa menit perjalanan mereka pun sampai.
"Baiklah selamat beribadah tuan putri. Nitip doa pada Tuhan mu ya. Supaya jalan kita dipermudah untuk bersama."
"Haha kau ini Jimin-ah ada-ada saja ih. Yasudah aku sholat dulu ya."
"Hemm baiklah."
Disaat Jimin menunggui Anisa,ia termenung mengenai perasaannya. Berulang kali ia meyakinkan hati kalau hanya Anisa yang ia cintai namun terkadang bayangan Halwa muncul dipikirannya.
"Ah...apa-apaan kau Park Jimin..? Jelas -jelas wanita yang sudah kau tunggu telah kembali, kenapa kau terus memikirkan wanita lain..?" batinnya seraya mengacak rambutnya sendiri.
Beberapa menit menunggu,Anisa pun datang.
"Maaf ya lama.." ucapnya sembari menunjukkan deretan giginya dan masuk kedalam mobil.
"Tidak papa, berarti kamu benar-benar meminta pada Tuhan agar aku disandingkan denganmu kan."
"Ah dasar penggombal sejati kamu ini."
"Haha bukankah kamu rindu dengan gombalanku lagi .."
"Kalau begitu kamu harus rindu dengan nyanyianku dong." ucap Anisa tak mau kalah.
"Jujur ya Anisa,aku takut kalau aku bertemu denganmu lagi akan terasa canggung diantara kita. "
"Lalu bagaimana realitanya sekarang..?"
"ternyata sama saja kau masih seperti ini. Dasar gadis aneh."
"Hey...hey jangan bilang aku aneh. Kalau aku aneh kau juga akan jadi aneh."
"Memang bisa begitu..?"
"Iyalah emangnya ada orang normal bicaranya sama orang aneh dan nyambung lagi." ucap Anisa dengan gelak tawanya yang khas.
Masih sama...masih seperti tiga tahun lalu. Masih dengan Anisa yang Jimin kenal walaupun dengan penampilan yang berbeda.
,
,
TBC
ANISA ALMA NADIA
Syukran katsiiran buat teman-teman yang sudah membaca cerita Halwa dan Jimin.
Jazakallahu Khairan❤❤
Dhelya 😊😊