P L A Y L I S T
Sesuatu di Jogja—Adhitia Sofyan
Terbawa lagi langkahku ke sana. Mantra apa entah yang istimewa. Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja — Adhitia Sofyan
Sesampainya di pantai, bukannya mempersiapkan tenda, para laki-laki malah langsung nyebur ke laut tanpa mengganti pakaian mereka dengan baju renang. Mereka berdalih ingin menikmati ombak yang menerpa tubuh mereka. Para gadis sudah mencak-mencak, menyuruh para laki-laki membangun tenda dulu baru setelah itu bermain air.
Hari sudah sore ketika mereka sampai di pesisir pantai selatan pulau Jawa di daerah Gunung Kidul. Dari banyaknya pantai di gugusan pantai selatan mereka memilih salah satu pantai yang menurut mereka memiliki spot terbaik untuk camping sekaligus melihat sunset dan sunrise.
Para gadis memutuskan membangun sendiri tenda untuk mereka tidur saat malam berhubung para laki-laki terlalu asyik bermain dengan air. Kekesalan terlihat jelas di wajah para gadis, harusnya mereka bersenang-senang, tapi malah dibuat kesal seketika.
"Apa faedahnya sih kita bawa para cowok kalau ujungnya kita sendiri yang masang tenda?" keluh Saelin menggabungkan rangka tenda.
"Sabar, Sae. Sabar." Para sepupunya mencoba menenangkan Saelin yang bisa marah kapan saja itu.
"Sumpah ini aku nggak bisa masangnya." Yoceline mulai menyerah karena tenda yang sedari dibangun malah tak terbentuk layaknya yang ada di panduan.
"Sama Ih. Dulu waktu kemah aja yang masangin kakak kelas kok," jawab Soraya.
"Ih manja," ledek Yerisha.
Soraya balik membalas,"kamu juga manja kali, Yer."
Memang iya. Tapi sekarang ia tak bisa bermanja-manjaan dengan kedua orang tuanya karena Ode telah merebut perhatian kedua orang tuanya. Yerisha sampai pusing tiap saat papa dan mamanya menyebut nama Ode.
Ode sedang apa?
Ode dimana?
Ode sudah makan belum?
Ode beginilah...
Ode begitulah...
Yerisha merasa muak. Dan ia semakin muak saat melihat wajah tanpa dosa Ode yang seolah tak sadar telah merebut semua miliknya.
"Itu salah."
Teguran itu membuat Yerisha mendongak, menatap ke arah sumber suara. Di sampingnya, Ode ikut berjongkok lalu mengambil rangka tenda dari tangannya dan dengan lincah merangkainya.
Rupanya para laki-laki sudah selesai bermain air, mereka sudah menepi dan membantu para gadis untuk mendirikan tenda.
"Kamu pergi saja sama yang lain," ucap Ode melirik sekilas ke arah Yerisha, merasa sedang di perhatikan.
Idih ngusir, batin Yerisha dongkol.
Yerisha hanya bisa menelan kekesalannya dan mengumpat cowok itu dalam hati. Yerisha memilih bangkit dari posisi jongkoknya dan membersihkan pasir yang menempel di telapak tangannya.
Yuri, adik Saelin yang tadinya enggan turun dari mobil terlihat mendekat sambil menenteng kantong plastik. Entah apa isinya. Dengan senyum lebar Yuri mencolek lengan Ode, cowok itu menoleh dan tersenyum.
"Ada apa, Yuri?"
Yuri adalah nama panggilannya bocah perempuan berumur sepuluh tahun yang memaksa ikut acara para orang dewasa. Habisnya kalau tak diajak, mama Saelin langsung tak mengizinkan kami semua pergi.
"Kak Ode nanti temani Yuri mencari ikan ya." Mata Yuri menyipit saat tersenyum lebar.
"Yuri, kamu mau mencari ikan di pantai? Nggak salah? Kita sedang berlibur loh, Yur, bukan mau menjadi nelayan dadakan."
Garis wajah Yuri berubah kesal. Tapi hanya sebentar karena Yuri mengabaikannya dan tersenyum cerah pada Ode.
Oke, Yerisha merasa diabaikan oleh bocah yang belum baligh itu.
"Mau ya kak Ode?" desak Yuri memohon-mohon dengan mata memelas. Namanya juga bocah selaku punya seribu satu cara agar permintaannya dituruti.
"Yuri udah bawa jaring dan ember loh," tambah bocah itu mengeluarkan jaring dan ember mainan dari dalam kantong kresek yang ia bawa.
Yerisha tercengang, rupanya bocah itu sudah mempersiapkan semuanya.
"Iya, iya nanti kak Ode bantuin cari ikan. Tapi kak Ode menyelesaikan ini dulu ya." Suara lembut Ode saat berbicara membuat Yuri tersenyum semakin lebar. Bocah itu mengangguk dan bertepuk tangan saking girangnya. Seolah memperoleh mainan baru.
Hal berbeda Yuri tunjukkan padanya, bocah itu langsung melengos ketika bertatapan dengannya. Apa sih salahnya sampai dimusuhi seorang bocah?
"Terimakasih ya kak Ode. Kak Ode memang pangeran berkuda putihnya Yuri."
Yerisha cuma melongo mendengar kalimat Yuri barusan.
Pangeran berkuda putih? Ode?
Rasanya Yerisha ingin mencibir selera bocah itu. Tapi tentu tak akan dilakukannya, dia tak ingin membuat perkara dengan seorang bocah. Tapi bocah memang mudah terpukau pada orang yang baik padanya sih. Jadi Yerisha sedikit bisa memaklumi. Sedikit. Karena baginya Ode jauh dari definisi prince charming ala-ala dongeng. Mungkin.
Yerisha memilih pergi dan bergabung dengan para sepupunya karena merasa menjadi obat nyamuk di antara Yuri dan Ode. Mereka asyik mengobrol seolah Yerisha tuh makhluk tak kasat mata.
***
Setelah menemani Yuri mencari ikan di bawah batu karang yang ada di pinggiran pantai, Ode duduk di dekat tenda mereka yang sudah kokoh berdiri. Dengan beralaskan pasir pantai yang empuk, ia mengedarkan pandangan ke arah para sepupu dan temannya masing-masing yang berjejer tak jauh darinya menunggu matahari terbenam.
Sementara Yerisha, dia tak melihat gadis itu sejak tadi. Entah kemana dia.
"Kak Ode, menurut kak Ode di antara kakak-kakak siapa yang yang paling cantik?" tunjuk Yuri ke arah kakak kandung dan kakak sepupunya.
Ode terdiam sebentar, mengawasi mereka satu persatu, sibuk memikirkan jawaban yang tepat sebelum akhirnya beralih menatap Yuri dan menjawab."Yuri dong yang paling cantik."
Senyum Yuri melebar dan tersipu oleh pujian Ode. "Kak Ode umurnya berapa?"
"Kakak tahun ini dua puluh tahun."
"Dua puluh tahun ya," gumam bocah itu sambil menghitung dengan jemarinya.
Ode tak tahu apa yang sedang dihitung bocah itu.
Hingga akhirnya Yuri kembali bersuara,"kak Ode mau nggak nunggu delapan tahun lagi."
"Menunggu untuk apa?"
"Menunggu Yuri dewasa supaya bisa menikah dengan kakak."
Ode tertawa terbahak-bahak. Ia merasa ucapan Yuri terlalu blak-blakan dan tak sesuai dengan umurnya. Bagaimana mungkin bocah sepuluh tahun sudah membicarakan soal pernikahan.
"Ihhhhhh, Yuri serius, Kak." Yuri memukul lengan Ode,"Yuri serius ingin menikah dengan kak Ode saat dewasa nanti."
"ASTAGA YURI SAGARA!!!! KAMU TADI BILANG APA????"
Semua pasang mata langsung tertuju ke arah Saelin yang berdiri di belakang Ode dan Yuri sambil berkacak pinggang dan menatap garang sang adik. Tadinya ia hanya berniat mengambil ponsel yang berada di tas yang ada di dalam tenda untuk memotret langit sore yang berubah warna menjadi jingga. Tapi obrolan Ode dan adiknya membuatnya shock.
"Sae, ada apa?" tanya Yocelin mendekat, kaget saja Saelin tiba-tiba berteriak pada adiknya.
"Yuri, ulangi ucapanmu barusan. Tadi kamu ngomong apa?" Saelin berjongkok, mensejajarkan diri dengan sang adik.
"Yuri mau menikah sana kak Ode kalau sudah besar nanti."
Jawaban Yuri membuat Saelin murka tapi yang lain malah terbahak-bahak.
"Memang nggak boleh ya kalau Yuri ingin menikah sama kak Ode?"
Ode menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Yuri sangat serius saat mengatakannya.
Tatapan tajam Saelin beralih pada Ode."Kak Ode meracuni Yuri ya? Bagaimana bisa adikku yang masih kecil ini sudah memikirkan pernikahan."
"E—enggak, Sae."
"Jangan mengelak kak Ode. Aku kecewa sekali sama kak Ode," sahut Saelin menarik tangan sang adik untuk berdiri.
"Kak Sae."
"Ikut kakak sekarang juga."
"Nggak mau. Aku mau lihat sunset romantis berdua sama kak Ode."
Saelin merasa tertohok mendengar ucapan adiknya. Memang ya seharusnya anak di bawah umur hanya menonton tayangan yang sesuai dengan umurnya, bukan tontonan tak berfaedah yang berseliweran baik di tv maupun internet.
"Nggak! Ikut kakak atau kamu pulang sekarang juga," ancamnya harus tegas menjauhkan adiknya dari Ode.
Ancaman itu membuat Yuri menciut. Sehingga Saelin lebih mudah menggendong adiknya agar menjauh dari Ode.
Saelin berpapasan dengan Yerisha yang baru kembali mengambil kamera DSLR nya yang tertinggal di mobil. Yerisha bingung melihat Yuri menangis dalam gendongan Saelin sementara wajah Saelin terlihat marah.
"Sae, Yuri —"
"Bilangin kakak kamu jangan coba-coba modus ke anak kecil."
Modus? Ode? Jelas Yerisha shock.
Yerisha menghampiri Ode yang wajahnya menjadi karena kejadian barusan.
"Aku baru tahu kalau kamu ternyata pedofil," tuduh Yerisha tanpa ba-bi-bu membuat Ode tersentak.
Aku nggak seperti itu Yerisha.
-to be continued-
Yerisha tuh benar-benar membenci Ode tapi entah nanti wkwkkwkw