Love Or Obsession 🔞

By VampireLE

55.2K 2.8K 389

21+ Bijaklah dalam memilih bacaan. - Vampire Limited Edition More

1. Love or Obsession
2. Love or Obsession
3. Love or Obsession
4. Love or Obsession
5. Love or Obsession
6. Love or Obsession
7. Love Or Obsession
8. Love Or Obsession
10. Love Or Obsession
11. Love Or Obsession
12. Love Or Obsession
13. Love Or Obsession
14. Love Or Obsession
15. Love Or Obsession
16. Love Or Obsession
17. Love Or Obsession (END)

9. Love Or Obsession

2.5K 158 18
By VampireLE

Veranda menatap sinis wanita yang kini berbalik menatap sinis dirinya. Menampilkan aura dingin yang menguar diantara keduanya.

Keynal melirik bergantian kedua wanita yang menempatkannya di garis tengah itu. Heran sendiri mengapa bisa merasakan aura mencekam diantara mereka.

“Ehem..”

Sebuah deheman singkat namun langsung memisahkan siratan mata dingin antara Veranda dan wanita itu.

Keduanya sontak menoleh, membuat Keynal bernafas lega sesaat ketika berhasil memisahkan jurang dingin berbalut mencekam antara dua wanita tersebut.

“Siapa dia Keynal?”

What the hell?!

Saat itu juga Veranda langsung memelototi wanita itu. Mengumpat pelan-pelan didalam hati kerasnya. Beraninya wanita itu mempertanyakan statusnya dihadapan prianya?!

Eh, tunggu dulu… prianya?

Veranda mendesis pelan. Ya, Keynal prianya! Suaminya! Wanita ini yang tak ada hak dalam mengklaim pertanyaan tersebut. Verandalah yang berhak dalam melontarkan pertanyaan itu. Bukan dia!

Sialan, Veranda kembali mendesis dalam hati. Kini dia jadi panas sendiri.

“Ini istriku” tapi jawaban tenang dan singkat Keynal perlahan melegakan hatinya. Bersyukur karena suaminya masih meneguhkan statusnya terang-terangan dihadapan wanita tak tahu malu itu.

Sontak, air muka wanita itu berubah kelam. Sekelam berita yang Keynal berikan untuknya. Berita yang sejak dulu tak dia inginkan dengar dari pria kesayangnya ini. Tentang status sah yang dimiliki wanita yang berdiri dihadapannya dalam rangkulan Keynal sekarang.

“Kamu sudah menikah?” tanyanya memastikan telinganya tak salah menangkap ucapan Keynal.

“Ya” tapi kelugasan Keynal dalam menjawab meluluh lantakkan perasaaannya saat itu juga.

“Dan sayang…” Keynal menatap lembut Veranda, seolah dengan sengaja menaburkan garam di luka menganga wanita itu. “Perkenalkan, ini Shinta Naomi.. emm, temanku saat di Amerika dulu”

Naomi, wanita yang akhirnya Veranda ketahui identitasnya itu mendengus. Menatap sinis Veranda dengan sejuta intimidasi yang dia punya.

Tapi dia telah memilih lawan yang salah. Veranda telah belajar dan memahami bagaimana menghadapi wanita penuh serangan seperti dia. Amunisi terbaik yang dia punya dengan senjata andalan yang bisa dia kerahkan adalah Keynal. Veranda tak perlu takut apapun pada semua tembakan yang Naomi berikan karena dia yakin Keynal adalah tameng paling kuat yang pernah ada.

“Namaku Shinta Naomi”

“Veranda Ta.. Veranda Putra” Veranda buru-buru meralat ucapannya saat mata tajam Keynal menyambar tatapannya seolah elang yang sedang menukik tajam untuk menangkap mangsanya.

“Oh, nyonya Putra…” gumam Naomi entah menyindir atau apa yang jelas wajahnya nampak tak bersahabat padanya sekarang. “Jadi, apa kalian sedang bulan madu sekarang?” tanya Naomi tanpa basa-basi.

“Iya…”

“Kami akan jalan-jalan dan menikmati bulan madu kami sebelum kedatanganmu menghancurkan semuanya” potong Veranda sebelum sempat Keynal menjawab.

Keynal menaikkan satu alisnya. Sementara Naomi terperangah mendengar ucapan frontal bernada keras padanya. Wanita ini benar-benar lawannya yang sepadan.

Keynal terkekeh sendiri. Menyadari nada cemburu dalam setiap kalimat yang istrinya berikan untuk Naomu.

“Maaf, kalau begitu” ucap Naomi tanpa ada penyesalan di wajahnya.

Keynal menggeleng, merangkul Veranda dan tersenyum aneh pada Naomi.

“Kamu dimaafkan. Tapi lainkali, tidak” ucapnya lembut namun penuh penekanan. “Kami permisi dulu, dan.. sampaikan salamku pada ayahmu” dengan tanpa dosa Keynal kembali melangkah tanpa melepaskan rangkulannya pada Veranda. Meninggalkan Naomi yang terpaku dengan penuh kemarahan melihat kemesraan mereka.

“Kamu milikku, Keynal…” desisnya dengan tangan terkepal dengan mata yang menyiratkan amarah mendalam.

⭐⭐⭐

Rostov, Rusia

“Dokter”

Farish yang tadinya sibuk membaca buku kesehatan mendongak. Tersenyum ramah saat melihat siapa yang tengah menyapanya saat ini.

“Ada apa Shan?” tanyanya lembut.

“Aku…”

Farish mengerutkan dahinya, bingung melihat sikap gugup dan kaku yang Shani tunjukkan saat ini dihadapannya.

“Ada apa? Katakan, gak usah ragu” bujuknya dengan penuh kelembutan.

Shani menelan salivanya pelan. Haruskah dia jujur saja? Sudah dua hari ini Shani tak bisa hidup dengan tenang. Hatinya terasa begitu berat. Seolah ada beban yang mengganjal dan sulit untuk dia singkirkan sebelum dia utarakan pada sang pujaan hatinya saat ini.

Shani mengepalkan tangannya kuat. Harus, ya dia harus menyatakan perasaannya. Keburu dia mati karena  penasaran sendiri. Sudah beberapa hari ini makannya tak teratur sementara otaknya terus memikirkan Farish. Memikirkan apakah Farish menyimpan rasa yang sama dengannya atau tidak. Sekalipun tidak Shani akan berusaha sekuat tenaga untuk mengerti. Toh yang terpenting adalah menyingkirkan perasaan tak nyaman ini.

“Aku menyukaimu” jawabnya mantap.

Sesuai dugaan, Farish nampak kaget. Farish menatapnya dengam mata melebar dan mulut agak sedikit membuka. Ekspresi wajahnya tabrakan. Antara kaget, bingung bahkan aneh luarbiasa! Dan hani yakin jawaban Farish adalah…

“Kamu bercanda?”

Hufftt!!

Shani hampir meledak dalam amarah. Sudah setegang ini dan Farish masih mempertanyakan keseriusannya?

“Iya” namun dengan sabar dia menjawabnya meski singkat.

Farish diam sejenak, menghela nafas singkat dan kembali menatap Shani dalam.

“Maafkan aku Shani…”

Dan saat itu juga Shani tahu, Farish tak akan mungkin membalas perasaannya secepat itu padanya. Menjatuhkan hatinya untuk dirinya, bukanlah perkara mudah saat jawaban yang terlontar dari bibir Farish terdengar begitu teguh di telinganya.

“Aku akan selalu setia dan mencintai satu wanita. Aku harap kamu mengerti”

⭐⭐⭐

Jerman

Keynal menusuk daging yang tengah ada di piring makannya dengan garpu dan menyodorkannya di hadapan Veranda. Membuat Veranda menatap heran dirinya.

“Ayo buka mulutmu. Daging di restoran ini sangat enak” ujar Keynal dengan penuh perhatian.

Veranda mendengus, lalu menepis tangan Keynal seolah memberi tanda kalau dia tak menyukai apapun bentuk perhatian Keynal saat ini padanya.

Keynal mengerutkan dahinya, lalu geli sendiri melihat api kecemburuan yang mendera hati istrinya saat ini.

“Aku sama dia gak ada hubungan apapun” ucapnya pelan mencoba memberi penjelasan dan mengharap pengertian dari sang istri.

Veranda menaikkan satu alisnya, lalu menatap sinis Keynal. “Memang aku ada bilang sesuatu?”

Keynal tersenyum lagi mendengarnya. “Kamu gak bilang apapun, tapi ekspresi wajahmu yang memberitahuku. Tertulis di wajahmu ‘siapa sih wanita yang telah memeluk suamiku yang tampan itu?!’ ” Keynal terkekeh sendiri setelahnya.

Veranda terperangah sesaat, lalu menggeleng penuh keprihatinan melihat tingkah narsis Keynal.

“Memang wanita tadi siapa? Mantan pacar kamu?”

Keynal menggeleng cepat. Wajahnya masih terlihat geli mendapati kecemburuan dalam nada bertanya istrinya.

“Lalu kenapa dia memelukmu?”

“Itu karena dia sudah terbiasa”

“What? Jika pelukan adalah hal biasa, berarti ciuman juga kan?!” sontak Veranda jadi kesal sendiri.

BRAVO!

Keynal tertawa dengan lepasnya. Bertepuk tangan berkali-kali hingga mengundang kebingungan pada pengunjung restoran yang lain. Sementara Veranda tertunduk. Malu karena dua hal sekaligus. Pertama, ucapannya tadi telah sangat menjelaskan betapa tak emosionalnya dia saat ini karena cemburu. Ya, dia cemburu!

Kedua, kini dia jadi pusat perhatian dengan label tontonan gratis karena tingkah memalukan Keynal. Ya ampun!

“Kamu bisa kecilkan tawamu? Bisa kan kamu gak sedramatis itu?” tegurnya setengah berbisik.

Keynal menyeka setitik airmata yang tadi tertahan di pelupuknya. Tawanya mulai mereda meski sinar geli masih terpancar dengan jelasnya dari matanya.

“Keynal…”

“Apa peduliku? Mau jadi tontonan atau tidak.. apa mereka akan peduli? Jika kita jadi pusat perhatian, itu hanya sebentar sayang. Karena apa? Karena mereka sama sekali gak mengerti apa yang tengah kita bicarakan saat ini” bantah Keynal dengan senyum tertahannya.

Veranda langsung memperhatikan sekitarnya. Kaget sendiri saat menyadari ucapan Keynal benar adanya. Dalam sekejap mereka jadi pusat perhatian, dan dalam sekejap semua kembali terabaikan.

“See?”

Veranda menghela nafas, lalu menatap sebal Keynal saat kembali teringat akan wajah menyebalkan Naomi. Dan Keynal rupanya menyadari hal itu. Baik, dia harus kembali menjelaskan duduk perkaranya dengan sejelasnya.

“Sampai dimana tadi kita?” tanyanya sembari menatap dalam Veranda.

“Apa?”

“Pembicaraan kita tadi”

“Sampai ciuman?”

Keynal hampir tak bisa menahan tawanya lagi ketika mendengar ucapan penuh kecemburuan milik istrinya.

“Baiklah, mengenai Naomi… jangan khawatirkan apapun tentangnya. Dia cuma temanku saat bekerja di Amerika dulu sebelum kembali ke Indonesia dan membangun Hyundai. Kami gak punya hubungan apapun selain itu di masa lalu. Percayalah”

“Lalu, aku harus peduli?” sambar Veranda cuek meski dalam hati berbunga-bunga mendengar penjelasan suaminya. Yeay! Setidaknya Keynal memang benar tak ada hati pada wanita sok itu.

“Kamu harus peduli. Karena aku rasa jika aku gak segera menjelaskannya sebentar lagi kamu akan salah paham”

“Cih, kamu terlalu percaya diri jika mengira aku cemburu”

“Kamu memang cemburu”

“Tidak!”

“Sayang, berhenti membantah. Tidakkah kamu ingin menikmati hari ini dengan tenang? Atau, kamu memilih bertengkar denganku sekarang dan berakhir dalam kamar hotel yang terkunci selama kita menghabiskan waktu bulan madu ini? Kalau aku gak masalah pada apapun. Tapi kamu, berhak was-was karena aku akan benar-benar mengurungmu”

Veranda bergidik ngeri mendengarnya. Keynal yang penuh intimidasi telah kembali. Pantas saja dia punya teman yang satu tipe seperti Naomi. Sama-sama tukang intimidasi.

Ngomong-ngomong tentang Naomi, ada pertanyaan yang terus menggelayuti pikirannya sejak tadi. Dan ini sepertinya harus segera dia beritahukan sebelum pikirannya jadi aneh sendiri.

“Key…”

“Hemm…”

“Tadi, kenapa kamu terlihat kaget?”

“Kapan?”

“Saat Naomi memelukmu?”

Keynal diam, wajahnya nampak berpikir keras. Dan itu jadi perhatian tersendiri bagi Veranda.

Keynal menghela nafas panjang. Sejenak hatinya diliputi keraguan. Tapi sepertinya tak ada salahnya jujur dengan Veranda. Toh dia adalah istrinya sekarang.

“Begini, sebelum aku katakan yang sejujurnya, aku harap kamu gak salah paham sama aku sayang”

“Memang kenapa?”

“Naomi..” Keynal nampak mengambil nafas sesaat lalu menghembuskannya pelan. “Dia adalah penyebab kenapa aku harus secepatnya pulang ke Indonesia selain untuk bertemu denganmu”

“Maksudmu?”

“Naomi menyukaiku. Sama seperti aku yang tergila-gila sama kamu, dia  juga gitu. Sejak dulu dia selalu mengejar-ngejar aku. Dan aku gak pernah nerima atau nolak karena buat aku dia adalah ladang emasku yang berharga. Ayahnya adalah pemilik sebuah perusahaan besar di Amerika. Dengan memanfaatkan Naomi aku berhasil mendapatkan bantuan finansial maupun koneksi dari ayahnya hingga aku bisa membangun Hyundai”

“Kamu kejam…” tanpa sadar Veranda menatap penuh kesinisan pada Keynal.

Keynal menghela nafas. Memahami akan sikap sang istri setelah mendengar penjelasannya.

“Memang, tapi inilah dunia bisnis. Gak ada yang benar-benar tulus, sayang. Semuanya penuh muslihat dan tipuan. Aku akui caraku salah. Tapi kamu juga gak bisa sepenuhnya menghakimi aku karena semua yang terjadi.. penyebabnya adalah dirimu”

“Kamu bercanda? Kenapa aku?!” tanya Veranda tak terima karena menjadi tertuduh dalam hal ini.

Keynal tersenyum sinis mendengarnya. Lalu menatap lekat Veranda. “Karena aku harus setidaknya satu level di tingkat yang sama denganmu untuk mendapatkanmu, maka aku halalkan segala cara. Dan kini lihatlah, betapa suksesnya aku”

“Tapi itu bukan hal yang baik untuk Naomi. Kamu  memberi harapan palsu sama dia Key…”

“Memang. Dan itulah yang membuatku resah meski aku masih bisa mengendalikan ekspresiku dihadapannya. Masalahnya, Naomi orangnya nekat dan jika punya tekad.. bulat sekali hingga aku pun sempat bertanya apa dia pernah dirawat di rumah sakit jiwa? Dia mirip orang gila jika sudah memiliki ambisi, sayang. Dan aku takut dia akan menyerangmu”

“Apa kamu pikir dia masih suka sama kamu?”

“Aku rasa gitu” jawab Keynal tanpa bermaksud pede. “Tatapannya sama seperti saat dia dulu menatapku. Aku jujur saja ya, dulu saat di Amerika.. dia selalu mendatangi tempat tinggalku. Aku bahkan pernah bersembunyi dan gak keluar seharian karena dia seharian menungguku di depan rumahku! Dia gila bukan?”

“Bagaimana pun juga dia temanmu” sindir Veranda. “Kamu juga sama gilanya dengan dia”

“Tapi aku masih realistis sayang. Aku gak kan bertindak sebodoh itu jika aku menginginkan sesuatu. Meski aku jahat, tapi aku penuh perhitungan. Aku gak akan membiarkan tubuhku dan jiwaku sakit sendiri karena menginginkan hal yang gak mungkin bisa ku raih”

“Cih, kamu tau aku gak cinta sama kamu tapi kamu masih memaksa menikahiku. Begitu yang kamu sebut realistis?” sindiran Veranda makin memojokkan Keynal yang langsung cengar-cengir tidak jelas.

“Setidaknya kamu udah suka sama aku dan sekarang kamu adalah istriku” bantah Keynal.

Veranda mendengus pelan. Ya, memang siapa yang bisa mengalahkan suaminya dalam beradu argumen? Veranda kini memilih pasrah saja.

Sementara dari kejauhan, tanpa disadari dan tanpa diketahui oleh Veranda dan Keynal, sepasang mata tengah mengekori setiap kegiatan mereka. Menatap sinis pasangan muda dalam masa bulan madu tersebut.

Naomi menatap kesal pemandangan didepan matanya itu. Semua hal yang ada membuatnya marah. Dia kesal dan benci!

Sejak dulu Keynal adalah impiannya.

Sejak dulu Keynal adalah keinginannya. Mana boleh direbut begitu saja!

Kalau saja dia tak sibuk mengurus perusahaan sialan ayahnya yang dilanda krisis sehabis kepergian Keynal, Naomi pasti sudah menyusul Keynal ke Indonesia. Tapi waktunya benar-benar meleset. Dia telah kecolongan habis-habisan. Kini Keynal telah menjadi milik orang lain.

Tak ada jalan. Naomi bergumam dalam hati. Sepertinya dia harus bernegosiasi dengan pasangan itu dalam hal ini. Yang pasti, Keynal harus jadi miliknya!

⭐⭐⭐

Frankfurt, Jerman

Dyo tersenyum, memijit pelan bahu Melody yang tengah istirahat makan siang.

“Apa pekerjaannya begitu berat?” tanya Dyo sedikit khawatir.

Melody tersenyum manis seperti biasa, lalu menggeleng. “Tidak, ini menyenangkan”

“Bilang sama aku jika Viny memberikanmu terlalu banyak pekerjaan”

“Tidak, dia baik”

“Pokoknya bilang aja kalau dia macam-macam”

“Apanya yang macam-macam?”

Sontak Dyo dan Melody langsung menoleh ke arah pintu masuk ruang istirahat itu. Viny kini berdiri dengan tampang horornya. Membuat Dyo cepat-cepat menelan salivanya.

“Tidak, kauu cantik” ucapnya dengan ekspresi berlebihan.

“Tadi yang aku dengar bukan begitu”

“Kamu salah dengar! Aku bilang, kamu cantik. Iya kan Mel?”

Melody yang mendengarnya lantas tertawa pelan. Geli akan tingkah Lidyo.

⭐⭐⭐

Jerman

Veranda terus memasang wajah manyunnya sejak tadi. Tak ada yang menjengkelkan dirinya saat ini selain keadaan yang ada padanya sekarang.

Naomi entah sengaja atau tidak, kini telah menjadi benalu paling aktif yang pernah ada diantara mereka.

Tadi sehabis dari restoran mereka bertemu dengannya. Mengobrol sebentar lalu berakhir pada keinginan Naomu dalam ikut serta pada acara bulan madu mereka. Dan jujur, ini benar-benar menjengkelkan hati Verand!

“Key gimana kalau kita memasang gembok kita berdua?”

APA?!

Veranda langsung menatap kesal Naomi. Memasang gembok berdua?! Dia gila ya? Jelas-jelas dirinyalah pasangan sesungguhnya Keynal, bukan dia!

Keynal melirik Veranda, menunggu reaksi sang istri akan tingkah Naomi. Dalam hati dia berharap Veranda akan marah, terserah mau memukul atau menampar Naomi, Keynal tak perduli. Yang dia mau hanyalah kepekaan Veranda dalam menghadapi cobaan atas godaan Naomi padanya saat ini.

Namun harapannya kandas manakala Veranda hanya diam saja. Benar-benar diam tanpa ada balasan berarti. Menunjukkan ketidak peduliannya akan hal ini. Membuat Keynal putus asa seketika.

“Kamu mau pasang gembok?” tanya Keynal dengan nada lembut yang membuat Veranda kesal lagi. SementaraNaomi nampak mengangguk dengan antusias.

“KALAU BEGITU PASANG SENDIRI!” dengan setengah membentak Keynal menatapnya tajam lalu menarik tangan Veranda menjauh dari Naomi. Rupanya kekesalan masih melanda pikirannya hingga membuat dirinya menjadikan Naomi sebagai pelampiasan kemarahannya.

Veranda nampak linglung. Namun saat sadar akan pilihan Keynal yang terarah padanya, Veranda menatap Naomi yang juga menatap mereka. Seulas senyum penuh kemenangan hadir di wajah cantiknya. Veranda seolah menjabarkan betapa bahagianya dia akan ketegasan Keynal dalam menghadapi Naomi.

Rasakan itu wanita menyebalkan...

⭐⭐⭐

Aku gak ngerti

Berulang kali suara itu Keynal ucapkan dalam hatinya. Mencoba mencerna sendiri semua sikap dan perilaku Veranda seharian ini.

Veranda cemburu, tapi kenapa tak bisa menunjukkannya padanya?

Padahal Keynal sendiri kalau cemburu tak usah ditanya. Dia pasti akan kalap sendiri. Mengeluarkan semua ucapan tajam dengan intimidasi kental. Menyiratkan tatapan tak bersahabat dan sikap kaku tak tertahankan. Membuat siapapun akan segan padanya.

Tapi Veranda? Nol besar!

Keynal bahkan mulai di dera ketakutan kalau-kalau benar tujuan Veranda datang ke Jerman adalah untuk mencari Farish dan lari bersamanya. Karena jika benar begitu, Keynal tak akan bersabar!

Segala cara akan dia kerahkan. Untuk semua kebencian, umpatan bahkan caci maki akan dia terima jika Veranda berani menentangnya. Toh sejak dulu Veranda selalu membencinya. Jadi tak ada salahnya kembali mendapatkannya. Keynal sudah kebal.

“Key…”

“Hemm…”

“Besok…”

“Gak ada besok”

“Apa?!” Veranda terlonjak sendiri mendengar ucapan Keynal. Apa maksud Keynal? Kenapa kedengarannya begitu mengerikan?

“Maksudnya?!”

“Besok kita gak akan pergi kemanapun. Hanya di kamar. Seharian”

“Kenapa?”

“Karena aku malas keluar”

“Tapi Key…”

“Gak ada tapi-tapian!”

“Key…”

“Jangan membantah, jika aku bilang tidak ya tidak!” bentak Keynal.

Veranda terperangah. Dia menatap sebal Keynal setelahnya. Kenapa Keynal jadi aneh?!

“Kenapa kamu marah?!” teriaknya tak kalah kencang.

“Diam, aku sedang menyetir”

“Tidak, aku gak ngerti. Aku gak paham kenapa kamu marah! Harusnya aku…”

“DIAM!!!”

CKIT!

Veranda terlonjak kaget. Jantungnya seolah berloncatan manakala Keynal mengerem mendadak. Membuatnya tak bisa berkata-kata lagi.

Nafas keduanya nampak terengah. Keynal menatap Veranda dengan tajam setelahnya.

“Apa tujuanmu sebenarnya datang kesini?”

“Maksudmu?”

“Kamu mau menemui pria sialan itu kan?! Kamu ingin lari bersamanya kan?!”

“Tenanglah! Kenapa kamu emosional?”

BRAK!

Sekuat tenaga Keynal memukul setir. Membuat Veranda terlonjak kaget mendapati perilaku kasar Keynal. Keynal diam. Menekuk tangannya dan menyandarkan wajahnya disana dibarengi nafas yang tersengal. Nampaknya dia sedang berusaha menenangkan dirinya dari emosi yang bisa setiap saat merengut kemesraan diantara mereka.

Suasana perlahan hening. Dan jujur, Veranda mulai didera ketidaknyamanan karena hal ini.

Veranda kembali tersentak manakala didapatinya Keynal mengangkat wajahnya. Kini Keynal nampak lebih tenang dari sebelumnya meski pandangannya masih lurus kedepan.

Tapi yang menakutkan saat ini adalah ketika pandangan dengan tatapan tajam itu berbalik ke arahnya. Menyiratkan ketegasan dengan intimidasi kuat di dalamnya. Membuat Veranda hampir tak bisa menelan salivanya sendiri untuk membasuh tenggorokannya yang terasa kering ketika berada di bawah tatapan tajam suaminya.

“Dengarkan aku”

Veranda mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk. Berusaha menatap lekat suaminya meski tak mampu. Tatapan Keynal terlalu kuat untuk dia kalahkan.

“Tatap aku!”

Ok, Veranda kembali meyakinkan hatinya. Sebuah tatapan tak akan membunuhnya. Sebuah bentakan tak akan mengalahkannya. Jadi, jangan jadi pengecut dihadapannya Veranda!

Keynal masih betah dengan mata elangnya yang terasa menukik tajam di iris madunya. Membuat Veranda sedikit gugup menghadapinya.

“Selamanya kamu adalah milikku. Selamanya kamu adalah wanita milik Keynal. Gak ada yang boleh memiliki kamu selain aku. Dan gak ada yang boleh menyentuh kamu selain aku. Kamu adalah hak ekslusifku. Aku gak akan membiarkan siapapun hidup jika dia berani mengusikmu. Jadi, jangan berpikir untuk lari dariku karena aku gak akan membiarkannya. Kamu dengar itu?! Bahkan meskipun aku mati, aku gak akan membiarkannya. Apa kamu mengerti?!”

Veranda sukses menelan salivanya dengan ekspresi tegang. Keynal benar-benar terlihat penuh emosi saat mengatakannya meski nada bicaranya begitu pelan, tapi Veranda tahu pasti kalau Keynal takkan main-main dengan ucapannya. Kini dia jadi takut sendiri dengan suaminya itu.

“Kenapa diam saja?! Kamu setuju bukan?!” tanya Keynal dengan penuh paksaan.

Veranda mendengus. Mulai tak suka akan cara keras yang Keynal pilih. Bagaimanapun juga dia adalah pribadi yang bebas. Dia takkan bisa dikekang dan ditekan dengan cara menyebalkan begini. Keynal tak ada hak dalam mengklaim jiwanya!

“Kamu gila!” umpat Veranda yang membuat wajah Keynal mengeras sesaat, sebelum berganti dengan tawa penuh kesinisan.

“Kamu baru tahu?!” desisnya disela deretan giginya. Matanya menatap tajam sang istri dengan dinginnya.

“Gak masalah” Keynal nampak tenang setelahnya. “Kini kamu sudah tau betul bagaimana aku. Jadi, jangan pernah berpikir sedetikpun untuk lari dari aku. Apalagi jika kamu berpikir untuk menemui pria sialan itu, karena aku gak akan ngelepaskanmu. Mengerti?!”

“Aku gak nyangka akan menikah dengan psikopat seperti kamu!” balas Veranda tak tahan.

“Aku gila juga karena kamu! Jangan memancing emosi aku lagi, sayang. Aku sudah sangat bersabar menghadapi selama ini. Bersikaplah lebih baik dan manis seperti sebelumnya agar aku juga gak akan jadi brengsek seperti dulu”

Veranda diam. Menyadari kebenaran akan ucapan Keynal tersebut. Tak ada pilihan. Kini nasibnya memang sedang ada di genggaman Keynal. Veranda akhirnya memilih untuk diam dan menuruti kehendak Keynal.

⭐⭐⭐

Rostov, Rusia

“Kenapa mendadak?”

Farish menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu tersenyum kecil pada Asad yang menatapnya heran.

“Aku seharusnya memang ada di Afrika sekarang”

“Tapi masa percobaanmu…”

“Aku sudah minta izin pada Prof. Jason. Dia sudah mengizinkan”

“Benarkah? Kepergianmu ini.. tak ada hubungannya kan dengan suster Shanu?”

Farish nampak kaget sendiri mendengar pertanyaan Asad itu.

Pria berkulit hitam itu tersenyum, lalu menepuk bahu Farish dengan pelan.

“Maaf aku gak sengaja denger. Tadinya aku ingin melapor tentang perkembangan pasien Jack padamu, tapi aku.. ya kau tahulah”

Farish diam. Terpekur sesaat mendengarnya.

“Aku jahat ya?” tanyanya dengan senyum terpaksa.

Asad menghela nafas, lalu tersenyum hangat setelahnya. “Maafkan aku jika agak kasar. Tapi kau… sedikit pengecut. Kenapa kau tak berani menghadapinya? Masalah ada untuk diatasi, bukan dihindari Dokter Farish”

Farish tersenyum miris mendengarnya, lalu menghela nafas. “Lalu aku harus bagaimana? Aku mencintai kekasihku dan aku tak mau menyakiti suster Shanu dengan memberinya harapan palsu. Berada lebih lama disini akan semakin membuatnya terluka karena menyadari perasaannya yang tak akan bisa kubalas”

Asad kembali menghela nafas, kemudian mengangguk paham setelahnya.

“Apapun pilihanmu, kuharap itulah yang terbaik”

⭐⭐⭐

Jerman

“Apa gak apa-apa ke Berlin?”

“Iya”

“Tapi gimana dengan klinik?”

“Aku udah bilang pada Viny, dan dia sudah mengizinkan”

“Benarkah?”

“Iya, jangan terlalu dipikirkan. Kamu udah ada di Jerman sekarang. Kamu gak mau jalan-jalan? Gak bosan apa terus menerus di klinik”

“Tapi kenapa kamu ngajak aku? Kamu gak punya pacar?”

“Iya” jawab Dyo dengan entengnya.

“Lalu kita akan kemana saat disana?”

“Kita akan menemui sepupuku. Dia ada disana”

⭐⭐⭐

Veranda mendesis sebal. Keynal benar-benar memenuhi ucapannya. Keynal tak keluar dari kamar, tak bergerak sedikitpun – bahkan untuk ke toilet – kerjanya hanya menatap layar laptopnya sembari tangannya sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk didekatnya.

Veranda menghela nafas. Mereka sudah sejauh ini. Dan ini baru beberapa jam pertengkaran mereka di mobil tadi, masa Keynal sudah melancarkan aksinya? Ini jelas tak adil.

“Key…”

“Hemm…”

“Aku bosan”

“Nonton televisi aja”

“Aku gak ngerti. Mereka pake bahasa Jerman sementara bahasa keduaku adalah Inggris”

“Kalau gitu baca majalah”

“Pakai bahasa Jerman juga”

“Carilah kegiatan yang bisa mengusir kebosanan, Jangan ganggu aku, sekarang aku sibuk!” sentak Keynal kesal karena pertanyaan Veranda membuat konsentrasinya terpecah.

“Kita sedang bulan madu sekarang” Veranda tampak mencebikkan mulutnya kesal. “Kenapa masih berpikir untuk kerja sekarang?! Tidak asik…”

Demi mendengar gerutuan istrinya, mendadak semuanya buyar dalam pikiran Keynal. Keynal jelas kehilangan konsentrasinya akan curahan hati sang istri. Sontak bunga-bunga indah mulai menghiasi hatinya manakala menangkap sinyal tersendiri yang diberikan oleh istrinya.

Keynal membereskan pekerjaannya. Menutup laptopnya dan menatap seduktif istrinya dengan ekspresi lapar. Membuat Veranda tersadar akan perilakunya yang sudah memancing singa dalam diri Keynal untuk bangun. Sesaat, dia menyesali kekeras kepalaannya dalam berujar.

“Jadi, kamu ingin menikmati malam bersamaku sayang?”

Dan saat itu juga, sepasang rona merah jambu langsung menghiasi pipi chubbynya. Veranda terlalu malu untuk menatap wajah tampan suaminya.

Sepertinya ini akan jadi malam yang panjang untuk mereka berdua.

⭐⭐⭐

Pagi itu matahari bersinar cukup terik. Mengabarkan dengan jelas betapa cerahnya hari yang akan menghiasi langit Jerman.

Keynal memeluk Veranda erat. Mendekap istrinya penuh kasih sayang dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh polos mereka saat ini.

Tak henti-hentinya bibirnya mengulas senyum bahagia. Hatinya kembali diliputi bunga-bunga cinta saat teringat semua desahan dan teriakan dengan pernyataan cinta dari sang istri tadi malam.

“Keynal, aku cinta kamu...”

Oh, rasanya begitu indah dan manis. Keynal sangat ingin kembali mendengar bisikan lembut dari sang istri seperti tadi malam. Begitu membahagiakan hingga nyaris membuat Keynal melayang ke langit tertinggi sebelum jatuh dalam kenikmatan yang tak tertandingi.

“Terimakasih untuk yang semalam sayang” bisiknya pelan. Membuat Veranda yang juga sudah bangun sejak tadi mengeliat kegelian mendapati nafas hangat milik suaminya menerpa cuping telinganya. “Dan aku juga mencintaimu, sayang…” Keynal tak bisa menahan senyumnya saat mengucapkan hal itu.

Gerakan-gerakan pelan yang Veranda ciptakan kembali menerpa permukaan kulit Keynal. Membuat titik senstif Keynal kembali menyala. Keynal kembali didera gairah mendalam karenanya.

Keynal sudah tak tahan. Dengan cepat dibalikkannya tubuh istrinya dan ditindihnya sembari melumat cepat bibir tipis milik Veramda.

“Lagi?” tanya Veranda tak percaya ketika tautan mereka terlepas.

Keynal tersenyum mendengarnya. “Kamu begitu menggodaku sayang” suaranya serak, sementara nafasnya terdengar diburu. Menguatkan hipotesis betapa penuh gairahnya Keynal saat ini. “Dan aku sangat gak kuat dalam membentengi diriku”

Saat itu juga Veranda tak bisa membantah lagi. Dia hanya bisa pasrah saat Keynal kembali melumat bibirnya penuh nafsu dan meremas payudaranya dengan keras. Sesekali Veranda mendesah dan memejamkan mata penuh kenikmatan. Reaksi dari adanya tindakan yang Keynal lakukan pada tubuhnya.

“Ahh… Key… nhalll…”

“Ya sayang…”

“Key, aku…arrgghhh!!” Veranda berteriak kencang, mencakar punggung Keynal kuat ketika merasakan kejantanan yang mengeras milik suaminya telah menembus liang kenikmatannya. Membuatnya terpekur dengan keringat yang membasahi wajah cantiknya.

Keynal tersenyum, bibirnya tak henti-hentinya mengecup bibir sang istri yang kemudian berpindah pada leher dan daerah kewanitaannya. Menebarkan tanda dimana-mana. Menyatakan klaim atas tubuh dan hati Veranda. Tak membiarkan Veranda bernafas barang sebentar saja. Membuat Veranda menikmati indahnya surga dunia bersamanya. Hanyut, dalam euforia cinta mereka.

“Hah.. hhh..” Nafas keduanya nampak terengah manakala selesai dengan aktivitas mereka. Keynal dan Veranda kompak berbaring di ranjang dengan wajah lelah.

Keynal menatap istrinya yang kini masih sibuk mengatur nafasnya. Keynal meraih tubuh Veranda agar jatuh dalam pelukannya, lalu mendekapnya erat.

“Kamu milikku, ingat itu. Kamu milikku dan aku gak akan melepaskan kamu” bisiknya penuh ketegasan.

Veranda tertegun sesaat mendengarnya. Kenapa Keynal selalu bicara seperti itu? Apa Keynal tahu kalau tujuannya datang ke Jerman untuk bertemu dengan Farish?

Tapi Veranda rasa Keynal tak perlu memiliki rasa khawatir lagi. Kini Veranda jelas telah melenceng dari kehendaknya semula. Kebersamaannya dengan Keynal perlahan memudarkan perasaannya pada Farish. Dan Veranda sadar, sejak tadi malam, ketika mereka mengulang malam pertama mereka Veranda telah sepenuhnya jatuh cinta pada Keynal.

Ini gila, Veranda awalnya ragu untuk bisa jatuh cinta secepat ini pada Keynal. Tapi semua nyata. Veranda tak bisa memungkiri perasaannya sendiri. Bahkan meski otaknya mencoba berpikir logis tetap hatinya yang melarang. Sekarang dia tak bisa menolak pesona suaminya hingga akhirnya jatuh dalam pelukan Keynal dengan sukarela.

Intinya, Veranda telah jatuh cinta pada Keynal.

“Kamu bisa ulang perkataan kamu semalam sama aku sayang?” pertanyaan Keynal sontak membuatnya mendongak.

“Hem..? Yang mana?” tanyanya balik, mencoba menggoda suaminya.

“Yang semalam. Saat kita sedang melakukannya. Kamu lupa? Atau, perlu kita mengulangnya agar kamu ingat?”

“Ishh… mesum. Itu sih maumu!”

Keynal terkekeh mendengarnya sebelum matanya menatap Veranda dengan binar memelas. Membuat Veranda tak tega melihat tatapan penuh harap milik sang suami.

“Aku mencintaimu”

Hanya dua kata, dan Keynal sukses seperti orang gila. Tertawa lebar dengan suara keras sembari memeluk erat istrinya dan mengecup wajahnya berkali-kali. Lalu bersenandung kecil meski suaranya masih terdengar parau.

“Akhirnya…” gumam Keynal dengan wajah bahagia.

Veranda tersenyum, ikut membalas pelukan Keynal lebih erat lagi.

“Hahaha…”

“Bisa gak kamu berhenti? Suara.kamu terdengar begitu mengerikan”

“Benarkah?” Keynal langsung menatap tak percaya Veranda.

“Iya, aku yakin klienmu mau bekerjasama denganmu karena takut padamu. Tawamu saja menggelegar begitu”

Keynal nampak tertegun, lalu menghela nafas.

“Sayang, bisakah kamu menerimaku apa adanya? Tolong pertimbangkan aku. Meski aku bukan pria idama kamu, setidaknya pandang aku sebagai prua yang mencintai kamu. Bisa kan?”

Pertanyaan tulus Keynal itu sontak menimbulkan keharuan dalam diri Veranda. Padahal dia hanya bercanda. Dia malu dan gugup untuk mengatakan betapa penuh karismanya Keynal saat tertawa. Tapi rupanya suaminya malah menyalah artikan semuanya. Dia benar-benar mengira dan mencerna semua ucapan Veranda mentah-mentah.

“Kamu bisa menerima semua sikap buruk aku. Kamu bisa menerima dan mencintai wanita kasar, bermulut tajam dan keras kepala seperti aku. Lalu kenapa aku tidak?”

Keynal tersenyum mendengarnya. Perlahan dikecupnya pelan dahi istrinya lalu ditatapnya lekat istrinya.

“Aku benar-benar mencintai kamu. Jangan tinggalkan aku ya?” tanya Keynal penuh harap bahkan terkesan memelas.

“Iya”

Keynal diam. Matanya nampak menatap ragu Veranda dengan was-was. Membuat Veranda mengernyit keheranan.

“Aku… ada yang ingin aku katakan sama kamu” ucap Keynal pelan.

“Apa?” tanya Veranda bingung.

“Tapi setelah aku mengatakannya, kamu jangan marah ya”

“Katakan saja”

“Farish… dia…”

TOK TOK!

⭐⭐⭐

Veranda mendecih sebal. Sementara Naomu tersenyum tanpa malu dihadapannya.

“Jadi gimana? Kamu mau kan datang sama aku Key? Ayahku benar-benar berharap bertemu sama kamu”

“Tapi kenapa hanya kamu dan aku saja sementara Veranda tidak?”

“Ayahku masih berharap sama kamu. Aku mohon, beraktinglah sebisamu”

“Tapi…”

“Aku mohon”

Demi semua pasir dilautan dan demi semua bintang dilangit. Keynal bersumpah akan merutuki dirinya sendiri yang telah termakan akting sempurna Naomi.

Keynal nampak  berpikir. Dia tahu dengan jelas betapa tuan Prasetya mengharapkan dirinya yang akan jadi pendamping Naomi nanti. Prasetya bahkan rela membantunya karena paksaan dari Naomi yang tergila-gila padanya. Meski Keynal kejam, tapi sepertinya tak ada salahnya untuk datang dan sekedar menyapa. Setelah disana Keynal akan menjelaskan semuanya termasuk statusnya nanti pada tuan Prastya agar dia tak berharap lebih.

Dan sepertinya juga, ada baiknya tak mengajak Veranda. Veranda pasti takkan nyaman disana. Veranda bisa habis terbakar cemburu bila terus ada didekat Naomi nantinya. Ya, Keynal rasa lebih baik Veranda menunggunya disini sebentar sementara dia membereskan masalahnya dengan Naomi dulu.

“Baiklah”

Dan saat itu Keynal sadar, tatapan Veranda telah berubah kecewa padanya.

⭐⭐⭐

“Jadi dia pacarmu?”

Baik Melody dan Dyo sama-sama kaget. Lalu menggeleng cepat.

“Lalu?”

“Dia… dia temenku, Om”

Pria paruh baya itu tersenyum, lalu menatap geli sang keponakan dengan sorot curiganya.

“Jadi, kamu gak akan memperkenalkannya?”

“Oh iya aku lupa” Lidyo nampak salah tingkah sendiri. “Mel, kenalin ini om aku. Dan om, ini Melody”

“Jadi kamu juga orang Indonesia?” tanya pria sambil tersenyum.

“Iya” jawab Melody pelan dengan penuh kegugupan. Dan Dyo dapat merasakannya. Melody pasti tak nyaman. Dyo meringis pelan. Ini salahnya karena telah membawa Melody ke acara makan siang bersama ini.

“Dyo, aku ke toilet dulu ya” bisik Melody.

Dyo mengangguk paham mendengarnya. Mengerti kalau Melody mungkin butuh waktu sendiri sebelum menghadapi semua ini. “Kamu lurus saja, lalu belok kanan”

Melody mengangguk paham. Sebelum akhirnya permisi dan melangkah pelan.

Pria paruh baya itu kembali tersenyum melihat tatapan Dyo yang tak lepas dari siluet tubuh Melody sejak tadi.

“Dia wanita yang kamu sukai?”

Dyo tersentak, lalu terlihat salah tingkah. “T… tidak”

SREK!

Keduanya kompak menoleh ke arah pintu masuk saat itu juga.

⭐⭐⭐

“Aku dengar bisnis kamu sudah sangat maju sekarang”

Keynal mengangguk datar, lalu menyesap ocha yang ada dihadapannya perlahan.

“Jadi, apa kamu sudah punya kekasih sekarang?”

Keynal mengangkat kepalanya. Tersenyum tak percaya ketika pria paruh baya itu langsung pada intinya saat bertanya.

“Tidak” jawabnya tenang.

Seberkas sinar penuh kegembiraan hadir di pelupuk mata pria itu. Dan Keynal menyadarinya.

“Aku sangat antusias bertemu sama kamu sejak kemarin ketika Naomi cerita tentang pertemuan kalian”

Keynal melirik Naomi yang kini tersenyum senang mendengarnya. Oh, ada kesalahpahaman besar disini rupanya.

“Aku juga. Aku rasa gak ada salahnya bekerjasama dengan anda tuan”

“Begitukah? Hahaha.. kamu bisa menyerahkannya pada Naomi. Aku sudah tua dan dia yang menjadi penerusku. Kalian pasti tampak serasi jika menjadi pasangan”

Keynal menatap datar pria itu, mencoba serius untuk kali ini.

“Tapi tuan, aku sudah menikah”

Sontak baik Dyo, tuan Prasetya dan Naomi langsung menatapnya dengan tatapan kaget saat itu juga. Tuan Prasetya bahkan shock sendiri.

“Apa?” tanyanya tak percaya.

“Aku sudah menikah. Dan aku mencintai istriku, bukan Naomi. Maaf” jawab Keynal setenang mungkin.

Tuan Prasetya nampak terpukul mendengarnya. Begitu juga dengan Naomi. Keynal adalah harapan mereka. Tuan Prasetya begitu menyukai Keynal begitu juga Naomi. Bagi mereka, hanya Keynal lah kandidat paling baik untuk mendampingi hidup mereka.

Sementara Dyo hanya bisa menghela nafas. Kasihan juga akan nasib sepupunya itu. Dia mengerti sekarang. Pasti Naomi ingin menjebak Keynal. Dengan dukungan dari ayahnya, Naomu pasti berpikir akan bisa meluluhkan hati Keynal untuk meninggalkan istrinya dan bersama dengannya. Sebuah pemikiran yang licik tentunya dan Dyo tak habis pikir bagaimana bisa sepupunya senekat itu dalam hal cinta.

Tiba-tiba dia jadi aneh sendiri. Dia juga begitu. Menghalalkan segala alasan agar bisa bersama Melody. Mungkin karena punya darah yang sama inilah maka itu pikiran mereka jadi tak jauh beda.

Ngomong-ngomong soal Melody, kemana dia? Kok tidak kembali lagi? Dyo jadi cemas sendiri.

“Om, Naomi maaf aku permisi dulu. Temanku tak kunjung kembali. Sepertinya ada masalah” ucapnya sambil melangkah tanpa mengindahkan jawaban dari om dan sepupunya yang masih terpekur dalam keterkejutan.

Keynal menghela nafas panjang setelahnya. Mengerti kalau sekarang sikap mereka takkan sebaik sebelumnya.

“Jadi tuan dan Naomi. Jangan berpikir hal lain selain bisnis. Aku mohon” ujarnya tenang. Perlahan Keynal beranjak dari duduknya dan menatap datar mereka berdua bergantian.

“Aku permisi kalau begitu”

⭐⭐⭐

Veranda terus menerus menekuk wajahnya sejak tadi. Dia bosan dan marah.

Keynal tega meninggalkannya dengan para penjaga dengan wanita menyebalkan itu. Sungguh, sebenarnya Keynal mencintainya atau hanya ingin mempermainkannya? Sejenak, ada perasaan was-was yang menerpa dan Veranda benar-benar jadi aneh sendiri membayangkan kedekatan Keynal dan Naomi yang jauh darinya saat ini.

“Tidak! Keynal tidak mungkin selingkuh, aku yakin!”

⭐⭐⭐

Nigeria, Africa

“Kamu kembali?” Martin nampak takjub sendiri melihat Farish yang kini tersenyum dihadapannya, lalu menghampirinya.

“Kamu tak merindukanku?” tanya Farish saat dirasanya pelukannya tak dibalas oleh Martin.

Martin terkekeh, lalu menepuk punggung Farish pelan. “Bodoh! Tentu saja aku merindukanmu. Tapi, kenapa kau kembali?”

“Eumm… memang tidak boleh?”

“Tidak, tetapi harusnya kan masih satu bulan lagi”

“Aku hanya ingin cepat kembali ke Jerman” jawab Farish sekenanya. Meski sempat bingung akan jawaban ambigu sahabatnya itu, Martin akhirnya memilih diam dan mencoba mengerti.

⭐⭐⭐

Jerman

“Keynal!”

Keynal berhenti lalu berbalik dengan wajah datar. Matanya nampak menyiratkan ketidak sukaan atas panggilan Naomi.

“Ada apa?” tanyanya tanpa basa-basi.

Namun semua diluar dugaan. Naomi tiba-tiba berlari lalu mencium bibirnya paksa dan memeluknya erat. Membuat Keynal terkejut setengah mati.

BRAK!

“Apa kau sudah gila hah?!” bentaknya tanpa mempedulikan dirinya jadi pusat perhatian atau tidak.

Naomi tersenyum sinis lalu bangkit setelah tadi didorong dengan kasar oleh Keynal. “Ya, aku sudah gila! Dan itu karenamu”

Keynal mengusap bibirnya kasar, lalu menatap remeh Naomi.

“Jangan pernah menampakkan dirimu dihadapanku lagi, atau kau akan menyesal!”

“Tapi aku mencintaimu!”

“Persetan dengan cintamu! Aku tak mencintaimu dan aku bahkan tak memiliki rasa suka sedikitpun padamu!”

Ucapan Keynal itu jelas membuat Naomi terluka. Naomi nampak sedih meski akhirnya ekspresi di wajahnya berubah menjadi kelam dan kejam.

“Baik, kau memilih jalan yang salah Keynal”

⭐⭐⭐

“Itu tadi, Keynal bukan?”

Dyo menatap Melody heran, sedikit bingung darimana Melody tahu tentang Keynal.

“Iya, kamu kenal?”

“Dia…” Melody nampak ragu untuk sesaat. “Suami Veranda”

“Astaga…”

“Kenapa?” tanya Melody heran. “Dan juga, kenapa dia berciuman dengan wanita lain? Apa dia selingkuh?”

“Tidak!” Dyo menyela cepat. “Wanita itu sepupuku. Sejak dulu dia selalu tergila-gila pada Keynal. Mereka dulu kuliah di Amerika. Astaga apa yang harus aku lakukan? Naomi pasti merencanakan sesuatu!”

“Maksudmu?”

“Veranda, kita harus menjelaskannya sama dia sebelum Naomi bertindak nekat!”

⭐⭐⭐

“Sayang…”

Keynal mengerutkan dahinya. Lalu matanya menyapu ke sekeliling ruangan. Kosong. Kemana istrinya sebenarnya?

Keynal mulai mengitari sekeliling kamar hotel itu dan hasilnya nihil. Veranda tak ada dimanapun juga.

Keynal keluar, lalu bergantian menatap penjaga yang dia tugaskan menjaga istrinya.

“Kemana istriku?!” tanyanya dengan bahasa Jerman.

Kedua penjaga itu nampak bingung. “Kami tidak tahu. Kami terus berjaga disini sejak tadi, tuan”

“Lalu kenapa dia tak ada sekarang?!” Keynal mulai mengamuk mendengarnya. Keynal kembali masuk. Memastikan kalau Veranda benar-benar tak ada.

Matanya langsung tertumbuk pada beberapa benda yang bertebaran di sofa dan meja itu.

Perlahan dilangkahkannya kakinya. Matanya membulat saat melihat benda apa yang ada disana.

“Ini…”

⭐⭐⭐

BRAK!

Naomi nampak kaget, begitu juga dengan tuan prasetya. Mereka nampak heran ketika sadar kalau Keynal tahu dimana mereka saat ini. Keynal bahkan menerobos penjagaan rumah tuan Prasetya dan mendobrak pintu ruang tamu tersebut.

“Keynal? Ada apa?” tanya tuan Prasetya heran.

Keynal merapikan jasnya sesaat lalu melangkah dengan tenang. Seolah tak terjadi apa-apa. Namun sorot matanya tak bisa dibohongi. Terdapat emosi yang tinggi dalam iris coklat tersebut. Membuat mereka berdua bergidik ngeri ketika mendapati aura kelam dan dingin yang keluar dari diri Keynal.

“Aku ingin mengembalikan sesuatu tuan”

“Sesuatu? Apa?”

PLAK!

Saat itu juga wajah Naomi langsung merah padam. Dia mulai didera ketakutan. Apalagi sorot mata tajam Keynal begitu menusuk, seolah siap mengulitinya hidup-hidup.

“Apa ini?” tanya tuan Prasetya masih belum paham.

“Tanyakan saja pada putri tersayang anda tuan!”

“Naomi?”

“Iya, dia telah mengirim semua foto yang telah dia manipulasi dengan apik dan juga foto dia yang menciumku paksa tadi. Dia juga mengorek informasi tentang istriku dan membuat istriku salah paham dengan mengatakan kalau aku, telah membuat orang yang dulunya pernah dia cintai pergi jauh dari hidupnya!”

“Apa? Naomi, apa itu benar?” tanya tuan Prasetya memastikan. Tapi putrinya hanya diam saja.

Keynal tersenyum sinis melihat reaksi Naomi. “Tentu saja dia tak berani menjawab. Dia terlalu pengecut!”

“Keynal, jangan keterlaluan” tegur tuan Prasetya.

“Keterlaluan?!” emosi Keynal langsung naik mendengar pembelaan tuan Prasetya pada Naomi.  “Kau ingin tahu bagaimana keterlaluan itu?! Baik, akan kuberitahu! Keterlaluan itu adalah saat dimana aku akan menghancurkan perusahaanmu sampai berkeping-keping dan membuat putrimu menyesal seumur hidupnya hingga dia bahkan tak berani membuka matanya untuk melihat langit dan bumi. Bagaimana tuan?!”

“Keynal, kau bicara apa?!”

“Istriku lari dariku karena anakmu, bodoh!” bentak Keynal tak tahan untuk marah. “Dan aku tak akan pernah memaafkan siapapun yang berani mengusik kehidupanku. Termasuk kau dan putrimu! Berani-beraninya dia mengirimkan benda-benda menjijikkan ini dan membuat duniaku hancur?! Kalian sudah bosan hidup rupanya!”

“Keynal, tenanglah. Ini bisa dibicarakan baik-baik bukan?” akhirnya Naomi buka suara.

“Bicara baik-baik huh? Jangan harap! Sebaiknya kalian pergi jauh dari sini. Mumpung aku masih berbaik hati dan masih memandang hormat padamu tuan Prasetya. Jika tidak, jangan salahkan aku jika perusahaanmu akan berada dalam genggamanku. Mengerti?! Besok, kalian sudah tak boleh menginjakkan kaki lagi disini!”

Sejenak Keynal berusaha menstabilkan emosinya. Lalu mulai melangkah ringan tanpa bantahan. Meninggalkan tuan Prasetya dan Naomu yang ketakutan setengah mati karena ulahnya.

“Ini semua salahmu! Kamu tau perusahaan sedang tak baik dan kita membutuhkan dukungan Keynal. Dan kau malah mengacaukannya!” tuan Prasetya langsung sigap memarahi putrinya sepeninggal Keynal.

“Aku mencintainya ayah!”

“Bodoh! Keynal tak pernah menyukaimu. Apa kamu bahkan tak mengerti itu?! Pokoknya besok kita akan kembali ke Amerika! Ayah takkan sanggup untuk berhadapan dengan Keynal”

⭐⭐⭐

Veranda melangkah dengan gontai. Seharian ini dia menenangkan dirinya dari semua berita yang dia dapat. Tentang fakta kehidupannya yang telah digali oleh seseorang yang entah siapa Veranda tak peduli.

Keynal adalah perusak kehidupannya.

Keynal telah berselingkuh dan membuatnya jauh dari kekasihnya.

Beraninya dia bilang cinta dan bersikap seolah tulus padahal dia hanya menyimpan obsesi yang nantinya dengan mudah bisa mencampakkan dirinya? Menjijikkan!

Veranda terduduk di taman. Tadi dia sengaja menyuruh seorang pengantar makanan dan memohon agar bisa menyelinap di bawah meja dorongnya. Dengan akting yang mumpuni, pelayan itu luluh dan Veranda bisa kabur dari sana.

Tapi masalahnya, kemana dia harus melangkah sekarang?

Veranda tak tahu apapun tentang Jerman.

Dan Veranda tak tahu harus kemana mencari Farish sekarang.

Mencari Farish? Ya, itulah tujuan awalnya kesini. Dia akan menemukan Farish dan melepaskan diri dari Keynal. Meski sempat ragu, tapi kini tekadnya bulat. Dia takkan mau bersama dengan pria sebejat Keynal yang berani menyeleweng dibelakangnya dengan wanita menyebalkan itu!

“Disini kamu rupanya”

Veranda terlonjak kaget. Menyadari kalau kini Keynal sudah ada didekatnya. Keynal menatapnya tajam dan Veranda langsung mengeluh dalam hati. Secepat inikah dia ditemukan?

“Kamu meremehkan aku, sayang. Aku tau betul tentang negara ini karena aku pernah tinggal disini selama beberapa tahun. Dan sangat mudah bagi aku untuk menemukan kamu mengingat berapa banyak orang-orang yang bisa aku kerahkan untuk mencari kamu”

Veranda mendengus, lalu menatap sinis Keynal dengan penuh amarah. “Untuk apa mencariku? Bukannya kamu sudah ada wanita lain?”

“Kamu salah paham”

“Salah paham kamu bilang?!” Veranda tak tahan untuk membentak Keynal. “Farish… dia salah paham?!”

Keynal nampak menghela nafas meski sorot matanya masih tajam. “Dia penganggu. Ibarat rumput liar, dia harus disingkirkan”

“Kamu terlalu kejam. Apa bagimu aku ini hanya obsesi semata? Yang bisa kamu raih dan kamu campakkan sesuka hatimu saat kamu dapatkan? Apa aku ini adalah piala yang akan kamu jadikan pajangan dalam rak tipuanmu hah?!”

“Aku gak pernah berpikir begitu”

“Kenyataannya kamu telah membuatku berpikir begitu!”

“Sayang aku mohon tenanglah. Aku akan menjelaskan semuanya sama kamu tapi tidak disini” ujar Keynal sambil meraih tangan Veranda.

“Tidak!” sekuat tenaga Veranda menyentakkan tangan Keynal hingga membuat Keynal kaget akan perlawanan Veranda. “Aku gak akan mau bersama dengan iblis berhati keji seperti kamu yang kerjanya hanya merusak kebahagiaan seseorang!”

“Sayang…”

“Kamu kejam! Aku ingin cerai sama kamu! Aku membencimu…” teriak Veranda sambil berlari menjauh dari Keynal. Veranda berlari tanpa arah. Keynal menatapnya hampa sebelum akhirnya ikut menyusulnya saat dilihatnya sebuah mobil sedan tengah melaju ke arah Veranda yang sudah berlari ke tengah jalan untuk menjauhi Keynal.

Veranda terus berlari, dia ingin pergi dari sana secepatnya hingga…

TIN!

“Arrghhh!!”

BRAK!

Veranda membuka matanya saat terdengar decitan ban dan suara hentakan keras dari arah sampingnya. Veranda meringis kesakitan karena didorong oleh Keynal.

Di dorong oleh Keynal?

Veranda terkesiap. Kini didapatinya Keynal tengah terbaring dengan bersimbah darah. Veranda dengan cepat menghampiri Keynal yang tampak sangat kesakitan.

“Key…”

Keynal menatapnya dengan sebisa mungkin mempertahankan kesadarannya. Wajahnya malah tampak mengkhawatirkan keadaan istrinya tersebut.

“Kamu baik-baik aja?” tanyanya dengan nafas terengah. Orang-orang mulai ramai mengerumuni dan mencari bantuan.

Veranda mengangguk lalu menangis keras. “Kenapa kamu lakukan ini hah?! Kamu bodoh!”

“Bagus, kamu gak boleh mati”

“Dasar bodoh, lalu bagaimana denganmu?!”

Keynal meraih wajah Veranda susah payah. Keynal tak mempedulikan rasa sakit yang tengah dia rasakan saat ini.

“Aku mencintaimu.. Aku mohon jangan… hhh.. jangan salah paham sayang…  Aku… aku benar.. benar mencintaimu.. Ve”

“KEYNAL!”

Saat itu juga semuanya terasa gelap untuk Veranda. Dunianya terasa hampa manakala tangan Keynal nampak lemah dan jatuh di pangkuannya dengan dibarengi tertutupnya mata Keynal.

“Aku mencintaimu Key… kumohon bertahanlah… Jangan tinggalkan aku…” airmata Veranda mengalir deras sembari memeluk Keynal yang telah bersimbah darah. Tak peduli sekacau apa dia sekarang ini. Veranda sungguh tak peduli apapun selain pada suaminya.

“Maafkan aku, aku gak marah sama kamu. Aku hanya cemburu. Karena itu bangunlah!” Veranda langsung histeris ketika tak kunjung ada respon berarti dari Keynal.

Airmatanya mengalir deras sementara isakan meyayat hati tak bisa dia sembunyikan. Veranda memeluk Keynal erat seolah takut kehilangan Keynal. Kini, baru dia sadari arti penting Keynal untuknya. Keynal telah membuka hatinya. Sepenuhnya. Dan untuk itu, Veranda menyesal.

TBC

Jangan menyesal karena kehilangan.
Hargain selagi masih ada.

silahkan follow akun @vampirele

Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

479K 1K 15
🔞 kisah sx abang tiri dan adik tirinya
307K 2.7K 18
WARNING 21+ **** Jeriko mesum, Jeriko sangean, Jeriko nafsuan. Jeriko sudah memiliki lebel yang sangat buruk dalam otak Keyna. Tapi, kenyataan dunia...
306K 29.9K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
490K 38.4K 17
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...