#1 : Misteri Maghrib

By CiayoIndah

207K 7.3K 461

Biar puas baca di novel aja, udah keluar Novelnya di Gramedia atau bisa langsung pesan ke wa 081370968830💗 More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15

Part 10

11.2K 447 35
By CiayoIndah


"Jal..." panggilku pada Jalu yang keliatannya sudah berfantasi merencanakan rencananya terkait Gijem.

"Ngapain sih pakek acara main ke kuburan bawa Gijem? Kan bisa kamu pancing lagi dia buat cerita lagi.." lanjutku, yang disambut Rangga dan Roma dengan anggukan kencang, tapi disambut Jalu dengan menggeleng.

"Payah mbak, Gijem sekarang tertutup, dilarang Bapaknya cerita apapun!, kesiapa pun!, diajak keluar aja dia susah!", papar Jalu.

"Trus gimana caranya Jal?" tanya Roma penasaran.

"Mbak aja yang mancing dia.." jawab Jalu.

"Aku?" tanya Roma sambil melotot.

"Iya, paling tepatnya ya mbak yang jadi tokoh utama rencana kita ini, kami bertiga figuran aja, heehehehee" lanjut Jalu.

Aku, Roma, dan Rangga saling pandang-pandangan, gak ngerti jalan pikiran Jalu.

"Mbak kan di keluarga, dianggap yang paling lemah, udah kehilangan hak, gak diperhitungkan, mereka gak akan curiga kalo mbak ngajak Gijem buat ngaku" lanjut Jalu.

"Oh oke kalo gitu" Jawab Roma mantap.

"Ntar sore mbak minta anterin Gijem ke Toko Buku Bekas pak Masdi, di Jalan Karang Berduri. Trus mbak traktir dia makan di warung Nasi Ayam Kejepit, 500 meter lurus aja dari kuburan Kampung Bernyanyi di Jalan Karang Berbisa, sekalian mbak sholat maghrib disitu. Habis Isya aja mbak pura-puranya ajak dia pulang, udah sepi disitu, kalian berhenti didepan kuburan ya..."

Roma dan Rangga termangu-mangu mendengar penjelasan Jalu, Gak yakin aku rencana ini bakal sukses, mengingat reaksi kami di warung ayam kepleset dan rel kereta jalan Karang Berbatu.

"Eh,.. itu areal kuburan kenapa namanya Kampung Bernyanyi ya?, serem amat!" selahku.

"Mungkin disitu banyak hantu karokean, bernyanyi-nyanyi....heheheheee" Jawab Rangga terkekeh-kekeh, gak lucu.

"Sekarang kamu bisa ketawa Rang...ntar ngibrit duluan haahaahaaa..." wajah Rangga berubah merah mendengar guyonanku, malu dia.

"Biarin ngibrit daripada kencing di celana...haahahahaa" jawab Rangga ngakak.

Seerrrr, darahku naik keatas muka. Iihh.. masak sih Rangga, cowok yang termasuk keren ganteng cool mempesona gagah dan berkharisma dikampung kami ini, bisa tau dan inget soal yang itu....gimana kalau para bujangan diluar sana dengar?. Bisa-bisa mati Plat aku, ga da yang mau melamar..hiks

"Hahahaha hahahah hahaha..." lama juga mereka menertawaiku, menceritakan kisah diwarung mbak Menur, aku hanya diam.

Dalam hati berharap Jalu gak ikut2an cerita kejadian kencing dirumah semalam.

Eh, dia gak cerita. Alhamdulillah.

Sampai pukul 9 malam kami sudahi pertemuan kami. Rencana sudah matang. Tinggal eksekusi besok sore, nunggu aku pulang kerja. Kamipun pulang dari warung kopi Jalan Karang Berlumut.

Kuburan Kampung Bernyanyi terkenal seram, banyak cerita kejadian aneh yang kudengar dari sejak aku kecil dulu. Sebenarnya aku enggan mengikuti rencana mereka. Rasa lelah atas kejadian-kejadian aneh sejak buk Siti meninggal sudah teramat sangat. Aku sudah  jenuh dengan gangguan makhluk halus.

"Mbak,.. "Jalu memukul pundakku dari boncengan.

"Heh?" jawabku, motor kulaju pelan. Ntah kenapa aku merasa aman ada Jalu di belakang padahal jalanannya sudah sepi.

"Mbak gak usah takut, besok kan kita cuma bagian jaga-jaga aja di belakang mbak Roma. Kalau-kalau ada apa-apa." Terang Jalu.

"Ada apa-apa maksudnya?" tanyaku.

"Yah, kalau ada skenario yang melenceng, seperti kalau ada orang yang datang, mbak Roma pingsan, atau ada penampakan, kita bagian jaga-jaganya mbak".

"Justeru itu..yang mbak takutkan, malah mbak dulu yang mati berdiri..." jawabku disambut tawa oleh Jalu.

"Haahaaahaa, mbak tenang aja kan ada Jalu dan mas Rangga.." Jalu memukul - mukul dadanya.

Aku hanya bisa tersenyum, kamu itukan masih ABG. Batinku.

"Yah mbak berharap, dengan mbak bantu besok, buk Siti lebih tenang, mbak kan udah terlanjur janji bantu dia, kasian juga membayangkan penderitaan ibu itu, tapi mmmh mbak gak yakin Jal.."

"Udah mbak, nanti dirumah, mbak perbanyak sholat, baca doa dan tilawah, mohon semoga besok kita lancar. Siapa tau kalau lancar kita kecipratan warisan buk Siti haahahaa" Tawa Jalu  membuatku ikutan tersenyum.

"Kecil-kecil matre kamu Jal!!"

"Haahaahaaa, yah asalkan semua ini cepat berakhir aja mbak udah syukur banget Jal. Kamu malah, berharap dapat cipratan warisan buat beli motor, wakakakak, mimpi kamu!!" seruku.

"Biar mbak semangaatt haahahaa" lanjut Jalu, yah terlepas dia bercanda atau tidak, tapi memang adikku ini berhasil membuatku lebih bersemangat.
-------------------

Besoknya.
Jam 4 lewat 15 menit aku sudah sampai di lokasi areal Kuburan Kampung Bernyanyi. Usai sholat Asar dimasjid, langsung kulaju motorku ke lokasi janjian kami.

Aku udah ijin sama ibu sebelum berangkat kerja tadi pagi. Akan langsung keluar ajak Jalu jalan begitu pulang kerja, mungkin kami akan pulang malam.

Pandanganku menyapu sekitar, masih sore saja daerah ini udah horor bawaan, makamnya lumayan padat. Yah, Semua warga satu desa kami pasti ngumpulnya disini kalau sudah meninggal, ga ada  pemakaman yang lain. DEG!

Termasuk buk Siti!

Aku celingukan, duh beneran nggak ini yaa, apa aku mundur aja,.. kenapa aku baru sadar, buk Siti juga ada didalam. Tak berani mataku melihat kedalam pemakaman, tubuhku membelakangi menghadap kejalan.

Kudukku meremang, sebelum Jalu dan Rangga datang apa aku kabur aja ya.. Kulirik arlojiku jam 4 lewat 30 menit. Aku siap-siap naik motor, kabur saja deh, sebelum jumpa mereka. Batinku.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku.

"Serrrrr" darahku terkesirap ke ubun ubun, kakiku terpaku, tubuhku kaku  mematung tak sanggup bergerak, untung standar motorku masih terpasang, kalau tidak pasti aku sudah jatuh.

Mataku nerawang sampai keujung jalan Karang Berbisa, tak ada satupun  orang yang lewat.

Tak berani aku menoleh kebelakang, kulirik tangan itu masih menempel dipundakku, putih.

Tubuhku gemetaran, mataku kupejamkan, mulutku komat kamit baca semua surah-surah pendek, tangan itu masih disitu, tetap tak mau pergi.

Perlahan kurasakan satu tangan lagi mendarat di pundak kiriku, makin menegang, makin kencang kubaca ayat kursi.

Ini pasti kuntilanak, ikut nangkring diboncengan belakang. Astaghfirullohaladziimm..

"Ya Allaaah, ampuni dosa - dosaku,..!" makin kuat suaraku merafalkan segala macam surah pendek, tetap tak mau pergi. Bahkan kurasakan, Kunti itu meletakkan kepalanya dibahuku, bersandar. Mulutku terus komat-kamit tiada henti.

Samar.

Kudengar dia mendesah-desah..

Seperti mau akan tertawa, kuberanikan membuka sedikit mataku, kulirik dua tangannya di bahu kiri dan kananku.

Putih, tapi putihnya luntur di jas hitamku, bedak?, batinku curiga. Kuputar kaca spion motorku ke arah belakang,..

"Huwaaaahahahahaha....haaaahahahaha"

Suara Jalu membahana bersama Rangga dibelakangku.

"Kambiiiiiiiiiiiiiinggg,...!" tanganku menyambar baju Jalu, yang keburu lompat dan lari.

"embeeeeehehek embeeeek...embeeek" ejeknya setiap kumaki dia kambing.

Betuah!.

Lama mereka menertawaiku,

"Asem!!".
Sempat-sempatnya ngerjain orang. Ahhh, apa mereka gak merasa merinding sedikitpun? Batinku.

Mataku melihat ke atas, pucuk-pucuk pohon pinus yang tinggi-tinggi menjulang, pemakaman ini termasuk rindang, banyak pohon-pohon besarnya.

Bergidik, dari dahan-dahannya seakan banyak makhluk kasat mata yang sedang melihat kami. Mereka sedang menunggu apa yang akan kami lakukan.

Aku merinding.

Kualihkan pikiranku, memperhatikan Rangga dan Jalu yang berberes sambil masih tertawa-tawa. Mereka bawa lumayan banyak perlengkapan penyamaran, adikku sendiri bawa seprei dan taplak meja makan ibu yang berwarna krem, pasti karena gak ada yg warna putih. Ada juga bedak bayi, senter dan arang hitam. Dikira dia mungkin ini seperti petualangan dalam cerita, hatiku mulai ragu. Pastilah kesalahan besar kami mengikuti ABG satu ini.
----------------------------

Kami selesai sholat maghrib dan isya di musholla jalan Karang Berbisa, sekitar 200 meter dari kuburan. Sebelum isya kami sudah mengecek semuanya. Pukul 8 malam, kami bergerak ke lokasi. Kurang lebih setengah jam lagi Roma akan lewat.

Udara makin dingin.
Kuperhatikan Rangga komat-kamit sepanjang waktu, kami sembunyi dibalik tembok depan kuburan. Rangga dan Jalu sudah memakai kostum dari sprei dan taplak meja makan krem, seluruh tubuh mereka ditutupi kain, dililit-lilit seperti pocong. Wajah mereka di coreti arang. Benar-benar menghayati.

Profesional. Pikirku.

Aku tak memakai kostum apapun, endingnya aku akan datang seakan lewat pas pulang kerja menolong Roma dan Gijem.

Gelap. Berada diantara dua pocong jadi-jadian ini, membuatku tidak terlalu takut padahal kami sudah didalam areal kuburan, walau cuma dibalik tembok pagar.

Mataku tak berani melihat jauh lebih kedalam kuburan. Rasa was was seperti banyak yang memperhatikan kami masih besar. Ku coba pasang sikap cuek.

Motor Roma dan Gijem mendekati kuburan, kulihat wajah Roma pias, dia seperti ragu-ragu, jangan-jangan kami tidak ada disini. Celingak celinguk, bingung, ngeri. Hihi keliatan banget dia ketakutan, batinku lucu.

Jalu melempar satu kedipan sinar senter, untuk memberi tanda ke Roma, Romapun melempar senyum. Di bangku belakang Gijem mulai takut, dibuangnya wajahnya ke sisi kanan seberang.

Roma menghentikan motornya tepat didepan pintu masuk kuburan, Gijem kebingungan.

"Kenapa mbak?"

"Aduuh maaf dek, motornya mati, sering gini sih dia!" jawab Roma pura pura panik.

"Trus gimana mbak, kita gak mungkin berhenti disini, inikan kuburan!" seru Gijem ikutan panik.

"iyaaa..mbak juga takut ini...kamu sih gak mau jujur sejak tadi mbak tanyain, jadinya ibuk marah, motor kita dimatikannya!" seru Roma, sambil pura-pura melihat kerusakan motornya, aktingnya bagus juga batinku.

"Aku betul-betul gak tau mbak maksud mbak apa..." sambung Gijem gemetaran, mukanya keliatan kalut, bolak balik melihat keatas, kesamping, kebawah,kebelakang. Kami agak terkekeh menyaksikannya.

"Jem, sekarang kamu jujur dehh, apa dirumahku itu jin piaraan bapakmu semua? Hah???"

Gijem masih menggeleng-geleng gemetaran.

Tiba-tiba Roma menjatuhkan tubuhnya ke tanah, terlentang tiduran ditanah, diluruskannya tangannya keatas kepala, kaku. Kakinya juga ikut kaku. Dia seakan ditarik-tarik makhluk halus, tangan dan kakinya seperti ketarik berlawanan.

Gijem pucat.

"Je,je,je,jemm... Ja, jawab jem.., apa ibuk kerasukan jin bapakmu?? Mbak udah ngerasa nggak enak ini jem..., Herrr..herrr... mbak mau kerasukan arwah budemu ini jemm, kamu apa mau budemu sendiri yang berdiri disini nanyain kamu...Herrr...herrr..herr ??!"

Roma bener-bener totalitas, sakit perutku menahan geli melihat aktingnya, matanya melotot keatas sampai mau hilang bola hitamnya.

Kulihat Gijem makin pucat, dia benar-benar termakan sandiwara Roma, mundur selangkah dua langkah, sepertinya dia berancang-ancang mau kabur, Gawat.

Kalau dia lari 200 meter, akan ketemu mushollah tadi, bisa jadi masih ada bapak-bapak yang duduk-duduk disana.

Rangga dan Jalu bersiap-siap mau keluar, tapi sepertinya Rangga lupa kalau dia sudah diikat ala pocong, gerakannya terbatas, mereka hanya bisa berjalan kecil atau melompat. Sempoyongan dia menubruk Jalu.

"Ghedebuuukkk kemresekkk greseekkk..!!"

Rangga jatuh menubruk Jalu.

Suara benda jatuh di dalam area kuburan mengagetkan Roma dan Gijem diluar.

Kutahan tubuh dua pocong jadi-jadian itu sembari berusaha menarik mereka berdiri.

Kulihat Roma dan Gijem mematung tegang. Roma langsung sadar itu suara dari kami, dia pun meneruskan aktingnya.

"Jeeemmmm, Gijeeeem,.."

Dibalikkannya lagi matanya keatas sampai hampir putih semua, Gijem seperti tak tahan dia mundur dan siap kabur,.

"Mbak..eh..eh..bu..bude Siti...maafin Gijeemm.." diapun berlari kabur...

Roma melompat, menangkap kaki Gijem, Gijem tersungkur-sungkur..

"Kurang ajar! Mau kabur kamu ya, bangkee..!" keceplosan Roma memaki Gijem.

"Cepat kamu ngaku, atau kucekik kamu yaa!!"

Kembali ia berpura pura kerasukan, sambil menarik narik  Gijem yang meronta-ronta kuat.

Tenaga Gijem terlalu besar untuk anak laki laki seumuran dia, disepaknya Roma hingga terlepas. Dia bersiap-siap bangkit mau kabur lagi.

Tapi langkahnya mendadak terhenti, aku bisa menyaksikan dia terlonjak kaget, mukanya pucat, matanya terbelalak. Kakinya goyang-goyang gemetaran. Mungkin begitulah ekspresiku kalau ketakutan, batinku ikut tegang.

Dua pocong jadi-jadian tadi, tiba-tiba muncul menghadang didepannya membuatnya tersungkur-sungkur memohon ampun.

"Ampuun-ampuunn,..iyaaa..iyaa..saya ceritaa..." Gijem merangkak- rangkak mundur, menjauhi dua pocong yang masih sempoyongan.

Kedua pocong itu melompat maju mendekati Gijem, lompatannya miring-miring, kostumnya sudah berantakan, andai Gijem tidak kalut pasti dia akan sadar kalau dikerjain.

"Memang bapaklah yang buat bude sakit..., bude jadi gilaa..., bapak selalu ngirim Jin setiap malam jumat, dukunnya di Kampung Seberang,... namanya Ki Gemblong Pesong..." cerocos Gijem sambil menangis nangis, ketakutan.

Gijem, terus merangkak mundur, perlahan ia bangkit berdiri, sambil tersungkur sungkur ia kabur....lari pontang panting.

"Huwaaaaaaaaaahhh!!! Poccoooooonggg...pocoooooongggg...pocooongg..!!!!" terus menjerit-jerit sepanjang jalan, suaranya makin jauh makin kecil.

Padahal kalau mau pulang, kalau dia gak jumpa orang, masih 20 kilometeran lagi jaraknya. Ke kota yang lumayan ramai adalah 8 kiloan.. Haha Gijem, nasibmu jem. Batinku.

Roma mengacungkan jempolnya dibelakang.

Sukses merekam.

Aku tersenyum, menyaksikannya sambil tetap mengintip, sedikit berjinjit lewat atas tembok pagar kuburan.

"He,he,he,hee,heeeheee.."

"Huu..huhu..huu..huhuu..."

Kudengar suara orang terkekeh kekeh lucu disebelahku ikut menyaksikan Gijem, membuatku ikut - ikutan terkekeh.

Sebelum aku sadar dan jantungku seakan berhenti.

Bukankah tinggal aku sendirian didalam pagar kuburan ini, siapa yang tertawa disebelahku?

Continue Reading

You'll Also Like

33.8K 217 9
(FIKSI) Flora,seorang Mahasiswi bertubuh molek penasaran dengan kamar Sebelah di tempat Kos-an ny.Ada misteri yg menunggu...
86.7K 684 42
Kumpulan cerita pendek horror dan misteri dari seluruh penjuru negeri
8.5K 439 27
Azura gadis berparas ayu pindahan dari surabaya, gadis yang ceria, ramah dan juga enerjik, penakut namun keinginan tahuan yang tinggi, tidak ada kele...
187K 13.8K 11
"Kenapa kita harus tidur dengan posisi kaki diikat?" Tentang Penari Ballerina dimana akan mengikuti kompetisi Internasional Dance yang akan diadakan...