Crazy Nega

By winstories_

30.8K 964 214

Namanya Danega Arsenio, orang-orang disekitarnya maupun yang jauh darinya dan hanya bisa mengagumi lewat sosi... More

CN-3
Siapa Tau Suka
Selamat Tahun Baru
Kangen
Loved By Annoying Man
Teman Abang 2

CN-2

6.6K 705 132
By winstories_

"Nega oh Nega, kenape engkau ganteng."

"Macam mane Nega tak ganteng."

"Pabriknya berkualitas... pabriknya berkualitas." Seisi kelas IPS 2 langsung tertawa mendengar nyanyian ketiga sahabat Nega, Danu, Elang dan Alfin yang terinspirasi dari sebuah kartun itu. Mereka bertiga memang paling bisa membuat suasana kelas menjadi ramai saat-saat tidak ada guru seperti ini. Apalagi Elang, ia selalu siap dengan gitar imajinasi dari sapu lantai dan duduk di atas meja seolah-olah seorang gitaris handal. Melihat tingkah ketiga sahabatnya itu Nega hanya mampu ikut tertawa. Terkadang ia bingung kenapa bisa berteman dengan alien-alien seperti mereka.

"Ssssstttt... kalian berisik banget sih. Kan disuruh nyata. Catat tu yang di papan tulis. Awas ya kalau pada ribut lagi, nama kalian bakal gue catat terus gue kasih ke pak Candra." Mendengar kebisingan yang mengganggu konsentrasinya membuat Ari sang ketua kelas langsung berbalik melihat si pembuat keributan dengan memasang wajah sangarnya.

"Yang suka ngadu pantatnya bisulan cop," ucap Elang menimpali. Ucapannya kembali mengundang gelak tawa. Ari memutar matanya jengah.

"Ribet banget sih lu, lagiankan kata pak Candra dikumpul minggu depan. Itu artinya masih ada waktu satu minggu lagi. Kalau bisa dikerjain nanti, kenapa harus sekarang? Bener ya?"

"Yoiii Bro." Alfin dan Elang menepuk pundak Danu seolah setuju dengan apa yang ia katakan.

Ari yang jengahpun kembali melanjutkan kegiatannya mencatat materi pelajaran yang sudah ditulis oleh sekretaris kelas. Baginya percuma bicara dengan mereka, pasti ia akan kalah. Apalagi kalau nanti anak-anak perempuan di kelas itu mulai buka suara, pasti mereka akan membela Nega habis-habisan.

"Nega..." seisi kelas langsung menoleh ke ambang pintu dimana seorang siswa yang memanggil Nega tadi berdiri.

"Santai... santai... yang dipanggil Nega doang," ucapnya membuat yang lain memalingkan pandangan darinya kecuali Nega dan teman-temannya.

"Apaan?" Tanya Nega.

"Lo dipanggil bu Susi ke ruangannya." Nega menautkan alisnya bingung. Tumben sekali guru bimbingan konseling itu memanggilnya.

"Ngapain?" Tanya Alfin.

"Ya mana gue tau. Emangnya gue google, tau segalanya," ucap siswa itu tak acuh kemudian berlalu pergi.

"Yeeee sewot banget. Gitu tuh kalau pipet aqua dikasih nyawa," ledek Elang.

Nega pun bergegas berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Sepertinya ia tidak melakukan kesalahan apapun hari ini. Tapi entahlah jika ia melupakan sesuatu.

Nega yang berjalan melewati koridor-koridor kelas membuat mata para siswi tertuju padanya. Dari dalam kelas mereka mencuri-curi pandang melihat Nega. Ah Nega benar-benar tampan dilihat dari sisi manapun.

Baru hendak membuka pintu ruang guru, Nega mengerutkan dahinya. Sekitar 3 menit ia diam di depan pintu. Nega berdecap kesal kemudian berjalan berbalik ke kelas.

"Cepat banget Ga? Bu Susi bilang apa?" Tanya Danu saat melihat Nega di depan kelas. Mendengar ucapan Danu, Nega langsung kembali berlalu. Ketiga sahabatnya menatap kepergian Nega heran.

"Pasti si kampret lupa deh harus nemuin siapa," tebak Elang yang pasti tepat sasaran. Alfin dan Danu mengangguk setuju. Sudah bukan ha lasing lagi, bahkan mereka sudah sangat terbiasa dengan sifat pelupa Nega dan selalu siap menjadi pengingatnya.

***

"Jadi begini Nega, seperti yang kita tahu bahwa kini sekolah kita sudah bergabung dengan SMA Kartini," ucap bu Susi memulai percakapan saat Nega sudah duduk di depannya.

"SMA Kartini itu memiliki sebuah program yang sangat bagus. Mereka memberi sebuah kelas tambahan untuk anak-anak yang sedikit lemah agar tidak terlalu ketinggalan dalam belajar," lanjut bu Susi. Nega masih diam karena memang belum mendapatkan poin yang sebenarnya akan disampaikan oleh gurunya itu.

"Jadi, wali kelas kamu merekomendasikan kamu kepada ibu untuk ikut dikelas itu. Kelasnya gak setiap hari kok, Cuma 3 kali seminggu sepulang sekolah dan itupun belajarnya dengan teman sebaya."

"Saya cuma pelupa, bukan bego," ucap Nega akhirnya buka suara.

"Ibu gak bilang gitu. Maksudnyakan ini buat membantu kamu. Kamu coba pikirin baik-baik deh. Nilai kamu beberapa bulan inikan sangat menurun. Mungkin ini solusinya," saran bu Susi.

"Saya pikirkan dulu Bu, permisi," ucap Nega kemudian berlalu keluar dari ruangan bu Susi.

Sepanjang perjananan kembali ke kelas, Nega terus memikirkan ucapan bu Susi, dan alhasil ia tidak lupa satu katapun. Nega memang tidak akan lupa jika ia berusaha keras mengingat atau terlalu banyak memikirkannya.

Nega menghela nafas panjang. Ia tidak bisa memungkiri bahwa penyakitnya ini juga berpengaruh besar terhadap belajarnya. Ia tidak bisa mengingat dengan baik pelajaran yang diajarkan gurunya. Terkadang jika ia paksakan, kepalanya akan terasa nyeri. Memang dulu sebelum kecelakaan itu terjadi ia bukanlah anak yang pintar, bisa dikatakan standar saja. Namun kini dirinya bisa dikatakan dibawah standar. Namun haruskah ia mengikuti kelas seperti itu?

***

"Jadi gimana? Lo mau ikut kelas itu?" Tanya Alfin setelah mendengar semua cerita dari Nega. Nega menyeruput sisa jus jeruk miliknya kemudian mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Menurut gue ni, tapi maaf ya Ga sebelumnya, gak ada maksud apa-apa ni. Kayaknya lo lebih baik ikut aja deh. Siapa tau lo jadi gampang ingatkan, ya pelan-pelan aja belajarnya," saran Danu.

"Bener kata Danu, lo tenang aja ntar kita bertiga temenin. Kita tunggu sampai lo selesai. Jadi kita pulangnya tetap sama-sama," ucap Elang pula. Danu dan Alfin mengangguk setuju.

"Entar deh gue pikirin, btw thanks ya," ucap Nega sembari tersenyum.

"Senyum lo bener-bener manis Ga, untung gue normal. Kalau enggak udah gue cipok lo," ucap Elang yang langsung mendapat jitakan dari Danu dan Alfin. Nega hanya memasang wajah jijik membayangkan ucapan Elang.

Seisi kantin mencuri-curi pandang kearah mereka berempat. Ah rasanya melihat Nega dari jauh saja sudah cukup.

"Gia... Gia... please pegangin gue. Betis gue lunak banget rasanya." Gia mengerutkan dahinya aneh melihat tingkah sahabatnya yang tiba-tiba aneh itu saat mereka sedang mengantri memesan bakso.

"Lo kenapa sih?"

"Itu lihat ada Nega, ya ampun akhirnya. Ganteng banget ya Allah," Tata menahan jeritannya tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Nega yang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

Gia mengikuti arah pandangan Tata. Matanya tiba-tiba seolah terkunci melihat Nega yang sedang tertawa lepas bersama teman-temannya. Namun dengan cepat ia menggeleng menghalau pikirannya yang sudah mengkhianatinya. Tak bisa dipungkiri, Nega sangat tampan.

"Gue mau kesana titik."

"Eh... mau ngapain? Eh Tata, jangan nekat deh. Ta.. Tata..." Tata sama sekali tak menghiraukan panggilan Gia dan langsung berlalu menghampiri Nega. Sahabatnya itu memang sangat mengagumi Nega, namun ia tidak menyangka jika ia senekat itu. Gia pun dengan cepat menyusul Tata, berharap ia masih punya waktu untuk menyeret Tata menjauh dari sekumpulan lelaki itu.

"Hai Nega," sapa Tata dengan sangat percaya diri. Nega menautkan alisnya menatap Tata heran begitu juga ketiga sahabatnya.

"Gue Tata." Tata mengulurkan tangannya.

"Nega." Nega menyambut uluran tangan Tata. Sebenarnya ia masih bingung. Namun sekedar berkenalan sepertinya tak masalah.

"Elang." Elang ikut mengulurkan tangannya yang malah mendapat pandangan sinis dari Tata. Ia kan hanya mengajak Nega untuk berkenalan.

"Nega follback IG gue dong, namanya Tatatiti." Tawa Elang, Danu dan Alfin seketika pecah mendengar ucapan Tata, nama yang aneh pikir mereka.

"Ishhh... lo malu-maluin banget sih, lihat lo jadi perhatian banyak orang," bisik Gia menyadarkan Tata. Ia langsung menarik Tata menjauh dari Nega dan teman-temannya agar ia tidak menjadi pusat perhatian lagi.

"Tunggu," suara yang mereka yakini milik Nega itu membuat Tata dan Gia menghentikan langkahnya. Dengan cepat Tata berbalik. Ia yakin pasti Nega akan memfollback instagramnya.

"Lo cewek kain pel itukan?" bukannya berbicara pada Tata, pandangan Nega tertuju pada Gia. Gia membulatkan matanya tidak percaya. Bagaimana bisa Nega mengingatknya? Ia kira Nega sudah lupa. Dan apa dia bilang tadi? Cewek kain pel? Gia menyipitkan matanya tak suka. Tanpa menjawab ia kembali menyeret Tata keluar dari kantin.

"Lo kenal dia?" Tanya Alfin. Nega lagi-lagi mengangkat bahunya.

***

Nega melangkahkan kakinya memasuki rumah. Dibukanya jaketnya yang sedari tadi menempel ditubuhnya untuk melindungi diri dari sengatan matahari siang ini.

"Lo baru pulang?" Nega yang hendak memasuki kamarnya mengurungkan niat saat melihat Gana, abangnya keluar dari kamar miliknya yang berada persis disamping kamar Nega.

"Iya. Lo udah minum obat?" Tanya Nega.

"Belum."

"Ya udah gue ganti baju bentar. Abis itu gue siapin obatnya." Gana mengangguk sembari tersenyum.

"Oh iya Ga, tadi papa nelfon. Katanya hari ini dia pulang dari Ausi. Kayaknya ntar tengah malam deh sampainya."

"Oh baguslah," balas Nega kemudian memasuki kamarnya untuk segera menyiapkan obat untuk Gana.

Ganapun mengarahkan kursi rodanya untuk kembali memasuki kamar untuk menunggu Nega. Memang sudah seperti rutinitas, Nega sangat sering menyiapkan obat untuk Gana. Gana memang tidak dalam keadaan baik. Sudah beberapa bulan ia harus duduk di kursi roda karna kelumpuhan yang ia alami. Hal itu membuat hampir seluruh aktivitasnya ia lakukan di rumah termasuk sekolah. Ya, Gana kini menjalankan home schooling. Nega dan Gana hanya beda satu tahun. Oleh karena itulah mereka sangat dekat sudah seperti seorang sahabat.

***

"Hai jagoan." Nega dan Gana yang sedang menonton di ruang santai dikejutkan dengan kedatangan Fajar, ayah mereka.

"Loh papa udah pulang, kok cepat banget. Kirain bakal sampai lebih awal," ucap Gana.

"Papa tadi ambil penerbangan lebih cepat. Oh iya ini papa bawa oleh-oleh buat kamu." Fajar memberikan sebuah paper bag besar kepada Gana. Gana menerimanya dengan sangat senang. Matanya makin berbinar saat melihat isinya adalah jam tangan dengan merek ternama kesukaannya.

"Ya udah papa mau mandi dulu ya. Abis itu kita makan malam sama-sama." Gana mengangguk setuju dan membiarkan Fajar berlalu dari hadapan mereka.

"Ga, lihat deh, bagus bangetkan jamnya. Ini keluaran terbaru ni." Gana memperlihatkan jam yang baru saja ia dapat pada Nega.

"Iya bagus," balas Nega sembari tersenyum. Ia kembali mengalihkan pandangannya dan focus pada film yang tadi mereka tonton. Sementara Gana terlihat asyik dengan jam barunya.

***

Lamunan Nega terpecah saat mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Ia yang sedang berdiri di balkon langsung bergegas membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat Gana yang sedang duduk di kursi rodanya sembari memegang sesuatu.

"Lo belum tidur?" Tanya Nega.

"Belum, gue mau ngasih ini." Lelaki tampan yang wajahnya tak jauh berbeda dai Nega itupun memberikan kotak yang tadi di tangannya kepada Nega.

"Itu jam yang dibeliin papa bulan lalu. Guekan udah punya yang baru, jadi kayaknya itu buat lo aja deh."

"Oh, thanks ya."

"Iya, lo besok ada PR gak?"

"Enggak."

"Ingat-ingat dulu."

"Gue udah Tanya Alfin tadi."

"Okey, besok jangan telat bangun lo. Ntar telat lagi ke sekolahnya," ucap Gana mengingatkan.

"Iye, bawel bangel lo. Tidur sana."

"okey.. okey..." Gana terkiki geli melihat kekesalan Nega kemudian bergegas pergi ke kamarnya.

Nega kembali menutup pintu. Diletakannya jam pemberian Gana di dalam laci. Dibiarkannya jam itu bergabung dengan barang-barang bernasib sama pemberian dari Gana. Mendadak dada Nega merasa nyeri, matanya terpejam. Sampai kapan rasanya akan sesakit ini.

Haiii haiii haiii ada yang kangen nega gak sih??? Semoga pada kangen deh ya hahhaa. Gimana? Suka gak? Kasih vote dan komennya yaa hehehe. Yang seru-seru. Semoga kalian selalu dukung cerita apapun yang aku bikin hehehe. Makasih semuanyaaaa.. ditunggu ya lanjutannya

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
892K 87.8K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.9M 303K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

818K 42.6K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...