Felix and Rana

By the_ang

52.6K 1.8K 165

ini cerita Felix dan Rana... Cerita jaman SMA aja, sedikit hambar karna baru pertama kali nulis. Thanks ^^ More

Ranata Indira
Dia Felix
Kenangan Masa Kecil
Troy
Thank you Grace
Malaikat & Iblis ?
It's War
Rahasia Kecil
Kacau ???
Salah paham
Belum Jelas
Back to Village
Ternyata
Hari Tanpamu

Kelegaan Hati

3K 118 5
By the_ang

“Yosh.. aku masuk dibabak semi final.” gumam Rana, lalu meninggalkan mading.

Rana melangkahkan kakinya menuju kelas, menemui Tania yang mungkin sedang sibuk dengan komik terbarunya. Anak itu sama saja dengan Rana. Hobi membaca manga dan menghayal sesuatu yang romantis.

“Tania, kau pasti tidak percaya. Aku masuk babak semi final. Wah, langkahku untuk menjadi kandidat cerdas cermat bulan ini pasti tercapai” semangat Rana menggebu kala mengumandangkan itu. Tania tersenyum kecil

“Selamat. Pasti kakakmu bangga”

Rana mengangguk “Benar, pasti nanti dia tak akan meremehkan aku lagi” serunya. Tania hanya ikut tersenyum senang melihat Rana yang kembali ceria.

“Ah ia, kau mau ikut tidak, nanti siang ada pensi pembukaan fetival olahraga. Bagaimana ?” tanya Tania saat Rana duduk didepannya. Rana terdiam sebentar

 “Baiklah aku akan ikut, nanti kau jemput aku dikamar ya”

Tania mengangguk.

***

Ruang klub tennis sedang sibuk membagikan seragam baru mereka untuk festival olahraga. Tian memeriksa beberapa kelengkapan anggotanya untuk pertandingan minggu depan. Semua lengkap. Pikirnya.

“Tian, apa kau tidak pusing mengurus semua ini ? kau itu sudah kelas tiga” Hasel bangkit dari duduknya dan memilih untuk menghampiri Tian yang menutup kardus minuman. Tian menggeleng.

“Aku masih bisa mengatur semuanya dengan baik. kau tenang saja”

“Yah, baiklah. tapi ada satuhal yang mengangguku saat ini” Hasel menarik Tian untuk menghindar dari teman-temannya. Mengantisipasi siapa saja yang bisa mendengar percakapan mereka.

“Selama kau di sekolah ini, aku tak pernah melihat kau dekat dengan wanita. kau tak tertarik dengan wanita ya ?” pancing Hasel membuat Tian tersenyum

“Enak saja. kalau ada orang bisa mencuri hatiku, maka aku akan senang hati menerimanya”

Hasel diam “Hatimu ? ah aku tidak mengerti” gelengnya sambil bersungut. “Kau dan Felix sama saja, membingungkan”

Tian terkekeh sendiri. “Tian, eng, tentang Grace. kau memang tak pernah tertarik padanya ?” Hasel kembali memancing Tian dengan seribu caranya

“Aku tertarik, hanya sebagai teman. Tak pernah lebih, dan kalau naksir dengannya lebih baik kau cepat bergerak, karena ada seseorang yang akan tertarik pada Grace” canda Tian sambil meninju pelan bahu Hasel. Dan meninggalkannya

“Aku sih tidak pernah tertarik pada Grace” gumamnya, lalu memandang bahu Tian yang perlahan mulai menghilang.

***

Entah angin apa yang membawa Troy sampai dikamar Felix, sekedar melihat isi kamar temannya atau mungkin ingin membuat kamar Felix seperti kapal pecah. Troy melihat-lihat koleksi DVD Felix, lalu menyetelnya. Felix yang sudah kebal dengan sikap Troy hanya diam dan melihat majalah otomotifnya. Troy mulai mengoceh ini dan itu. Felix hanya menggumam tak jelas untuk menjawabnya.

“Ish, Felix. kau itu ya” Troy sudah sangat geram dengan Felix yang bersikap pura-pura acuh padanya. “Apa majalah otomotif itu lebih menarik dariku ?” tanya Troy dengan sewot. Felix memandang sebentar temannya, lalu memalingkan wajahnya pada sekumpulan motor-motor harley yang ada dimajalah.

Troy diam sejenak. Percuma menggerutu tak jelas didepan Felix. Anak itu pasti mengacuhkannya. Jadi dirinya memilih untuk bermain game di ponsel androidnya.

“Troy” sapa Felix akhirnya. Troy diam tak membalas. Rasakan. Ucapnya dalam hati

“Aku tahu kau mendengarku. Aku hanya ingin bertanya, kau pernah tidak didiamkan mantan pacarmu. Padahal kau tak pernah melakukan kesalahan” curhatnya. Troy ingin tertawa terpingkal mendengar pertanyaan Felix. Seorang Felix bertanya tentang sikap seseorang yang mengacuhkannya. Ini adalah hal langka, Felix mau mengurusi hal begitu. Padahal Felix itu orang yang tak pernah mau ambil pusing.

“Aku tak pernah mengalaminya” jawab Troy lebih acuh. Felix menutup majalahnya, lalu menggulung nya.

Plak

“Terasa lebih lega” ucapnya sambil nyengir.

Troy sibuk mengelus kepalanya yang baru saja terkena gulungan majalah dari Felix. “Anak ini” desis Troy.

Felix keluar dari kamarnya, meninggalkan iblis pecicilan itu dikamar. Paling kalau dia mengamuk hanya menghancurkan rak komik milik Felix. Mata Felix tak sengaja menangkap Rana yang tengah berlari menuju klub melukis.

Dan ide gila itu datang menyelinap di otaknya.

“Kena kau” Felix memeluk Rana dari belakang, saat Rana melewati koridor sepi.

“Kau seperti penguntit” sela Rana dengan nada tajam. Padahal ia mati-matian menahan detak jantungnya yang semakin menggila. Menahan napasnya agar tak kelihatan gugup.

 Felix tersenyum kecil.

“Salahmu sendiri menghindariku. Kalau aku tak seperti ini kau pasti kabur lagi” jelas Felix tanpa melepas lengannya yang masih mengunci tubuh Rana. Hanya ini yang terlintas dibenak Felix. Mencoba untuk berbicara baik-baik dengan Rana, dirinya malah diacuhkan dan tak pernah dianggap. Dan kalau dengan cara ini Rana masih enggan berbicara dengannya, lihat saja cara gila yang akan dilakukannya olehnya. Lebih dari sekedar pelukan mungkin.

“Kalau terus seperti ini, dan ketahuan oleh guru kau bisa dicap murid termesum” ejek Rana

“Oke baiklah, setelah kau menjelaskan apa kesalahanku baru aku lepaskan” tawar Felix. Rana terdiam sejenak. Mengatur napasnya sekali lagi.

“Baiklah. kendorkan sedikit aku tak bisa bernapas bodoh” hardik Rana agar Felix tak menyadari kalau dirinya sedang gugup. Felix tersenyum kecil, lalu melonggarkan pelukannya.

“Aku hanya agak kesal padamu. Karena kau tak pernah mengatakan kau menyukai seseorang, dan kau tahu orang lain yang mengatkannya padaku, kalau kau menyukai orang lain” suara Rana terdengar lirih. tapi masih dapat didengar oleh Felix, karena koridor ini sepi.

“Siapa yang mengatakan aku menyukai orang lain ?” tanya Felix mulai melunak.

“Tidak penting siapa dia. kenapa kau tak pernah cerita padaku ?” tanya Rana. Perkataan terbodoh yang pernah keluar dari bibirnya, kalaupun Felix bercerita tentang gadis itu, apakah Rana siap mendengarnya ? Rana aku bodoh. Rutuknya. Felix tersenyum. Bibirnya mengeluarkan gerakan tanpa suara.

‘anak bodoh’

“Lalu kau percaya ?” tanya Felix dengan nada yang mulai serius. Rana tak mampu menjawab lagi, dia hanya mengangguk pelan.

“Baiklah, alasan mu cukup masuk akal. Aku melepaskanmu” Felix melepaskan pelukannya. Lalu menepuk kepala Rana pelan dan terisirat kasih sayang didalamnya. Rana sendiri merasakan kehilangan, jadi benar Felix memiliki wanita yang dia sukai ? pasti wanita itu lebih dari dirinya. Pikir Rana dalam diamnya.

“Ah, kau sudah masuk semi finalkan ? besok kita mulai belajar bersama. Bagaimana ?” tawar Felix yang tak menyadari kepedihan dimata Rana. Rana tersentak. Ia teringat ucapannya. Dia harus bisa mengambil hati Felix untuknya. seperti dulu, saat dirinya masih kanak-kanak.

“Baiklah, tapi setiap pulang sekolah. Soalnya aku dan Tania punya janji untuk melihat festival olah raga” Felix mengangguk,lalu meninggalkan Rana. Rana tersenyum ceria, lalu meninggalkan koridor dan bergegas ke ruang klub melukis.

“Awwww..” seru Troy dengan geram. “Bodoh, kenapa kau menginjak kakiku, huh ?” geram Troy memandang sengit pada Grace. Grace hanya tersenyum tanpa dosa.

“Salahmu sendiri. Mengintip orang yang sedang berpacaran” Grace tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Troy berkacang pinggang melihat Grace yang menampakkan senyum manisnya.

“Lalu kau sendiri. Kau juga ikut mengintipkan ?” sindir Troy dengan senyum miringnya. Grace mendengus

“Kalau kau tak menahanku, mana mungkin aku melihat kejadian seperti itu” sewot Grace dengan nada tinggi. Troy terdiam sejenak. Ia juga. tapi mereka berduakan sama-sama melihat adegan pelukan itu. Troy tersenyum kecil. Mulai melunak dengan wanita didepannya.

“Kau tak menangis ?” ucapnya lalu mendekatkan dirinya pada Grace yang mulai melangkah mundur, dan tersudut di tembok kelas. Grace hanya diam menatap mata tajam milik Troy. Warna mata yang tak pernah dimiliki oleh pria manapun, mata campuran dengan tatapan tajam yang bisa membuat wanita luluh. Grace seakan tersadar bahwa dirinya hampir jatuh ditangan lelaki didepannya.

“Bukan urusanmu” satu kata singkat yang membbuat Troy tersenyum.

“Oh, begitu ya ?” tantang Troy lalu menempatkan tangannya ditembok, membuat Grace benar-benar terkunci.

“Kau macam-macam, aku akan teriak” Grace tersenyum penuh kemenangan. Troy masih mempertahankan seringainya

“Silahkan saja. lalu aku bilang, kau hanya mencari sensi ibu manejer”

Mereka masih terdiam dalam posisi seperti itu, hanya kesunyiaan yang kini terasa diantara mereka.

“Kau masih bisa mencari pria yang lebih baik dan lebih pengertian dari Felix” setelah mengucapkan itu, Troy meninggalkan Grace yang terpaku ditempatnya. Troy tersenyum miring. “Dia menarik” gumamnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan asrama. Karena jam sekolah telah usai, Sekolah memberikan keringanan untuk pergi keluar dari asrama setelah jam sekolah usai, dan harus kembali sebelum jam lima sore.

“Dia benar-benar menakutkan” Grace memegangi jantungnya yang berdegup lebih kencang. Matanya terpejam sesaat sebelum tangan seseorang mengejutkannya.

“Grace, kau tak di apa-apa kan oleh Troy kan ?” dia Jonas. Teman baik Tian selama di SMP. Grace tersenyum mengangguk.

“Syukurlah. Biasanya dia bisa bersikap lebih baik dari pada tadi. Tolong kau maafkan kelakuannya ya” ucap Jonas dengan cengiran manisnya

“Memangnya kalu melihat dia berbuat apa padaku ?” tanya Grace memastikan

“Dia mendekatimu, dia tidak mengacammu kan?” khawatir Jonas. Grace menggeleng.

“Tenang saja, dia tak berbuat apapun padaku. terima kasih Jo” Grace menepuk bahu senior nya dengan tenang. Dan meninggalkan koridor itu.

***

Tian melihat data-data pelajar yang akan mengikuti festival olah raga minggu ini. matanya memandang awas pada sosok pria yang ada di foto. Ingatan masalalunya kini terngiang jelas.

Mimpi kita berbeda, aku dan kalian tak bisa bersama. Jadi aku memilih jalan ini. Maaf

Dia memang mengambil jalan yang menurutnya benar. Meninggalkan semua temannya, dan memilih untuk merintis cita yang dulu ia inginkan saat melihat seorang pemain gitar di televisi.

“Apa kau masih mengingat kami ?” ucapnya dengan nada yang terdengar lirih. lalu tersenyum sinis

Dok dok dok

Tian meletakkan foto itu dilacinya, lalu membuka kamar asramanya. Jonas tampak cemas dan khawatir. Terlihat dari gerakan tangannya yang saling memeras satu sama lain

“Kau kenapa ?” tanya Tian dengan jahil

“Aku rasa Troy membuat ulah lagi” Tian berhenti tersenyum. Anak ini, ulahnya apalagi sih.

“Memangnya dia kenapa ?” tanya Tian

“Sepertinya dia dan Grace punya masalah, tadi aku melihat mereka seperti ingin bertengkar” Tian kembali tersenyum

“Oh, sudahlah jangan perdulikan mereka, yang penting kau bersiap untuk pertandingan lusa dan ujian blok besok” Jonas mengangguk

“Oke, aku pergi dulu. Sampai ketemu besok”

Tian mengangguk.

***

“Alvent aku datang” teriak Rana dan langsung masuk kedalam kamar kakaknya. Rana membawa kantong plastik yang berisi martabak kesukaan Alvent. Alvent yang sedang sibuk mengatur tugas sekolah dan jadwal organisasi merasa terganggu.

“Ada apa ? aku sibuk. Kau main saja sana” usir nya  tanpa melihat Rana yang cemberut.

“Aku bawa martabak kesukaanmu. Aku Cuma mau bilang terima kasih kakakku” Rana lalu memeluk Alvent yang duduk didepan meja belajarnya.

“Heum. Belajar yang benar” ucap Alvent lalu menepuk kepala adiknya dengan sayang. Rana mengangguk.

“Baik, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa” Rana pergi meninggalkan Alvent dikamarnya.

Side Scene

Troy yang geram dengan sikap Felix hanya bisa mengacak kamar Felix. Menguluarkan DVD Felix lalu menyerakkannya dilantai, dan membuang komik yang tersusun rapi dirak keatas ranjang Felix. Senyum miring yang menjadi khasnya kini menghiasi wajah tampannya.

“Rasakan kau” desisnya. Lalu meninggalkan kamar Felix. Troy yang memang memiliki sifat penyendiri, lebih memilih untuk mencari tempat untuk dirinya. Menurut desas-desus kelas didekat klub seni jarang dipakai dan sepi. Jadi dirinya memutuskan untuk kesana.

“Hah ?” hampir saja dirinya berteriak kaget, melihat sikap frontal Felix yang memeluk Rana dari belakang, dikeadaan yang sepi. “Kau lebih mesum dariku Felix” gumamnya sambil tersenyum pernuh arti. Dirinya memilih untuk melihat adegan gratis yang disodorkan oleh sepasang manusia aneh didepannya, sambil tersenyum geli.

“Kymmpp.”

Grace.

Troy terpaksa membungkam mulut Grace dengan tangannya dari samping. Agar suaranya tak mengganggu adegan romantis didepannya. Grace diam membatu melihat Felix yang bersikap seperti itu. hingga tak sadar jika tangan Troy masih membekap mulutnya.

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 153K 39
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
2.3M 125K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...