PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

By DNF_17

890K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... More

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 9
Extra Part 10

Imutnya

11.3K 584 116
By DNF_17

"APAAAAA?"

Aku masih menutup telingaku yang terasa nyeri dengan jari telunjukku. Ku tutup mata rapat- rapat. Pasti wajah mereka sudah sangat merah, apalagi ubun- ubunya pasti sudah mengeluarkan asap.

"OCHAAAAAA" pekik Diandra lagi membuatku semakin mengkerut.

"Ampun" lirihku.

"Sayang, sabar dong, Ocha kan lagi hamil, maklumin aja kalo dia minta yang aneh- aneh" kak Ciko menahan amarah Diandra.

Mendengar kak Ciko berkata sepertu itu, aku merasa ada yang membelaku saat ini. Perlahan ku buka mata dan menatap mereka berdua. Hampir saja aku melonjak kaget ketika melihat bola mata Diandra yang sebentar lagi keluar. Aku mendadak ngeri di tatapnya seperti itu. Nyaliku menciut.

"Ocha lo kira kira dong kalo minjem ya pinjem barang kek, ini masa minjem suami".

"Huaaaaaa tante jahat" ku keluarkan jurusku, menangis seperti anak kecil seakan dedek bayi yang di dalam perutku protes pada Diandra.

Melihatku menangis, mereka hanya melongo tak percaya, kemudian Diandra mendekat ke arahku dan mengelus punggungku.

"Huaaaaaa hikss hikss, dedek bayi tante kamu jahat"

"Ocha jangan nangis kayak gini dong, lo kok cengeng banget sih" Diandra masih mengelus punggungku, sepertinya rencanaku berhasil.

"Huaaa jahat lo Di, gue kan cuma mau pinjem kak Ciko bentaran aja hikss hikss"

"Udah udah Sayang turutin aja itu Ochanya, kasihan" ujar kak Ciko, dia tampak memelas melihatku.

"Iya deh iya, boleh pinjem kak Ciko, jangan nangis dong"

"Mam-ma mama" mungkin Airin takut, dia mendekat dan memeluk pinggangku. Aku pun merengkuh tubuh Airin untuk menenangkan.

"Tuh kan kasihan Airin"

"Hm iya hikss hikss" tangisku mulai mereda.

Akhirnya usahaku tak sia- sia, Diandra pun mengizinkan aku pergi dengan kak Ciko. Senang sekali rasanya.

"Ocha, kakak mandi dulu ya".

"Jangan kak, Ocha maunya sekarang".

"Yah tapi ini udah keringetan banyak gini Cha" elak kak Ciko.

"Huaaaaa maunya sekarang, gakusah mandi"

"Sayang, udah deh gitu aja, paling pergi bentaran doang, nanti aja mandinya" sahut Diandra.

"Oke- oke" kak Ciko pasrah.

Aku dan kak Ciko berjalan menuju pintu. Diandra mengantar kami ke depan, dia masih menggendong Zidan. Walaupun izin sudah ku dapatkan, raut wajah Diandra masih terlihat tak senang.

"Diandraaaa" panggilku sedikit manja.

"Apa lagi?" tanyanya dengan nada sedikit kesal, sepertinya jika aku bertanya lagi kesabaran Diandra akan hilang.

"Titip Airin ya?"

"Gak mau, enak aja berduaan sama kak Ciko, ajak Airin lah".

"Iya deh iya" untuk yang satu ini aku mengalah.

Aku dan kak Ciko sudah di luar rumah. Aku mengikuti kak Ciko yang berjalan menuju mobil dengan mengandeng Airin.

"Sayang" panggil Diandra membuat kami menoleh.

"Apa?" tanya kak Ciko.

"Kalo kamu macem- macem, nanti malem tidur di luar, awas aja kamu".

"Iya iya, lagian Ocha kan adik ipar aku sendiri".

"Pulang jangan malem- malem kasihan Airin" pesan Diandra yang terdengar seperti ancaman.

"Siap Diandra, makasih ye hehehe" ku tunjukkan senyumku yang paling tulus pada Diandra.

"Dasar Ocha, kalo lo gak lagi hamil udah gue usir ya lo, udah kayak pelakor aja sih lo ahh, esmosi gue"

"Emosi Diandra, ih masa saudara sendiri di katain pelakor. Jahatnya kamu" aku membenarkan.

"Udah sana berangkat"

Aku melambaikan tangan pada Diandra dan lekas masuk kedalam mobil kak Ciko. Kak Ciko sebelumnya sudah membukakan pintu.

"Cepetan pulang" teriak Diandra.

"Iya elah Diandra, ini juga baru mau berangkat."

Dari kejauhan wajah Diandra tampak begitu khawatir. Dia terlihat tidak rela jika suaminya aku pinjam.

Awalnya di dalam mobil aku dan kak Ciko hanya saling diam. Padahal mulutku sudah tidak tahan untuk bergerak. Sedangkan Airin yang sedari tadi mengajak aku mengobrol sudah tidur di pangkuanku.

"Kak Ciko?"

"Apaan?"

"Nikah sama Diandra enak gak?" tanyaku untuk memulai topik pembicaraan.

"Enak" balasnya singkat.

Dih pendek bener sih jawabnya kan aku jadi bingung mau nanya apalagi

"Enak gimana kak?"

"Enak aja kalo malem".

"Emang kalo malem ngapain? Kok enak?"

"Ya gitu- gitu".

"Gitu gimana?"

"Duh Cha, Kamu hamil kenapa jadi lemot gini dah?"

Huh gimana sih kak Ciko, bukannya jawab malah gitu gitu aja.

Ternyata bukan kak Shane aja yang bikin kesel, kak Ciko pun sama.

"Lah kamu gimana sama Shane?"

"Hmm lumayan"

"Kok lumayan sih?"

"Lah terus apa?"

"Ya seneng banget kek atau bahagia banget gitu".

"Iya seru kok"

"Wah seru ya pas itu".

"Itu apa?" Aku bingung dengan yang di maksud kak Ciko.

"Waktu itu"

"Waktu itu kapan?" Aku semakin bingung.

"Udah gak jadi, biar jadi rahasia Tuhan aja Cha".

"Oke" balasku sambil mengedikkan bahu.

Suasana mobil kembali hening, topik sudah habis. Aku masih mencari topik baru untuk di perbincangkan.

"Diandra ngidamnya gimana kak?"

"Hmm biasa sih, gitu gitu aja".

"Gitu gimana?

"Ya gitu"

"Ahh capek dari tadi gitu- gitu mulu kak Ciko, jawabnya agak panjangan napa" aku menghela napas pasrah.

"Hehe iya iya maaf, biasa pengen ini pengen itu, ya untungnya sih gak aneh- aneh dia, terus kalo mau apa dia suka cari sendiri, hamil dia malah jadi lebih mandiri sih".

"Oh..."

Penjelasan kak Ciko membuatku sedikit merasa bersalah. Diandra saja yang istrinya tidak meminta hal aneh, ini aku cuma adik ipar tapi mintanya yang enggak- enggak. Tapi mau bagaimana lagi, kalo tidak di turutin tidak bisa lega rasanya.

"Untung istri gue bukan lo Cha" lirih kak Ciko yang samar masih bisa ku dengar. Membuatku sedikit marah.

"Kak Ciko bisa di batin gak sih ngomongnya, bikin kesel, Ocha juga gak mau jadi istri kak Ciko kalik. Wuekkkk" kataku dengan nada tinggi.

"Iya deh maaf, btw Cha ini kita mau kemana? Dari tadi jalan terus ini".

"Beli perlengkapan bayi".

"Hah? Cha sama Shane aja kalo itu. Nunggu Shane pulang, jangan sama kakak, nanti Shane ngamuk lagi".

"Gak akan ngamuk dia".

"Gak kakak gak mau" ujarnya tegas.

"Ocha maunya sekarang, pengennya juga sama Kak Shane tapi dia pergi".

"Yaudah sama Diandra aja besok".

"Huaaaa maunya sama kak Ciko sekarang titik".

Melihatku seperti itu kak Ciko memilig fokua menyetir dan melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan perlengkapan bayi.

***

Akhirnya setelah 30 menit perjalanan, kami sampai di salah satu toko perlengkapan bayi.

"Kak Ciko bawa uang kan?" tanyaku sesaat setelah mobil terparkir.

"Bawa kalo cuma seratus ribu ada".

"Yah gak cukup kak buat beli stroller".

"Lah belinya pakek duit kakak?"

Aku mengangguk perlahan dan memasang muka memelas.

"Iyadeh" katanya lesu.

Kami pun turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam toko. Aku menggendong Airin yang sudah tertidur. Kak Ciko dengan santainya berjalan di depanku. Meninggalkanku yang kesusahan membawa Airin dengan keadaan perutku yang sudah buncit.

"Kak Ciko?".

"Apaan dah?".

"Ini Airin kak berat".

"Oh iya iya sini, lupa kalo lo hamil Cha".

Kak Ciko pun mengambil Airin dan menggantikanku menggendongnya masuk ke dalam toko.

"Cha, beli stroller aja ya, yang lainnya besok sama Shane." Tutur kak Ciko.

"Hm" aku mengiyakan, kasihan juga kak Ciko sudah menjadi korban kehamilanku.

Akhirnya setelah lama memilih aku menjatuhkan pada beberapa pilihan. Kak Ciko sibuk menggendong Airin dan menimangnya saat bergerak akan bangun.

"Kak Ciko, bagus yang mana?" Tunjukku pada stroller berwarna pink, tosca dan hitam.

"Em bagus semua sih"

"Milih dong kak"

"Hm gini, kan belum pasti tuh bayinya cewek apa cowok mending warnanya yang netral aja, jangan yang pink, mending itu cha yang item yang ada kombinasi biru lautnya" kak Ciko menunjuk pada yang lain, bukan yang ku pilih.

Tapi jika di pertimbangkan lagi perkataan kak Ciko ada benarnya juga. Ku ambillah pilihan kak Ciko. Ternyata selera kak Ciko juga tidak jelek.

"Serasi banget sih mbak" puji seorang pegawai yang ada di sana.

"Dia bukan suami saya" ujarku sedikit nyolot.

"Oh maaf"

Aku dan kak Ciko beranjak ke kasir.

"Suaminya ganteng nyonya" ucap mbak- mbak kasir itu.

"BUKAN SUAMI SAYA" entah mengapa aku menjadi marah.

"Oh maaf saya tidak tahu".

"Suami saya lebih ganteng dari dia".

"Serah lo deh Cha Cha" sahut kak Ciko.

***

Sebelum pulang ke rumah aku meminta kak Ciko mampir ke warung nasi goreng legendaris. Tapi tak ku sangka di sana aku bertemu dengan Hani.

"Hani?" Panggilku saat melihat Hani berjalan di sekitar warung nasi goreng itu.

Hani menoleh dan membulatkan matanya melihatku lalu berlari menghampiriku.

"Ochaaaaaa hikss hikss" dia memelukku begitu saja lalu menagis.

"Hani, bukannya apa- apa tapi gue lagi hamil lo kenceng banget meluknya" aku berusaha melepas pelukan Hani.

"Eh yaampun maaf Cha hikss hikss"

Aku menuntun Hani untuk duduk ke dalam warung. Kak Ciko masih sibuk memesan nasi goreng.

"Kenapa? Kok nangis gini?

"Hikss hikss gue udah putus sama Rendi"

"Bukannya udah lama?" Tanyaku penasaran.

"Iya, tapi kemarin sempet balikan terus Rendi masih aja selingkuh di belakang gue Chaaa hikss hikss"

Miris sekali mendengarnya, aku mengelus bahu Hani perlahan. Harusnya Hani tidak mau di ajak balikan.

"Udah jangan sedih, berarti Rendi emang bukan jodoh lo, dia gak baik buat lo Hani. Masih banyak cowo lain yang lebih baik dari dia".

"Iya Cha tapi kurang gue apa coba? Gue cantik iya, pengertian iya, bahkan dia minta apa aja gue kasih Cha hikss hikss, gue udah terlanjur sayang sama dia".

"Aduh Hani cup cup, cowo kayak gitu gak pantes di sayang. Udah ya, lo lupain dia, kalo perlu lo buang jauh- jauh kenangan lo sama dia"

"Tapi kan Cha itu kenangan gue sama dia terlalu manis untuk di lupakan"

Haduh pusing

Bicara soal cinta dan pengkhianatan memang tidak ada akhirnya jika sudah begini.

"Eh ada Hani, apa kabar?" Tiba- tiba kak Ciko datang membawa kantong plastik nasi goreng. Dengan cepat Hani menghapus air matanya.

"Eh Cha gue duluan ya, besok lagi aja kita ketemuan" tanpa menjawab Hani langsung pergi.

"Eh Hanii..." panggilku pada Hani tapi Hani sudah menjauh.

***

Aku dan kak Ciko dalam perjalanan pulang. Kak Ciko masih terus menanyakan tentang Hani.

"Hani kok kabur lihat kakak Cha?"

"Takut kalik. Nyeremin sih"

"Wah inget Cha tuh stroller mahal yang beliin kakak loh"

"Gak ikhlas nih, besok minta ganti kak Shane"

"Oke, kakak minta ganti 10 kali lipat".

"Huh dasar"

Aku takjub melihat Diandra yang sudah berdiri di depan pintu bak satpam komplek. Sebegitu khawatirnya Diandra suaminya aku pinjam.

"Sayang" Kak Ciko mendekat ke arah Diandra dan mengecup keningnya. Tidak sampai di situ saja kak Ciko juga mengecup kedua pipi Diandra.

"Eh lo berdua sengaja ya" aku iri melihat mereka.

Kak Shane cepat pulang, istrimu panas di sini

"Yaudah makasih ya Kak Ciko, sini Airin biar aku yang gendong"

"Lo mau pulang sekarang? Kasihan itu Airin Cha, nginep sini aja dulu" sahut Diandra.

"Iya nginep sini aja dulu".

Ada baiknya juga perkataan Diandra dan kak Ciko.

"Boleh?" Tanyaku.

"Ya boleh lah masa gak boleh" balas Diandra.

"Gue tidur sama siapa?"

"Sama Airin lah, tidur di kamar tamu nanti"

"Hmm, gak bisa minjem kak Ciko lagi ya Di?" tanyaku iseng.

Hahahah

"OCHAAAA"

"HAHAHA iya bercanda Diandra, gue masih waras kalik. Gitu aja marah, Diandra mah di bawa serius semua. Imut deh Diandra." Aku tertawa terbahak- bahak.

"Hiiihh Ocha pengen gue cekik".

Senang sekali menggoda Diandra. Dia sangat lucu jika marah seperti itu. Wajahnya seperti boneka panda tapi yang udah jatuh ke air comberan. Awalnya lucu tapi jadinya nyeremin.

***

Thanks for reading.

Jangan lupa comment ya, comment dong, comment oke? Hehe maaf gak maksa kok. Jangan lupa vote juga yah 😊
















Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 35K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
Ineffable By A

Teen Fiction

225K 28.9K 48
Ineffable (adj.) Incapable of being expressed in words. . . Kisah cewek yang ditembak oleh pemilik hotspot bernama "Dipake kita jadian" Setelah hotsp...
1.3K 344 28
[Sudah Terbit Cetak] "Gue mending pacaran sama zombie, daripada pacaran sama cewek gila itu!" Begitulah kata seorang pemuda bernama Arshaka Delano y...
713K 45.7K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...