PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

De DNF_17

890K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... Mais

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 9
Extra Part 10

Pelampiasan

11.9K 549 60
De DNF_17

Pagi ini aku mengantar kak Shane ke bandara. Aku sudah tidak menangis lagi, lebih tepatnya bukan tidak tapi aku yang sengaja menahannya. Aku berjalan di samping kak Shane, dia melingkarkan satu tangannya pada pinggangku dan yang lainnya menyeret koper besar.

"Hai Raka, kamu sudah lama?" Sapa kak Shane pada Raka yang sudah sampai terlebih dulu.

"Baru aja sih bos"

"Pagi Raka" aku tersenyum pada Raka.

"Pagi bos cantik hehe" balasnya.

Tiba- tiba kak Shane menarikku menjauh dari Raka. Aku mengikutinya dengan pasrah.

"Senyum manis kamu cuma buat aku sayang, bukan buat yang lain" bisiknya padaku.

"Yaampun Kak Shane orang Ocha cuma senyum biasa aja"

"Iya tapi.."

"Udah ah gitu aja kamu marah, sana gih katanya mau pergi"

"Hm" kak Shane hanya berdeham lalu berjalan pergi mendekati Raka.

Aku menyusul kak Shane. Masih mencoba menahan tangis yang sebenarnya agak menyiksaku.

"Sayang, aku pergi dulu ya"

"Hm" Aku tidak membuka mulutku.

"Sayang?" Kak Shane masih belum pergi.

"Kenapa?" Suaraku sudah bergetar.

"Kamu gak mau peluk aku?"

Aku menggelengkan kepalaku dan menatapnya. Bukannya aku tak mau memeluk kak Shane, hanya saja aku tidak ingin menangis di pelukannya. Sudah ku pastikan jika aku melakukanya tangisku akan pecah.

"Yaudah, dadah, kamu baik- baik ya sama dedek bayi" Kak Shane melambaikan tangan padaku, aku hanya bisa tersenyum. Bibirku mulai bergerak gemetaran tanda air mata akan keluar.

"Bye bos cantik, sampai ketemu lagi" Raka juga melambaikan tangan padaku.

Mereka berjalan menyeret koper masing- masing menjauhiku. Dengan segera aku membalikkan badan, aku tidak tahan lagi, aku tak kuasa untuk melihat punggung kak Shane menghilang dari pandanganku.

"Hikss hikss" air mataku sudah jatuh, dengan langkah kecil aku mulai berjalan berlawanan arah dengan kak Shane. Kami saling membelakangi.

"Hikss hikss hikss" jalan di depanku sudah tidak jelas karena air mata memenuhi mataku.

GREPPP

"Sayang"

Deg, hatiku bergetar begitu juga dengan tubuhku. Jantungku mulai berdetak tidak beraturan. Kak Shane datang memelukku dari belakang. Membuatku terhenti seketika.

"Hikss ngapain balik lagi?"

"Aku pengen peluk kamu, jahat kamu suami mau pergi gak mau meluk"

"Hikss hikss, kamu yang jahat, aku sudah mati- matian menahan air mataku sejak tadi malam"

"Aku gak suka lihat kamu nangis, sudah ya" Aku sudah berbalik menghadap kak Shane. Jari jemari kak Shane dengan lembutnya mengusap wajahku.

"Iya hikss" Sekali lagi kak Shane memelukku dengan eratnya. Bukan membuatku berhenti menangis, tapi air mataku bertambah deras.

"Loh kok nangis sih?" Tanyanya sambil melepaskan pelukan.

"Gakpapa"

"Kalo kangen tinggal telpon aja, aku pergi ya" di akhir kalimatnya Kak Shane mengecup keningku perlahan.

"Hati- hati"

"Pasti"

Kak Shane berbalik dan berjalan menyusul Raka yang menunggunya di depan sana.

***

Rasanya bosan sekali di rumah, tidak ada yang bisa ku jahili, tidak ada juga yang menggangguku. Tidak ada wajah tampan yang menyambutku setiap pagi.

Alhasil sore ini aku mencoba untuk berkunjung ke rumah Diandra. Aku tidak sendiri, Airin juga aku ajak.

Tok tok tok

"Diandraa"

"Iya sebentar" ku dengar suara Diandra mulai mendekati pintu.

Ceklek

"Eh Ocha, Airin kamu cantik" ujarnya saat melihat Airin yang ku gandeng di sebelahku.

"Airin, ayo salim sama Tante Diandra" mendengar perkataanku tangan kecil Airin mendekat dan meraih tangan Diandra.

"Uh pinternya Airin" Diandra mengelus kepala Airin pelan.

"Kasih tante" ucap Airin dengan suara kecilnya.

"Iya sama- sama cantik hehe"

"Ayo masuk" Diandra mengajak kami masuk.

"Diandra, Zidan mana?"

"Zidan tidur, baru aja aku menaruhnya"

"Oh"

Aku duduk di sofa milik Diandra, Airin juga ikut duduk di sampingku. Sedangkan Diandra sudah beralih menuju dapur, mungkin dia kan membawakanku minum.

"Ocha ini di minum seadanya ya" Benar saja Diandra kembali dan membawa minuman.

"Yaampun kaku banget lo, kayak sama siapa aja"

"Haha apaan, habis gak pernah main ke sini sih, lupa sama saudara"

"Bukannya gak mau main"

"Hehe iya iya gue ngerti kok, ini udah berapa bulan" Diandra mengambil duduk di sampingku dan mengelus perutku.

"Hem, udah hampir 5 bulan"

"Wah udah gak sabar pengen lihat, eh tapi kak Shane mana, kok gak ikut?"

"Pergi" jawabku singkat.

"Pergi kemana? Ke kantor?"

"Ke luar kota dua minggu. Dua hari yang lalu dia berangkat"

"Oh, muka lo jangan melas gitu deh cha"

"Iya- iya"

Beginilah jika aku dan Diandra sudah bertemu pasti hal apapun menjadi bahan untuk di gosipkan. Kami juga sempat menggosipkan Hani yang sudah putus dengan Rendi. Pantas saja waktu datang ke pernikahanku Hani tidak datang bersama Rendi. Mengobrol memang mengasyikan hingga aku hampir lupa pada tujuanku sebenarnya.

"Diandra"

"Apa?"

"Kak Ciko belum pulang? "

Oekkkk oekkkkk haaaa oekkkk

"Eh bentaran Zidan nangis" belum sempat menjawab pertanyaanku Diandra sudah lari menuju kamarnya.

Tak lama kemudian Diandra kembali dengan membawa Zidan dalam gendongannya.

"Uh sayang cup cup cup, mau nunggu papa pulang ya, Zidan kangen papa ya sayang, cup cup cup" ujar Diandra menenangkan Zidan yang sedang menangis.

"Sini sini, Zidan kita duduk sama tante Ocha yuk"

"Ah Zidannya gemesin banget, pengen gendong" kataku saat melihat Zidan yang di sampingku.

"Jangan dulu, itu kamu lagi hamil, Zidan berat loh sekarang"

"Ahh tapi pengen"

"Udah nih pegang aja"

"Zidan lucu bangett sih" Ku cubit pelan pipi Zidan, Zidan pun terkekeh membuat wajahnya bertambah lucu.

"Mam-ma dedek ayi?" Celetuk Airin sambil menggoyangkan tanganku.

"Iya Airin, namanya dedek Zidan" jelasku pada Airin.

"Ailin mau egang" pintanya, kata- kata yang Airin ucapkan memang belum jelas.

"Yaudah sini, Airin duduk sebelah tante Diandra ya" Aku memindahkan Airin duduk di sebelah Diandra, setelahnya tangan Airin mulai mengusap kecik wajah mungil Zidan. Dia nampak senang sekali sepertinya.

"Dedek ayi ucu hehe" Airin terkekeh karena setiap kali dia mendekatkan tangannya, tangan kecil Zidan memegang jari- jari Airin.

Mekihat Airin dan Zidan aku ingin cepat- cepat bisa melihat dedek bayi yang ada di dalam perutku. Aku sudah tidak sabar.

Ohiya lupa kak Ciko

"Kak Ciko kapan pulang?" Tanyaku pada Diandra.

"Bentar lagi pulang"

Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil. Ternyata benar, kak Ciko sudah pulang.

"Eh Kak Ciko pulang Di"

"Gue buka pintu dulu ya"

"Biar gue aja deh yang bukain, kan lo lagi repot gini"

"Oh yaudah."

Aku berjalan ke arah pintu dan membukakannya untuk kak Ciko. Kak Ciko ada di hadapanku, dia kelihatannya lelah sekali sampai sampai di menunduk dan tangannya sibuk melonggarkan dasi yang ada di lehernya.

"Sayang"

Cup

Aku kaget bukan main, kak Ciko mencium keningku. Mungkin dia mengira bahwa aku Diandra.

"SAYANGGGG, ITU OCHA BUKAN AKU. DASAR KAMU CARI KESEMPATAN APA GIMANA SIH." Sontak Diandra berteriak seakan membuat rumahnya bergetar seketika.Kak Ciko pun terlihat sangat kaget.

Masih dengan membawa Zidan, Diandra mendekati kami dan memukul kak Ciko beberapa kali.

"Kamu gak bisa bedain apa mana istri mana adik ipar. Dasar lelaki" amuk Diandra sambil terus memukuli lengan Kak Ciko.

"Ampun, ampun sayang, aku gak tau, aku kira kamu, kan biasanya kamu yang bukain aku pintu sayang"

Sebenarnya aku ingin tertawa melihat mereka, tapi aku tidak enak. Aku menjadi merasa bersalah membuat mereka seperti itu.

"Udah Di, kak Ciko kan gak sengaja"

"OCHAAAA LO JUGA"

"Yah Diandraaa"

"Udah Sayang, kasihan tuh Zidan, jangan marah marah di depan Zidan dong." Kak Ciko mencekal tangan Diandra agar tidak memukulinya lagi.

Diandra tampak menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk menenangkan diri. Aku baru tahu ternyata Diandra cemburuan sekali orangnya.

Setelah semuanya tenang kami duduk di sofa bersama. Kak Ciko masih mengelus bahu Diandra.

"Diandra, maafin aku yaa, kak Ciko juga main sosor aja sih" aku memulai pembicaraan.

"Kamu sih Cha, bukain pintu gak bilang- bilang" kak Ciko tidak terima.

Diandra masih sibuk mengatur nafasnya yang naik turun.

"Kamu gak salah Cha, emang kak Cikonya aja yang cari kesempatan. Masa gak bisa bedain" Diandra mulai membuka suara.

"Iya udah aku yang salah, tapi kamu udahan dong marahnya. Aku bener- bener gak tahu kalo itu Ocha tadi. Ocha, kakak juga minta maaf ya"

"Iya kak, Ocha juga, gara- gara Ocha kalian jadi ribut" aku tak enak hati.

"Iya gakpapa santai aja Cha, kita mah udah sering berantem kayak gini" ucap kak Ciko membuatku sedikit merasa lega.

"Iya berantem Cha, tapi semuanya gara- gara kak Ciko" sahut Diandra.

Seru sekali melihat mereka berdua beradu mulut. Tapi aku menjadi sedikit sedih, aku teringat Kak Shane.

"Ohiya tumben banget kamu kesini Cha?" Tanya kak Ciko.

"Iya sebenernya ada apa sih Cha, gak mungkin kalo lo tiba- tiba dateng kayak tadi"

Aku menghela nafas, aku takut mereka marah jika aku mengungkapkan maksudku yang sesungguhnya. Aku masih diam.

"Kok malah diem sih Cha?" Kak Ciko menanyaiku lagi.

"Begini Diandra, sebenernya gue mau.."

"Mau apa?" Diandra nampak antusias mendengar jawabanku.

"Iya Cha, mau apa? Kamu lagi ngidam ya?" tambah kak Ciko.

"Gue mau pinjem suami lo sebentar Diandra."

"APAAAAA?" teriak kak Ciko dan Diandra bebarengan membuat aku harus menutup kuping.

Duh salah nih, marah lagi kan mereka

***

Hai semuanya jangan lupa comment ya. Aku tungguin loh.

Thanks for reading. Love you all.

Continue lendo

Você também vai gostar

2.9K 1K 42
[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER] "Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang t...
8.4M 177K 39
Aku tidak pernah memikirkan tentang pernikahan karena aku baru saja memasuki tahap awal kuliah. tetapi perkataan orang tuaku ini membuatku mau tidak...
3.5M 51.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
18.9M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva