With Your Body

By Aniwilla

241K 7.8K 393

Ruby Carefanessa. Wanita dengan senyuman miringnya itu selalu menggoda. Paras cantik, tubuh seksi, harta berl... More

00 || Prolog
01 || Dia Tidak Tertarik?
02 || Pelamar
03 || Alasan
04 || Pasta
05 || Namaku, Ruby
06 || Nyaman?
07 || Kejutan
08 || Hadirnya Intan
09 || Tidak Suka
10 || Siapa Axel?
11 || Keberadaannya
12 || Identitas
13 || Tidak Pernah Menyesal
14 || Nyanyian Bruna
15 || Pria Berbahaya?
16 || Lari
17 || Pikiran Kecil
18 || Sakit Hati?
19 || Abu-abu
20 || Biru
21 || Bodoh
22 || Petir
23 || Penculikan
24 || Bertemu Axel
25 || Pengakuan
26 || Cinta
27 || Api dan Air
28 || Bukan Cemburu
29 || Ayah
30 || Berbintang
31 || Hilang
33 || Pergi
34 || Pudar
35 || Dia Ingin Pergi
36 || Aku Mencintaimu

32 || Gengsi

3.3K 187 4
By Aniwilla

===

"Apakah kau profesional?"

Sudut bibir Chandra tertarik sedikit ke atas, tapi bahkan tidak akan ada yang menyadarinya.

"Aku bahkan belum mendapatkan apa yang aku mau."

"Apa yang kau mau?" tanya Chandra dengan nada ditekan.

"Kematian temanku Axel juga adiknya, Chandra! Aku sudah menunggu la--

Chandra memotong cepat perkataan Elzar. "Shh!" Satu jari telunjuk berada di depan bibirnya. "Diam atau kau yang akan aku bunuh!"

Elzar menahan geramannya, tangannya mengepal menahan amarah. "Aku membayarmu bukan--

Lagi-lagi ucapan Elzar terputus karena Chandra tak membiarkan pria yang sedikit pendek darinya itu bersuara. Ia mencengkram pipi Elzar kuat dan mendekatkan bibirnya di telinga Elzar. "Tutup mulutmu! Ada hal penting yang harus aku kerjakan, jika kau terus saja berbicara atau menuntutku ini dan itu. Aku pastikan aku tidak akan membiarkan anggota tubuhmu masih terpasang dengan benar!"

Chandra mengeratkan cengkramannya sebelum menghempas Elzar dan beranjak pergi tidak memedulikan Elzar yang sudah tersungkur di lantai.

Pria itu, Chandra bukanlah seorang pembunuh biasa. Dia memang dibayar untuk membunuh orang lain, tapi bukan berarti Pria itu mau disuruh-suruh.

===

Nyaman itu seperti rindu. Ia enggan pergi meski pun tahu yang kau lakukan itu salah.

Safir terdiam dengan tangan yang menopang wajahnya, menandakan Pria itu tengah berpikir keras. Kata-kata itu terngiang di dalam pikiran membuat ia terus saja memikirkannya.

Safir tahu itu perkataan Ruby yang sudah lama sekali berlalu, tapi entah kenapa Safir malah baru memikirkannya sekarang. Ia menghela napas berat. "Kenapa aku tidak melihat Ruby dari kemarin, ya? Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Atau aku hanya merindukan dia? Itu malah tidak mungkin!"

Ketukan pintu menghentikan Safir yang sedang berargumen sendiri dengan pikirannya. Seorang Pria berpakaian hitam memasuki ruangannya.

"Ini berkas yang kau mau, Tuan!"

"Terimakasih Pak Banu." Safir mengambil beberapa berkas yang diberi Pak Banu dan membukanya tak sabaran, tapi setelah itu dahinya mengerut tidak suka. "Sebentar."

Langkah Pak Banu berhenti dan menatap Safir penuh tanya.

"Aku menyuruhmu untuk membawakan semua data tentang Ruby Carefannesa."

"Iya, Tuan. Semua berkas ini berisi tentang orang yang anda maksud," kata Pak Banu.

Safir menggeleng tidak setuju. Memang terlihat seperti data Ruby, tapi kenapa ada banyak sekali foto Intan? Seharusnya jika data itu milik Ruby, semua hal yang ada di dalam berkas itu adalah tentang Ruby termasuk fotonya.

"Tapi ini bukan Ruby," kata Safir pelan, hampir berbisik.

"Setahu saya, Ruby Carefannesa mengalami kecelakaan dua tahun lalu yang mengharuskan operasi wajah kala itu karena tuntutan medis, Wanita itu juga kehilangan ingatannya," sahut Pak Banu membuat Safir mengangkat kepalanya dan menatap pria di depannya.

Safir lagi-lagi menggeleng tidak percaya. "Tapi ini Intan."

"Ya, Ruby mempunyai kembaran. Aku sudah mengambil semua datanya dan mengumpulkannya di dalam berkas itu."

Safir kembali membuka halaman-halaman berikutnya pada berkas itu. Ia bahkan tak bisa berkata apa pun karena terlalu terkejut. Bagaimana bisa ini menjadi sebuah kebetulan?

Melihat Tuannya yang memberi reaksi tak biasa, Banu tak tinggal diam. "Apa kau sedang jatuh cinta, Tuan?" tanya Pak Banu tiba-tiba.

"Apa maksudmu?"

"Kau terlihat berbeda. Mm ... maksudku."

Pak Banu sedikit menyungingkan senyumnya kala melihat wajah Safir yang terlihat tegang. "Tuan ... cinta itu memakai hati, bukan pikiran. Jadi dalam cinta gengsi itu harus dihilangkan sebelum kau kehilangan cinta itu sendiri."

Safir memandang lurus-lurus ke depan dengan mata menajam seolah ingin menerkam Pak Banu yang sayangnya berkata benar. Ia bahkan tidak tahu untuk apa dirinya mencari tahu tentang Ruby, bukankah seharusnya ia mencari tahu tentang pembunuh yang bersama Ruby? Yang membawa Ruby ke dalam masalah.

"Tahu apa kau tentang cinta?" Safir mendadak gugup, ia memandang Pak Banu dengan sorot mata tak ingin Pak Tua itu sok tahu. Jantungnya saja seperti mengalami serangan mendadak kala Pak Banu mengatakan hal itu.

Pak Banu tertawa kecil. "Saya tidak tahu cinta. Yang saya tahu, jika kau menyia-nyiakan sesuatu. Maka kau akan kehilangan sesuatu."

===

Tangan itu kebas, mati rasa. Hanya sunyi, tiada lagi suara apa pun di dalam ruangan yang penuh dengan buah-buahan beku. Bahkan untuk membedakan pagi dan malam ia tidak bisa. Ruby hanya terdiam, satu tangannya di rantai.

Banyak hal yang ia pikirkan. Seperti tentang masa lalunya, dulu ia ingin mengetahuinya. Tapi setelah ingatan itu kembali Ruby mendadak ingin melupakannya lagi. Dulu ia hanya menggoda Safir dan berharap Pria sombong banyak bicara itu dapat luluh di hadapannya, nyatanya dirinyalah sendiri yang terjerumus oleh pesona Safir. Dulu ia tak pernah berpikir panjang saat menyetujui kerja samanya dengan Chandra dan membuatnya berada dalam situasi seperti ini.

Apa Safir tengah mencarinya? Atau pria itu lega karena Ruby tidak lagi menjadi penguntitnya? Apa selama ini Safir memang tidak menyukai keberadaannya?

Air mata Ruby bergulir begitu saja. Wajahnya masih datar dengan banyak pikiran berkecamuk di kepalanya. Rasanya sesak, saat kau mencintai seseorang, tapi seseorang yang kau cinta bahkan tidak mengharapkan kehadiranmu. Ia salah bermain-main dengan Safir. Hatinya salah. Perasaannya salah. Membuat lubang dalam dadanya semakin menganga lebar, bahkan embusan napasnya saja membuat dadanya semakin perih tertimpa kenyataan.

KRIIEET ....

Suara pintu terbuka itu terdengar nyaring. Ruby tak merasa terusik sedikit pun, wanita itu sudah tahu siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan temannya?

"Jika kau lapar makan saja buah-buahan yang ada di sekitarmu. Itu semua masih segar!" Chandra mendekati Ruby. Berdiri tepat di depannya dengan tatapan mengintimidasi. Ia sedikit membungkukkan badannya agar dapat melihat ekspresi wajah wanita itu. "Kau itu milikku! Tidak ada yang boleh bersamamu selain aku!"

Ruby masih menunduk, mulutnya tertutup rapat enggan menjawab perkataan Chandra.

"Apa kau kedinginan?" tanya Chandra. "Kenapa tidak menjawab? Kau marah padaku?"

Ruby mengangkat kepalanya. Menatap Chandra bosan.

"Apa kau menyukai pria itu?" tanya Chandra lagi.

Pupil mata Ruby mengecil dengan cepat. Seolah percikan api tengah mengenai jantungnya. Panas dan ia ingin sekali berteriak dengan ribuan cacian untuk orang di hadapannya.

Chandra mengambil satu buah apel yang berjejer di rak sebelahnya. Ia menyingkirkan salju yang menyelimuti apel itu dan memakannya tanpa melepaskan tatapan pada Ruby. Setelah itu ia menjatuhkan apelnya ke bawah dan menginjaknya hingga hancur, kakinya menekan buah itu keras-keras tak membiarkan apel itu tersisa sedikit pun. "Kau dan Safir. Akan aku hancurkan seperti apel itu," kata Chandra penuh penekanan. Jika orang lain yang mendengarnya, mereka pasti sudah akan ketakutan dengan tubuh menegang, ditambah Chandra mengatakannya dengan wajah penuh penegasan, rapi Ruby masih menunjukkan tatapan tak peduli, seolah gertakan Chandra hanya main-main.

"Aku tidak tanya, dan jika kau ingin menghancurkanku, aku tidak peduli." Ruby tersenyum licik. "Seorang sepertimu yang hanya bisa mengancam dan menyuruh seseorang, tidak pernah bisa terlatih melawan pembunuh sepertiku."

"Ingat siapa yang melatihmu?" Chandra bertanya dengan geraman. Ia mencengkram kedua pipi Ruby keras membuat mulut Wanita itu sedikit terbuka. Chandra mengambil buah yang sudah hancur lebur karena sepatunya itu dan dengan kasar Chandra memasukkannya ke dalam mulut Ruby. "Makan, Jalang!!"

Ruby memberontak dengan kelakuan Chandra yang kelewat kasar. Dengan kesal ia menyemburkan apel itu dari mulutnya ke wajah Chandra dan lututnya naik memukul area sensitif pria itu.

Chandra tersungkur sembari memegang selangkangannya itu dengan wajah kesakitan. Sementara Ruby tak tinggal diam, wanita itu menarik kerah Chandra dengan tangan kirinya, dan tangan satunya yang terantai lagi mengepal kuat. Dilayangkan bogeman itu tepat mengenai sudut bibir Chandra membuat Pria itu tersungkur. Ia mengambil apel baru dari rak dan memakannya tanpa menyingkirkan salju itu terlebih dahulu, sembari kakinya menekan keras-keras paha bagian dalam Chandra, ia mengunyah apel itu dan menyemburkannya ke wajah Chandra.

"AAAHH!!" Pria itu berteriak keras saat Ruby kembali memperkeras pijakan kakinya di paha Chandra.

Ruby sedikit menunduk. Tangannya menarik rambut Chandra dan membenturkan kepala Pria itu pada lantai secara brutal sampai pria itu pingsan. Tangannya yang sedikit gemetar mengambil ponsel Chandra yang terlempar saat Ruby menendangnya barusan.

"Aku tidak peduli dengan apa pun yang kau ingin lakukan, tapi jangan coba-coba mengusik hidup orang yang aku sayang!"

===

1260 words.

Continue Reading

You'll Also Like

13.5K 1K 7
siapa sangka kalau MSBY yang terkenal kasar, dingin, cuek dan sombong ternyata memiliki Sifat bucin kepada istri kecil mereka? WARNINGG -FLUFF -SECR...
13.6K 337 14
21+❗"Aku bisa membuatmu terkenal, tapi aku akan menyetubuhimu kapan pun aku mau." Emuel Desmon Hanya kegelapan dan malam yang menyelimuti hati Emuel...
3.2M 16.5K 9
Follow dulu sebelum baca! (Tersedia di Kubaca dan Playbook) "Aku mau menikahi Andini." -Alex- "Kak, jangan gila. Kita ini kakak beradik." -Andini-
52K 1.3K 24
26 Juni 2019 - 14 Juli 2019 ❤ #1 - Kritiksosial 7 Juli 2019 #6 - Jurnalis 7 Juli 2019 ●●Cerita ini mengandung unsur dewasa, mature, serta konflik yan...