ANGEL

By Agustus29

161K 8.5K 596

COMPLETEšŸ”„ [Bag.1-27] Berawal dari siswi pindahan yang bernama Sandra yang membuat seorang Alvaro, salah satu... More

ANGEL - 1 āœ”
ANGEL - 2 āœ”
ANGEL - 3 āœ”
ANGEL - 4 āœ”
ANGEL - 5 āœ”
ANGEL - 6
ANGEL - 7
ANGEL - 8
ANGEL - 9
ANGEL - 10
ANGEL - 11
ANGEL - 12
ANGEL - 13
ANGEL - 14
ANGEL - 15
ANGEL - 16
ANGEL - 17
ANGEL - 18
ANGEL - 19
ANGEL - 20
ANGEL - 21
ANGEL - 22
ANGEL - 23
ANGEL - 24
ANGEL - 25
ANGEL - 26

ANGEL - 27 [LAST PART]

13K 396 35
By Agustus29

Setelah berpikir semalaman, akhirnya Varo mengalah dengan egonya sendiri.

"Mengalah demi kebaikan Var," gumamnya sambil menatap pantulan wajahnya di cermin.

Berhubung hari ini adalah hari libur sekolah, dia akan mengunjungi rumah Sandra. Dia akan menjelaskan semua masa lalunya pada wanita yang dicintainya itu.

Dia menghembuskan napasnya dengan pelan, sebelum memencet bel rumah Sandra. Jam memang masih menunjukan pukul sembilan pagi, tetapi dia sudah kelayapan bertamu ke rumah orang.

Sekali, dua kali, Varo memencet belnya. Begitu dia akan menggerakan tangannya untuk memencet bel untuk yang ketiga kalinya, seseorang membukakakn pintu mengurungkan niatnya, krmbali menurunkan tangannya yang sudah telanjur naik, dan tersenyum kepada si pembuka pintu.

"Loh, Var... ayo masuk."

Varo tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Assalamualaikum Mi," ucapnya sambil menyalami tangan perempuan paruh baya yang notabene ibu dari Sandra, Giovani.

"Sandranya ada Mi?" tanyanya.

"Ada, dari kemaren dia nggak keluar kamar. Melewatkan makan siang sama malem, mana belum sarapan tuh anak. Anak zaman sekarang kalo galau suka gitu ya?" tanya Gio yang kemudian terkekeh pelan. "Kalian lagi berantem ya?" tebaknya menggoda teman lelaki putrinya itu.

Alvaro tersenyum salah tingkah. "Boleh Varo nemuin Sandra nggak Mi?"

Gio mengangguk. "Tentu saja. Sekalian suruh dia makan, kali aja kalo kamu bujuk dia mau. Mami udah pusing bujuk Sandra, dia keras kepala emang."

"Mirip sama Mami dong?" celetuk Varo membuat Gio mendengkus pelan. "Dikit," jawabnya, kemudian tertawa.

"Ya udah, kamu tunggu di sini dulu. Mami mau buatin minum sekalian bangunin putri Mami yang malas."

Alvaro mengangguk. "Makasih Mi."

Lima belas menit kemudian, Gio kembali menghampiri Varo dengan nampan yang berisi satu gelas minuman dan beberapa makanan ringan.

Varo tersenyum, menatap ibu dari wanita yang dicintainya itu penuh harap.

Begitu Gio menggelengkan kepalanya, raut wajah kecewa terpampang jelas di wajah tampannya. Alvaro menghembuskan napasnya dengan pelan. "Dia nggak mau nemuin Varo ya Mi?"

"Kayaknya dia masih ngambek."

"Yahh." Alvaro mendesah pelan membuat ibu dua orang anak itu menepuk pundaknya, mendudukan bokongnya di samping Alvaro. "Cerita sama Mami, kalian kenapa?"

Alvaro tersenyum canggung, mengusap tengkuknya beberapa kali berusaha menghilangkan kecanggungan pada dirinya.

"Anu, Mi...." ucapnya ambigu.

"Cerita aja, anggap aja kamu lagi bicara sama temen kamu. Kali aja Mami bisa bantu."

"Serius Mi, Mami mau bantuin Varo?" tanyanya dengan mata berbinar membuat Gio menganggukan kepalanya.

"Sebenernya, kita nggak berantem sih Mi, mungkin ... cuma salah paham. Kita bahkan udah lama nggak ketemu."

"Loh, bukannya kalian satu sekolah?"

Alvaro mengangguk. "Akhie-akhir ini Sandra selalu ngehindari Varo. Beberapa hari yang lalu ... Sherly cerita sama Varo kalo ... aduh, gimana bicaranya ya? Varo malu Mi."

"Dih, kamu sok-sokan punya malu segala," cibir Gio yang hanya dibalas cengiran oleh Varo.

"Mami netral kan?" tanya Varo yang kemudian malah membuat Gio tertawa. "It’s okay!"

Secara perlahan, Alvaro menceritakan tentang masa lalunya, tentang apa yang membuat Sandra salah paham dan berujung marah kepadanya.

Setelah menceritakan semuanya kepada ibu dari wanita yang dicintainya itu, Varo pun menundukan kepalanya. Sungguh, ia sangat malu.

Gio tersenyum, mengusap kepala teman lelaki putrinya yang menunduk. "Mami kira kalian udah pacaran," ucapnya membuat Varo mengangkat kepalanya.

"Jadi, gimana perasaan kamu sama Felicia itu?"

"Masih sayang Mi, cuma Varo lebih nggak mau kehilangan Sandra."

Gio berdecak. "Kamu ini," ucapnya sambil tertawa.

"Varo harus gimana dong Mi?"

Gio mengangkat bahunya acuh. "Tanyain aja tuh sama yang nguping di balik tembok."

Sandra yang sedari tadi berdiri di balik tembok pun memukul kepalanya pelan. "Ketahuan gue," gumamnya.

Beberapa menit setelah ibunya memanggil, Sandra memang bergegas keluar dari kamarnya. Dia ingin tahu, apa yang akan dikatakan laki-laki bernama Varo itu. Tetapi, begitu langkah kakinya mendekat dan nyaris sampai di ruang tamu ... Sandra menghentikan langkahnya begitu mendengar Varo yang sedang bebicara lebar dengan ibunya, hingga sang ibu meminta Varo untuk berbagi cerita padanya. Alhasil, Sandra pun menunggu di balik tembok untuk mengetahui apa yang akan dikatakan oleh Alvaro.

"Sini Sand, jangan nguping terus," ujar Gio membuat Sandra mau tak mau melangkahkan kakinya mendekati sang ibu seraya mengerucutkan bibirnya.

"Sejak kapan Mami tahu?" tanya Varo dengan wajah geli, apalagi melihat wajah masam wanita yang duduk di depannya.

"Sejak kita bicara, Sandra udah nguping," jawab Gio seraya terkekeh.

Gio memang menyadari anaknya berdiri di balik tembok itu begitu dia menyimpan nampannya. Karena posisinya persis menghadap pintu masuk ruang tamu. Makanya, dia berinisiatif untuk memancing Alvaro berbagi cerita padanya, supaya putrinya pun tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Kamu nggak marah sama aku lagi kan Sand?" tanya Varo dengan dramatis. Matanya menatap Sandra penuh harap.

Sandra masih diam di tempat, tanpa ingin repot membalas ucapan Alvaro.

Gio tersenyum di tempatnya. "Ya udah, Mami masuk dulu. Kalian selesaikan masalahnya sampai beres. Jangan ditunda-tunda, nggak baik. Dan Sand, jangan childish gitu, open minded sayang. Dengerin dulu apa yang Varo katakan, okay? Good luck!"

"Makasih Mi," ucap Varo. Sungguh, ia sangat berterima kasih pada Ibunya Sandra. Giovani memang sosok ibu yang luar biasa baiknya.

Setelah kepergian Giovani dan hanya menyisakan mereka berdua, Alvaro pun beranjak dari duduknya. Karena kemudian, dia berpindah menjadi duduk tepat di samping Sandra membuat Sandra sedikit bergeser.

Alvaro menghela napasnya pelan. "Sand...."

Sandra menoleh sekilas, sebelum memfokuskan pandangannya kembali pada layar persegi panjang yang digenggamnya.

"Maaf," ucap Varo membuat Sandra menoleh kembali. Tetapi kali ini ... Sandra menatap Varo lebih lama.

"Aku nggak maksud buat nyembunyiin semuanya dari kamu." Alvaro berucap seraya menundukan kepalanya. "Karena sekarang kamu udah tahu semuanya, jadi kamu mau kan maafin aku?"

"Sumpah Sand, aku nggak pernah jadiin kamu pelampiasan dari Feli, nggak."

"Ha? Feli?" tanya Sandra dengan ekspresi terkejut.

Seketika, Alvaro membekap mulutnya. Dia lupa, jika Sandra belum mengetahui jika wanita yang ia ceritakan pada Giovani itu bernama Feli. Karena sedari bercerita tadi, dia hanya menggunakan inisial A dan B serta C.

"Siapa Feli?" tanya Sandra kemudian.

Alvaro berdehem, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Siapa sih?" tanya Sandra yang penasaran dengan nama yang terasa tak asing itu.

Alvaro masih saja diam di tempat. Sesekali, dia menghembuskan napasnya dengan pelan. Mengurut dadanya, seraya mengucapkan basmalah dalam hati.

"Anu, duh...."

"Masih nggak mau jujur? Yaudahlah, ngapain minta maaf juga."

Alvaro menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bentar, kasih aku waktu buat napas dulu ya sayang...."

Sandra berdecih pelan. "Sayang-sayang, pala lu peang!" gumam Sandra yang masih dapat terdengar oleh Varo.

"Feli ... seseorang yang ada di masa laluku," ucapnya pelan, bahkan kepalanya menunduk.

Sandra meringis begitu melihat wajah Varo yang terlihat sendu ketika menyebutkan nama ’Feli’

"Do you still love her?"

Setelah diam selama beberapa menit, Alvaro pun mengangguk. "Aku nggak munafik, aku sayang sama dia. Tapi, perlu kamu ketahui ... kalo aku lebih nggak mau kehilangan kamu Sand, please stay with me."

Alvaro kembali meyakinkan Sandra, kembali menceritakan tentang perasaannya, juga tentang Feli. Semula Sandra terkejut ketika ia tahu kalo Feli yang dimaksud Varo itu ternyata Felicia adiknya Reno, laki-laki yang pernah mengisi hatinya.

"I love you," ucap Sandra tiba-tiba membuat Varo yang tengah menundukan kepalanya pun mendongak, menatap Sandra dengan wajah berbinar. Merentangkan kedua tangannya, memberi kode supaya wanita yang duduk di sampingnya itu memeluknya. "Apaan sih?" tanya Sandra yang kini pipinya tampak merah merona. Rupanya ... dia salah tingkah.

Secepat mungkin, Alvaro menarik tangan Sandra sehingga wanita itu terjatuh dalam pelukannya. Mendekap tubuh Sandra dengan erat, sesekali mengecup puncak kepalanya dengan sayang. "I love you more, more and more!"

Beberapa menit keduanya berpelukan, Sandra pun melepaskan pelukannya. Dia menatap Alvaro seraya tersenyum manis. "Bang, kamu masih inget kata Mami kan kalo aku nggak diizinin pacaran sama Papi?"

Sontak, Alvaro menepuk keningnya pelan. "Jadi?"

"We are just a friend," ucap Sandra seraya menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, membuat pose seimut mungkin membuat Varo gemas sendiri.

"Tetapi nggak papa, you are my angel and will always be like that. Aku mencintaimu, bidadari tanpa sayapku."

THE - END

---

Serius selesai? Iyalah! 😂😂😂
Start : 01 Oktober 2017
End   : 20 Juni 2018
Ngaret emang😆😆😆

Pokoknya, makasih buat delapan bulannya whahahahha
Makasih juga buat yang udah stay dari awal sampai akhir ehehe

Ambil yang baik dan buang yang buruknya ya!

20 Juni 2018
Ekapertiwi❤

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 38.5K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
8.8K 693 10
cerita geje yang mengisahkan tentang keseharian innocent zero dengan anak anaknya yang prik dikit dan juga keseharian mash anak bungsu(bontot) yang p...
18.4K 1.2K 11
Egan ratjatia seorang pemuda yang ber transmigrasi kedalam cerita novel yang ia baca sehari sebelum kematiannya. "Eh? Ini dimana?.. " Ia bertransmig...
684 181 34
[Masih Lengkap] Cerita ini cocok untukmu yang sedang tertekan. Yang sedang di masa paling terpuruk dalam hidupmu. Stigma masyarakat yang membuatmu me...