PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

By DNF_17

891K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... More

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 9
Extra Part 10

Ancaman

13.9K 640 87
By DNF_17

Seusai menjaga Zidan, aku mengantar pulang kak Shane ke rumahnya. Tentu saja naik taxi, karena memang kak Shane sedari kemarin tidak membawa mobil. Disepanjang perjalanan, dia terus saja membahas masalah nikah dan anak. Aku sangat geli mendengarkan beberapa permintaan kak Shane.

Terlebih lagi dia selalu saja tidak ingin jauh dariku. Jalan masuk ke dalam rumahnya saja dia tetap menggandeng tanganku erat. Padahal aku juga tidak akan pergi ataupun hilang.

"Kak Shane udah di dalem rumah nih, lepasin dong tangannya."'

"Eh iya sampe lupa." Kak Shane lalu melepaskan tanganku.

"Papa..papa." teriak Airin yang sedang di gandeng oleh Tante Gina.

"Kak di panggil Airin tuh." Kataku sambil menepuk lengan kak Shane, entah mengpa dia hanya diam saja.

"Hmmm."

Tante Gina dan Airin pun mendekat ke arah kami. Airin tampak semangat sekali ingin mendekat kepada kak Shane. Tapi kak Shane, dia hanya biasa saja.

"Kak Shane, itu Airin kayaknya pengen di gendong sama kamu, di sambut kek kak, kangen kali udah gak ketemu sehari ini." Bisikku pada kak Shane.

"Hmm iya."

"Pap..pa.." panggilnya dengan suara kecil dan mendonggak melihat kak Shane.

Tak lama kemudian kak Shane menundukkan badan dan mengulurkan tangannya untuk menggendong Airin.

"Ochaaa, udah Tante tunggu loh dari tadi." Tante Gina menyapaku.

"Hehe iya maaf tante tadi ke rumah Diandra dulu."

"Airin ini kenalin namanya tante Ocha."

"Haii tan..te." katanya menoleh ke arahku yang masih di gendong kak Shane.

"Hallo Airin, cantik yaa." Ku pegang pipinya.

"Kacih tan..te." ujarnya dengan tersenyum malu.

"Iya sama sama."

Kami pun duduk di sofa bersama. Aku duduk di samping kak Shane yang sedang memangku Airin. Airin terlihat senang sekali sepertinya dipangku kak Shane senyumnya tidak pernah pudar.

"Airin sini makan dulu sama Oma yaa?" bujuk Tante Gina pada Airin.

"Yaya Ailin mam papa." Katanya tidak terlalu jelas karena memang umurnya belum genap 3 tahun.

"Iya sini sama Oma di suapin ya Airin. Tuh papanya udah ada kan."

"Em em." Airin mengangguk kecil.

"Kamu tahu Ocha, Airin dari kemarin susah sekali makannya, dia mau makan kalo udah lihat Shane." Jelas Tante Gina.

"Oh maklum tante namanya juga anak kecil, pasti dia kangen sekali sama papanya ya tante, seharian gak ketemu."

"Hehe iya Ocha, hari ini tumben tuh Shane mau pangku Airin biasanya mah gak mau."

"Masa sih tante?"

"Iyaaa."

Kak Shane tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dia diam saja dan masih memangku Airin. Dia juga memalingkan matanya ke arah lain seakan tidak tertarik dengan obrolanku dengan mamanya.

"Ma, aku mau ke kamar dulu." Kak Shane mengangkat Airin dan memberikannya kepada Tante Gina, lalu menuju ke atas kamarnya. Aku tidak tahu mengapa kak Shane tiba- tiba berubah. Aku bingung melihat sikap kak Shane.

"Pap..pa papa huaaa hikss hikss." Airin mulai menangis karena di tinggal kak Shane.

"Kak Shaneee Kaakk." Aku berteriak memanggil kak Shane yang sudah berada di lantai atas.

"Sudah sudah Ocha, Shane memang begitu, dia memang sedikit tidak suka di panggil papa oleh Airin. Padahal tante juga sudah membujuknya agar menerima Airin tapi dia masih saja tetap seperti itu."

"Yaampun kak Shane, tega banget dia tante."

"Iya tapi tante juga tidak bisa menyalahkannya, karena memang dari awal Shane tidak pernah setuju akan pernikahan itu."

"Huaaaaa hiksss hiksss Omaaa Omaaa papaa." Airin masih saja menangis.

Aku tidak tega melihat Airin tidak berhenti menangis. Aku bangkit dari dudukku dan berniat menyusul kak Shane.

"Ocha, kamu mau kemana?" tanya Tante Gina.

"Ocha mau ngomong sama kak Shane tante."

Aku beranjak naik tangga dan menuju kamar kak Shane. Pintu kamar kak Shane sudah tertutup rapat, sepertinya di kunci.

Tok tok tok

"Kak Shanee..kak."

Tok tok tok

"Kak Shane.."

Tok tok tok

"Kak Shanee."

Sudah tiga kali aku mengetuk pintu dan memanggilnya tapi tetap saja tidak ada jawaban. Aku mencoba menggerakkan knop pintu, ternyata pintu kamar kak Shane tidak terkunci.

Ceklek

Aku membukanya perlahan dan melihat ke dalam, tapi kak Shane tidak ada di kamarnya.

Jika tidak pergi ke kamar lalu dia pergi kemana?

Karena tidak ada di kamarnya, aku pun memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar kak Shane. Belum sempat aku menutupnya ku dengar kucuran air. Ternyata dia sedang berada di dalam kamar mandinya. Aku pun masuk ke dalam kamarnya.

"KAK SHANEEE." Teriakku memanggilnya.

"HAH? SIAPA?" balasnya dengan berteriak.

"Jangan pura- pura gak tau ya."

"Ngapain? Ngapain kamu kesini Sayang?"

"Kamu tega ya kak sama Airin." Aku mendekat ke depan pintu kamar mandi.

"APA? GAK KEDENGERAN."

"KAMU TEGA SAMA AIRIN." Teriakku mengulangi.

"HADUHH APAA?" Sepertinya kak Shane bukannya tidak mendengar tetapi hanya pura- pura saja. Kak Shane juga menambah kecepatan airnya sehingga gemericik air tambah keras.

Jika seperti ini suaraku hanya akan sia sia saja, jadi lebih baik aku menunggunya keluar dari kamar mandi. Aku menjauh dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang milik kak Shane.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan kak Shane yang menggunakan bathrobe dan mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Kak, kamu tega ya sama Airin." Langsung saja aku mendekatinya yang masih berada di depan kamar mandi.

Bukannya menjawabku dia malah memegang kedua bahuku dan menyingkirkanku dari depannya, lalu dia berjalan mendekati lemari pakaian miliknya. Aku semakin kesal dengan kak Shane.

"Kak, kamu seharusnya bersikap sebagai seorang papa yang baik buat Airin." Kataku dengan cepat karena merasa kesal, kak Shane diam saja dan masih sibuk memilih baju.

"Kamu gak kasihan kak sama Airin, dia itu nggak bisa ngrasain kasih sayang seorang ibu, jadi kamu harus sayang sama Airin kak." Aku semakin menggebu membujuk kak Shane.

"Kamu harusnyaa..."

"AKU BUKAN AYAH DARI AIRIN, AKU BUKAN PAPANYA." Kak Shane tiba- tiba saja membalikkan badannya dan membentakku, dia memotong perkataanku.

Hatiku tersentak, tubuhku seketika gemetar, jarang sekali kak Shane membentakku seperti itu, bahkan tidak pernah, dia sungguh keterlaluan. Dengan cepat aku melangkahkan kaki ku keluar dari kamar kak Shane, tapi kak Shane lebih cepat menahan tanganku.

"Maafin aku." Ujarnya sambil menahan tanganku.

"Lepasin."

"Maaf." Kini dia menarikku dan merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.

"Aku belum bisa menerimanya sayang, aku terlalu sakit hati dengan Viona, dia yang sudah membuatku jauh darimu. Dan juga aku bukan ayah dari Airin sayang." Jelasnya perlahan.

Aku mengerti apa yang di maksud kak Shane, aku paham dengan keadaan kak Shane.

"Tapi kak, Airin itu gak salah apa apa. Dia hanya butuh kasih sayang."

"Tapi sayang, entah kenapa sulit sekali."

"Nggak, gak sulit, kamu harus coba buka hati kamu buat Airin. Kasihi dia layaknya anak kamu sendiri, atau paling nggak anggep dia adik kamu."

"Tapi..."

"Tapi tapi terus, yaudah kalo gak mau, aku gak mau nikah sama kamu, kamu aja gak sayang sama anak kecil." Ancamku, kini aku memunggunginya.

"Jangan gitu, oke oke aku bakalan coba." Dia berjalan dan berdiri di depanku sekarang.

"Gak percaya."

"Beneran aku bakalan coba."

"Janji?"

"Iya janji."

Mudah sekali ternyata mengancam kak Shane, aku berharap kak Shane benar- benar mau mencoba menyayangi Airin.

"Oke, aku tunggu di bawah, temui Airin, dia nangis gara gara kamu tinggalin." Aku beranjak keluar kamar kak Shane.

"Eh eh tunggu..ini tissue, lap tuh rambut sama wajah kamu basah hehehe. Maaf ya." Benar saja setelah ku pegang, rambutku benar basah sedikit.

Ishh kak Shane

***

Beberapa menit berlalu, kak Shane akhirnya turun juga ke bawah. Aku memandangnya dengan melotot ketika kak Shane terlihat malas sekali untuk mendekat ke arah Airin. Dengan segera kak Shane memasang senyum, walaupun aku tahu itu sangat terpaksa tapi tidak apa ini adalah awal yang baik.

"Papa..papa endong endong." Mendengar Airin meminta untuk di gendong kak Shane melirik ke arahku, lalu aku memelototinya lagi. Dan benar saja dia langsung menggendong Airin. Dia juga sesekali menatap Airin dan mengajaknya bicara. Kak Shane juga mengusap lembut rambut Airin.

Kak Shane..kak Shane, kamu memang harus di ancam dulu ya baru mau

"Wah kamu pinter Ocha sampe bisa bikin Shane nurut gitu." Bisik Tante Gina yang berada di sampingku.

"Hehehe iya tante." Balasku juga dengan berbisik.

"Ma, pokoknya besok lusa aku mau menikahi Ocha, Shane gak mau tahu, tadi Shane udah telepon papa dan papa besok mau pulang ke Indonesia. Papa sudah setuju dengan keputusan Shane. Aku juga udah ngasih tahu Bunda kamu Sayang." Ujar kak Shane yang membuatku menahan napas saat mendengarnya.

"HAH?" Aku terkaget tidak percaya.

Bagaimana ini, aku belum siap

Pantesan tadi ganti bajunya lama, ternyata telepon Om Satria

Bubun? Bubun juga sudah setuju?

"Oke mama juga setuju sama kamu Shane hahaha. Mama sama papa siap lamarin Ocha buat kamu." Sahut Tante Gina sambil melihatku dengan begitu semangat.

"Tanteeeee, kok setuju setuju aja sih." Rengekku pada Tante Gina.

"Kalian sudah cocok, buat apa di tunda lagi, tante setuju banget kalo nikahnya cepet hehehe."

Yaampun Tante Gina

Kak Shane tersenyum mengejek ke arahku, sepertinya dia merasa menang kali ini. Dia terus saja memamerkan senyum kemenangannya padaku, sedangkan aku sudah sangat kesal dan menatapnya penuh luapan amarah. Sepertinya kak Shane balas dendam karena aku memaksanya menyayangi Airin. Selalu saja aku kalah dari kak Shane.

Kak Shane berjalan mendekat lalu mengambil duduk di sampingku. Bahkan tidak ada jarak diantara kami, dengan Airin yang ada di pangkuannya kak Shane membisikkan sesuatu.

"Tunggu besok di rumah aku akan lamar kamu." Bisiknya tepat di telingaku.

"Tunggu lusa aku akan membawamu duduk di pelaminan." Bisiknya lagi, aku diam saja.

"Jangan coba mengancamku sayang, kamu tahu kan akibatnya hehehe"

KAK SHANEEEEEE-batinku berteriak dalam hati.

Aku memang sedikit marah, karena dia tidak bilang padaku terlebih dahulu. Ku arahkan tanganku pada pinggang kak Shane dan mencubitnya dengan keras.

"Awwwwwwwww sakitt." Jeritnya kesakitan.

"Syukurin."

"Hahaha kalian ini kenapa sih Shane, Ocha, udah pada gak sabar pengen nikah ya. Hayo gak sabar yaa" goda Tante Gina.

"Enggak, enggak tan." Kataku sambil menggelengkan kepalaku.

"Haha Ocha kamu jangan malu malu gitu, malu tapi mau kamu ya." Tante Gina terus saja menggodaku.

"Iya Ma, dia nih yang gak sabar nikah sama aku, dari kemarin ngajakin nikah mulu. Pengen cepet punya dedek bayi katanya Ma. Hahaha." Kak Shane kembali membuatku jengkel.

"Kak Shaneee." Kataku dengan gigi mengatup karena terlalu kesal.

Duh kenapa jadi gini, aku memang ingin menikah dengan kak Shane, tapi tidak secepat ini juga.

***

Hai semuanya, maaf ya baru update lagi.

Di lanjut kan ini?

Makasih ya buat kalian yang selalu nunggu, selalu baca, vote dan comment.

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 248K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
802K 71.7K 65
Alana Putri tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan berubah menjadi begitu rumit karena harus terjebak dalam sebuah ikatan konyol bernama perni...
5.5M 287K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
2.6K 244 40
Bagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu k...