Unsteady

By theblackrosee

2.1M 258K 31.9K

Aku percaya, bahwa suatu hari nanti kita akan di pertemukan dalam keadaan yang jauh lebih baik lagi. ... More

Prolog
Unsteady 1
Unsteady 2
Unsteady 3
Unsteady 4
Unsteady 5
Unsteady 6
Unsteady 7
Unsteady 8
Unsteady 9
Unsteady 10
Unsteady 11
Unsteady 12
Unsteady 13
Unsteady 14
Unsteady 15
Unsteady 16
Unsteady 17
Unsteady 18
Unsteady 19
Unsteady 20
Unsteady 21
Unsteady 22
Unsteady 23
Unsteady 24
Unsteady 25
Unsteady 26
Unsteady 27 [Bagian 1]
promosi
Unsteady 27 [Bagian 2]
Unsteady 28
Unsteady 29
Unsteady 30
Unsteady 31
Unsteady 32
Unsteady 33
Unsteady 34
Unsteady 35
Unsteady 36
Unsteady 37
Unsteady 38
Unsteady 39
Unsteady 40
Unsteady 41
Unsteady 42
Unsteady 44 - Akhir [Ending]
Spin off
PO KEDUA NOVEL PROTECT

Unsteady 43

29.8K 4.8K 961
By theblackrosee

Di luar sedang hujan deras, menimbulkan suara yang amat berisik namun menenangkan. Perpaduan antara air dan tanah yang bertabrakan. Aira memperhatikan satu meter dari balik jendela, kedua tangannya terlipat dan kepalanya berada di atas lipatan tangannya.

Nyatanya, setelah Ares mengiyakan bahwa mereka secara resmi benar-benar putus, Ares sama sekali tidak menghubunginya.

'Tetapi bukankah itu permintaannya? Bukan memang dia yang menginginkan agar hubungan mereka putus.

Aira menghela napas, coklat panas yang ada di depannya bahkan sudah tidak menarik lagi di depannya, Perempuan itu bahkan belum mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah dan itu menandakan bahwa ia belum mandi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.20.

Dengan lesu perempuan itu mengambil ponselnya, mencari kontak seseorang dan kemudian menekan tombol hijau.

Beberapa nada sambungan terdengar, akhirnya suara itu muncul.

"Apa sih? Lagi banyak PR nih," sahut suara yang menggemaskan itu.

"Gue galau tau gak sih lo!"

"Ya jangan galau, atuh, ribet."

"Ezaaa..."

"Apa, Kak? Aku lagi pusing ini ngerjain PR bahasa Inggrisku."

"Plisss," kata Aira memohon dengan nada bergetar, membuat seseorang di sebrang sana terdiam. "Gue lagi sedih."

"Sedih kenapa?"

"Za," Aira duduk tegak, menghapus air matanya dengan cepat. "Bang Ares ada cerita gak sih kalau dia bakalan pergi jauh gitu?"

Hening selama beberapa menit, membuat Aira mengerutkan keningnya.

"Enggak, emang mau kemana?"

"Enggak tau." Balas Aira dengan cepat.

"Becanda kali."

"Serius dia tadi ngomongnya, ya kali becanda."

"Terus?"

"Gue putus sama Abang lo," kata Aira dengan pelan.

Lagi-lagi Eza diam, Aira tahu bahwa anak laki-laki itu sedang berpikir keras. Namun sayang, Aira tidak tahu apa yang dipikirkan Eza.

Aira bukan gila curhat pada anak itu, hanya saja, terkadang, dalam beberapa hal dan waktu anak laki-laki itu lebih dewasa dibandingan dirinya. Itulah yang membuatnya senang bercerita pada Eza.

"Aku belum ada ke rumah Bang Ares," Eza membuka suara. "dia juga gak ada keluar rumah."

"Za, menurut lo, apa gue semenyebalkan itu dimata Ares? Katanya, dia minta gue ngertiin dia, padahal gue selalu ngertiin dia, apa yang kurang coba?"

Emosinya naik dan tanpa sadar air matanya keluar.

"Kurang pengertian apalagi sih gue? Dia malah yang gak pernah ngertiin gue. Taunya marah-marah doang."

Hujan masih turun dengan deras, seolah menjelaskan perasaannya bahwa ia tengah sedih.

"Dia tuh yang bego! Pergi seenaknya! Tolol kali ya, tuh cowok."

Bagaimana cara Ares berkata bahwa mereka putus membuat perasaan Aira semakin tidak karuan. Ia sudah terlanjut nyaman dengan cowok itu. Karena Ares pula-lah iya jadi semangat belajar.

"Apa semua cowok emang tolol kayak Ares?" tanya Aira dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Kalau semua cowok tolol, berarti Papa kak Aira juga dong?"

"Ya bukan gitu!" Karena sedih, ucapan Eza kini seolah membuat Aira berkali-kali lipat merasa kesal. "Ini tuh pengibaratan."

"Ya kan, aku gak tolol,"

"Iya, tapi Ares yang tolol. Kesel amat gue. Dia tuh gak sadar, ada gue sama sahabat-sahabatnya yang selalu ada disisinya."

Aira meletakkan kepalanya di meja, ia sudah lelah sejak tadi berpikir keras. "Dia yang gak ngertiin gue. Gue tuh Cuma mau Ares disini bareng kita. Gue tau dia mau pindah hanya karena dia masih terbayang sama Aga."

"Sabar, kak, sabar."

"Gue kesel, Eza. Gue sedih, ngerti gak sih?"

"Ngerti kok, yaudah, Kak Aira istirahat aja, siapa tahu sedihnya hilang."

Aira tidak menanggapi, hanya mengangguk dan mematikan ponselnya. Bukannya reda, hujan malah semakin turun dengan lebatnya. Maka itu, hingga satu jam kemudian, Aira sibuk meratapi butiran hujan yang jatuh ke bumi.

Nyatanya, itu tidak menghilangkan rasa sedihnya sama sekali. Ares masih tetap merenggut perhatiannya.

***

"Besok berangkatnya," kata Tante Rima ketika Ares baru saja datang ke dapur.

Ares yang sedang membuka lemari gantung untuk mengambil gelas menoleh sekilas, mengangguk kaku dan menutup lemari itu. Laki-laki itu kemudian berjalan ke kulkas dan berniat mengambil air es.

"Ini lagi hujan! Jangan minum es, Ares! Itu tante buatin coklat panas,"

Ucapan itu membuat Ares merasa dejavu, Mama sering memperingatkannya begitu. Ares menutup kulkas dan melihat ke arah meja makan ada mug berisi coklat panas lengkap dengan roti bakar yang masih panas.

"Kamu nggak ngadain perpisahan gitu sama temen kamu?" Tanya perempuan itu sambil meletakkan gelas yang berisi teh di atas meja.

Ares menggelengkan kepalanya.

"Mereka nggak tahu kamu pergi?"

Lagi-lagi Ares menggeleng.

"Kenapa?"

"Enggak penting."

"Enggak penting, gimana? Nanti kalau mereka nyariin kamu gimana dong?"

Laki-laki itu menunduk, menelusuri bibir cangkir dengan telunjuknya, menikmati uap panas ditengah dinginnya malam karena hujan. Ketika merasakan telapak tangan yang hangat menempel di bahunya, Ares menoleh dengant tatapan dingin.

"Sakit ya, Res?" tanyanya hati-hati. "Ditinggal Papa kamu dengan kamu sebagai alasannya dan Aga yang meninggal karena bunuh diri."

Ares tersenyum tipis, entah apa maknanya. Matanya kembali buram namun dengan cepat ia berkedip.

"Enggak."

"Bohong," Tante Rima tersenyum. "Haduh, Ares. Tante gak bisa bayangin seberapa frustasi diri Tante kalau jadi kamu."

"Jadi besok kamu pergi gak ada yang tau?" tanyanya sekali lagi dengan tatapan tidak tega.

"Enggak."

"Aira itu pacar kamu kan?"

"Bukan." Balas Ares dengan singkat.

"Lho?" Mata perempuan dengan umur lebih dari 40 tahunan itu terlihat kaget. "Masa sih?"

"Udah putus. Tadi sore. Dia gak mau LDR-an." Laki-laki itu meminum coklat panasnya, membiarkan Tantenya itu kini mengerutkan keningnya.

"Kalau kamu mau disini kan juga gak papa, Ares. Tante yang pindah. Tante kan udah bilang, kalau tante udah cerai. Gak ada lagi yang bisa di harapkan, Ares."

"Gak papa, Tante. Disini juga buat Ares gak nyaman." Balas laki-laki itu tanpa minat.

Kalau dilihat-lihat, Ares sekarang nampak seperti robot. Tanpa jiwa dengan tatapan kosong dan senyum palsunya. Semua orang tau ia terluka dengan semua peristiwa yang ia alami. Namun tidak semua orang mengerti bagaimana jalan pikirnya untuk menyembuhkan diri dari kejadian itu.

"Tante takut kamu susah beradaptasi."

"Aku gak perlu teman."

"Ares.."

Ares tersenyum tipis. "Iya, Tante. Ares bisa."

"Yaudah, terserah kamu gimana baiknya." Telapak tangannya yang lembut mengelus pipi Ares. "Tante mau beresin barang-barang Tante dulu, ya?"

"Oke."

Lalu, perempuan itu pergi, meninggalkan Ares yang tengah bersandar pada kursi sambil menghela napas. Ia memperhatikan hujan dengan serius sampai suara ponselnya mencuri perhatianya.

Dari Aira.

Ares berniat mengabaikan, namun ia penasaran apa isi pesan gadis itu. Ares membukanya.

Aira : Ares, gue gak tau lagi gue harus bagaimana. Gue terus-menerus berpikir apa yang nggak gue ngertiin dari lo. Dan gue sadar, gue bukan lo, itulah kenapa gue gak bisa mengerti bagaimana perasaan dan apa yang lo pikirkan.

Aira : Gue tau mungkin lo merasa tertekan sama keadaan lo sekarang. Gue tau lo juga marah sama diri lo sendiri yang gak bisa bertanggung jawab atas kematian Aga.

Aira : Tapi, gue disini. Gue bakal bantuin lo nyembuhin segala luka lo. Gue janji.

Ares menghela napas, satu pesan lagi masuk.

Aira : Stay.

Ares mengabaikan semua pesan itu tanpa berniat sedikitpun untuk membalasnya.

***

Sad sad

or

happy happy?

Hahaha gimana ya endingnya?

Continue Reading

You'll Also Like

519K 54.2K 58
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^...
191K 10.6K 29
(Follow aku dulu yaa) Carra suka Devan. Cowok perfeksionis yang pilih-pilih pacar. Mantan Devan semuanya minimal cantik dan punya banyak prestasi. Ca...
1.7M 246K 50
[UPDATE SUKA-SUKA AJA] Cover by Nia Design Jika aku hanya diminta memilih salah satu antara bersamamu atau mencapai tujuanku Aku akan lebih memilih m...
724 186 32
-Mereka lupa, kalau syarat suatu hubungan itu saling menerima kekurangan- ---------------------------------------------------- Kisah klise tentang ci...