PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

By DNF_17

890K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... More

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 9
Extra Part 10

Belum

12.8K 655 147
By DNF_17

Kejadian beberapa waktu yang lalu kini terulang lagi, aku kembali mengurung diri di kamar. Bubun dan Diandra sudah beberapa kali membujukku keluar kamar tapi aku mengabaikannya. Panggilan dari kak Shane pun tak terhitung, membuatku muak dan mematikan ponselku.

Aku sedang ingin sendiri, keadaanku sedang kacau. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi, semua impianku dan kak Shane hancur, semua janji itu kini telah terkhianati. Aku telah kalah dari Viona.

"Kamu jahat kak hikss hikss." Ku ringkukkan badanku duduk di atas ranjangku. Ranjangku sudah berantakan karena ulahku.

"Hikss kak Shaneee." Buliran air mata terus saja mengalir. Hatiku terasa sesak dan sungguh sakit. Membuatku sulit untuk bernapas.

"Ochaa, dengerin Bubun nak, ayo keluar jangan kayak gini." Teriak Bubun dari luar kamar.

"Ochaaa lo kok jadi gini sih, ayo dong buka pintunyaa, jangan bikin gue sama Bubun khawatir gini, jawab Cha." Diandra juga tidak henti- hentinya membujukku.

"Hikss hikss kak Shanee." Lirihku dengan air mata yang masih mengalir di pipi.

"Ocha Sayang jangan diem aja dong, jawab Bubun, buka pintunya yaa." Teriak Bubun lagi.

"Hikss hiksss hiksss."

***

Hari sudah mulai malam mungkin Diandra dan Bubun sudah tidur, aku tetap dalam posisiku, aku masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi hari ini.

BRAKKKKKKKKK

"AAAAAAAAAAAA." Suara dobrakan itu membuatku sangat kaget.

Tiba- tiba pintu terbuka dan menampakkan sosok yang tak ingin ku temui lagi. Kak Shane berada di dalam kamarku sekarang. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan rambut yang berantakan. Dia menatapku, dengan tatapan tajamnya dia berjalan ke arahku. Tanpa berkata apapun dia menarik tanganku begitu saja. Kak Shane begitu kuat hingga aku tak bisa melawannya.

"Kak Shane, kamu mau bawa aku kemana, kak.." Kali ini ketakutanku muncul, baru kali ini aku melihat kak Shane seperti ini.

Dia masih diam saja dan menarikku keluar kamar. Aku berusaha menahan diriku tapi tetap saja dia menyeretku. Bahkan dengan cepat dia membawaku menuruni tangga, kakiku tidak beralaskan apapun.

"Kak Shane, lepasin kak.."

"Shane, anak tante mau kamu apain, Shaneeee." Teriak Bubun seraya mengikutiku yang masih saja di tarik Shane keluar rumah.

"Bubunnn tolong Ocha bun hikss hiksss." Tangisku pecah, kak Shane terlihat begitu menyeramkan.

"Shanee, nak Shane, lepasin anak tante." Bubun masih di belakang menahan tanganku yang satu.

"Kak Shanee lepasin hikss hikss." Dia hanya diam dan terus saja berusaha menarikku dengan kuat.

"Yaampun Ochaaa, kak Shanee stop kak, Ocha mau di bawa kemanaa." Diandra muncul dan kaget melihatku yang di tarik paksa kak Shane.

"Shane sadar nak.." Bubun masih berusaha menahanku di bantu dengan Diandra tapi nihil. Kak Shane sudah membawaku masuk ke dalam mobilnya.

Tanpa aba- aba kak Shane langsung melajukan mobilnya. Nafasku naik turun, ku sandarkan kepalaku. Ku atur nafasku, ku hapus juga air mataku.

Kak Shane semakin cepat melajukan mobilnya, sepertinya ini sudah di luar batas. Aku berpegangan pada kursi mobil, aku sungguh takut.

"Kak...kak Shanee, jangan ngebut kak." Kak Shane mengabaikan perkataanku dan terus saja memacu mobilnya dengan kecepata tinggi.

"KAK SHANEEEE AWASSS." Teriakku sangat keras, hampir saja mobil kak Shane menabrak motor di depan. Jalanan memang sepi karena sudah malam, tapi masih ada juga yang berlalu lalang.

"Hiksss hiksss kak Shane aku takutt." Satu suarapun tak keluar dari mulut kak Shane, aku semakin takut, tanganku mulai gemetar.

"Hikss hikss aku takut." Lirihku dalam tangisanku. Aku sungguh takut.

Hatiku rasanya sakit sekali, bukan mataku saja yang menangis tapi hatiku juga ikut menangis. Kenangan buruk yang lama kupendam muncul dalam pikiranku lagi. Aku benci ini semua. Aku teringat kedua orang tuaku yang sudah tiada.

Aku teringat senyuman mereka di atas motor di tengah jalan. Mereka sedang menatapku yang berdiri di depan gerbang sekolah. Mereka akan menjemputku, mereka ingin menyebrang jalan dan menemuiku. Aku sambut mereka dengan senyuman ku lambaikan tanganku ke udara.

Tapi senyuman itu pudar begitu saja saat dengan cepatnya sebuah mobil menyambar motor kedua orang tuaku. Tangisku langsung pecah, teriakanku begitu kerasnya memanggil mereka.

"AYAHHHH........ IBUUUUUUU." Begitulah teriakanku yang terus ku ulangi beberapa kali. Teriakan seorang anak kecil.

Nyawaku seakan ikut hilang saat melihat darah berlumuran di tubuh mereka. Aku sudah tidak berdaya, sampai beberapa orang mengerumuni mereka bahkan beberapa polisi dan juga sirine ambulance yang datang bersamaan di depan mataku. Aku melihat semuanya dengan kedua bola mataku sendiri. Saat itu aku ingin bilang pada mereka.

"Ayah aku bisa pulang sekolah sendiri..."

"Ibu aku bisa pulang sekolah sendiri..."

"Kalian tidak perlu menjemputku..."

"Aku bisa pulang sekolah sendiri Ayah Ibu."

Ayah...Ibu.. seandainya kalian tidak menjemputku waktu itu, pasti sampai saat ini aku masih bisa melihat senyum kalian.

"STOOPP KAK, AKU TAKUTT HIKSS HIKSS." Kak Shane bahkan tidak mendengarku, nafasku sesak sekali, bayangan ayah dan ibu semakin tergambar jelas di pikiranku. Kak Shane tanpa henti menginjak gas.

"Kak...Aku takut hikss hiksss."

"Hiksss hiksss."

Mobil sudah berhenti kak Shane mengeremnya dengan mendadak, dengan cepat kak Shane keluar dari mobil dan membawaku keluar. Dia menarikku dengan paksa masuk ke dalam rumahnya.

"Kak Shanee, kakiku sakitt kak hikss hikss." Dia kembali mengabaikanku.

Dia menarikku menaikki tangga dan membawaku masuk ke dalam kamar Viona. Kak Shane membuka kamar Viona dengan kasar.

"VIONA, CEPET BILANG KALO BUKAN AKU." Kak Shane membentak Viona yang sedang duduk di pinggir ranjang. Kak Shane mengenggam tanganku erat sekali.

"A..pa ma..maksud kakak?" Viona nampak ketakutan.

"KATAKAN JIKA BUKAN AKU YANG MENGHAMILIMU." Hatiku juga sakit mendengar bentakan kak Shane yang tepat berada di sampingku. Tanganku gemetar, keringat mulai bermunculan.

"Enggak kak." Viona menggelengkan kepalanya dia masih belum mengakui.

"VIONAAA." Kak Shane mengangkat tangannya tinggi dan ingin menampar Viona dengan cepat aku menahannya.

Aku sangat geram dengan kak Shane, aku sudah tidak membutuhkan jawaban dari Viona lagi, tubuhku gemetar, pikiranku terus tertuju pada kedua orang tuaku.

"KAK SHANE DIA ITU ADIK KAMU KAK." Dengan sekuat tenaga aku menahan tangan kak Shane.

"DIA BUKAN ADIK AKU." Aku terkaget dengan perkataan kak Shane begitu juga dengan Viona.

"Kak Shane, sadar kak." Aku menggerakkan badan kak Shane.

"BAIK, AKAN AKU AKUI, MEMANG INI BUKAN ANAK KAMU KAK, PUAS KALIAN, PUAS? HAH? KAK OCHA? PUAS KAK?" Viona berteriak dengan begitu kerasnya dia terlihat begitu tertekan.

Jawaban dari Viona memang yang aku harapkan, tapi hati ini terlanjur sakit. Di tambah lagi ingatan kedua orang tuaku yang kembali terlintas menambah sakit hatiku.

"Ada apa ini? Viona? Kamu gakpapa." Tiba- tiba papa kak Shane masuk ke dalam kamar Viona dan memeluk Viona.

"Shane, kamu kenapa bentak Viona?" tante Gina sepertinya khawatir dengan keadaan Viona. Kak Shane masih berdiri dan diam saja.

"Hikss hikss." Viona menangis di pelukan papa kak Shane.

Aku beranjak pergi dari kamar Viona dan menuruni tangga dengan cepat, aku ingin keluar dari rumah kak Shane. Tapi itu gagal karena tangan kak Shane menahan pergerakanku. Dia membalikkan badanku dan memelukku dengan erat.

"Sayang..kamu sudah dengar sendiri kan? Bukan aku yang melakukannya."

"Hikss hikss." Aku hanya bisa menangis sesenggukan.

"Jangan tinggalin aku.."

"Ayahhh hikss hiksss." Panggilku dengan kata yang sudah lama tidak terucap.

Entah kenapa kata ayah keluar dari mulutku. Aku begitu sedih, badanku tiba- tiba lemas dan seketika semuanya menjadi gelap.

***

Ku kerjapkan mataku beberapa kali, kepalaku terasa pusing. Ku lihat sekitar ku gerakkan kepalaku, ternyata aku berada di dalam kamar kak Shane. Kak Shane juga berada di sampingku. Dia duduk di lantai dan menggenggam tanganku. Dia menyenderkan kepalanya pada tepi ranjang dengan mata masih tertutup.

Aku mencoba untuk bangun , tapi itu membuat kak Shane terbangun.

"Sayang kamu udah bangun."

"Hmm." Dia membantuku untuk duduk dan bersandar, kak Shane meletakkan bantal di belakang punggungku.

"Maaf." Lirihnya sambil mengusap tanganku. Kini dia sudah duduk di tepi ranjang.

"Jangan lakukan itu lagi, aku takut."

"Iya, maafin aku. Untuk ciuman itu, Viona yang melakukannya terlebih dulu, aku sudah menghindar tapi dia terus saja memojokkanku. Maaf, aku benar benar minta maaf sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu." Terasa air mata kak Shane jatuh dan mengenai tanganku.

"Iya aku mengerti, sudah jangan menangis." Ku usap air mata kak Shane.

"Jangan pergi.." kak Shane tiba-tiba memelukku.

"Hikss hikss iya kak." Entah mengapa aku menangis begitu saja.

"Aku janji tidak akan menyakitimu lagi." Kak Shane semakin erat memelukku.

"Iyaa."

Kak Shane melepaskan pelukannya dan mengusap pipiku perlahan. Dia menatapku lekat lekat, dan menyentuh kalung berbandul cincin yang ada di leherku.

"Sayang, cincin ini akan berpindah ke jarimu."

"Maksud kamu?"

"Aku akan melamarmu besok, aku tidak ingin berlama- lama lagi."

"Kamu yakin?"

"Iya aku sangat yakin."


Aku belum kalah Viona



Hai, semuanyaa.

Gimana ? Masih penasaran gak nih sama kelanjutannya? Semoga masih ada yang mau baca cerita lanjutannya lagi ya.

Makasih yang udah baca plus vote juga kutunggu comment nya yaa.

Wait for the next yaaa

Thanks for reading. Don't forget to vote and comment yaa.

Continue Reading

You'll Also Like

18.9M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva
Ineffable By A

Teen Fiction

225K 28.9K 48
Ineffable (adj.) Incapable of being expressed in words. . . Kisah cewek yang ditembak oleh pemilik hotspot bernama "Dipake kita jadian" Setelah hotsp...
2K 238 40
Bagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu k...
81.3K 1.8K 43
LDR??? Bagaimana rasanya menjalani hubungan LDR??? Sungguh berat bukan??? Itulah yang dirasakan Jhidan dan Keylia. Ujian demi ujian terus melanda hub...