Sasaeng Fans

De JeonAnita

18.6K 3.1K 1.4K

Eunji hanya berharap kehidupannya berjalan normal bahkan setelah ia bukan lagi bagian dari Mango. Namun takdi... Mais

Chp 1
Chp 2
Chp 3
Chp 4
Chp 5
Chp 6
Chp 7
Chp 8
Chp 9
Chp 10
Chp 11
Chp 12
Chp 13
Chp 14
Chp 15
Chp 16
Chp 17
Chp 19
Chp 20
Chp 21
Chp 22
Chp 23
Extra Chp (Special Eunji Birthday)
Chp 24
Chp 25
Chp 26
Chp 27

Chp 18

469 108 53
De JeonAnita

Warning! nama-nama hingga tokoh atau group yang saya gunakan disini murni untuk kebutuhan cerita. Tak ada maksud untuk menjatuhkan atau menebar kebencian bagi para pembaca. Harap menjadi fans yang bijak.

Hayoo~~ kalau yang udh baca sampai Chp ini masa msh lupa buat sekedar votmen? Gak mungkin kan ga suka cerita ini tp sejauh ini ttp dibaca, cobalah memulai tinggalkan jejak agar penulisnya ttp semangat lanjutin and then jangan plagiat yaa~~


Chp 18

"Jadi... Sejauh mana hubungan mu dengan Park Chanyeol?" Eunji melebarkan kedua iris beningnya saat mendengar pertanyaan penuh godaan Jieun padanya.

Semua ini bermula saat kejadian satu jam yang lalu, tanpa sengaja Eunji menjatuhkan tubuhnya tepat diatas tubuh Chanyeol —sebenarnya karena lengannya ditarik laki-laki itu. Dan sialnya hal itu dilihat oleh Jieun. Teman kecilnya itu meninggalkan mereka berdua dalam kesalahpahaman yang menimbulkan kecanggungan bahkan hingga Chanyeol dijemput oleh Managernya.

Jadi, masih ditempat yang sama hanya saja tersisa mereka berdua, Jieun terus saja menggodanya tentang kejadian satu jam yang lalu.

"Sudah ku bilang berkali-kali kan jika kami hanya sekedar teman dalam project drama yang sama."

"Ohoo~ Jangan menipuku. Mana ada teman yang saling tindih seperti itu?" dengan kesal Eunji merotasikan kedua irisnya. Tak habis pikir kenapa Jieun sangat antusias mengenai seputar hubungannya dengan Chanyeol. Apa gadis itu berniat menjodohkan mereka? Heol... Yang benar saja.

"Kan sudah ku jelaskan itu hanya kecelakaan. Lenganku tadi itu——"

"——ditarik Chanyeol kan? Aku sudah mendengar cerita itu lebih dari tiga kali." potong Jieun cepat.

Nah itu tahu! Kenapa masih bertanya?

"Tapi. Kenapa Chanyeol menarikmu? Mendekapmu begitu erat? Aku berani bertaruh jika laki-laki itu menyukaimu. Semua terlihat sangat jelas." kekeh Jieun.

Eunji menghembuskan nafasnya kasar, tak mengerti kenapa dirinya bisa begitu betah berteman dengan sosok yang sangat keras kepala seperti Jieun. "Ya terserah lah." sahutnya tak mau memperpanjang masalah ini.

Tiba-tiba Jieun mendekatkan tubuhnya pada Eunji, memeluk lengan Eunji dengan begitu manja. Tentu saja perlakuan Jieun itu menjadi tanda tanya besar bagi Eunji. "Ji-ya. Mumpun Chanyeol menyukaimu. Kenapa kau tidak menjalin kasih saja dengannya?"


Eh apa!?




Eunji tak salah dengar?




Sepertinya otak Jieun memang sudah bergeser deh!

"Kalau kau berpacaran dengan Chanyeol. Kan kau juga bisa mendekatkan aku dengan Sehun." lanjutan ucapan Jieun membuat Eunji mengerti sekarang kemana arah pembicaraan ini.

"Ahhh jadi karena kau ingin dekat dengan Oh Sehun?" Jieun tak menjawab dengan kata-kata, gadis itu hanya menunjukkan senyuman lebarnya. "Sebenarnya apa yang kau sukai dari seorang Oh Sehun?"

Jieun melepaskan pelukannya dilengan Eunji. Gadis itu mengatupkan kedua tangannya diatas dada dengan memandang hamparan langit biru tepat diatas kepala mereka.

"Oh Sehun itu tampan. Selain itu ia juga cool, tak banyak bicara dan terlihat tak bisa disentuh. Tipikal pangeran sekali kan?" puji Jieun yang terdengar agak berlebihan ditelinga Eunji. "Selain itu... Pertemanan kita akan semakin erat bila kita berdua berkencan dengan dua orang yang sama-sama berteman dekat. Bukankah itu bagus?" lanjutnya penuh antusias.

"Kau terlalu berlebihan. Sehun itu aslinya tak seperti itu."

"Benarkah?" Jieun kembali mendekati Eunji. "Kau dekat dengannya juga? Ah benar! Kau kan shooting drama dengan OX3." gadis itu menepuk kedua tangannya seolah baru mengingat hal itu. "Cih. Beruntung sekali dirimu." selanjutnya ia tampak menatap Eunji dengan mimik wajah seolah tidak suka.

Eunji tak berkomentar. Ia terlalu mengenal Jieun hingga tahu jika tatapan tak suka hingga cibiran dikalimat terakhirnya itu tak sungguh-sungguh gadis itu ucapkan dengan penuh kebencian. Jieun itu tipe orang yang berterus terang mengucapkan apa yang ada dikepalanya tanpa disaring terlebih dahulu dengan otak dan hati nuraninya. Setidaknya gadis itu tak bermuka dua dihadapan orang lain.

"Ohya. Apa di Sekolah kita dulu pernah ada anak laki-laki berkulit putih bersih, berwajah tampan dan terkesan dingin namun saat tersenyum terlihat sangat manis?" tanya Eunji saat mengingat sosok anak laki-laki yang selalu ia lihat di dalam mimpinya.

"Huh? Seingatku tak pernah ada yang seperti itu disekolah kita." jawab Jieun dengan kedua alis yang saling menyatu. "Kalaupun ada seharusnya anak itu sudah sangat populer dan sudah pasti akan masuk ke dalam list anak-anak tampan incaranku." lanjut Jieun dengan cengiran lebarnya

Eunji menghembuskan nafasnya dengan pelan. Ucapan Jieun masuk akal. Seingatnya, Jieun semasa Sekolah adalah murid yang selalu mengidolakan laki-laki tampan di Sekolah mereka. Tak peduli jika laki-laki itu Sunbae atau bahkan Hoobae mereka, Jieun pasti akan mengenalnya.

Lalu kalau bukan teman satu Sekolah mereka. Siapa anak laki-laki dimimpinya? Dimana mereka saling mengenal sebelumnya?

"Memangnya ada apa? Kau dihubungi oleh orang yang mengaku teman Sekolah kita ya?" Eunji menoleh kearah Jieun dan menemukan wajah temannya itu tampak khawatir.

"Bukan. Hanya saja, akhir-akhir ini aku sering memimpikan sosok anak laki-laki yang sama. Wajahnya tampak asing tapi rasanya seperti sudah mengenalnya sangat lama." cerita Eunji, bagaimanapun juga Eunji tak ingin berbagi rahasia dengan Jieun.

"Mungkin kau terlalu banyak masalah hingga alam bawah sadarmu menciptakan sosok anak laki-laki itu. Sosok yang kau harapkan akan membantumu mengalihkan semua masalah mu di dunia nyata. Jangan terlalu dipikirkan, lebih baik sekarang kita pergi ke makam ayahku lalu mampirlah sebentar ke rumah, Ibuku pasti akan sangat senang melihatmu."

Eunji menganggukkan kepalanya. Gadis itu menurut sangat Jieun menggiringnya menuju keluar cafe. Yang dikatakan Jieun benar. Lagipula ia sudah berjanji untuk mengunjungi makam Paman dan ingin bertemu kangen dengan Bibi Lee.

👣

Mingyu tak menyia-nyiakan waktu, setelah Eunji memintanya untuk meninggalkan dirinya berduaan dengan Jieun untuk melepas rindu, tanpa penolakan seperti biasanya Mingyu memilih menuruti permintaan Eunji. Setidaknya Mingyu tahu Jieun tak akan berbuat suatu hal yang buruk pada Eunji mengingat keduanya sudah seperti anak kembar yang terlihat saling menyayangi. Biarpun tak dekat dengan Jieun, namun Mingyu yakin gadis itu benar-benar tulus berteman dengan Eunji.

Setelah pergi mengantar Eunji dan Jieun ke sebuah cafe, Mingyu membawa mobilnya menuju kediaman Eunji, tempat dimana Eunji menghabiskan masa kanak-kanak nya bersama mendiang ayah dan ibunya.

Beruntung Mingyu sempat diberitahu dimana kediaman Eunji, walau ingatannya sedikit samar mengingat Eunji memberitahunya setelah satu tahun perkenalan mereka.

Setelah menempuh pencarian dengan mengandalkan daya ingatnya yang tidak terlalu tajam, sampailah Mingyu pada sebuah rumah bertipe minimalis dengan sebuah pekarangan yang cukup luas. Setahu Mingyu rumah ini sudah di jual oleh keluarga mendiang Paman Jung, ayah Eunji.

Dalam kedua irisnya, Mingyu bisa melihat Eunji semasa kecil tengah bermain dipekarangan, gadis itu berlari-lari disepanjang halaman dengan sebuah boneka panda dalam pelukannya. Lalu gadis itu mendekat kearah sebuah ayunan kayu yang berada di halaman bagian kiri, meletakkan boneka Panda itu diatas ayunan sementara dirinya mendorong pelan ayunan itu dengan dipenuhi tawa kebahagiaan.

Senyuman Mingyu merekah seolah dapat mengetahui masa kecil penuh bahagia seorang Jung Eunji. Orang yang memberinya banyak kebahagiaan serta kasih sayang selayaknya seorang Kakak baginya. Seseorang yang selalu menganggapnya seperti keluarga, rasa yang tak pernah bisa ia dapatkan dari siapapun.

Langkah kaki Mingyu membawa dirinya mendekat kearah rumah yang nampak dijaga dan dirawat itu. Jemarinya bergerak menekan bel yang terpasang dipintu masuk. Namun sudah berkali-kali ia menekan bel tak ada jawaban.

Mungkinkah tidak ada orang dirumah ini?

Rasanya mustahil. Halaman sangat bersih dan terawat. Tak mungkin rumah ini tak berpenghuni.

Atau mungkin pemilik barunya tengah berada di luar kota? Liburan?

Tapi ini kan bukan musim libur sekolah.

Tak mau ambil pusing. Mingyu memilih menelusuri halaman hingga langkahnya membawanya pada ayunan kayu yang terlihat sangat kokoh tak termakan usia biarpun ia tahu jika ayunan itu dibuat oleh mending Paman Jung untuk kelahiran anak pertamanya, Eunji.

Jemari Mingyu menelusuri masing-masing tali yang mengikat sisi kanan dan kiri ayunan, hingga sampailah pada sebuah dudukan ayunan yang semasa kecil selalu Eunji pakai untuk mendudukkan boneka Panda nya. Semula jemari Mingyu hanya menyentuh bagian ujung dudukan ayunan, namun entah kenapa gerakannya mulai turun kebawah hingga bagian bawah dudukan itu.

Kening Mingyu berkerut saat merasakan polesan tak rata dibagian bawah dudukan ayunan itu. Laki-laki itu segera memposisikan tubuhnya untuk duduk dibawah tanah berlampis rumput, membalik dudukan ayunan itu sebelum kedua irisnya menemukan beberapa ukiran disana, ukiran yang terlihat tak rapi, mirip tulisan khas anak-anak.

Ada nama Lee Jieun, yang Mingyu tahu sebagai nama lengkap dari Jieun. Rasanya wajar menemukan nama itu mengingat Eunji dan Jieun memang sudah berteman sejak kecil. Lalu dibawah nama Jieun ada sebuah ukiran nama Jung Eunji, nama lengkap Eunji. Tapi ukiran tepat dibawah nama Eunji membuat laki-laki itu kembali mengkerutkan keningnya. Mingyu yakin sebelumnya ada ukiran nama disana, namun sekarang ukiran nama itu sudah tergores secara acak hingga membuat ukiran nama yang sebelumnya dibuat justru tak dapat dibaca.

Lalu disisi yang lain ada lagi beberapa ukiran terpisah dengan jarak yang cukup dekat, seolah ditulis dengan jeda waktu yang tak sama. Walaupun tulisannya agak berantakan karena sepertinya dibuat dalam keadaan si pembuat ukiran tengah marah atau mungkin hanya kesal? Satu nama... Satu nama dalam ukiran itu yang membuat Mingyu melebarkan kedua irisnya.



Shrek bodoh!

Aku benci Shrek!





Aku merindukanmu!

Kumohon, bawa aku pergi dari sini.



Mingyu termenung, tak mungkin kan tulisan ini dibuat oleh Eunji? Mingyu hanya tak pernah menduga jika Eunji yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang kuat justru pernah berharap seseorang untuk membawanya pergi. Benarkah itu memang keinginan Eunji?

Kalaupun memang Eunji ingin lari dari sesuatu hal. Mingyu sangat penasaran dengan hal yang mampu membuat sosok Eunji ingin pergi dari tempatnya sekarang.

Kalau diingat kembali. Sejak SHS Eunji memutuskan untuk tinggal di sebuah flat kecil. Apa mungkin alasan inilah yang membuat gadis sekecil itu tinggal seorang diri?

Kedua iris Mingyu kembali menyadari ada tulisan lain di bagian pojok kanan bawah, kali ini ukuran tulisan ini jauh lebih kecil dan tampak sangat rapi, seolah ditulis oleh orang dewasa.


Bersabarlah, aku pasti akan membawamu pergi. Dan ingatlah, aku akan selalu menjagamu, seperti janjiku dulu.

Refleks, Mingyu segera memaksa tubuhnya untuk bangkit, dengan wajah shock tubuh itu perlahan mundur selangkah demi selangkah. Sampai akhirnya ia berbalik pergi dengan sebuah ponsel yang ia arahkan ke daun telinganya.

Dia harus menghubungi Seungcheol!

Hal itu yang sekarang memenuhi otak Mingyu.

Mingyu hanya tak menyadari, dari balik jendela rumah lama Eunji ada bayangan seseorang yang tengah mengintip. Tepat disalah satu jemari tangan sosok itu terlihat sebuah pisau lipat dengan serbuk-serbuk kayu yang menghiasi bagian runcing pisau lipat itu.

👣

"Eunji-ya? Uri adeul." Eunji merasakan tubuh mungilnya dipeluk dengan erat oleh sosok wanita paruh baya begitu telapak kakinya menginjak lantai marmer beralasan permadani berwarna merah maroon yang menghiasi ruang tamu kediaman keluarga Lee.

Hangat...

Tanpa sadar krystal bening memenuhi kedua irisnya. Ada perasaan hangat yang sudah lama tak ia rasakan, perasaan dengan beribu kasih sayang dari seorang Ibu yang tak lagi ia rasakan sejak bertahun-tahun lamanya.

Tak kuat lagi menahan perasaan itu, Eunji terisak. Bibi Lee yang mengetahui jika sosok gadis dalam pelukannya yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya itu tengah menangis lantas mengeratkan pelukannya. Salah satu jemarinya terangkat untuk mengelus surai hitam Eunji yang tergerai. "Tak apa. Ibu disini." mendengar suara lembut sarat akan keibuan itu justru makin memperparah isakan Eunji.

Eunji rindu... Ia sungguh merindukan pelukan serta kata-kata hangat dari mendiang ibu kandungnya sendiri.

Jieun yang melihat hal itu tak dapat menghentikan laju air matanya yang tiba-tiba muncul seolah tengah diberi irisan bawang.

Gadis itu mendekat, ikut masuk ke dalam pelukan Eunji dan Ibunya. Lalu ketiganya mulai berpelukan dalam keheningan. Saling membagi luapan rindu mereka.

👣

"Ini goresan baru. Sebelum kau datang sudah ada orang lain yang datang lalu membuat goresan pada nama tepat dibawah nama Eunji. Kemungkinan besar di balik goresan ini adalah nama asli Shrek." ujar Seungcheol seraya mengamati ukiran-ukiran acak di balik dudukan ayunan.

Beruntung, saat Mingyu menelpon, Seungcheol tengah berada di Busan, hanya saja mereka berada di distrik yang berbeda. Jadi tak butuh waktu lama bagi Seungcheol untuk menemui Mingyu.

"Dari mana Hyung tahu kalau ini goresan baru?" tanya Mingyu penasaran. Pasalnya ia tak bisa membedakan yang mana yang baru dibuat atau yang bahkan sudah berpuluh-puluh tahun.

"Cekungan di goresan ini tampak bersih, sangat bersih malah. Berbeda dengan yang lain. Bahkan terlihat belum ada noda sama sekali."

Mingyu terlihat menganggukkan kepalanya seolah mengerti.

"Yang paling lama dibuat sepertinya ukiran nama Eunji dan temannya. Ku pikir ini mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun." lanjut Seungcheol.

"Hyung, bagaimana dengan ukiran di pojok kanan bawah? Sepertinya itu dibuat oleh Shrek."

Seungcheol tak segera menjawab. Ia terlihat mengamati ukiran yang diduga ditulis oleh Shrek itu.

"Sshhh entahlah. Sepertinya ini tak begitu lama. Tapi tak bisa dibilang baru juga. Kurasa sekitar 5-7 tahun."

"Wow Hyung. Kau bahkan sampai tahu sedetail itu?" puji Mingyu nampak takjub.

"Itu bukan hal yang harus dipuji." Seungcheol yang semula memilih duduk diatas rumput memilih bangkit. "Kau sudah tanya para tetangga mengenai siapa pemilik rumah ini?"

"Mereka bilang pemiliknya adalah seorang wanita lajang diakhir usia 30-an. Tapi wanita itu nampaknya tak sering keluar rumah dan kalaupun keluar hanya untuk urusan bisnis yang memungkinkan untuknya pergi lama. Sesekali ada seorang laki-laki berumur pertengahan 40-an yang datang untuk membersihkan rumah serta pekarangan. Jadi wajar pekarangan ini tampak bersih dan terawat." jelas Mingyu. "Tapi Hyung, bukankah ukiran Shrek nampaknya seperti ditulis oleh orang dewasa? Apa mungkin Shrek itu usianya jauh diatas Noona?"

"Perkiraanku itu kan tadi antara 5-7 tahun. Dan usia Eunji saat itu adalah masa SHS kan? Kemungkinan anak SHS sudah bisa membuat ukiran serapi itu, jadi soal perkiraan usia Shrek. Kurasa bisa jadi dia seumuran dengan Eunji atau mungkin lebih muda." jelas Seungcheol. "7 tahun lalu kau sendiri sudah bisa membuat ukiran serapi itu bukan? Padahal kau berada diakhir JHS. Jadi kita tak bisa menebak Shrek berdasarkan usia hanya dengan ukiran ini."

"Ah begitu." angguk Mingyu pertanda mengerti.

"Daripada menebak usia Shrek. Kenapa kau tidak mencari gadis yang bernama Lee Jieun? Melihat namanya berada di ukiran yang sama dengan Shrek. Kemungkinan besar dia pasti mengenal Shrek."

Kedua iris Mingyu melebar. Benar juga apa yang dikatakan Seungcheol. Kenapa ia tak berpikir kesana? Jieun itu sudah mengenal Eunji sejak lama. Seharusnya Jieun mengenal sosok Shrek yang diduga bagian dari masa kecil Eunji kan?

👣

"Jam berapa kau kembali ke Seoul?" tanya Jieun dengan meletakkan tiga cangkir teh barley dihadapan Eunji yang tengah berbincang akrab dengan Ibunya.

"Eum. Jam 4. Aku harus kembali sebelum jam 8 malam."

"Kenapa tidak menginap? Kau kan sudah lama tidak menginap disini." keluh Bibi Lee tampak tak rela jika Eunji kembali ke Seoul.

"Aku ada job nanti malam." jelas Eunji. "Kapan-kapan aku pasti datang untuk menginap." lanjutnya dengan sebuah senyuman.

"Berjanjilah. Kau harus sering datang ke Busan mulai sekarang. Kau sudah sangat lama tidak kembali ke sini." Eunji hanya menjawab dengan sebuah anggukan.

"Kau lelah? Kedua matamu sayu. Ayo ke kamarku. Kau tampaknya butuh istirahat." Jieun terlihat menatap penuh intens pada wajah lelah Eunji. Ada mimik paksaan disana.

Eunji terlihat menolak dengan sebuah gelengan biarpun ia tak menapik kalau sekarang tubuhnya sangat lelah. Sampai sebuah usapan lembut dikelopak matanya membuat kedua irisnya sontak menutup. "Istirahatlah sebentar. Jangan memaksakan diri, setelah ini kan kau harus kembali bekerja bukan?" kalau Bibi Lee sudah berucap, Eunji sendiri bahkan tak bisa menolak.

Gadis itu menurut saat lengannya ditarik Jieun menuju lantai dua kediaman Lee, memasuki kamar yang didominasi warna hijau muda milik Jieun.

"Tidurlah. Aku akan tetap disampingmu sampai kau terlelap." Jieun menarik selimut untuk menutupi tubuh Eunji yang sudah nyaman di tempat tidurnya dengan selimut hingga sebahu.

"Jieun-ah. Terimakasih." Jieun tersenyum lembut mendengar ucapan Eunji, sampai akhirnya kelopak mata Eunji tertutup. Tak lama nafas Eunji terdengar teratur disusul dengan suara dengkuran halus. Rupanya tak butuh waktu lama bagi Eunji untuk terlelap.

Jieun masih memandangi wajah teman kecilnya itu dengan sorot mata yang tak bisa terbaca. Hembusan nafas berat terdengar sebelum akhirnya kakinya memilih untuk beranjak pergi. Meninggalkan Eunji seorang diri di kamar pribadinya.

👣

Pintu dikamar Jieun terbuka dengan pelan dan tampak hati-hati. Menampilkan sosok Shrek dibalik pintu, iris kelam itu menatap intens sekeliling kamar hingga perhatiannya jatuh pada sosok gadis mungilnya yang tengah terlelap. Gadisnya.

Langkah lebar namun sangat pelan itu perlahan mendekat, memasuki bagian dalam kamar. Kedua iris sekelam malam itu hanya terpaku pada sosok gadis di atas tempat tidur. Hingga jarak itu menipis membawanya tepat disamping tubuh gadisnya. Gadis yang ia hak patenkan menjadi miliknya. Miliknya yang tak boleh sembarang disentuh orang lain.

Tubuh tegap Shrek terlihat merunduk, badannya dicondongkan kearah Eunji hingga jarak mereka kini hanya tersisa satu jengkal.

Salah satu jemari Shrek bergerak untuk mengusap kening Eunji yang nampaknya mengeluarkan beberapa bulir keringat. Selain itu ada kerutan tak rata dibagian kening, diusapnya pelan kening gadis mungilnya itu, berharap dengan usapannya itu mampu membuat kening gadisnya kembali ke bentuk semula.

Mimik wajah Shrek nampak khawatir terlebih beberapa kali terdengar nafas Eunji sedikit memburu, sepertinya gadis mungilnya itu tengah bermimpi buruk. Sesuatu yang sangat buruk.

Mungkinkah memimpikan kejadian itu?

Wajahnya kembali ia dekatkan. Kali ini kearah daun telinga gadisnya. Terlihat Shrek membisikkan beberapa kalimat di sana, menjauhkan wajahnya namun sebelum itu sempat mencuri ciuman di kening Eunji yang sudah kembali normal —tanpa kerutan.

Merasakan sebuah kecupan hangat di keningnya membuat kelopak mata Eunji agak berkedut, bergerak-gerak tak nyaman sebelum kelopak itu akhirnya terbuka memperlihatkan iris setenang aliran sungai disana.

Disisi Shrek, pergerakan kelopak mata Eunji membuat mimik wajah sosok itu tampak waspada, benar saja tak lama kelopak mata itu terbuka. Membuat kedua iris gelap Shrek membola karenanya.



Akankah kehadirannya disadari oleh Eunji?












to be continued...

Ada yang kangen cerita ini???

BTW udah pada liat Teaser Apink? Kayanya lagunya enak deh, berharap bisa sebooming luv 🙏
Sudahkah kalian download semua apk untuk dukung Apink diacara musik mingguan???

And then Review please?





Jakarta, 27 Juni 2018

Continue lendo

Você também vai gostar

Ranjang Tetangga De Ry

Mistério / Suspense

459K 35.5K 15
Bukan cantik, lebih ke menarik aja. Bukan ingin menjadikannya sosok istimewa, tapi akan menjadikannya sebagai wanita yang sangat berharga. Kriteriany...
don't hurt Lia (end) De el

Mistério / Suspense

1.3M 96.1K 73
"lo itu cuma milik gue Lia, cuma gue, gak ada yang boleh ambil lo dari gue" tekan Farel "sakit kak" lirih Lia dengan mata berkaca kaca "bilang kalo...
24.4K 2.5K 6
{OCEAN SERIES 4} Stefano de Luciano Oćean, pria berkuasa yang memiliki segalanya. Darah seorang Oćean yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya tumbuh...
207K 18.8K 35
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...