The Prince Mermaid

By floweryum

150K 10K 325

[fantasy-romance] Berganti judul dari "The Little Mermaid" "Apa yang harus aku lakukan?!" Aku kalang kabut... More

p r o l o g
πŸŒ€ 2
πŸŒ€ 3
πŸŒ€ 4
πŸŒ€ 5
πŸŒ€ 6
πŸŒ€ 7
πŸŒ€ 8
πŸŒ€ 9
πŸŒ€ 10
πŸŒ€ 11
πŸŒ€ 12
πŸŒ€ 13
πŸŒ€ 14
πŸŒ€ 15
πŸŒ€ 16
πŸŒ€ 17
#bukan part
πŸŒ€ 18
πŸŒ€ 19
πŸŒ€ 20
πŸŒ€ 21
πŸŒ€ 22
πŸŒ€ 23
πŸŒ€ 24
πŸŒ€ 25
πŸŒ€ 26
πŸŒ€ 27
πŸŒ€ 28
πŸŒ€ 29
πŸŒ€ 30
πŸŒ€ 31
πŸŒ€ 32
πŸŒ€ 33
πŸŒ€ 34
πŸŒ€ 35
✿bukan part 2
πŸŒ€ 36
BONUS CHAPTER
πŸŒ€ 37
halo!

πŸŒ€ 1

12K 764 6
By floweryum

Persahabatan adalah alasan mengapa aku tersenyum, bernapas, dan bahagia hingga hari ini.

***THE PRINCE MERMAID***

Aku tidak asing dengan tempat ini, tempat di mana aku menumpahkan air mata, marah, kesal, bahagia bahkan sampai melompat-lompat dan terjatuh karena saking senangnya. Dan terjatuh karena tidurku yang tidak bisa diam.

Napasku terengah-engah seperti habis berlari 500 km, terdengar mustahil tapi ini yang sekarang aku rasakan. Keringat dingin yang merajai seluruh tubuhku sudah membasahi bawah kasurku. Aku meraih jam beker kesayanganku, dan melihat jarum jam tepat pukul 12 malam.

Mimpi itu benar-benar membuatku terkejut, dan aku merasa itu mimpi yang luar biasa. Mimpi yang seperti benar-benar kenyataan. Bahkan bola air yang dilempar Fey saja aku ingat betul bahwa bola itu kepunyaan Athan.

Aku merasakan ada sesuatu yang perih di telapak tanganku, aku menaruh jam beker ketempat semula dan melihat ada apa dengan tanganku.

Mataku hampir saja copot melihat luka berhiaskan sisik ikan, di tangan kiriku, namun tidak berdarah, hanya perih. Dan ini...,

Seperti gelang emas yang kulihat di lengan kanan pemuda beriris amber itu. Mimpi itu. Aku meraba-raba sisik ini, dan ... kalian tahu? Ini bukan luka berhiaskan sisik ikan, ini seperti tato. Tato yang bergambar sisik ikan berwarna emas.

Aku mencoba agar tidak panik dan berpikiran positif, mungkin ini gambar yang dibuat Athan saat aku sudah tertidur. Bisa jadi. Aku tahu betapa jahilnya Athan, bahkan saat aku ulang tahun, dia dengan baik hatinya membuat kamarku seperti kapal yang menabrak gunung es. Hancur berkeping-keping. Tapi untung saja kamarku bukan terbuat dari kayu.

Tunggu! Kalau ini dibuat Athan, kenapa rasanya bisa seperih ini? Atau Athan menggambarnya dengan jarum? Aduh, kepalaku meminta agar aku segera turun dan meminum air dingin.

Aku menurunkan kakiku agar menyentuh lantai, lantainya begitu dingin padahal aku tidak menyalakan air conditior hanya kipas angin kecil di ujung kamarku.

Aku berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan kantuk yang siap membawaku ke alam mimpi. Dengan langkah sayu aku berjalan ke dapur yang membuat mamaku betah berada di sana untuk menyajikan makanan.

Kulkas berwarna hitam itu yang sekarang aku cari, dan air dingin yang berada di dalamnya. Aku menuang air ini kedalam gelas yang baru saja aku ambil dari rak kaca yang menyimpan peralatan makan.

Sejuk rasanya saat air ini melewati tenggorokanku yang kering seperti sawah tak berair. Aku menaruh gelas itu ke washtafel dan ingin kembali melanjutkan tidurku yang belum usai.

Kaki ini membawaku untuk bergegas naik dan kembali berbaring, namun langkahku terhenti saat aku menemukan sosok pria paruh baya dengan piyama tidur putihnya menatapku datar.

"Sedang apa kamu, Ry?"

"Minum." jawabku singkat. Lalu aku harus jawab apa kalau bukan itu?

"Kembali ke kamarmu." titahnya menunjuk ke lantai atas, di mana kamarku berada, dengan suara lembut.

"Iya Pa." Aku menata langkah menaiki anak tangga.

Kulirik papa yang juga membuka pintu kulkas. "Pa? Papa sedang apa?" aku memiringkan kepalaku agar bisa melihat apa yang Papa lakukan.

"Papa lapar." Aku melihat Papa membawa sepiring kue dari dalam kulkas sana dan aku juga melihat kue itu. Tapi sungguh aku tidak begitu suka dengan makanan manis.

Aku melanjutkan langkahku yang tadi terhenti dan kembali menaiki satu-persatu anak tangga. Berharap agar waktuku yang terbuang ini bisa membawaku kemimipi yang indah.

Gagang pintu yang dingin kubuka, aku berlari kecil agar cepat sampai di matras dan berbaring leluasa. Matrasku yang empuk sangat nyaman kalau badan ini sedang lelah dan aku berbaring dengan selimut tebal melilit tubuhku.

Perlahan mataku terasa berat dan pandanganpun menggelap, hingga aku tiba di alam mimpi yang entah membawaku kemana.

***

"Hai Ry, kau terlihat lesu," ujar Yuka saat aku hendak masuk kekelas.

"Ya." gumamku asal.

Aku berjalan memasuki pintu kelas dengan Yuka di sampingku. Dan seperti biasa aku di sambut Athan, si jahil dengan banyak sekali kelakuan anehnya yang berada di isi kepala anak itu.

"Pagi Ry, aku membuatkanmu bekal lho!" Aku memandang datarnya dan bergegas duduk di mejaku bersama Fey.
"Kau mau tidak?" dia mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya.

"Tidak terima kasih." tolakku halus.

"Ayolah, kau pasti mau. Kau kan~"Menyodorkan kotak makan berwarna coklat itu dan tersenyum jahil ketika kalimatnya belum selesai.

Aku berkacak pinggang dengan amarah yang akan meledak. "Aku apa?" tanyaku sangar.

Dia dan Yuta tertawa penuh kebahagiaan dan kulirik Fey menahan tawanya dengan mulut yang dibekap.

"Tidak ada." ujar Athan.

Dan aku melipat tangan di depan dada sembari melempar pandangan kearah lain.

"Sudahlah, Athan hanya bercanda. Ya kan Ath?" ucap Yuta meleraikan aku dan Athan.

Athan menautkan sebelah alisnya. "Tidak, a-" Dia meringis kesakitan. Apa ada yang mencoba menghiburku?

"Dia bilang, tidak aku berbohong tadi. Ya kan Ath?" ucap Yuta menepuk bahu Athan dan tersenyum tipis.

Aku bingung, ada apa dengan orang-orang ini. Selalu mengejekku, bilang aku gendut, pipi tembam, atau apapun yang berhubungan dengan fisik.

Kelas hening, guru mata pelajaran sudah datang dan siap untuk mengajarkan materi-materi dunia. Guru matematika kenapa semuanya datar dan garang? Apa itu taktik agar para murid takut dan belajar dengan sungguh-sungguh?

Omong-omong soal datar, aku jadi teringat mimpi seram semalam. Di mana aku sedang bermain bola air dan berenang di danau itu dan aku terseret gelombang air kecil setelah mencari bola air yang dilempar Fey.

Kemudian aku bertemu dengan pemuda beriris amber, menatapku datar dan ada gelang emas berhiaskan sisik ikan. Apa yang kulihat di lengan kanan pemuda itu benar-benar sama persis gambar sisik ikannya dengan yang ada di telapak tangan kiriku.

"Vloryne! Kerjakan tugas di depan!" Suara teriakan Bu Elena membuyarkan lamunanku.

Beruntung, soal yang ia beri sudah aku pelajari di rumah, jadi aku mengerti dan tidak di hukum untuk membersihkan toilet yang bau.

Aku maju mengambil spidol dan menjawabnya dengan rumus yang kuingat. Setelah selesai aku pun duduk kembali dengan wajah waspada. Takut bila salah, aku disuruh belajar dengannya selama seminggu. Belajar matematika selama seminggu dengannya? Aku akan marah-marah dan mengamuk agar Papa mengajarkanku atau meminta agar guru les privat mengajarku.

Memang itu hukumannya kalau tidak bisa menjawab soal yang dia berikan. Atau memberi soal yang sejenis berkali-kali agar paham. Untung saja aku tidak terlalu bodoh jika pelajaran matematika, bukan berarti aku pintar, tidak sama sekali tidak. Aku bukan murid pintar yang selalu mendapat juara kelas, dan juga bukan murid yang jarang mengerjakan tugas atau tidak mengerti materi matematika, aku murid standar yang mendapat peringkat 10 atau 5 besar.

Setelah mengerjakan dan duduk dengan wajah cemas, guru itu meneliti hasil jawabanku. Guru itu berbalik badan dengan wajah sangar, nyaliku tiba-tiba menciut, jangan tanya kabar detak jantungku, aku takut kalau jawabanku salah.

Matanya menyatakan sorot kecewa dan marah, oh, tak lupa tatapan datar serta dinginnya. Mengerikan. Pantas saja Athan tidak bergeming sedari tadi, dan kotak makan yang dia sodori ke akupun masih berada di atas mejaku.

"Kau murid yang hebat, baru ibu terangi sedikit materi ini, kau sudah bisa mengerjakannya satu soal penuh."

Apa? Aku hanya mengerjakannya seingat hafalan rumusku dua hari lalu.

Suara gaduh gemuruh mendadak tercipta dari kelas yang tadinya hening ini. Aku menatap sekelilingku bingung, biasanya mau aku bagaimanapun mereka tidak peduli. Mengapa sekarang begini?

Bahkan Yuta yang biasanya tidak akan menoleh ke belakang saat ada guru saja melakukannya. Dan jangan tanya Athan, dia selalu menyebalkan, lihat saja kursi yang didudukinya di putar menghadap mejaku. Fey hanya bertepuk tangan dan tersenyum kearahku.

"Bagaimana bisa, Ry? Kau hebat, kau les di mana?" tanya Yuta dengan mata berbinar. "Aku saja baru bisa setengahnya. Dan di tempat aku les hanya tujuh puluh lima persen baru diajarkan." Yuta memperlihatkan bukunya ke aku.

"Entah, aku hanya mengingat." Tepuk tangan yang gemuruh sudah tidak terdengar lagi.

"Em... Ry? Tanganmu kenapa?"

Tbc

27 Mei

Author's note :

Hue...😢 cuma mimpi ketemu sama

Pemuda bermanik amber doang.

Kejam :'(

Pankapan aku kasih castnya ya. Kalo ada tapi, kalo gak ada? Ada yang mau nyaranin?

See you,

Floweryum

Continue Reading

You'll Also Like

121K 3.8K 55
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...
1.1M 74.4K 47
Daddyyyyyy😑 "el mau daddyπŸ₯Ί"
252K 10.1K 32
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...
213K 21.1K 31
Karel terjebak dalam sebuah novel remaja dan harus memerankan sosok penjahat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa bersyukur karena karakter penjahat ya...