Summer Forever

By lilthumbel

1.9M 121K 26.2K

[PRIVATED ON SOME CHAPTERS] Apa jadinya kalau dibenci oleh keluarga sendiri? Ayah dan ibu sendiri pun malu me... More

Summer Forever
1. Move
2. Bertemu Niall
3. Ketahuan
4. Yang Tak Terlupa
5. A Day With Niall
6. Meet My Little Sister, Summer Horan
7. Niall's birthday
8. Sakit Hati
9. Niall,Harry.
10. Berpisah?
11. Summer's Heartbook
12. Tentang Mullingar dan Calum
13. Pengakuan
14. I Love You
15. Let Her Go
16. Complicated
17. Are We Done?
18. Hollywood's Game
19. Dilemma
20. Pain
21. Enemy
22. Back For You
23. The Real First Kiss
24. Salah??
25. Miracle
26. Best Christmas Ever
27. Baby Blue Eyes
28. Disaster
29. Disaster 2
30. Story of Our Lives

Summer Forever [EPILOG]

56.1K 3.5K 1.2K
By lilthumbel

Song for this chapter : Only Hope  - Mandy Moore

***

NIALL JAMES HORAN

Max, Clay, Eleanor dan Louis sudah meninggalkan ruangan ini. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Summer?

"Ni-all.." suara Summer membuatku merinding. Tidak, bukan karna perasaanku. Tapi karna aku benar-benar ngeri mendengar suaranya yang parau seperti itu. Kugenggam tangannya erat-erat.

"kau yang membawa heartbook-ku kemari?" tanya nya terbata-bata. aku menggeleng. "Louis."

"ia mengusulkan kami semua untuk menulis untukmu, agar saat kau sadar nanti, kau bisa membacanya. Ia yang mengambilnya di flatmu sekalian menjemput Eleanor." jawabku takut. Ia tersenyum. Ia mencoba membuatku tak khawatir tapi aku tidak bisa. Sejujurnya aku ingin sekali menanyakan padanya bagaimana bisa ia tahu soal heartbook padahal ia tak sadar daritadi, tapi ku urungkan niatku. ia masih lemah.

"Niall, sebenarnya Harry kenapa? ada apa dengan organ tubuhnya?" tanya Summer. What the fuck. Dadaku jadi sesak. Apa dia sedang menahan rasa sakitnya sekarang?

"Harry- Harry," aku tergagap. "Ni-all, waktuku tak banyak."

aku tersentak. apa maksudnya?!

"kedua mata Harry rusak parah." jawabku parau. Tiba-tiba saja Summer menggigit bibirnya tapi ia tidak menangis.

"Niall, bisa ambilkan heartbook-ku?" tanyanya. Aku mengangguk lalu bergegas mengambilkan heartbooknya berikut pulpen Louis yang terselip disana. Summer tersenyum lalu memintaku untuk membantunya untuk duduk. Dengan susah payah ia duduk dan menulis dibuku itu.

"apa yang kau tulis?" tanyaku. Ia hanya tersenyum. Oh, Summer, taukah kau kalau senyumanmu itu tak menjawab apapun? Aku terdiam. Selesai ia menulis diheartbooknya, Ia mengoyakkan dua halaman dari buku itu dan menulisnya lagi. Setelah selesai, ia memberikan kertas itu padaku. Tapi masih ada satu kertas lagi padanya.

"berikan pada Harry kalau ia sadar nanti. Jangan dibaca." katanya pelan. Aku mengangguk. Kupegang kertas itu. Lalu ia menulis lagi dikertas satunya.

"Niall, kau janji akan mengabulkan apapun permintaanku kan?" ku anggukkan kepalaku. Ya, Summer. Apapun.

"Niall, aku tahu aku tidak akan bisa bertahan. Dadaku benar-benar sakit." katanya. Aku terlonjak kaget. Kenapa ia berbicara begitu?

"Niall, waktuku tidak banyak. Aku ingin kau menyetujui surat ini." kata Summer sambil memberikan kertas tadi padaku. Aku membacanya dengan teliti. HOLY SHIT.

"apa kau gila?! kau pasti bisa bertahan, Summer!" aku berteriak frustasi tapi gadis didepanku ini malah menggeleng. "Niall," ia meneteskan airmatanya. Membuat dadaku semakin sesak.

"Waktu ku benar-benar sedikit. Aku tahu aku tidak bisa bertahan lagi. Jika aku mati, aku mohon. berikan kedua mataku pada Harry. Aku mohon. Kau harus mengabulkannya karna kau sudah berjanji." katanya. Tanpa kusadari, air mataku ikut menetes.

"Niall, aku sungguh mencintaimu. Tapi aku benar-benar tidak tahan lagi. aku-tidak-bisa.. aku- tidak- bisa bernafas-" ujarnya tersengal-sengal. Aku bergegas berdiri untuk memanggil dokter tapi Summer menahanku.

"berjanjilah." katanya. "Aku janji." ujarku akhirnya. Senyuman merekah dari bibirnya. kesukaanku. ""ke-kemarilah. aku butuh pe-lukanmu." katanya. Dengan sangat lembut kupeluk dirinya. kuciumi kepalanya, kuhirup dalam-dalam aroma rambutnya.

"Niall, kau adalah yang terbaik. Terima kasih untuk semua. Aku tidak perlu menulis surat khusus untukmu karna aku akan menyampaikan semuanya secara langsung." katanya pelan. "Stop, Summer. jangan paksakan dirimu." kataku khawatir. masih memeluknya.

"Diamlah, my big pudding." katanya. "Aku cinta padamu Niall. aku benar-benar mencintaimu. Terima kasih sudah selalu ada untukku. Terima kasih sudah menjagaku. Terima kasih sudah memberiku kebahagiaan. Aku tak akan melupakan semua yang kulakukan denganmu. Cepatlah menikah. " aku sedikit terkekeh mendengar perkataannya.

"Aku sangat sangat mencin-ta-" Summer berhenti berbicara dan suaranya sekarang terdengar seperti orang tercekik. Aku melepaskan pelukanku padanya. Kutidurkan kepalanya. Dan ia tampak kesakitan.

"i-can't- b-r-reath.." ucapnya. oh maksudku bisiknya. mulutnya terus berbicara namun sekarang suaranya tak keluar. Aku buru-buru pergi keluar dan berteriak memanggil Dokter. Diluar, semua sudah panik dan hendak masuk. Max sempat masuk dan aku tak tahu apa yang dilakukannya didalam karna, para perawat yang sudah datang langsung menyuruhnya keluar.

Aku terdiam diluar. menunggu keadaan Summer. Rasa sesak didadaku tak kunjung hilang. Aku sungguh tidak ingin hari ini ada. Aku bersumpah.

*

Aku masuk kedalam kamar ini lalu menguncinya dari dalam. Tidak bisa kupungkiri, hatiku benar-benar sakit saat ini. Tanpa bisa kukomando lagi, tubuhku merosot kebawah. Bersender dengan pintu. Masih terasa aroma lavender yang tergantung di Air Conditioner di kamar ini. Summer lah yang memilih aroma itu dan memintaku untuk memasangnya disana. Aku melihat sekeliling dan mencoba untuk tidak tertawa. Hijau. Semua serba hijau. Akulah yang memilihnya. Aku ingat sekali ekspresi kagetnya ketika melihat kamar ini untuk yang pertama kalinya, dan aku menyukai wajahnya saat itu. Kulangkahkan kakiku menuju tempat tidurnya, aku sudah lelah menangis. Aku benar-benar lelah mengeluarkan air mata bajingan ini dari mataku. Aku hanya ingin mengenang Summer sekarang.  Ku pegang dan kulihat baik-baik pergelangan tanganku. Nama Summer masih ada disana dan sampai kapanpun aku tak akan pernah menghapus tatoo ini. Aku duduk diranjangnya dan menarik selimutnya, Damn. Aku bahkan masih bisa merasakan aroma tubuh gadis itu disini. Sialan.

"Niall?"

Suara Liam terdengar dari luar. Oh, ini sudah saatnya. Aku akan pergi ke pemakaman Summer.

"coming, Liam." ucapku lalu segera bangkit dan membuka pintu. Aku menemukan Liam sudah memakai tuxedo hitamnya. Ia tersenyum prihatin padaku. Tak lama-lama lagi, kami segera turun kebawah.

Dibawah, sudah ada Dad, Greg, Denise, Theo, Mom yang sedang hamil tua dan Gale. Aku tak apa-apa dengan keberadaan Gale karna sungguh, aku tak peduli lagi pada urusan Mom. Dad, Greg, Denise dan Theo langsung terbang ke London setelah aku beritahukan kalau Summer meninggal. Sementara Mom baru datang tadi pagi. Ia menangis. Dad menangis juga. Kami bertiga memang orang yang paling hina sekarang. Aku, Mom, dan Dad sudah mengucilkan Summer dari dulu. Aku sungguh menyesal sekarang. Sungguh menyesal.

Aku memeluk Dad yang matanya sudah memerah. Kupejamkan mataku dipelukannya, mati-matian aku menahan air mataku.

Louis, Eleanor, Zayn, dan Perrie juga sudah datang. Zayn duduk dikursi roda karna ia masih belum boleh banyak bergerak. Kami memutuskan untuk pergi. Oh ya, Harry belum sadar. Jadi ia tak ikut. Kalau Clay dan yang lainnya, kami janjian untuk bertemu dipemakaman.

Dan sekarang, kami sudah sampai di pemakaman. Aku bisa melihat Clay, Max dan orang tua mereka. mata gadis itu membengkak. Astaga. Aku melangkah menghampirinya dan memeluknya. "stay strong." bisikku. ia menganggukkan kepalanya. Aku juga melihat Calum, Cole, Luke, Michael, Ashton dan beberapa anak-anak lain yang tak aku kenali.

Aku menatap peti mati yang sekarang ada dihadapanku ini. Aku memejamkan mataku sejenak.

"kau siap, Niall. kau siap." ujarku pada diriku sendiri. Kulirik Denise yang menggendong Theo. Ia menangis. Greg mencoba menenangkannya walaupun dirinya sendiri juga menangis. Kalian tau tidak, bahkan Theo menangis. Aku mengambil Theo dari gendongan Denise dan menggendongnya.

"summel.." ia menangis ketika aku menggendongnya. Kukecup puncak kepala bayi tampan ini dan kupeluk dirinya.

"Summer sudah jadi malaikat. Dia akan menjagamu." kataku pada Theo. Aku menatap peti mati itu lagi, tentunya sambil menenangkan Theo. Dad tengah memberikan pidato sekarang. Matanya basah. Aku mengerti perasaannya. Baru sedikit waktunya yang dihabiskan untuk bahagia bersama Summer. Aku masih lebih beruntung karna Summer tinggal denganku di London.

Tiba-tiba, Theo terkekeh digendonganku. Aku sontak menatapnya. "ada apa, jagoan? kau buang air?" tanyaku sambil mengangkatnya tinggi-tinggi dan melihat popoknya. Tidak ia tidak buang air. Kenapa tiba-tiba ia tertawa?

"su-mmel!" ia terpekik lalu tertawa. Sialan, tiba-tiba aku merinding. Bukankah ada yang bilang kalau orang yang baru meninggal biasanya masih ada disekitar kita ya? Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak perlu takut kalau itu Summer.

Seketika, aku merasakan sesuatu meniup telingaku. Aku menoleh kebelakang. Liam tengah menunduk disana. Ia mendongakkan kepalanya lalu menatapku dengan tatapan "apa"? Aku menggeleng lalu menatap Theo yang terdiam sekarang. ia tak menangis ataupun tertawa lagi. Sekarang aku sadar. Aku tersenyum sambil mengelus telingaku yang ditiup tadi.

"Hi, Summer." lirihku.

*

Dear Harry, my lucky one. my one true love.

Baby, aku tidak tahu harus menulis apa. Rasanya tanganku tidak kuat lagi untuk menulis dan aku tidak ingin membuat Niall menuliskan ini untukku. Maafkan aku karna kita belum sempat berbicara sekarang ini, kau belum sadar dan hal itu membuatku khawatir. maksudku, SANGAT KHAWATIR. Aku tahu kau tak akan mau menerima ini, Harry. aku tahu kau pasti akan marah. Tapi aku lebih tidak ingin jika aku hidup tapi kau menjauh dariku. Kau tahu maksudku. Aku tahu kau akan mengusirku, memutuskanku, dan menganggap dirimu tak pantas untukku jika aku tetap hidup  dan tidak melakukan hal ini.

Satu hal yang harus kau ingat dan hal itu akan berlaku selamanya untukku. Aku mencintaimu, Harrs. Dan aku bersungguh-sungguh. Aku tidak akan menuliskan bagaimana kita melalui waktu bersama dulu karna aku yakin kau dan aku -pastinya- tidak akan pernah melupakannya. Jadi aku hanya ingin menulis mengenai keadaan kita sekarang. Kau harus bertahan ya? Kau harus bertahan, kau harus bekerja lagi, menghibur banyak orang lagi.. Dan kita akan bertemu lagi nanti di surga.

Jangan lupakan aku ya, Harry. Aku bersumpah aku akan menjadi hantu dan menghantuimu jika kau melupakanku. Jujur, aku tidak ingin pergi. Aku ingin bersamamu. Aku ingin menikah denganmu dan mempunyai anak-anak yang lucu seperti aku. Tinggal di Mullingar,(aku sudah memiliki rumah impian disana). Tapi aku tidak bisa, Harry. Aku tidak bisa. Rasanya, dadaku seperti dipukul-pukul dan jujur, aku ingin sekali mengakhirinya.

Tapi, tidak mungkin aku mengakhiri tanpa kata selamat tinggal untukmu kan? Well, Harry Edward Styles. Baca ini baik-baik.

Berjanjilah padaku kau akan menjaga mata kita baik-baik. (aku menyebutnya kita karna benda itu pernah ada didalam diriku lalu sekarang menjadi milikmu.) Jangan pernah membenci dirimu sendiri karna hal itu. Berjanjilah padaku kau tak akan berlarut-larut dalam kesedihan karna aku pergi. Aku berani berkata seperti itu karna aku yakin kau mencintaiku sama seperti aku mencintaimu. Dan berjanjilah agar kau tidak melupakanku. Kau harus selalu mengingatku. Tapi jika aku mengganggu kekasih barumu nanti, katakan saja padanya kalau aku sahabatmu. Dan ia tak akan marah lagi. Semoga saja.

Oh, astaga. Aku tahu isi surat ini semakin tidak nyambung dan kacau tentunya, lebih baik aku menyudahinya.

I love you, Harry. I love you so much. I love all of you. I really do.

Jika kau merindukanku, kau tahu harus kemana. look at those eyes. look at me. lihatlah ke cermin. Lihatlah ke dirimu sendiri. I'll be there. i'll be right inside yourself.

Once again, i love you Harry Styles. Goodbye.

Your lover, Summer Horan xx

*

Harry melipat surat terakhir yang dibuat Summer untuknya. Sudah bekali-kali ia membacanya dan ia tak pernah merasa bosan sedikitpun. Ia merebahkan tubuhnya di sebelah makam Summer. Disinilah ia berada sekarang. Menikmati angin sendirian. Oh, tidak. Ia bersama Summer. Selalu bersama Summer.

"Summer, angin nya bisa membuatku masuk angin. Kenapa kau tak menyuruhku memakai jaket?" ucap Harry sambil terkekeh sendiri. Ia tahu, ia benar-benar tahu dan sadar betul kalau Summer tak akan menjawab pertanyaannya. Tak akan  merespon semua pembicaraannya. Tapi Harry tak keberatan. Ia sadar, ia tak butuh balasan. Ia bahagia hanya dengan berbicara sendiri seakan Summer ada disana.

"Kau tahu tidak, kemarin Jules meminta beanie mu padaku dan aku tak memberikannya." lanjut Harry. Ia memejamkan matanya sejenak. Terdiam dan tak berbicara lagi. "Harry?" suara seseorang datang dan memanggil Harry. Membuat lelaki itu harus bangun dan melihat siapa yang mengganggu ketenangannya.

Calum. Calum yang datang. Ia membawa bunga mawar berwarna putih.

"Hey, Cal." sapa Harry sambil berdiri. Calum tersenyum. "kau selalu disini." katanya.

Harry mengangguk sambil terkekeh. "Ya, aku selalu disini." Calum mengangguk-angguk. "Boleh aku  bertemu Summer?" tanya Calum pelan. Harry menganggukkan kepalanya. Calum berlutut di makam Summer dan meletakkan bunga yang dibawanya disana.

"Hey, Summer. ini aku, Calum. Apa kabarmu? Semoga baik-baik saja. Oh, tentu kau baik-baik saja. Kau punya bodyguard yang selalu menjagamu." Calum  melirik Harry yang sedang terkekeh sekarang. Harry terduduk di samping makam Summer.

"kau keberatan jika kutemani, Harry?"

Harry menatap Calum lalu tersenyum. "come sit with me, Cal."

Calum duduk disebelah Harry. Dan untuk waktu yang cukup lama, mereka membisu berdua. Tak ada satupun yang berbicara. Semua hanyut dalam suasana sore hari yang cerah dan lumayan berangin ini.

"Cal," panggil Harry.

"Ya?"

"Kau harus tahu betapa berartinya dia untukku." ujar Harry tiba-tiba. Calum tersenyum, ia merasakan hal yang sama dengan Harry. Bedanya, cinta Harry berbalas dan Calum tidak.

"Aku tahu. Dia juga berarti untukku." kata Calum pelan. Ia mendongak menatap langit.

"dia sempurna." kata Harry parau. Calum menggeleng. "dia tidak sempurna, Harry. Dia sempurna karna kau. Karna kau disampingnya. Kalian berdua yang sempurna." sanggah Calum.

"Kami tak akan bersama bila itu bukan karnamu. Terima kasih sudah merelakannya untukku, Cal."

Calum tak merespon. Ia terdiam dan tak membalas perkataan Harry. Apakah itu harus dibalas? Calum merasa ia tak perlu berkata apapun.

"Tapi sekarang kita berdua harus merelakannya untuk Tuhan." lanjut Harry pelan. Ia menunduk.

"Aku sudah pernah mengikhlaskan dirinya untukmu, dan jika aku harus melakukannya lagi, aku sanggup." Calum buka suara. "Apalagi untuk Tuhan. Aku yakin Summer sedang tersenyum sekarang, melihat kita tidak perang dingin lagi." ia terkekeh.

Harry ikut terkekeh. "God, i miss her so much." kata Harry sambil tertawa.  Calum menepuk pundak Harry pelan. "Aku yakin ia merindukanmu juga." kata Calum.

"Kita tak perlu khawatir, Harry. Ia aman bersama Tuhan." lanjutnya. Harry mengangguk.

"Cal, Terima kasih. Terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tak tahu apa jadinya aku tanpa kau saat itu."

Calum berdiri dari duduknya, diikuti Harry. "tidak apa, Harry. Aku akan sangat merasa bersalah jika tak menolongmu. Kau temanku." ucap Calum.

"Thank you." kata Harry lagi. Ia memeluk Calum dan Calum membalas pelukannya.

Sudah, mereka benar-benar sudah berdamai. Tak ada lagi perang dingin. Tak ada lagi pertengkaran. Semua sudah berakhir.

*

Bobby memilih menetap di Irlandia. Ia tak ingin kembali ke London untuk waktu yang lama mengingat Summer pergi disana. Ia bersumpah akan menuntut Kyle. Dan sekarang, polisi masih mencari keberadaan Kyle yang katanya di Australia. Bobby benar-benar tak bisa menunggu untuk menjebloskan Kyle ke penjara selamanya. Ia benar-benar tidak terima anak perempuannya mati ditangan Kyle. Ia tidak terima. Tapi Summer tak akan kembali. Ia tak akan kembali sekarang.

*

Clay menutup pintu kamarnya. Keributan di kamar Max membuatnya jengah. Ashton, Luke dan Michael sedang berada dikamar Max. Entah apa yang dilakukan mereka yang pasti mereka ribut sekali. Clay memilih untuk membuka macbook nya dan melakukan sesuatu disana. Ia membuka folder yang ia beri nama "Favorite" dan mulai mencari-cari sesuatu. Folder itu berisi banyak sekali foto dan video Clay, Summer, Max dan yang lainnya. Tiba-tiba Clay memiliki ide cemerlang. Ia mengambil speaker dari lemarinya, menghubungkannya ke stop kontak lalu ke macbooknya. Ia mem-play video berjudul, Best Christmas Ever yang dikirimkan Gemma untuknya. Video itu adalah video dimana mereka semua menyanyi di malam natal, acara ulang tahun Louis.

Clay lalu membenamkan wajahnya di meja belajar. Membiarkan video itu berjalan sendiri. Terdengar suara Summer yang membuat hatinya sakit. Ia tak bisa mendengar suara sahabatnya itu lagi. Ia benar-benar kehilangan. Dan sekarang tubuh Clay sudah terguncang. Ia menangis.

I'm never gonna look back

Woah, never gonna give it up

No, please don't wake me now

Terdengar suara Niall bernyanyi. Tak lama kemudian, Niall dan Summer menyanyikan bagian reffnya berdua.

Tak lama kemudian, pintu kamar Clay terbuka. Dan Clay tahu, itu pasti Max. Ia masih membenamkan wajahnya, tak berniat melihat ke arah pintu. Beberapa langkah kaki berjalan mendekatinya.

"kau kuat Clay. jangan menangis ya." Oh, bukan. Itu bukan suara Max.

Clay mendongakkan kepalanya dan melihat kesamping. Itu Luke, Ashton, Michael. Kemana Max?

"Max sedang buang air." lapor Michael.

"come here," kata Luke lembut. Ia menarik tubuh Clay kepelukannya.

"Ibuku bilang, kalau ada temanmu yang sedih, kau harus memeluknya. Karna pelukan itu bersifat menguatkan." bisik Luke. Clay hanya bisa terdiam, dan lama kelamaan, ia membalas pelukan Luke dan kembali menangis disana.

*

"Jules! oper kemari!" suara Niall terdengar. Ia sedang bermain bola bersama Jules, Harry, Liam dan Zayn. Mereka ada dipekarangan rumah Louis dan Eleanor. Mereka sudah menikah jadi memiliki rumah sendiri.

"Apa kau akan membelikanku beanie seperti milik Mama Summer jika aku mengoper bola ini padamu, Papa Ni?" Jules berteriak dari tempatnya. Membuat Niall menepuk keningnya.

"Aku akan membelikannya, sayang!" Harry menjerit. Jules menoleh kearah Harry. Ia tersenyum senang. Ia mengambil bola kakinya lalu membawanya dan berlari kearah Harry. Harry tersenyum dan merentangkan tangannya untuk menyambut Jules ke pelukannya.

HAP!

Jules sudah ada digendongan Harry sekarang.

"kau akan membelikanku beanie?" tanya Jules. Harry mengangguk.

"kau juga akan membelikanku sepeda berwarna biru?" tanyanya lagi. Dan lagi, Harry mengangguk.

"Dan kau akan membelikan-"

"Jules. Ya, aku akan membelikan apapun untukmu." Harry memotong ucapan Jules. Anak lelaki itu tersenyum lebar.

"Boleh aku meminta cincin Mama Summer?" tanya Jules sekali lagi.

"kau tak akan berani, Tomlinson." Harry mencubit hidung kecil Jules.

"HARRY! JULES! MANA BOLANYA?" Liam berteriak. Harry dan Jules terkekeh. "Ayo kita lari!" kata Harry.

Ia dan Jules berlari masuk kedalam rumah, dengan bola yang masih ada dikedua tangan Jules.

Ternyata, Liam, Zayn dan Niall berlari menyusul mereka kedalam.

"Pa! Ketiga Papa sedang mengejar kita!!" teriak Jules. Harry mempercepat larinya dan pergi keruang tamu. Ia tertawa-tawa dengan Jules sambil duduk diruang tamu. Louis dan Eleanor yang sedang menonton televisi melihat dua orang itu sambil mengernyitkan dahinya.

"Jules, Harry? Kalian melakukan apa?" tanya Eleanor.

"Paling permainan bodoh." ujar Louis cuek.

"sialan kau, Louis." umpat Harry.

"sialan kau, Louis." Jules mengikuti Harry.

Eleanor dan Louis terbelalak. Harry juga ikut-ikutan melihat Jules.

"Jules Tomlinson!" Louis berdiri dan mendatangi anaknya. Digendongnya Jules.

"Maafkan aku Papa. Aku tak akan mengumpat lagi, aku janji. aku sayang Papa." ucapnya sambil mencubit pipi Louis. Louis luluh. Ia menatap Harry tajam.

"Aku tak melakukan apapun, Louis." ia terkekeh.

Liam, Zayn dan Niall akhirnya tiba. Mereka duduk bersama Harry.

"Kalian semua tampak kelelahan, ada yang ingin Jus?" tanya Eleanor sambil berdiri.

"KAMI MAU!" Teriak Liam, Zayn, Niall, Harry dan.. Louis-_-

"aku ingin bir mama, bolehkah?" celetuk Jules. Dan sekarang semua mata tertuju pada Jules.

Jules melihat sekelilingnya. Merasa bingung karna semua orang melihatnya.

"Darimana kau tahu soal bir?" tanya Louis. Ia curiga pada Liam atau Zayn.

"Papa Liam." kata Jules polos. Liam langsung nyengir.

"aku tidak tahu kalau ia mendengarkan pembicaraanku di telfon, Lou." Liam bela diri.

"Jules sayang, kau tak boleh meminta minuman seperti itu. Kecuali usiamu 18 tahun." nasihat Niall. Louis mengangguk-angguk. Begitupula Jules.

"Baiklah, aku akan ambilkan jusnya. Dan Jules, dengarkan kata-kata Papa Niall." tegur Eleanor. Jules mengangguk.

The boys beserta Jules pun menunggu Eleanor mengambil jus untuk mereka diruang tamu. Tidak terasa, Louis sudah berumah tangga sekarang. Dan sebentar lagi, yang lainnya pasti akan menyusul dan penthouse 1D akan kosong.

Mungkin Harry akan jadi yang terakhir, karna ia tidak yakin akan menemukan pengganti Summer. Summer terlalu berharga untuknya. Summer terlalu membekas dihatinya. Dan ia tak pernah berniat untuk mengganti Summer dengan siapapun untuk sekarang.

***

THIS IS THE EPILOGUE ! :) aku beneran kehabisan ide buat ini dan maaf banget kalo ini jelek.... i've tried my best hehehe

AAAAH GANYANGKA DEH AKHIRNYA SELESAI JUGA INI SUMMER FOREVER!

THANKYOU SO MUCH BUAT SEMUA VOMMENTSNYAAA

DAN UDAH KEJAWAB KAN SEMUA PERTANYAAN KALIAN DI CHAPTER INII? TERUTAMA YANG TANYA SOAL JULES HEHEHEHE

dan yap! jawaban dari Question kemarin adalah :

Summer dan Niall sama-sama baca heartbook nya diruang tunggu rumah sakit dan pas Summernya lagi sakit juga hehehe

chapter ini didedikasiin buat : Safira_s ! say hi to her! karna dia yang jawabannya bener dan paling cepet hehehe

BUAT YANG JAWABANNYA BENER, TAPI TELAT, MAKASIH BANYAAAK!!, KALIAN BOLEH MESSAGES KALO  MISALNYA MAU DIDEDIKASIIN DI NEXT NEXT NEXT STORY :) HEHEHE FEEL FREE TO TALK TO ME, OKAY?

Ohya, baca ff aku yang lain dong :p

AIDS (z.m) : http://www.wattpad.com/story/18492471-aids-z-m

dan

killer (g.c) :http://www.wattpad.com/story/16337710-killer



ONCE AGAIN, THANKYOU SO MUCH<3

I STILL NEED YOUR VOMMENTS!

LOVE OVERLOADS, NISA

Continue Reading

You'll Also Like

Safa's Story By fly

Teen Fiction

2.4M 154K 35
SELESAI ✔️ [SEQUEL DARI: Sandi's Style] Selama hampir tiga tahun, Safa tidak mendapatkan kabar dari lelaki itu. Sama sepertinya yang tidak memberik...
624 80 8
Sejak hari itu tidak ada yang pernah benar-benar sembuh. Semua hanya berusaha menyembunyikan lukanya.
41.8K 6K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
325K 34K 31
Apa aku harus pergi dulu agar kamu tahu makna hadirku? Padahal sudah kuberi tanda, tapi kamu seolah tutup mata. •••• Copyright April 2017 by Inesia P...