[COMPLETED] My Jenius Boyfrie...

By TattelateStrangler

55.2K 2.7K 101

[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan... More

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46 (Ending)
Epilog

1

4.5K 181 6
By TattelateStrangler



"Teeeeet" suara bel berbunyi

"5 Newton." kata seseorang sesaat setelah menekan bel dengan nada yang terburu buru.

Bukan salam yang dia ucapkan? Bukan, ini bukan bel rumah. Ini adalah final pertandingan fisika dengan seseorang yang bernama erlang yang saat ini sedang memimpin skor dengan perbedaan skor yang sedikit.

"Dewan juri, apakah jawaban dia benar?" tanya MC ke pada juri. Semua penonton terlihat tegang menyaksikan pertandingan tersebut karena sang jawara dua tahun berturut turut itu sedang berusaha mempertahankan juaranya lagi tahun ini.

Juri menganggukkan kepala sambil berkata "benar."

Sontak, semua penonton tepuk tangan dan bersorak ke Erlang, karena soal yang tadi merupakan soal terakhir, otomatis Erlang lagi-lagi yang mendapat juara satu di kompetisi ini.

**

Dengan memegang trofi, Erlang pun turun dari panggung, teman-temannya yang dari tadi di bawah menunggunya sontak menghampirinya untuk memberikan ucapan selamat.

"Selamat, yah."

"Selamat, kak."

"Kakak hebat!"

"Kamu makan apa sih, kok hebat banget."

"Kakak mau jadi pacarku, nggak?"

Karena banyak yang berebutan untuk bersalaman, Erlang menjadi kewalahan sampai-sampai dia tidak mengenali siapa yang mengucapkan selamat. Dia hanya menyalami mereka satu-persatu.

Setelah kerumunan penggemar Erlang perlahan-lahan berkurang, dua orang yang memiliki tubuh jauh lebih tinggi dari Erlang menghampirinya. Mereka adalah sahabat dari Erlang.

"Gak usah gue kasih selamat, yah. Soalnya setiap elo lomba elo yang menang terus, sih. Bosan gue." Ucap Bayu. Sementara Erlang hanya tersenyum simpul mendengar sahabarnya itu.

"Gue nggak pernah ngeraguin kemampuan elo." Sambung Satria.

Sementara Erlang hanya tersenyum sambil berkata "Biasa saja."

**

Malam hari

Jari jemari Erlang saat ini sedang asik mengetikkan sesuatu di laptopnya, padahal dia baru tiba di rumah 2 jam yang lalu. Erlang sedang mengerjakan essay yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh beasiswa di Singapura, itu merupakan impian Erlang sejak lama, yaitu menempuh pendidikan di National University of Singapore.

Di tengah-tengah dia sedang mengerjakan essay-nya, Ibu Erlang masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan yang berisi segelas susu dan kue.

"Belum istirahat? Padahal baru pulang tadi, batas pengumpulan berkasnya, kan masih lama." kata ibu Erlang sambil menaruh nampan di atas meja belajar.

"Kebetulan sekarang ada inspirasi, bu. Jadi Erlang kerja saja."

Ibunya tidak menjawab apa-apa, Ia hanya melihat ke arah laptop erlang. Tak lama kemudian, ibunya kembali berkata.

"Tidak terasa, anak ibu sudah kelas dua belas. Sebentar lagi mau kuliah. Tinggal Ibu dan Ayah saja nantinya di rumah." Sambil mengelus kepala Erlang, terdapat ekspresi kesedihan karena karena anak bungsunya itu nantinya akan pergi untuk menempuh pendidikan di tempat yang jauh.

Erlang tersenyum saja mendengar perkataan ibunya tadi.

"Ibu keluar dulu, ya. Jangan lupa susunya diminum. Tidurnya jangan kemalaman, dan jangan lupa! Pintunya dikunci." kata ibunya yang bisa dibilang hampir setiap hari dia ucapkan, karena anaknya itu terkadang sering tidak mengerjakannya.

"Iya, bu." kata erlang sambil terus melanjutkan pekerjaanya itu.

Tiga puluh menit kemudian, Erlang menghentikan pekerjaannya. Ia mematikan laptopnya, kemudian membuka kacamatanya lalu meregangkan tubuhnya. Setelah itu ia kembali menggunakan kacamatanya. Ia memandangi kamarnya yang terdapat foto-foto menempel di dindingnya yang dicat biru langit itu, rak-rak yang diisi oleh bermacam macam buku, dan di meja belajarnya yang terdapat beberapa trofi dan medali hasil dari kemenangannya selama ini.

Erlang baru teringat, ia belum pernah mengaktifkan ponselnya hari ini. Ia pun langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam tas yang sebenarnya tadi iya bawa. Setelah itu, ia pun mengaktifkan ponselnya, dan tak lama kemudian notifikasi satu-persatu mulai bermunculan di layar ponselnya yang isinya tidak jauh dari ucapan selamat atas kemenanggannya tadi, kalau bukan dari teman kelasnya yang bertanya tentang tugas. Tapi jangan harap, akan dijawab dalam 5 menit. Sudah bisa ditebak, kan alasannya kenapa? Ada juga dari sekolah lain yang ingin bertanya tanya tentang cara belajar, atau mungkin dari dedek- dedek genit yang sering cari perhatian ke dia, kalau yang ini jangan pernah berharap akan dibalas deh. Setelah itu, ia pun membalasnya satu persatu yang perlu dibalas dan mengabaikan yang rasa ia tidak perlu (karena lagi-lagi dedek dedek genit yang dimaksud tadi sedang cari perhatian), terkadang juga ia mengambil kertas dan pulpen untuk mengerjakan tugas yang ditanyakan teman-temannya.

**

Di sisi lain.

"Airin, dengerin papa!"

Seorang perempuan hanya sibuk memandangi layar ponselnya tanpa mempedulikan pria yang memarahinya tersebut. Dia hanya melihat dengan sudut matanya sejenak, kemudian kembali menatap ke layar ponselnya tersebut.

"Sadar nak, kamu sudah kelas tiga. Tidak lama lagi kamu akan ujian. Lihat, ini apa?" kata Irfan, ayah Airin sambil menunjukkan kertas kertas ulangan milik Airin yang menunjukkan nilai yang "Cukup mengenaskan."

"Dua puluh, tiga puluh, tiga empat, lima puluh." Ayah Airin geleng-geleng kepala sambil melihat lihat kertas ulangan milik Airin, lagi-lagi Airin tidak menggubris perkataan ayahnya.

"Ini alasan kenapa papa pengen kamu berhenti jadi model." Sambung Irfan.

"Pa, sudah berapa banyak perintah papa yang Airin turuti?"

"Airin, seandainya kamu pintar seperti dulu, papa tidak mungkin menyuruh kamu berhenti jadi model."

Airin kemudian menatap ayahnya.

"Please, pa. Jangan sebut sebut itu lagi! Airin bukan yang dulu lagi. Airin sudah besar, pah!" kata Airin dengan nada yang tinggi. Karena ayahnya lagi-lagi mengungkit masa lalunya yang merupakan hal yang paling ia benci.

"Apa sih mau papa?"

"Kamu sudah kelas 3, nak. Kamu tahu, kan? Kamu akan menghadapi banyak ujian nantinya, dan tidak lama lagi kamu akan masuk ke dunia perkuliahan. Papa ingin mendaftarkan kamu di Universitas negeri yang terbaik, nak. Kamu tahu, kan? Masuk ke universitas negeri itu tidak mudah. Jadi, papa harap kamu rajin belajar mulai dari sekarang." Jawab ayanya dengan penuh kesabaran. Seakan akan sudah mulai terbiasa dengan sikap anaknya yang telah berubah.

"Jadi, papa akan mengikutkan kamu les"

Lagi-lagi Airin tidak menyahut

"Kalau kamu tidak mengikuti kemauan papa, papa potong uang jajan kamu!" ancam ayah Airin.

Sontak, Airin yang dari tadi hanya fokus ke smartphonennya menatap ke arah ayahnya dengan ekspresi terkejut.

"Jangan pah!" itu merupakan salah satu ketakutan terbesar dari Airin.

"Makanya, kalau kamu mau uang jajan kamu papa tidak potong. Kamu harus rajin belajar, ok? Papa daftar kamu di tempat bimbel yang paling bagus. Jadi, kamu harus rajin belajar yah?"

"Hmmm"

"Yahh, begitu dong. Pinter kamu!" kata Ayah Airin sambil mengelus rambut anaknya itu.

"Kamu boleh jadi model lagi kalau kamu kuliah di Universitas terbaik." Kata Irfan yang kemudian menaruh kertas-kertas tersebut di atas meja belajar Airin, yang sebenarnya tidak bisa lagi disebut meja belajar karena hanya dipenuhi oleh alat alat make up. Setelah itu, ayah Airin pun keluar dari kamar anaknya tersebut.

"Airin kenapa lagi, mas?" tanya seorang wanita cantik yang berumur tiga puluhan yang sedang hamil.

"Nggak, aku lagi membujuk Airin untuk belajar." Kata Irfan.

"Sini, mas. Aku coba bujuk dia." kata Renata sambil mencoba untuk masuk ke kamar Anin tetapi ditahan oleh Irfan.

"Ehhh, nggak usah. Nanti Airin mengamuk lagi!"

"Lagi pula, sudah selesai." Sambung Irfan.

"Kenapa ya, Airin belum bisa menerimaku."

"Nggak, mungkin Airin hanya belum terbiasa. Kita tunggu waktu saja, ok?"

Renata hanya menganggukkan kepala "aku sudah masak, mas. Makan yuk! Ajak Airin sekalian." Irfan hanya menganggukkan kepala lalu berjalan menuju ruang makan.

**

Ini karya pertamaku. Jadi, selalu berikan kritik dan saran.
Dan jangan lupa vote juga.
Terima kasih :)

Continue Reading

You'll Also Like

31.4K 703 30
Kutipan kalimat motivasi yang menjadi satu. Happy Reading^^ @Risma_Han
115K 6.4K 55
Andra semakin menggenggam erat tangan Milka. "Please, bertahan Mil. Kamu harus kuat hiks... hiks.." Air matanya jatuh mengenai tangan Milka. Milka ha...
631K 17.5K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
696K 14.9K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...