Sulthan [Revisi]

By dvnsfz

102K 4K 206

"Setidaknya biarkan aku menjadi penikmat angan yang tak akan pernah tergapai." Tentang bagaimana Sulthan ya... More

PENGHUNI LAPAK SULTHAN!
Sulthan|•bagian satu
Sulthan|•bagian dua
Sulthan|•bagian tiga
Sulthan|•bagian empat
Sulthan|•bagian lima
Sulthan|•bagian enam
Sulthan|•bagian tujuh
Sulthan|•bagian delapan
Sulthan|•bagian sembilan
Sulthan|•bagian sepuluh
Sulthan|•bagian sebelas
Sulthan|•bagian dua belas
Sulthan|•bagian tiga belas
Sulthan|•bagian empat belas
Sulthan|•bagian lima belas
Sulthan|•bagian enam belas
Sulthan|•bagian tujuh belas
Sulthan|•bagian delapan belas
Sulthan|•bagian sembilan belas
Sulthan|•bagian dua puluh
Sulthan|•bagian dua puluh dua
Sulthan|•bagian dua puluh tiga
Sulthan|•bagian dua puluh empat
Sulthan|•bagian dua puluh lima
Sulthan|•bagian dua puluh enam
Sulthan|•bagian dua puluh tujuh
Sulthan|•bagian dua puluh delapan
Sulthan|•bagian dua puluh sembilan
Sulthan|•bagian tiga puluh
Sulthan|•bagian tiga puluh satu
Sulthan|•bagian tiga puluh dua
Sulthan|•bagian tiga puluh tiga
Sulthan|•bagian tiga puluh empat
Sulthan|•bagian tiga puluh lima
Sulthan|•bagian tiga puluh enam
Sulthan|•bagian tiga puluh tujuh
Sulthan|•bagian tiga puluh delapan
Sulthan|•bagian tiga puluh sembilan
Sulthan|•bagian empat puluh
Sulthan|•bagian empat puluh satu
Sulthan|•bagian empat puluh dua
Sulthan|•bagian empat puluh tiga
Sulthan|•bagian empat puluh empat
Sulthan|•bagian empat puluh lima
Sulthan|•bagian empat puluh enam
Sulthan|•bagian empat puluh tujuh
Sulthan|•bagian empat puluh delapan
Sulthan|•bagian empat puluh sembilan
Sulthan|•bagian lima puluh
Sulthan|•bagian lima puluh satu
Sulthan|•bagian lima puluh dua
Sulthan|•bagian lima puluh tiga
Sulthan|•bagian lima puluh empat
Sulthan|•bagian lima puluh lima
Sulthan|•bagian lima puluh enam
Sulthan|•bagian lima puluh tujuh
Sulthan|•bagian lima puluh delapan
Sulthan|•bagian lima puluh sembilan
Sulthan|•bagian enam puluh
Sulthan|•bagian enam puluh satu
Sulthan|•bagian enam puluh dua
Sulthan|•bagian enam puluh tiga
Sulthan|•bagian enam puluh empat
Sulthan|•ending
pengumuman!
TELAH LAHIR🎉
INFO PENTING, WAJIB BACA!!

Sulthan|•bagian dua puluh satu

1.4K 71 0
By dvnsfz

"Kamu tahu apa hal yang palig menyakitkan didunia?

Menyadari bahwa kita ada namun tidak bersama."
°°°°°

[Budayakan vote dan comment sebelum dan sesudah membaca]

*****

"Hai Vanesya," Vanesya menoleh saat namanya dipanggil, namun mendengus saat mengetahui empu pemilik suara itu.

"Pulang sama siapa Sya? Bareng gue aja yuk?" Ujar Sulthan sambil membenarkan letak tas nya.

"Nggak usah, gue bawa mobil."

"Bareng gue aja Sya, nanti mobil lo biar diambil sama supir papi gue aja. Ya, ya?"

"Nggak."

Sulthan berdecak, perempuan itu sungguh keras kepala. "Ayo dong Sya, bareng gue aja ya?" Sulthan terus berusaha. Berharap jika Vanesya mau menerima ajakan nya.

"Gue nggak mau Sulthan, jangan maksa dong."

"Beneran nih?" Tanya Sulthan memastikan.

Vanesya mengangguk malas, "yaudah gue duluan." Sulthan melenggang meninggalkan Vanesya begitu saja.

Menuju parkiran lelaki itu sudah tersenyum tidak jelas seperti orang gila yang berada di jalanan. Banyak tatapan aneh yang di dapatkan nya, "apa lo liat-liat?! Gue ganteng? Oke makasih." Begitulah jawaban dari Sulthan, sepertinya lelaki itu benar-benar tidak mempunyai malu sedikit pun. Bahkan ia terlalu pede mengakui ketampanan yang ia miliki.

+++++

Vanesya terkekeh saat melihat Sulthan yang menatap tajam pada orang-orang yang melihat nya aneh. Sesekali ia menggeleng melihat tingkah teman nya itu.

Sesampainya di parkiran, Vanesya menuju mobil nya. Saat ingin membuka pintu--

"SULTHAN!" Vanesya berteriak sangat kencang, tidak peduli dengan orang-orang yang akan menatap nya.

Dari kejauhan Sulthan hanya terkikik, namun Sulthan tidak akan menjamin hidup nya akan aman setelah ini.

"Kenapa beb, ada yang bisa aku bantu?" Tanya nya saat sudah mendekati Vanesya. Sesekali ia masih terkikik di sela ucapan nya.

"LO!" Vanesya menjambak kuat rambut milik Sulthan. Sontak membuat empunya berteriak kencang karena kesakitan.

"Vanesya sakit gila. Woi lo bisa terjerat hukuman kdrt nanti, mending lepasin... Agrhh." Sulthan kembali meringis saat Vanesya menjambak nya dengan lebih kuat dari pada sebelum nya.

"Maksud lo apa sih, gue mau pulang Sulthan!" Bentak Vanesya kesal.

"Iya lepasin dulu ini, sakit Vanesya. Lo mau gitu suka banget nyiksa gue." Sulthan tidak berhenti untuk melepaskan jambakan Vanesya dari kepala nya.

Vanesya melepaskan jambakan nya, namun kemudian ia menginjak keras kaki lelaki itu. Membuat Sulthan kembali meringis atas kekerasan dari perempuan itu. "Sakit gila. Wah parah banget ni cewek, barbar banget lo. Pantes Rigel...

"Apa?" Vanesya menatap sengit pada Sulthan.

Sulthan menggeleng lalu cengengesan, sembari mengacungkan kedua jarinya. "Lo kenapa sih teriak-teriak nggak jelas? Berisik banget tau nggak si?"

Vanesya berdecih, "jangan kebanyakan drama lo. Masih nanya aja lagi."

"Kenapa? Gue perasaan beneran nggak... Eh nggak boleh mukul-mukul, nanti kualat kalau mukul calon suami." Sulthan menaik turunkan alis nya, kemudian menurunkan tangan Vanesya yang berniat untuk memukul nya.

Vanesya benar-benar sudah merasa sangat kesal sekarang. Dari raut wajah nya, tidak ada lagi kesempatan untuk berbaik hati. Apalagi terhadap lelaki didepan nya itu.

"Gini aja deh, lo pulang bareng gue aja. Gimana?" Tawar Sulthan.

Vanesya tidak menjawab, ia menatap Sulthan dengan menyipit dan terkesan dingin. "Kenapa? Lo nggak percaya sama gue? Lo pikir gue penjahat yang bakalan ngulik lo, iya?"

"Mungkin."

"Nggak mau, lo nggak enak untuk diapa-apain."

Perkataan Sulthan berhasil menaikkan pitam perempuan itu lagi, "apa lo bilang? Ngomong lagi sekarang!"

"Nggak ada. Udah ah, mau pulang bareng nggak? Kalau nggak mau gue pulang duluan, nih?"

Karena tidak mendapatkan jawaban, Sulthan pun meninggalkan Vanesya. Ia berjalan kearah mobil nya yang tidak jauh dari mobil Vanesya.

Sedangkan Vanesya melirik kearah sekitar nya yang mulai sepi dari kepadatan murid-murid. Bel sekolah memang sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu, tak heran jika kini sekolah sudah hampir sepi dan hanya tinggal beberapa dari penghuni sekolah yang masih berlalu lalang.

"Gue hitung sampai tiga, pasti dia manggil. Satu... Dua... Ti..

"Sulthan tunggu."

"..ga. Kan gue bilang juga apa." Sulthan berbalik. Ia menaiki sebelah alisnya, menunggu ucapan Vanesya berikutnya.

"Gue bareng lo, ya?"

Sulthan tersenyum kemenangan. Didalam hatinya, Sulthan sudah berteriak heboh hanya karena rencana nya berjalan dengan sangat mulus.

+++++

Vanesya dengan mood yang sudah tidak terpaksa harus menerima garis takdir nya untuk hari ini.

Aroma maskulin khas lelaki itu sangat kental saat Vanesya baru saja memasuki mobil milik Sulthan. Kali ini Vanesya cukup menikmati perjalanan karena ditemani oleh alunan musik yang sangat terasa nyaman di telinga nya.

Sssssstttttt.

Vanesya tidak percaya dengan Sulthan yang tiba-tiba saja memberhentikan mobil nya. Dipegang nya kening nya yang baru saja terbentur bagian depan mobil. Matanya kemudian beralih menatap Sulthan dengan tajam. "Sakit! Lo bisa nggak sih nggak usah rem mendadak?"

"Sorry Sya, tadi ada kucing lewat. Lo nggak papa? Sini gue liat."

"Nggak usah." Vanesya kembali membenci hari ini.

Sulthan hanya mendengus, sepertinya ia memang akan selalu harus bersabar dengan makhluk yang bernama perempuan entah itu mami nya atau bahkan Vanesya sekali pun-semua nya terasa sama saja. Sama-sama menjengkelkan.

Tidak jauh Sulthan menepikan mobilnya, membuat Vanesya mendongak dan mengerutkan kening nya. "Kenapa berhenti?" Tanya Vanesya penasaran.

"Turun dulu aja." Ucap Sulthan santai, ia membuka seatbelt dan turun.

Vanesya pun ikut turun, ia mengikuti Sulthan hingga matanya membulat sempurna saat tangan nya tiba-tiba saja digandeng oleh Sulthan.

"Tunggu disini pokoknya." Sulthan meninggalkan Vanesya. Menyuruh perempuan itu duduk manis dan tidak banyak berbicara.

Tidak lama Sulthan kembali dengan dua buah es krim dikedua tangan nya. Satu es krim strawberry dan satunya lagi rasa vanilla. "Nih." Sulthan memberikan corn yang berisikan es krim strawberry. Jangan tanyakan mengapa Sulthan bisa mengetahuinya, bahkan kita semua tahu bahwa Sulthan dan Vanesya sudah berteman sejak kecil. Bukan hal yang sulit untuk mengatahui hal kecil semacam ini.

"Makasih." Cicit Vanesya, ia mulai menikmati es krim yang berada ditangan nya itu.

Diam-diam Sulthan tersenyum menatap Vanesya. Sebuah ide nakal nya melintas di otak. Lelaki itu mengeluarkan ponsel nya--

"Sya," panggil Sulthan.

Cekrek.

Vanesya yang baru saja menyadari jika dirinya di potret oleh Sulthan pun menjadi kesal, ia mengerucutkan bibirnya kesal. Membuat Sulthan semakin merasa bahwa Vanesya benar-benar sangat lucu.

"Makan itu yang bener Sya, udah SMA lho. Tapi masih aja kayak anak kecil." Sulthan seolah menjadi orang dewasa yang tengah menceramahi adik nya. Membersihkan sisa-sisa es krim yang berserakan di pinggir bibir Vanesya.

Vanesya terdiam, tubuhnya membeku seketika. Matanya menatap manik mata Sulthan. Tidak sengaja, keduanya bahkan saling memandangi satu sama lain. Dalam diam, atmosfer diantara keduanya sudah saling bersapaan dan saling membelai dengan lembut.

Di detik berikutnya Vanesya tersadar, membuat suasana diantara keduanya menjadi sangat canggung.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" Tanya Vanesya memecahkan keheningan.

"Nggak tau, gue mau aja. Lagian anggap sebagai rasa bersalah gue aja karena udah bikin lo kesel hari ini."

Vanesya menyeringit, kenapa Sulthan tiba-tiba sangat manis seperti ini?

"Tumben banget, kenapa cuma hari ini? Lo lupa kalau selama ini lo udah buat gue kesel?"

Benar sekali bukan, bahkan sejak dulu. Saat keduanya masih sama-sama kecil, Vanesya selalu saja menjadi bahan bagi Sulthan. Vanesya hampir setiap hari menangis gegara lelaki itu.

"Lo kode gue, Sya?"

"Hah?" Vanesya memutar kembali ucapan nya, mencerna setiap katanya. "Nggak, jangan kepedean mulu kenapa sih."

"Kalau iya juga nggak papa sih, besok-besok gue ajakin lagi. Lagian hanya membelikan lo es krim nggak bikin gue miskin. Malahan malah bikin gue makin kaya."

Vanesya bingung, ia mengerutkan alisnya yang saling bertautan. "Maksudnya?"

"Kan Allah pernah bilang kalau berbuat baik sama fakir miskin itu nggak akan bikin kita miskin." Sulthan mengingat kata-kata guru agama nya saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Sialan lo!" Vanesya bersiap untuk melayangkan tangan nya, namun segera Sulthan menghindar dengan cepat.

Sulthan melirik arloji coklat yang melingkar ditangan nya, tidak terasa keduanya sudah bersama cukup lama. "Sya, pulang sekarang?" Tanya Sulthan.

Vanesya mengangguk, kedua nya pun bangkit dan kembali berjalan beriringan. Kali ini Sulthan tidak menggandeng Vanesya, karena baru saja ingin melakukan nya Vanesya sudah menatap nya tajam layak nya monster yang akan mengamuk.

++++++

"Assalamualaikum penghuni, Vanesya pulang." Vanesya berteriak layak nya tengah berada di sebuah konser tunggal.

Tidak lama dari arah dapur bundanya berjalan mendekat, menatap heran pada Vanesya yang sepertinya terlihat sangat senang. "Ada apa Sya?" Tanya Sista.

Kening Vanesya berkerut, ia bahkan bingung atas pertanyaan bundanya. "Ada apa, apanya Bun?" Tanya Vanesya yang bingung.

Sista tertawa kecil melihat ekspresi putrinya, "kamu kenapa seneng banget, nggak kayak biasa nya gitu lho."

Vanesya mengangguk pelan, ternyata maksud bundanya adalah mengapa ia senang hari ini. "Nggak ada Bun, emang nggak boleh seneng gitu? Bukan nya bahagia itu bisa bikin awet muda ya?"

"Iya tapi kan kamu jarang-jarang banget kayak gini."

"Nggak papa lah bun, sekali-kali."

"Permisi, permisi."

Keduanya saling tatap menatap, seolah bertanya satu sama lain. Namun Vanesya mengirimkan bahunya seolah tidak tahu.

"Sore buk, saya mau mengantarkan mobil nya mbak Vanesya."  Ujar lelaki dengan baju supir itu kepada Sista.

"Bukan nya kamu supir nya Andy?" Tanya Sista.

"Iya buk, saya supir nya Pak Andy. Tadi Mas Sulthan nyuruh saya untuk jemput mobil Mbak Vanesya dan ngantar kerumah nya." Jelas Roni, supir yang terbilang masih muda itu.

"Terimakasih ya, bilang juga sama Sulthan terimakasih."

Roni hanya mengangguk, kemudian pamit untuk kembali pergi.

"Hmm Bun Vanesya ke kamar dulu ya." Baru saja berbalik Sista sudah menahan putrinya.

Vanesya mengumpat sendiri, "mau kemana Vanesya Anandita. Kamu punya hutang cerita sama bunda." Ujar Sista dengan nada jahat nya.

Vanesya merinding, buku kuduk nya seketika berdiri sempurna mendengar ucapan Sista. Pertanyaan introgasi dari Sista adalah hal horor yang masuk kedalam list hidup Vanesya.

Vanesya berbalik dan menatap bundanya dengan cengenegsan, "kenapa kamu kayak gitu, katanya nggak mau sama Sulthan tapi kenapa malah pulang bareng?" Tanya Sista menggoda.

"Bunda yang cantik, baik hati, dan tidak sombong. Vanesya ke kamar dulu ya." Vanesya melepaskan cekakan Sista dan merebut kunci mobilnya.

Dengan sangat cepat Vanesya langsung menuju ke kamar nya. Sedangkan Sista hanya tertawa melihat tingkah Vanesya yang malu-malu seperti itu.

"Vanesya.. Vanesya.. ada-ada saja." Gumam nya.

******

Part selanjutnya....

..."Gue nggak mau tau, foto itu harus lo hapus sekarang juga!"

"Udah malam nih, jangan marah-marah mulu cantik. Nanti makin tua lho, aku tidur dulu ya. Bye sweeti."

TBC.

Selamat menikmati teman-teman onlen.

Siapa nih yang makin gemes sama Vanesya sama Sulthan?

Sampai ketemu di part selanjutnya ya.

Salam sayang gengs.

Enjoy!

Continue Reading

You'll Also Like

14.7K 398 40
Ini hanya cerita sederhana anak SMA pada umumnya. Sasa cewek yang enerjik yang kelakuannya nggak bisa diem harus bertemu dengan Angga yang dingin dan...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 111K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
8.4K 627 41
[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, BEBERAPA PART DI PRIVATE!] Cerita ini mengisahkan 2 insan yang memiliki kisah cinta yang amat random sekali. Banyak hu...
166K 10.6K 59
PART LENGKAP! Cerita ini bisa membuat Anda kesal sendiri bahkan sampai gigit guling karena gemes. ________ Namanya Arseno Aditya Tristan. Masa lalu...