love poison

By LeniKSari7

34K 2.3K 133

bagaimana jika seorang stefan william yang dari kecil kenal dengan yuki kato dan setelah beranjak SMP mereka... More

LP1
LP2
LP3
LP 4
LP 5
info
LP6
LP7
cast
LP8
LP9
gaje
LP 11
LP12
LP 13
lp14
LP 15
LP 16
EPILOG

LP10

1.6K 134 12
By LeniKSari7

khusus malam ini aku ngepost story ini, karena tiba tiba aku on laptop

untuk cari info!!

dan dari pada stress jadi aku ngepost ini..

happy reading

 Stefan menghempaskan tubuhnya di ranjang king-size. Tidak hanya ranjang, kamarnya itupun sangat luas. Semuanya sudah ada di kamarnya. Bar di depan tempat tidur,lemari besar di samping jendela, kamar mandi di sudut kamar, sofa besar didekat jendela, kaca yang menghubungkan ke balkoni, dan semuanya sudah lengkapdi kamarnya. Kamarnya adalah kamar utama, Clinton dan Ellen menetap di Amerika.

Jadi dirumah besar itu hanya ada Stefan dan beberapa puluh pelayan.

Stefan mengusap keseluruhan wajahnya dengan telapak tangan, lalu membuka mata. Melihatlangit-langit kamar. Kenapa susah sekali mendapatkan gadis kecil itu? bahkandia sudah mengatakan kalau dia tidak mau menyentuh Yuki kecuali Yukimerindukannya, 

dan segala tetek bengek yang ia katakan terakhir kali pada Yuki.Dia sadar dia sudah meloncat ke neraka jahanamnya sendiri.

"SHIT"Stefan mengumpat keras,

 ia meremas rambutnya. Bingung akan melakukan apa.Biasanya dia akan tidur dari malam sampai malam. Di LA dia akan menghabiskanwaktu di club. Membawa seorang pelacur yang tergoda dengannya, dan sedikitmenarik perhatiannya. Lalu meninggalkan pelacur itu ketika dia sudah selesai.

Tapi dia tidak akan melakukan itu lagi. Dia sangat mencintai gadis bernama YukiKato. Melirik model internasional atau wanita yang telah mendapat cap sebagaiwanita tercantik dunia atau lagi seorang wanita yang mendapat panggilan barbiesaja dia tidak shrek. Yuki berhasil menariknya dengan magnet yang diapun tidaktau bagaimana lepas.

Stefan mengusap pelan dadanya, ia perlahan menutup matanya. Telapak tangan lebarnyaterus mengusap bekas sayatan yang berada di dadanya.
YUKI. 

Ia tergila-gila dengan gadis itu. Stefan ingin menjadi semua yang gadis itu butuhkan. 

Seorang sahabat, teman, kekasih, kakak, ayah, bahkan seseorang yang akan 'merusak' Yuki untuk pertama kali. Dan dia akan terus menjadi perusak Yuki sampai mereka mati.Stefan membuka mata dan meremas bedcovernya, sekarang yang ia harus lakukanadalah menyiapkan mental untuk besok.

 Mulai dari besok, ia akan menjadi Stefan yang dingin. Sesuai janji.

Stefan membuka lemari, mengambil kemeja dan celana jeans panjang. Ia memakainya dengancepat, kemeja berwarna putih bergaris hitam itu hanya menjadi pelengkapditubuhnya. Ia masih mengenakan kaos putih polosnya di dalam. Ia mengambil kunci mobil dan beranjak pergi.

***

Yuki terus saja mondar mandir di tepi kolam renang, ia menggigit ujung kuku jarijempolnya. Rambut Yuki di ikat asal, namun itu sangat terlihat seksi. Memakailazy outfit—kemeja putih kebesaran dan bawahnya hanya hotpants yang sangatpendek. Sementara jempolnya di gigit, tangan kiri Yuki berkacak di pinggangnyayang ramping. Yuki tengah memikirkan Stefan, siapa lagi? Dia khawatir saatmelihat wajah Stefan. 

Dan dia tau kalau pria itu tidak main-main.

Yuki merogoh iPhone di saku kemejanya, mengetik sebuah pesan singkat. Lalu menghapusnya lagi. Mengetik dan menghapusnya lagi. Ia mencemaskan Stefan.Stefan pergi dengan hati yang gondok. Takut Stefan kenapa-napa. Yuki langsung membuka Instagram ketika ada notif pembaharuan, itu akun instagram Stefan.Untung saja Yuki masih mengikuti akun itu. Yukilega ketika Stefan baik-baik saja. Captionnya juga mengatakan dia akan pergi,background foto itu didalam sebuah mobil. Memperlihatkan Stefan yang menundukseperti menatap dasboard mobil. Setidaknya Stefan tidak kenapa-napa. Yuki 

masuk ke dalam rumah setelah ia memasukkan iPhone ke saku kemejanya, ia naik kelantai dua. Dia akan bersih-bersih. Ritual yang selalu ia lakukan jika libur.

Yuki menatap ranjangnya. Aroma tubuh Stefan menyeruak masuk ke indra penciumanYuki. Yuki tersenyum kecil, Stefan mempunyai aroma yang sangat kuat rupanya.Atau memang itu halusinasi Yuki? Entahlah, 

Yuki langsung membereskan kamarnya hingga bersih dan mengkilat. Meski ia bingung kenapa aroma tubuh laki-laki itumasih berada di sekitarnya.

***

Hari Senin pagi, Yuki datang lebih dulu. Selalu seperti itu memang. Dia datang lebihcepat dari Office Boy. Meski dia hanya duduk di meja kerjanya. Dan memainkaniPhonenya. Yuki menyumpal kedua telinganya dengan earphone.
Selena Gomez – Love Will Remember mengalun dengan indahdi telinganya.

 Kakinya bergerak merasakan lagu itu. Yuki sangat menyukai wanita Hollywood itu. dia ramah, baik, dan Yuki pernah mendengar kalau saat twitter Selena terkena hack, sang hacker mengatakan password Selena adalah Selenator isMy Life. Sangat jarang seorang artis besar, atau artis hollywood yang sudah internasional itu begitu ramah dan baik.Yuki mengagumi wanita itu.

Nasya datang berlari ketika matahari sudah bersinar kuat. Hampir saja Nasya masukruang HRD lagi. Ia duduk di ruang kerjanya, disamping Yuki tepatnya. Yukimelihat Nasya yang mengatur nafasnya yang memburu karena berlari. Keringatnyapun masih terkumpul di dahi Nasya.

"Duhya Ki, kenapa ya gue telat terus" Nasya meneguk air minum sampai habis sambilmengipaskan map ke arahnya

"Set alarm dong Sya, lama-lama lo bakal tambah kurus dan tinggal tulang kalo lo laritiap hari" canda Yuki,
"Nanti pak Gio ga naksir lo kalo lo tinggal tengkorak"tawa Yuki sambil melihat wajah sahabatnya itu cemberut

"Udah Ki, tapi gue banting terus alarmnya. Kayaknya gue harus makan banyak banyak biar ga kurus walaupun lari tiap hari" Nasya menghidupkan Laptopnya

Yuki menggelengkan kepala mendengar sahabatnya itu, Yuki mengerutkan kening ketika karyawati berteriak histeris. Yuki mengumpat dan mengutuk mereka dari dalam hatinya. Kenapa mereka begitu berisik? Mengganggu pendengaran. Dan Yuki tidak bisa mengetik proposal dengan tenang. Biasanya juga di ruangan itu hanya terdengar suara tombol tombol keyboard yang di tekan.

Teriakan karyawati itu semakin kuat, Yuki terpaksa mendongakkan kepalanya dan melihat'hal' apa yang membuat mereka berteriak seperti akan ada bom yang siap meledakkapan saja. Mata Yuki mengikuti arah pandangan para karyawan. Dan..

Yuki menutup mulutnya kuat agar tidak ikut teriak. Nasya tidak kalah histeris ketikamelihat hal yang membuat para karyawan terperangah.

Stefan melewati koridor kantor yang hanya di tutup oleh kaca. Dengan penampilan barunya. Nasya menepuk nepuk bahu Yuki yang terbuka. Karena hari itu Yukimengenakan rok pensil berwarna hitam 2 inci di atas lutut, dan blouse tanpalengan. 

Nasya menggigit jari-jarinya untuk berhenti teriak. Yuki tidak bisamelepas matanya yang menyorot Stefan. Stefan sibuk mondar mandir di koridorbersama asistennya, kadang ia mengelus pelipisnya. Sedang berpikir keras. Dan berhenti sambil menatap serius berkas berkas.

"Ki.....Ki.. oh my god..." Nasya terus berceloteh.
Yuki terus terdiam dan terpaku.Tuhan. Demi tuhan. Yuki ingin sekali berteriak seperti yang lain. Stefan dengan rambutnya yang di bleaching sampai white total. Bukannya terlihat aneh,tapi pria itu semakin terlihat maskulin dan gagah. Apalagi dengan wajahseriusnya. Wajar karyawati itu berteriak seakan ada Zayn Malik masuk keperusahaan ini. Stefan tampak sibuk berbicara dengan asistennya, membahassebuah proposal yang ada di tangannya.

"Yatuhan Ki, itu rambut Pak Stefan Ki. Anjir Ki Anjirrrrr." Nasya yang semakin lama semakin histeris.
"Itu rambutnya kenapa jadi putih Ki! Dia makin ganteng astaga!!"

Yuki tidak bisa berbohong. Kalo Stefan bertambah tampan.......

 Yuki melepaskan tangan yang menutup mulutnya. Namun matanya masih tertuju pada Stefan. Stefanberjalan masuk kedalam ruangan karyawan. Semua karyawan berusaha duduk danberhenti menatap Stefan.

 Tapi tidak bisa, mereka terus mengintip. Stefan sangatkeren dan beberapa karyawati ingin sekali pingsan saat itu juga.

"DimanaAriel?" Stefan berdiri di tengah-tengah ruangan karyawan. Ia melihat kesekeliling, mencari Ariel. Tidak. Ia ingin melihat Yuki hari ini. Dengan alasan mencari Ariel padahal dia sendiri tau kalau Ariel izin karena sakit cacar.

"A-anupak.. saya dengar, kalau bu Ariel sedang sakit." Seorang karyawan berdiri danmenjawab pertanyaan Stefan.

"Oh begitu, baiklah. Selamat bekerja" Stefan menyunggingkan senyumnya ke arah parakaryawati. Lalu mengedipkan matanya sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangannya. Apa-apaan itu. Yuki mendengus sinis. 

Sengaja terlihat seperti cassanova? Cih. Yuki kembali menatap layar desktopnya,jari-jarinya kembali menekan-nekan tombol keyboard dan sangat kasar. Nasya memiringkan kepala untuk melihat Yuki.

"Yuki..nanti tombolnya bisa lepas" ucap Nasya polos. Cukup benar. Karena itu 

properti perusahaan. Dan salah. Karena Yuki sedang ingin menyekik leher seseorang untukmelampiaskan amarahnya.

Nasyakembali menatap laptopnya ketika Yuki menatapnya begitu tajam. Nyaris menusuknya.

***

Jam di kantor menunjukkan jam makan siang, Yuki tidak berencana kemanapun. Ia akantetap duduk di depan meja kerjanya. Dan menunggu jam makan siang berakhir. Atau dia akan melanjutkan kerjanya.

"Ki,ga lunch?" Verrel tiba-tiba sudah berada di sampingnya

Yuki sedikit terkejut, dan langsung mendongak menatap Verrel karena posisinya duduk.

"Ah engga Rel, lagipula gue ga laper" jawab Yuki berusaha menyunggingkansenyum. Walau hatinya masih gondok. Dan ia tidak tau kenapa.

"AyolahKi, gue ga ada temen nih. Lagipula kita gapernah lunch bareng."

"Duh rel, gue ga nafsu makan. Ajak Nasya aja ya?"

Nasya langsung menengok ke arah mereka, "Gamau, gue lagi sibuk" Nasya langsungmenghadap laptopnya kembali.

Verrel terus memohon. Dan sepertinya tidak akan menyerah. Yuki menghembuskan nafasberat sebelum akhirnya mengangguk terpaksa.

Kantin kantor tidak seramai biasanya, hanya beberapa karyawan dan beberapa pasang karyawan. Yuki hanya memesan milkshake. Dan Verrel memesan hotdog, mereka tidakberencana untuk berdiam lama di kantin. Lebih baik membeli makanan yg bisa dibawa kembali ke ruangan.

Yuki terus cemberut sambil menyedot milkshakenya, tapi Verrel sebaliknya. Terusberceloteh tentang ini dan itu. Yuki hanya membalas "hm hm hm" dan begituterus.
Yuki berhenti menyedot ketika Stefan berjalan ke arahnya. 

Tiba-tiba waktu di antara mereka seperti sangat lambat. Yuki terus melihat ke arah Stefan berharap Stefan berhenti dan menyapa. Tapi waktu kembali normal dan Stefan hanya berjalan melewati mereka berdua. Dengan pandangan lurus ke depan.
Bahkan melirik Yuki pun tidak.

***

Wajah cemberut itu terus terpatri. Yuki menangkupkan kedua pipinya dengan telapaktangan yang sikunya tertumpu di atas meja. Dia benar. 

Stefan menepati janjinya.

Yuki ingin menyapanya duluan. Tapi itu terkesan aneh. Mengingat selama ini Stefanselalu mendatanginya duluan, membuat pembicaraan duluan, dan selalu.. selaluada aksi. Yuki tidak bisa seperti Stefan. Tapi ia tersiksa.

Yuki menepuk nepuk pipinya. 

Seharusnya ia tidak tersika bukan? Yuki bingung denganperasaannya sendiri. Dia mulai terbiasa dengan kehadiran Stefan. 

Dan rasanya..
rasanya aneh kalau laki-laki bermulut vulgar itu tidak disisinya. Yuki percaya.Meski kata-kata Stefan selalu ada kata ranjang. 

Tapi Stefan tidak pernah benar-benarmelakukannya. Itu seperti ancaman. Ralat. Itu seperti masa depan.

"Yuki,lo kenapa? Hari ini kayaknya murung banget?"
Nasya menatap wajah Yuki cemas,"Lo kalo ada masalah cerita dong Ki.."

Yuki menghembuskan nafas, lalu menoleh ke arah Nasya sambil tersenyum. 

"Gapapa Sya,mungkin efek mau pms kali ya. Gue ga ada masalah apa-apan kok"

Nasya tetap menatap Yuki dengan wajah cemasnya, "Bener? Tapi gue tetep khawatir..berarti lo ga jujur sama gue"

"GaSya, lagipula kalopun ada masalah.. ini masalah kecilllll banget"

Nasya akhirnya mengangguk, "jangan lupa cerita ya kalo ada masalah" Nasya kembali menghadap layar laptopnya

Yuki kembali cemberut, semua perkerjaan sudah selesai. Ia hanya ingin duduk di ruangkerjanya. Sebenarnya dia masih mengharapkan Stefan melanggar janji yang diaucapkan kemarin. Yuki menggeleng kuat, 

kalau Stefan menepati kata-katanyakemarin. Berarti Stefan dapat dipercaya. Tapi di sisi lain.. ah entahlah.

"Ki,Yukiiiii" Verrel sedikit berteriak

Yuki terkejut lalu melihat ke arah Verrel, "sorry lo ngomong apa?"

Verrelmengerutkan dahinya, "gue belum ngomong apa-apa. Tapi daritadi gue manggil lotau. Lo ngelamunin apa?"

"Hmengga, engga ada apa-apa. Ada apa?"

"Kerjaan gue udah selesai nih, pulang bareng yuk?"

Yuki menunduk sambil berpikir. Lalu melihat ke wajah Verrel lagi dan mengangguk,
"Gue beresin meja kerja gue dulu" Yuki membelakangi Verrel.

Stefan melihatVerrel tajam, tidak menyukai cara Verrel menatap Yuki. Verrel sepertisiap menarik Yuki dan mendekap Yuki semalaman. Stefan tau apa arti tatapanVerrel itu. 

tangan Stefan mengepal sangat kuat, ia meninju dinding dan masuk keruangannya.

***

"Verrel,ini bukan arah ke rumah gue" Yuki melihat jalanan

Verrel mengacuhkan Yuki, ia mempercepat laju mobilnya. Verrel terus menyeringai. Iamenginginkan Yuki sejak dulu. Terobsesi.

 Dan melampiaskan semuanya dengan semuawanita murahan. Dia tidak bisa mendekati Yuki karena Yuki seakan di jaga ketat oleh sahabat-sahabatnya. Bahkan setelah Maxime meninggal sekalipun.
Sahabat-sahabatnya tidak membiarkan Verrel mendekati Yuki. Dan sekarang dewifortuna sedang berada di pihaknya. Verrel tidak akan menyia-nyiakan kesempatanini.

Yuki semakin panik ketika Verrel tidak menjawab, dan malah tersenyum begitu licik.
"Rel turunin gue sekarang!"

 Yuki berusaha membuka pintu, tapi pintu mobil ituterkunci. Verrel melihat Yuki sambil terus tersenyum jahat.

Nafas Yuki tercekat. Verrel sengaja. Air mata Yuki seperti membeku. Dan begitu sakit.Dia mengingat trauma masa kecilnya ketika ia hampir di perkosa. Tangan meremas kuat ujung rok pensilnya,

 "Verrel gue m-m-mo-hon.. tu-tur-turunin guesekara-ng" Yuki bicara tergagap,
tapi Verrel terus mengacuhkannya.

Mobil Verrel berhenti di pinggir jalan yang sangat sepi. Bahkan tidak ada orang ataukendaraan yang lewat. Verrel memutar kontak mobilnya agar mati. Ia siap'merusak' Yuki sekarang.
Ini kesempatan yang sangat ia tunggu. Melampiaskan semua gairah yang ada kepada Yuki. Verrel menyentuh bahu Yuki,

 tapi Yuki langsung menepisnya. Ia mencengkram tubuh Yuki, berusaha menarik Yuki ke dalamdekapannya, menciumi seluruh rambut Yuki,Yuki terus teriak dan berusaha lepasdari dekapan Verrel

"Lepasin gue! Brengsek lo brengsek!" tubuh Yuki gemetar, kedua tangannya dingin. 

Semua trauma masa kecilnya kembali dan ia semakin ketakutan hampir pingsan. Tapi iatidak bisa pingsan saat itu, meski nafasnya tercekat dan ia merasa tidak bisamenghirup oksigen. Yuki berusaha mendorong tubuh Verrel kuat-kuat. Verrelmenggeram ketika Yuki berhasil menampar pipinya cukup keras,

 Verrel mencekik leher atas Yuki dengan satu tangan, Yuki terbatuk-batuk dan refleks meremas danmemukul tangan Verrel yang mencekik lehernya.

"Le-pass"Yuki meremas kuat pergelangan tangan Verrel dan menepuk nepuknya sambil terusterbatuk

Verrel menggunakan kesempatan itu untuk menarik blouse Yuki hingga robek, bra Yuki terlihat dan Yuki semakin teriak kuat. Air mata Yuki semakin deras, lehernyasemakin di cekik dengan kuat.
Andai Tuhan bisa mencabut nyawanya sekarang. Itu yang di pikirkan Yuki.
Tapi tiba-tiba wajah Stefan terbayang saat Yuki menutupmatanya kuat.
"Ste-fan.." 

Yuki mencoba menyebut nama itu walau suaranya paraudan serak karena di cekik Verrel.

PRANGG

Verrel meraung kesakitan dan melepaskan cekikannya. Ia memegang kepala belakangnyayang berdarah. Kepalanya di lempar dengan sebuah batu yg cukup besar, danjendela mobil juga pecah karena di lempar batu. Pintu mobil Verrel terbuka,sebuah tangan menarik Verrel dari belakang, Verrel terpelanting jatuh ke aspal.
Stefan melangkah tubuh Verrel lalu meninju wajah Verrel berkali-kali sambilmenarik kuat kemejanya.

"Anjing lo!" Stefan terus meninju wajah Verrel yang sudah muntah darah, 

Stefan berdiri lalu menendang perut Verrel kuat, Verrel meringkuk kesakitan di seluruh badanterutama di kepala dan perutnya. Stefan masuk ke dalam mobil melihat keadaanYuki yang memprihatinkan, 

Stefan menatap Yuki nanar lalu segera melepaskanjasnya untuk menutupi tubuh Yuki. Stefan mengangkat tubuh Yuki,
Yuki refleks menyembunyikan wajahnya di dada Stefan ketika Stefan mengangkatnya dan mulaiberjalan.

Stefan berhenti, lalu melihat ke arah Verrel. "Lo dipecat" ucap Stefan datar dandingin.

 Ia merebahkan tubuh Yuki di jok mobilnya, dan berlari ke arah kemudi.Mobil Stefan melaju dengan cepat. Tangan Verrel nyaris terlindas mobil Stefankalau ia tidak gesit menarik tangannya.

***

Stefan kembali mengangkat tubuh Yuki ketika mereka sampai di rumah Yuki. Stefan teruscemas ketika melihat Yuki. Yuki berhenti menangis. Tapi diam dan tatapannyakosong. Stefan lebih baik melihat Yuki menangis daripada diam seperti ini.Setelah mendudukkan tubuh Yuki di sofa, Stefan berlutut di lantai, dihadapanYuki.

"Ki..lo kenapa? Jangan gini, maaf gue gabisa tepatin janji gue buat ga ngomongsebelum lo ngomong.. tapi gue cemas liat lo kayak gini."

Yuki bergeming, dia menatap kosong lurus ke depan. Stefan mendesah pelan, ia bisamelihat bekas tangan Verrel yang memerah di leher Yuki.

"Gue..pulang aja ya? Lo udah aman disini, gue bakal minta orang gue buat ngejagaingerbang rumah lo. Lo bisa gamasuk besok, tenangin diri lo.. gue gabakal ganggulo dulu, jaga diri lo baik-baik" Stefan berdiri, ingin menyentuh pipi Yuki, dan mengecup kening gadis itu pelan. Namun di urungkannya.

Stefan melangkah ke arah pintu rumah Yuki, 

"Stefan.." suara serak Yuki memanggilnya,Stefan berbalik melihat ke arah Yuki yang masih duduk. Tubuh Yuki bergetar,

"Peluk gue.." sambung Yuki lagi. Stefan berjalan cepat ketika ia mendengar itu,mata Stefan memerah.

Stefan memeluk Yuki begitu erat sampai tubuh mereka terhempas ke sofa Yuki.
Stefan menindih tubuh Yuki, namun tetap menopang badannya agar Yuki tidak merasakanberat badannya. Semakin lama pelukan Stefan semakin erat, airmata Yuki langsungmengalir lagi. Yuki meremas kemeja belakang Stefan kuat, tangannya yang lainmeremas bahu Stefan.

"Keluarin semua Ki, jangan lo tahan" Stefan berbisik di telinganya seraya mengusap bahu dan punggung atas Yuki

Aroma tubuh Stefan begitu menenangkan Yuki, setelah 10 menit sesunggukan. Yuki mulaiberhenti dan diam. Ia masih memeluk Stefan, begitu juga Stefan.

 Andai Yuki tau Stefan bisa saja membunuh Verrel tadi. Tapi Yuki lebih penting. Tangan Yukinaik ke atas, meremas rambut putih Stefan pelan. 

Menelusuri rambut Stefan disela-sela jarinya.

"Lo udah tenang?" Stefan setengah berbisik, ia menikmati belaian Yuki di rambutnya

Yuki mengangguk, ia terus memainkan rambut Stefan dan mengusap punggung Stefanpelan. Stefan mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu.
Stefan tersenyum tipis melihat Yuki yang sudah tenang.

"Masih takut?" Yuki menggeleng, tangannya mengusap pipi Stefan lembut, Stefan menutupmata ketika Yuki mengusap pipinya, merasakan getaran aneh yang nikmat.

"Sebaiknya lo ganti baju dulu Ki.." Stefan mengingatkan, sebelum Stefan yang menggantikan Verrel untuk menyetubuhinya.
Bedanya, Stefan ingin merusak Yuki untuk mengikat gadis itu. sedangkan Verrel untuk kepuasan semata.

Yuki berdecak, Stefan ingin bangun dari tubuh Yuki, "Eh bentar" ucap Yukimenghentikan Stefan.
Ia menarik jas Stefan tadi dan menutup dadanya. 

Barulah Stefan bisa duduk tegak. Yuki berdiri dan lari ke lantai atas.

Stefan menyandar penuh ke sofa, ia mengetik email untuk asistennya. Agar menghandle semua meeting 2 hari ke depan. Ia ingin memfokuskan diri untuk Yuki. Stefan masih ingat cerita Ellen.
Kalau Yuki memiliki trauma masa kecil. 

Dan Stefani ngin menjaga Yuki. 

Titik.

Yuki turun dari kamarnya, ia mengenakan kemeja tidurnya yang sangat longgar. Yuki duduk kembali di sofa, wajahnya gelisah. Stefan berusaha menahan semua gairahnya saatmelihat Yuki begitu menggairahkan dengan kemeja berwarna putih dan sangat longgat. Ia menatap waja Yuki yang gelisah.

"Lo kenapa?" tanya Stefan lembut

Yuki tetap menunduk, jari-jarinya saling bertautan. Sesekali ia melirik Stefan dari ekor matanya,

 "Hm.. itu.. leher gue.. bekasnya gamau ilang.." Yuki mengatakanitu terpotong-potong

Stefan terfokus ke leher Yuki, "Ki, lo percaya ga sama gue?" nada bicara Stefan serius

Yuki menoleh ke arah Stefan, menatap matanya selama beberapa detik dan mengangguk perlahan Stefan menyampingkan tubuhnya, mengangkat tubuh Yuki dan di dudukkannya Yuki dipanggkuannya. Yuki meremas bahu Stefan, posisi mereka berhadapan dan itumembuat Yuki gugup, sekaligus penasaran apa yang akan Stefan perbuat.

Stefan memeluk pinggang Yuki, mengusap pinggang Yuki pelan dan lembut juga hati-hati.Yuki terus diam dan saling menatap dengan Stefan. Meski sudah duduk di pangkuan Stefan, ia tetap saja tidak bisa menyejajarkan wajah nya dengan Stefan.

Stefan mengelus leher Yuki, Yuki gemetar merasakan telapak tangan Stefan membelailehernya. Tapi ia akan mencoba untuk mempercayai Stefan. Stefan menekan daguYuki dengan ibu jarinya hingga Yuki mendongak penuh ke atas, sedangkan empatjarinya di belakang leher Yuki. Stefan mengecup leher Yuki perlahan, begitulembut.
Yuki menutup matanya erat.
Ia bisa merasakan bibir Stefan di lehernya.

Ciuman Stefan di lehernya begitu lembut dan melelehkan. Stefan terus mengecup bagian leher Yuki yang memerah, namun lama kelamaan ciuman itu menjadi panas. Stefanmelumat,menggigit dan menghisap kulit leher Yuki, Yuki merintih perlahan. 

Dan itu semakin membuat Stefan bergairah, kedua tangannya melingkar di pinggangYuki.
Ia semakin terlena dengan aroma leher Yuki, selain ingin menghapus jejak Verrel. 

Stefan terobsesi untuk menandai Yuki.

Cengkraman Stefan menguat di pinggang Yuki, cupangan itu semakin lama semakin panas. Kulit leher Yuki merah secara menyeluruh.

Tanpa mereka sadar kalau pintu rumahterbuka dan seseorang melihat mereka.

"AAAA!!!"

Continue Reading

You'll Also Like

204K 4.3K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
72.2K 3.2K 19
Grosvenor Square, 1813 Dearest reader, the time has come to place our bets for the upcoming social season. Consider the household of the Baron Feathe...
71.9K 1.6K 31
!Uploads daily! Max starts his first year at college. Everything goes well for him and his friends PJ and Bobby until he meets Bradley Uppercrust the...
463K 31.4K 47
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...