The Dangerous Billionaire [#1...

Od FriskaKristina9

1.4M 58K 2.5K

(18+) PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Ivanna Jhonson, wanita cantik bertubuh seksi dan juga pintar menjadi sekret... Více

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
CAST
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Informasi Update Cerita! (Mohon Dibaca)
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Attention Please!
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Baca
Chapter 43
Maaf Ya
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49

Chapter 17

30.1K 1.2K 12
Od FriskaKristina9

"Sudah kuduga," ucap Arnold yang sekarang sudah berdiri tepat dihadapan Ivanna. Ia melipat kedua lengannya didada bidang miliknya.

Ivanna berusaha mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang membuatnya tak berdaya dihadapan Arnold. Bisa-bisanya ia malah mengagumi Arnold yang sudah berani tidur bersama dengannya.

"Percaya diri sekali kau ini!" elak Ivanna.

Arnold mencondongkan wajahnya, posisinya tepat seperti ingin berciuman, "Percaya diriku memang tinggi jika itu menyangkut tentangmu," balas Arnold yang membuat Ivanna menutup matanya. Ia mengira bahwa Arnold akan menciumnya, ternyata tidak. Kasihan sekali.

Arnold tersenyum jahil sembari memandangi Ivanna yang masih memejamkan matanya, "Sekarang siapa yang percaya dirinya terlalu tinggi heh? Kau kira aku akan menciummu ya," sambung Arnold dengan tawa.

Ivanna membuka matanya, sekarang ia merasa sangat malu. Baru saja ia mengatakan bahwa Arnold yang terlalu percaya diri akan dirinya, tapi sekarang? Malah dia sendiri yang terlalu percaya diri bahwa Arnold akan menciumnya. Ivanna menunduk malu dan segera berlari menuju kasur, ia langsung menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut.

"Katakan saja padaku, jika kau memang benar-benar mengagumiku," ucap Arnold.

Ivanna melempar bantal yang ada disebelahnya, "Kau keluar saja! Aku sedang tak ingin melihatmu," balasnya dan langsung menutup wajahnya lagi dengan selimut.

Arnold menangkap bantal yang dilemparkan Ivanna padanya, "Hahaha... Kau malu-malu ya?"

"Pergi!!" pekik Ivanna kesal. Arnold membuatnya semakin malu.

Arnold menghampiri Ivanna dan ia duduk ditepi ranjang, "Baik aku akan pergi. Jika kau sudah merasa bahwa ucapanku tadi benar, jangan sungkan lagi untuk bertemu denganku hahaha.."

"Tidak, ucapanmu tadi tidak benar sama sekali," elak Ivanna dan memukul lengan Arnold.

"Iya aku salah, ucapanku tadi hanya lelucon saja," tutur Arnold.

Arnold meletakkan bantal tadi disebelah Ivanna. Ia mengelus kepala Ivanna yang tertutupi oleh selimut.

Ivanna membeku akibat perlakuan lembut dan hangat yang diberikan Arnold pagi ini padanya. Ya walaupun diawal ia merasa sangat jengkel karena pria itu masuk tanpa izin dan malah tidur diranjang berdua dengannya, tapi pagi ini ia malah merasa seperti ambigu. Ambigu melihat perlakuan Arnold padanya yang terkesan sangat manis, padahal dihari-hari sebelumnya Arnold hanya bisa memancing amarah dan malah membuat Ivanna kesal.

"Aku akan mandi dan sarapan pagi. Jika kau mau, aku akan menunggumu dibawah," Arnold berlalu pergi dan meninggalkan Ivanna yang masih terbawa oleh pikirannya akan perlakuan Arnold pagi ini.

Ivanna membuka selimutnya dan ia memastikan lagi jika Arnold memang sudah benar-benar pergi, "Dasar kau pria aneh. Terkadang kau berlaku seperti pria yang sangat berbahaya dan tak tersentuh, tapi tadi kau berlaku seolah aku adalah orang yang sangat kau sayangi dan ingin kau lindungi. Aku bisa mati berdiri melihatmu jika kau seperti itu terus," ucap Ivanna pada dirinya sendiri.

Ivanna akhirnya bangun dan menghempaskan selimut yang tadinya menjadi senjata perlindungannya. Ia membuka semua bajunya, mengenakan handuk dan langsung menuju kamar mandi. Itu adalah kegiatan rutin Ivanna, membersihkan tubuhnya setelah bangun dipagi hari.

Setelah Arnold membersihkan tubuhnya ia langsung menuju walk in closet, Arnold memakai celana pendek dan kaus berwarna abu-abu.

Arnold memakai pakainnya dengan terburu-buru, ia melakukannya seperti orang yang ketakutan. Setelah Arnold memakai pakaiannya, ia langsung keluar dari kamarnya dan menuju lantai utama mansionnya.

"Sasha! Sasha!" panggil Arnold sembari berjalan mendekati meja makan yang ukurannya sangat besar dan banyak kursi yang tersusun rapi disisi kanan dan kirinya.

Sasha menghampiri Arnold dengan langkah yang sedikit berlari, "I-iya tuan," balas Sasha dan mengatur napasnya perlahan.

"Buatkan aku kopi," perintah Arnold pada Sasha yang notabenenya adalah kepala pelayan di mansion Arnold.

"B-aik tuan," balas Sasha dan berlalu pergi dari hadapan Arnold.

Kopi adalah minuman yang disukai Arnold setiap pagi hari. Entah sedang baik atau buruk pikiran dan hatinya, ia tetap akan meminta Sasha untuk membuatkan kopi setiap pagi. Sasha sudah sangat sering memberi nasehat pada Arnold bahwa kopi sangat tidak baik untuk kesehatan jika diminum terus-menerus, tapi sepertinya omongon kepala pelayan itu tak digubbris dan tak didengarkan oleh Arnold, mungkin.

Ivanna menuruni anak tangga satu persatu, ia kelihatan lebih cantik dan menarik saat ia sudah membersihkan tubuhnya. Ivanna menuju kursi yang ada disebelah Arnold.

Arnold duduk dikursi yang menghadap kesebelah utara, ponsel yang ia genggam tampaknya lebih menarik dibanding kehadiran Ivanna yang sudah duduk tepat disebelahnya.

Sasha menghampiri Ivanna dan Arnold yang sudah berada dimeja makan dengan gelas yang berisikan kopi pesanan Arnold.

Sasha tersenyum saat melihat Ivanna menyapanya dengan senyuman yang memesona, "Pagi Nona," ucap Sasha.

"Pagi juga Sasha."

Arnold melihat Ivanna yang sudah berada disebelahnya, tapi ia tak menghiraukannya. Arnold malah merasa lebih asik dengan ponselnya.

Sasha meletakkan gelas yang ia bawa tadi dihadapan Arnold. Ivanna melirik gelas yang berisikan kopi itu dan menggeleng tak suka kearah Arnold, "Cobalah untuk tidak membiasakan dirimu dengan minuman seperti ini. Selain tak baik jika diminum terus menerus, kopi juga bisa menimbulkan penyakit yang berbahaya jika tak diminum sesuai porsi dan sesuai jamnya." tutur Ivanna menasehati Arnold.

Arnold masih tak menghiraukan Ivanna, ia masih terus mengutak-atik ponselnya.

"Apa kau mendengarku?" tanya Ivanna.

Arnold seakan tak peduli dengan apa yang dikatakan Ivanna padanya, ia malah semakin gencar mengutak-atik ponselnya.

"Hei!" pekik Ivanna merasa kesal. Sepertinya Arnold takkan pernah merasa puas untuk membuat Ivanna kesal dan marah.

Melihat Arnold yang tak menghiraukannya sama sekali, Ivanna mengambil paksa ponsel yang ada digenggaman Arnold tadi.

Arnold menaikkan alisnya, "Apa lagi?"

"Apa kau tidak mendengarku sejak tadi?" balas Ivanna kesal.

"Memangnya kau berkata apa tadi?" ucap Arnold seolah tak mendengar sama sekali perkataan Ivanna tadi, padahal telinganya masih sangat jelas mendengar nasehat gadis itu tadi.

"Arrgghh! Aku tadi bilang jika kau terus meminum kopi, itu tidak bagus untuk kondisi kesehatanmu nanti." tutur Ivanna menahan kekesalannya.

"Oh begitu ya?" balas Arnold yang menaruh tangannya sebagai tumpuan dagunya.

Ivanna bangkit dari duduknya, "Bisa tidak, disaat ada yang menasehatimu kau tidak memberi respon yang seperti itu?" ucap Ivanna yang semakin merasa jengkel dan kesal pada Arnold.

"Hmm.." Arnold memasang ekspresi seperti orang yang sedang berpikir, "Tidak, tidak bisa." sambungnya lagi.

"Kau memang harus memanggil seorang psikiater!" tutur Ivanna dan pergi meninggalkan meja makan. Ponsel yang ia ambil tadi masih ada padanya, namun Ivanna membawanya kedalam kamarnya.

Arnold tertawa pelan, mengapa rasanya sangat senang jika terus membuat Ivanna seperti itu? batinnya. Entah ia gila atau tidak, tapi Arnold sangat menyukai saat dimana ia membuat Ivanna merasa kesal dan marah, karena ekspresi Ivanna pada saat itu sangat menggemaskan dan lucu-menurut Arnold.

Arnold menyeruput kopinya, memakan roti yang sudah dilapisi mentega dan didampingi oleh scramble egg.

Ivanna tampak terus mengumpat dan menggerutu akibat ulah Arnold pada dirinya. Saat ia ingin berbuat baik, pasti Arnold selalu membuatnya kesal dan malah mempermainkannya.

Ivanna mengunci pintu kamarnya agar Arnold tak bisa masuk dan ia langsung menuju ranjang dan duduk diatasnya.

Ivanna tersadar bahwa ia tak sengaja membawa ponsel Arnold, yang ia ambil secara paksa karena saat Ivanna berbicara, Arnold malah tak menghiraukannya.

Ia memeriksa ponsel Arnold yang tak dikunci itu dengan seenaknya. Sepertinya ia tak takut jika Arnold mengetahuinya.

Tbc.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

394K 15.6K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
675K 77.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
663K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
5.4M 287K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...