Love Scenario

Por Kilala8894

65K 5.3K 3.5K

Melihat orang yang ia dambakan akan menjadi suaminya ternyata telah menikah dengan orang lain, adalah siksaan... Más

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Hiatus

Bagian 3

5K 536 359
Por Kilala8894


Jaemin tahu dengan pasti kalau ini bukanlah salah kakaknya. Bukan salah kakaknya kalau mereka harus hidup dengan serba kekurangan, bukan juga salah kakaknya kalau akhirnya harus menempuh jalan itu untuk mendapatkan uang, ini semua karena keadaan. Keadaanlah yang memaksa kakaknya untuk melakukan hal tersebut. Karena itu ia saat kakaknya membayarkan uang sekolahnya dengan hasil pekerjaannya tersebut, Jaemin hanya bisa menerimanya. Memang apalagi yang bisa ia lakukan? Ia tak bisa bekerja karena kakaknya dengan tegas telah melarangnya.

"Hei, kamu tahu tidak, Jaemin sudah membayar uang sekolahnya."

Jaemin menundukkan kepalanya, bersiap menerima semua hinaan yang mungkin akan teman-teman sekolahnya lontarkan untuknya. Ia sudah terbiasa dengan perlakuan mereka yang buruk, hanya karena ia bukan dari kalangan orang berada, tak ada satupun orang yang mau berteman dengannya. Selama ini, di rumah ia selalu berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja, ia tak ingin menambah beban pikiran kakaknya kalau kakaknya sampai tahu apa yang telah teman sekolahnya lakukan kepadanya setiap hari.

"Wah, benarkah. Dari mana ia punya uang untuk membayarnya?"

Jaemin menegakkan wajahnya, berusaha mengacuhkan mereka, ia meneruskan langkahnya menuju kelasnya.

"Memangnya kalian pikir dari mana lagi, keluarganya kan miskin dan sudah jelas mereka tidak punya uang."

Jaemin mengepalkan jemarinya saat mendengar suara tawa mencemooh dari mereka, namun ia memilih untuk menahan dirinya.

"Ah, apa dia telah menjual tubuhnya?"

"Ya, memangnya kau pikir dengan tubuh kurus seperti itu, ada yang mau?"

Kembali terdengar gelak tawa yang terdengar menyebalkan di telinga Jaemin. Inginnya ia membalas semua ucapan mereka, tapi mengingat ia yang hanya seorang diri, Jaemin pun mengurungkan niatnya, ia memang bukan pengecut, tapi melawan begitu banyak orang, ia tak akan menang.

"Kalian tahu tidak, aku melihat kakaknya kemarin."

"Oh ya, apa yang dia lakukan."

"Dia merayu sembarang pria di jalanan dan mengajaknya tidur bersama."

Terdengar seruan bernada jijik yang Jaemin dengar di sekelilingnya.

"Aku tak mengerti kenapa kepala sekolah tidak mengeluarkan Jaemin dari sekolah ini, keluarga pelacur seperti dirinya tak pantas berada di sekolah ini."

"Bagaimana lagi, aku yakin kalau kakaknya pasti sudah merayu kepala sekolah dan mungkin juga tidur bersamanya."

"Aku yakin, kakaknya pasti juga menjual tubuhnya untuk membayar uang sekolah Jaemin. Menjijikkan."

Jaemin tak tahan lagi, ia segera mempercepat langkahnya, namun baru beberapa langkah ia menjauh dari gerombolan itu, seseorang lebih dulu mencegatnya dan menumpahkan segelas minuman dingin ke wajahnya.

Jaemin memejamkan matanya, mengusap wajahnya yang kini basah dan berbalik arah, namun lagi-lagi ada yang melemparkan tepung ke wajahnya.

"Hahahaha... lihat dia mirip dengan gelandangan...."

"Pecundang..."

"Pelacur..."

"Kau tak pantas berada di sekolah ini, enyahlah dari hadapan kami dan jangan pernah muncul lagi dengan wajah menjijikkanmu itu."

Salah satu dari mereka mendorong tubuh kurus Jaemin, hingga remaja itu terjatuh ke lantai. Jaemin meringis pelan, lututnya terasa sakit saat menghantam lantai. Bulir air mata menuruni pipinya yang tirus, tapi ia sama sekali tidak mengatakan apapun, kepalanya tertunduk, pasrah dengan apa yang mereka.

"Lihat, betapa lemahnya dia."

"Mana mungkin dia punya tenaga lagi, pasti tadi malam tenaganya sudah terkuras untuk melayani om-om mesum di pinggir jalan."

Suara tawa kembali terdengar.

"Akh, aku kesal. Kenapa dia diam saja."

"lempar saja ia dengan telur busuk."

"Atau air comberan, aku sudah membawanya."

Jaemin semakin menundukkan wajahnya, bersiap untuk menerima lemparan telur ataupun siraman air. Namun beberapa saat ia menunggu, semua itu tidak terjadi. Perlahan-lahan ia mendongakkan wajahnya dan saat itulah ia bertemu pandang dengan seseorang yang telah menghalangi niat mereka untuk mengerjainya. Lee Jeno, ketua osis di sekolahnya.

Jeno membungkukkan badannya ke arah Jaemin, namun Jaemin segera beringsut menjauh. "Mau apa kau? Apa kau ingin mengerjaiku juga... aku tidak..." ucapan Jaemin tertunda saat tangan Jeno berada di pipinya dan mengusap noda bekas minuman dan juga tepung yang menempel di sana.

"Kau jelek dengan wajah seperti ini."

Jaemin tersenyum sedih, "Tak perlu mengatakannya lagi, aku tahu kalau aku memang tidak sebanding dengan kalian semua." Jaemin menepis tangan Jeno dan berusaha untuk berdiri, ia meringis ketika merasakan lututnya berdenyut sakit.

Jeno tersenyum tipis, "Apa kau selalu merasa rendah diri seperti ini? Dan apa karena itu pula kau membiarkan mereka menghinamu?"

Jaemin mendengus pelan, "Memangnya kau pikir aku bisa melawan mereka? ah, aku lupa bukankah kau juga bagian dari mereka," ucapnya dengan nada sinis.

"Jeno-ya, jangan dekati dia, kau tahu dia mungkin saja akan berusaha merayumu untuk mendapatkan uangmu."

Jaemin mendengus pelan mendengar ucapan teman Jeno, tapi ia tidak berkomentar apapun, hanya menatap sekilas ke arah Jeno sebelum melangkah pelan meninggalkan lelaki itu bersama teman-temannya.

Baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya sudah terhenti karena merasakan adanya tangan yang melingkari pinggangnya. "Lee Jeno..."

"Biarkan aku membantumu."

"Tidak usah, apa kau tidak mendengar ucapan teman-temanmu? Aku bisa saja merayumu dan menghabiskan seluruh uangmu."

Jeno tersenyum tipis, "Kalau begitu lakukan saja, kalau kau bisa, Nana."

.

.

.

.

.

.

.

Sehun menghapus jejak air mata di pipinya dan matanya terus menatap ke arah luar jendela. Membayangkan apa saja yang mungkin sekarang di lakukan oleh mantan kekasihnya dengan istri dan juga anaknya diluaran sana. Seulas senyuman getir menghiasi wajah Sehun saat ia mengingat bagaimana anaknya nampak begitu bahagia bersama dengan keluarganya yang baru.

'Ku mohon Jongin, hiks.... jangan bawa anakku...'

'Jangan keras kepala Sehuna, aku akan tetap membawanya pergi, dia anakku juga.'

'Ku mohon Jongin... aku tak bisa berpisah dengannya...'

'Kau sudah berjanji padaku, Sehuna. Dan sekarang kau harus menepatinya...'

Sehun menundukkan kepalanya, berusaha keras untuk tidak menangisi lagi apa yang telah terjadi kepada dirinya. Semua ini salahnya, salahnya yang telah berjanji kepada Jongin untuk melahirkan seorang anak untuknya.

Flashback

"Jongin, kenapa wajahmu murung begitu? Apa telah terjadi sesuatu yang buruk ?"

Jongin menatap wajah cantik Sehun yang tampak cemas, ia tersenyum tipis, tangannya menggenggam jemari Sehun dan membawanya ke bibirnya, mengecup satu persatu jemari itu sebelum kembali menggenggamnya dengan erat. "Aku tidak apa-apa."

"Jangan berbohong padaku, katakan saja, ada apa? apa ada pekerjaanmu yang tidak selesai?"

"Bukan begitu, sayang. Ini hanya masalah antara aku dan ayah."

"Apa kalian bertengkar?" Sehun menyandarkan tubuhnya di dada bidang Jongin, saat ini keduanya sedang bersantai di sofa ruang tengah apartement Jongin.

"Hmm... ayah mendesakku untuk memberikannya seorang cucu."

"Memberikan cucu?" Sehun mendongakkan kepalanya, "Bukankah kau belum menikah kenapa ayahmu sudah menginginkan seorang cucu? Apa dia tahu hubungan kita?"

Jongin mengecup sekilas bibir Sehun sebelum mengangguk, "Ayah tahu tentang dirimu...."

Sehun kembali menyamankan tubuhnya di pelukan Jongin. "Jongin..."

"Hmm..."

"Kau tahu aku tidak keberatan kalau punya anak darimu."

"Apa kau serius sayang, kau sudah siap punya anak dariku?"

Sehun mengangguk, "Aku serius Jonginie..."

Jongin menunduk dan lagi-lagi mengecup bibir tipis Sehun, "Kalau begitu kita akan mendapatkannya."

Flashback End

Kesalahan terbesar yang Sehun lakukan adalah ia terlalu percaya dan juga terlalu cinta dengan Jongin, hingga ia tidak mengetahui semua kebenarannya. Pada akhirnya, anaknya harus direbut dari sisinya karena kesalahannya. Ia tak tahu kalau kenyataannya akan menjadi seperti itu, awalnya ia mengira kalau ia dan Jonginlah yang akan membesarkan anak itu bersama-sama dan bukannya di pisahkan darinya, tapi sekali lagi Sehun terlalu lambat untuk menyadarinya. Mana mungkin orang kaya raya seperti keluarga Jongin, ingin cucu mereka di asuh oleh seorang ibu yang miskin seperti dirinya?

'Berjanjilah padaku Sehun, meski aku harus membawa Taeoh pergi, kau harus tetap berada disisiku, selamanya.'

Sehun tahu, ia tak akan pernah bisa menepati janji itu, setelah ia mengetahui fakta kalau Jongin telah mempunyai seorang istri.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku, Jongin...."

"Apa yang harus aku katakan? Bahwa dia mandul dan tidak bisa melahirkan seorang anak?"

"Kau menipuku..."

"Aku tidak menipumu Sehuna, kau sendiri yang bersedia untuk melakukannya tanpa paksaan dariku."

"Kau tidak mengatakan yang sebenarnya kalau kau sudah punya istri."

"Ada alasan kenapa aku tidak mengatakannya."

"Dan alasannya adalah supaya kau bebas menipuku bukan, kau kejam Kim Jongin. hiks... kembalikan anakku..."

"Apa kau lupa dia adalah anakku juga Sehuna.... darah kita berdua mengalir dalam aliran nadinya."

"Tapi kau mengambilnya dari sisiku..."

"Bukankah kita sudah sepakat?"

"Aku tidak pernah menyepakatinya Kim Jongin, aku ingin mengasuhnya... hiks.... katakan Jongin, apa karena aku miskin aku tak punya hak untuk merawat anakku sendiri."

Jongin tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaan Sehun.

"Aku membencimu dan aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini."

"Kau pikir kau siapa, Oh Sehun. Aku tidak akan membiarkan kau pergi dari sisiku." Jongin mencengkram lengan Sehun dan menarik tubuh kurus itu untuk lebih merapat dengan tubuhnya. "Kau akan selalu menjadi milikku, Sehuna."

"Aku tidak mau, hiks... aku...."

Cup

Dan hanya seperti itu saja, Sehun masih ingat bagaimana akhirnya pertengkaran mereka hanya berakhir di atas ranjang. Selama beberapa bulan Jongin mengurungnya di dalam kamarnya hingga akhirnya ia berhasil kabur dari tempat itu. Namun sepertinya bayangan Jongin tak juga ingin pergi dari hidupnya, meski ia berhasil menjauh dari Jongin, tapi kenyataan bahwa ia mengandung buah cintanya lagi dengan Jongin, kembali membuatnya tak berhasil melenyapkan bayangan pria itu begitu saja.

Meskipun demikian Sehun tetap bersyukur karena Jongin tidak mengetahui keberadaan anaknya yang lain, hingga Reon bisa aman dari jangkauan Jongin. Tapi bagaimana jika Jongin kembali menyelidiki dirinya dan kemudian mengetahui fakta kalau Taeoh punya seorang adik? Apa yang harus ia lakukan?

"Kau disini rupanya."

Sehun dengan cepat mengusap wajahnya, berharap tak ada lagi sisa air mata di sana, sebelum ia menoleh dan mencoba tersenyum cerah pada kekasih dari sahabatnya, Hanbin. "Kau mencariku?"

Hanbin mengangguk, "Kau sudah makan siang?"

"Belum."

"Mau makan siang bersama? Jinhwan cerewet sekali, ia terus menerus menelponku dan memastikan kalau aku mengajakmu untuk makan siang bersama."

Sehun terkekeh pelan, "Baiklah, ayo makan siang bersama."

"Kau tampak pucat, apa pekerjaannya melelahkan?" Hanbin berjalan pelan menyamakan langkahnya dengan Sehun.

"Tidak kok, aku hanya kurang tidur tadi malam."

"Apa Reon cerewet?"

"Sedikit," jawab Sehun pelan.

Keduanya baru keluar dari area dapur saat seseorang menabrak tubuh Sehun. Sehun tersentak mundur satu langkah ke belakang sebelum ia menunduk dan memperhatikan orang yang telah menabraknya.

Deg

"Uncle maafkan asher..."

Sehun berlutut di hadapan bocah itu dan tangannya yang gemetar menyentuh pundak anaknya. "Memangnya Asher mau kemana?" tanyanya dengan suara serak menahan tangis.

"Asher mau pipis..."

"Mau uncle temani?"

Bocah itu tersenyum lebar, senyum yang mengingatkan Sehun pada senyuman milik Jongin dan juga Reon. Duh, kenapa tidak ada satupun anaknya yang mirip dengan dirinya sih.

"Uncle, gendong...." Taeoh mengulurkan tangannya.

Sehun tampak ragu sejenak sebelum akhirnya ia menggendong tubuh anak itu. sekuat mungkin Sehun berusaha untuk tidak menangis karena ini adalah kali pertama dirinya bisa kembali menyentuh dan menggendong anaknya. Ia mencium pipi Taeoh yang harum sebelum menoleh pada Hanbin, "Kau pergi saja duluan nanti aku menyusul."

Hanbin hanya mengangguk sebelum melangkah pergi.

Taeoh melingkarkan tangannya di leher Sehun dan menatap wajah cantik yang kini juga tengah menatapnya. "Uncle cantik..."

"Benarkah, Asher juga tampan..."

Taeoh terkikik pelan, "Asher memang tampan seperti daddy..."

Sehun tersenyum pelan, ia membiarkan saja saat tangan mungil Taeoh meraba wajahnya, "Uncle... Asher baru lihat Uncle hari ini, uncle teman daddy ya."

"Iya..."

"Asher suka uncle... uncle cantik..."

Belum lagi Sehun bisa menjawab ucapan Taeoh, sebuah suara dari arah belakang sukses membuat tubuhnya merinding.

"Asher dari mana saja kau, daddy mencarimu kemana-mana."

Oh Tuhan, apakah Jongin akan marah kepadanya karena telah berani menggendong anaknya?

.

.

.

.

.

.

.

Please jangan paksa aku untuk up cepet. Mohon pengertiannya.

No edit ya

Seguir leyendo

También te gustarán

3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
16.3M 593K 34
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.1M 316K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
272K 26.5K 30
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...