Memeluk Bayang

By umiimasrifah

77.6K 7.5K 569

[ON GOING] Ketika Kala kehilangan Sera, mengharuskan dia terjun dalam pencarian mencari ibu pengganti untuk R... More

Blurb
Azkala Wafa Albarkawi
Dilara Afsheena
Gara-gara Rere
Karena Rere
Memeluk bayangan
Hari itu datang
Memeluk Bayangan 2
Memeluk Bayangan 3
Memeluk Bayang 4
Memeluk Bayang - Hijab Takdir
Rere hilang
Menemukannya
Kejadian itu
Kala peduli
Sheena sembuh
Pergi tidak semudah datang
Berharap dan tidak diberi harapan
Jangan pergi
Danau
Ruang yang sama
Kejadian di cafe
Sheena dan Sera Menghilang
Sheena dan Sera Menghilang 2
Meski bukan denganku, kamu pantas bahagia
Pertemuan itu
Sidang Terakhir
Yang terjadi di Pengadilan Agama

Rantai Kejombloan

2.4K 286 55
By umiimasrifah

"Sayang, lebih baik kamu dirumah saja. Biar Sheena yang mendampingi Rere dikegiatan study tournya." ucap Kala mensejajari Sera diranjang.

"Mas, lihat." Sera menyodorkan undangan untuk wali murid. "Ini ditujukan untuk orang tuanya Rere, dan aku Mamanya Mas. Sheena bukan siapa-siapa kita, dan gak seharusnya dia ikut dalam kegiatan itu bersama Rere." jawab Sera yang naluri egois keibuannya muncul.

"Iya iya, baiklah. Kamu bisa menemaninya, tapi kamu harus janji untuk jaga kesehatanmu dan Rere. Lagian kamu juga baru sembuh." ucap Kala sembari menggenggam tangan Sera dengan lembut.

Pemandangan yang cukup menyakitkan. Namun tidak sepantasnya dia melihat. Ya, Sheena berdiri dibelakang pintu yang sedikit terbuka, menatap lurus dimana Kala dan Sera yang sedang berbincang.

Seperti ada luka tak kasat mata dihatiku, yang berbentuk goresan dan rasanya perih. Itu saat, aku melihatmu dengannya.
Sheena mengusap wajahnya gusar, tidak sepantasnya dia menyaksikan ini, tidak sepantasnya juga dia memiliki perasaan yang membuatnya semiris ini.
Perempuan itu berbalik, namun ibu Kala sudah ada dibelakangnya dan ikut menilik apa yang dilihat oleh Sheena tadi. Wajah wanita itu penuh penyesalan. Dan Sheena yang menyadari hal itu segera mengembangkan senyum, berusaha kuat meski dibuat-buat.

"Ibu ada disini? Dengan Ayah juga? Kok nggak ngabarin bu?" tanya Sheena.

Wanita itu tidak menjawab, dia hanya menatap Sheena dengan mata nanarnya.

"Mmm, kita kedalam yuk Bu.. Rere lagi sibuk siap-siap untuk besok study tour."

"Denganmu Nak?" tanya Dila.

Sheena menggeleng, "Dengan Mbak Sera, Bu. Mbak Sera kan orang tuanya... Mari bu kedalam." ajak Sheena mengalihkan pembicaraan.

***

Keesokan harinya.

"Kenapa kamu gak ikut nganterin mereka?" tanya Ahkam.

"Lah, siapa aku? Nanti malah Mbak Sera curiga."

"Seharusnya. Sudah seharusnya dia curiga, apalagi kehadiranmu yang tiba-tiba dirumah setelah kepergiannya. Tapi, dia biasa saja kan? Itu aneh, Sheena." jelas Ahkam kemudian menyecap cappucinonya.

"Mungkin saja Mas Kala sudah ngasih alasan kenapa aku dirumah itu."

"Tanpa berkompromi denganmu?"

"Yaa," Sheena tidak bisa menjawab. "Nanti, mungkin." ucapnya asal-asalan.

"Sheena, Sheenaaa.." Ahkam tertawa tiba-tiba, membuat Sheena yang tadinya bingung jadi semakin bingung karena laki-laki didepannya.

"Hei, ada badut dimana?" Sheena mengedarkan pandangan, mencari obyek yang dianggap lucu oleh Ahkam, namun tidak mungkin yang dimaksud dia ada ditempat itu.

"Ini. Badut nya didepanku." ucap Ahkam.

"Aku?" tanya Sheena yang tiba-tiba jadi polos.

"Siapa lagi?" balas Ahkam.

"Eh, asal ngomong aja." gerutu Sheena.

"Lah kamu sendiri kan yang bilang badut."

"Ya tapi bukan aku."

"Kan kamu yang lucu, artinya kamu badut dong."

"Lucunya apasih?" kini Sheena benar-benar dibuat polos karena sikap Ahkam.

"Mukamu yang lucu. Kalo kamu gak percaya diri, jangan ngomong yang kamu anggap itu belum pasti."

"Ya, kan... Biar nanti, aku.. Apa ya, ya mungkin aja terjadi. Kita nggak boleh buruk sangka sama orang kan?"

Ahkam mengangguk-anggukan kepalanya sembari menahan tawa, melihat Sheena yang lucu. "Oke. Kamu benar."

"Yaudah sih, gausah ketawa gitu." dan perempuan itu sadar Ahkam sedang menertawakan kepolosannya.

"Oke oke. Sekarang, kamu mau pulang?" tanya Ahkam.

Sheena langsung mendelik, "kamu ngusir aku?" ucapnya dengan wajah kesal.

"Gak ada hak buat ngusir kamu dari sini lagian," ucapnya. Iyalah. Itu cafe, tempat umum, dan bukan milik Ahkam, lalu kenapa dia mengusir Sheena yang juga tidak melakukan kesalahan.

"Terus kenapa kamu nanya gitu?" tanya Sheena.

"Lah kan cuman nanya, mungkin kamu mau pulang sekarang. Kalo gak mau, yaudah. Disini aja sama aku. Gitu aja sensi." balas Ahkam.

"Kok jadi kamu yang sensi?" ucap Sheena sembari ingin tertawa.

"Jangan ketawa!" larang laki-laki itu. Padahal Ahkam bahagia membuat perempuan itu bisa tertawa. Hatinya terasa tenang, meski dia tau Sheena tidak baik-baik saja.

Dan, kenapa aku harus mengakhiri pertemuan ini. Jika dengan menghentikan waktu, pilihanku satu-satunya agar bisa melihat senyummu.
Laki-laki itu tidak sadar sejak kapan perasaan itu muncul, entah mungkin sejak pertama kalinya dia bertemu dengan Sheena, tepatnya saat Sheena mengalami kecelakaan dan Ahkam lah yang menemukannya, dialah yang membawa Sheena keluar dari mobil dan memberi pertolongan pertama sebelum Kala datang. Itu kenapa Sheena sewaktu dimobil sudah sadarkan diri.

"Sekarang. Ceritakan tentangmu. Selama ini yang kita bahas hanya tentang kehidupanku, kehidupanmu belum sama sekalii. Ini gak adil." ucap Sheena.

"Tentangku?"

"Hmm." sahut Sheena.

"Gak ada yang penting sepertinya."

"Yaa?" tanya Sheena sangsi. "Flat sekali hidupmu, Nak." ucapnya sembari menepuk-nepuk pundak Ahkam yang ada didepannya, dia sedikit meraih untuk bisa menggapai pundak kokoh milik laki-laki itu.

"Sekarang gak flat lagi." jawab Ahkam. Ya, itu karna kamu.

"Kok bisa?" tanya Sheena.

"Iya, ada seseorang yang sudah merubahnya." jawab Ahkam.

"Oh ya? Alhamdulillah, aku akan berterima kasih pada dia karna sudah mengeluarkan mu dari rantai kejombloan." ucap Sheena dan Ahkam langsung mendelik mendengarnya.

"Berlebihan banget gila." gerutu Ahkam. "Lagian gak mungkin aku sama dia."

"Hm?" tanya Sheena sembari menyantap kentang gorengnya. "Kok gitu? Yah, pupus sudah harapanmu buat keluar dari rantai kejombloan." tambahnya yang tidak habis menggoda Ahkam.

"Lama-lama aku mutilasi nih kamu. Jangan mengolokku dengan menyebutku ada dirantai kejombloan. Aku ini single, single fisabilillah." elak Ahkam yang malah membuat Sheena terpingkal.

"Pembelaan diri seorang jomblo."

Ahkam menarik napasnya kuat-kuat lalu menghembuskannya dengan keras, dan tersenyum. Senyuman yang dibuat-buat.
"Terimakasih judul filmnya, Sheena."

Sheena lagi-lagi tertawa, bayangkan ada film dengan judul "pembelaan diri seorang jomblo"?

"Aku boleh pulang?" tambah Ahkam.

"Yaaah, pulang?" tanya Sheena.

"Iya."

"Issh marah? Maaf-maaf deh. Aku kan cuma bercanda." ucap Sheena.

"Aku tau kamu bercanda. Tapi mungkin untuk setelah ini tidak." jawab Ahkam dengan wajah flatnya.

"Kok gitu sih?" tanya Sheena. Kemudian dia mendapat jawaban setelah Ahkam menunjuk seseorang dengan alisnya. Dan mereka berdua memperhatikan laki-laki dengan wajah jauh lebih flatnya berjalan kearah mereka.

"Kok dia tau aku ada disini?" tanya Sheena bingung.

"Kenapa kamu disini?" tanya Kala setelah bisa menjangkau mereka. Sedangkan Ahkam hanya diam dan memperhatikan bagaimana Kala langsung bertanya pada intinya ke Sheena.

"Aku, hanya nggak mau ganggu kalian. Jadi,"

"Harusnya kamu ada disana. Rere mencarimu, tau?"

Sheena langsung ingat Rere, dia melihat ponselnya dan ada banyak panggilan masuk dari Kala. Dan naasnya, ponsel Sheena dimode senyap, juga perempuan itu asyik ngobrol dengan Ahkam. Jadi? Tunggu saja bom akan meledak setelah ini.

"Maaf Pak Kala, saya yang mengajak Sheena, jadi jangan marah padanya." sela Ahkam sembari berdiri.

Kala mengernyitkan alis ketika Ahkam memanggil istrinya tanpa embel-embel apapun.

"Kita pulang sekarang." Kala tidak peduli pada Ahkam, dia langsung pergi dan menyuruh Sheena untuk ikut dengannya.

"Aku pulang dulu ya, Ahkam. Assalamualaikum." Sheena mengambil tasnya lalu pergi dan melangkah dibelakang Kala.

"Waalaikumsalam." jawab Ahkam. "Aku ingin sekali mengeluarkanmu dari hubungan itu. Kamu nggak pernah bahagia dengannya, Sheena." ucap laki-laki itu dalam hati.

Kemudian dia mengusap wajahnya, "Kenapa aku bisa berpikir dia nggak bahagia? Kalo dia memilih jalan ini, itu artinya dia bahagia. Ayolah Ahkam, sadarlah." ucap Ahkam pada dirinya sendiri. Menyadarkan dirinya bahwa ada batasan antara dia dan Sheena, dan dia tidak seharusnya melampaui batasan itu.

-

Halo semuanya, huehe Assalamualaikum.
Siapa yang kangen mereka? Ini part-nya banyak tentang Sheena dan Ahkam yaa. Hayo, siapa yang mulai jatuh cinta dengan Ahkam? Wkwk.
Suka mana nih, Kala si misterius, bermimik flat, keras kepala. Dan Ahkam si humble, asyik, pastinya baik.

Terimakasih ya, yang masih nunggu cerita ini. Dan maafkan aku yang jarang update sekarang.

Regards

Umi Masrifah.

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 963K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
19.6K 3.7K 3
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...
60.6K 2.8K 29
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
4.9M 296K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...