The Fate (Completed)

By rinisurastikaa

320K 16.7K 528

Sequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka mesk... More

Prolog
Fate-1
Fate-2
Fate-3
Fate-4
Fate-5
Fate-6
Fate-7
Fate-8
Fate-9
Fate-10
Fate-11
Fate 12
Fate-13
Fate-14
Fate-15
Fate-16
Fate-17
Fate-18
Fate-19
Fate-20
Fate-21
Fate-22
Fate-23
Fate-24
Fate-25
Fate-26
Fate-27
Fate-28
Fate-29
Fate-30
Fate-31
Fate-32
Fate-33
Fate-34
Fate-35
Fate-36
Fate-37
Fate-38
Fate-39
Fate-40
Fate-41
Fate-42
Fate-43
Fate-44
Fate-45
Epilog
Sequel?!
Extra Part
Seputar Cerita ini

Fate-46

6K 253 13
By rinisurastikaa

Tadinya mau update besok, tapi udah nggak sabar wkwk, besok insyaallah update epilognya🌚

Read enjoy^^

🍁🍁🍁

Berpisah bukan lah sebuah akhir
Berpisah adalah cara menguji kesetiaan
Berpisah itu menyakitkan.

-Uknown

🍁🍁🍁

Malam ini taman belakang rumah Davi tampak ramai. Ini semua rencana Bayu dan Ray yang ingin merayakan hari ulang tahun Davi. Meski pun bukan acara besar-besaran, tetap Davi merasa malu. Ia bukan lagi anak kecil, yang harus mengadakan pesta ulang tahun tiap hari kelahirannya.

Namun atas paksaan kedua orang tuanya dan rayuan-rayuan maut kedua sahabatnya, membuat Davi dengan terpaksa setuju berada di taman yang telah didekorasi sesempurna mungkin.

Lampu-lampu tumblr mengeliling pohon-pohon hias. Di sebuah meja yang sudah dikelilingi beberapa orang teman kuliah Davi terdapat kue cokelat dengan lilin yang membentuk angka 20. Tepat tanggal 11 Februari umurnya semakin menginjak dewasa.

Davi yang mengenakan kemeja putih dilapisi jas biru navi dipadukan celana kain yang sama dengan jasnya, dan sepatu pantofel sebagai pelengkap, diseret oleh mama ke depan meja yang telah dikelilingi para tamu undangan. Bagi Davi ini terlalu berlebihan, apalagi ia dipaksa mama mengenakan pakaian resmi. Mengapa bukan jeans robek-robek saja dengan kaos oblong?

Ia menekuk wajah saat tamu dan orang tuanya menyanyikan lagu ulang tahun. Davi merasa seperti anak kecil, ini sangat bukan dirinya. Ray dan Bayu yang berdiri di sisi kirinya terkekeh karena melihat raut wajah Davi yang tidak bersahabat.

"Sayang, kamu membuat permohonan dulu sebelum meniup lilinnya." Kata mama mengangkat kue cokelat yang diberi hiasan buah cherry itu di hadapan wajah Davi.

Davi berdecak kesal. "Nggak gini juga kali, Ma."

"Davi!" tegur papa membuat Davi semakin mendengkus keras.

Davi tidak pernah percaya dengan membuat permohonan seperti ini akan mengabulkan permintaannya, itulah ia hanya memejamkan mata sambil menyebut nama Zelda tanpa ia sadari.

Setelah acara potong kue selesai, Davi menjauh dari kerumunan, mengasingkan diri di dekat kolam.

"Woi, sendirian aja, nih? Kasian amat sih yang jomblo?" Leo menghampiri Davi yang duduk di kursi besi pinggir kolam.

Lelaki itu menoleh pada Leo. Ah sial, Leo dan Rara pasangan yang paling kompak malam ini. Leo mengenakan kemeja lengan pendek warna merah marun dipadukan jeans hitam dan sneakers berwarna sama dengan kemejanya. Sedangkan Rara mengenakan dress merah marun selutut dengan lengan brokat, juga high heels hitam. Keduanya tampak serasi.

"Berdua aja lo? Satunya mana?" tanya Davi setelah memperhatikan penampilan keduanya.

Leo terkekeh mengerti siapa yang Davi maksud. "Kayaknya nggak datang, deh. Emang lo ngundang dia?"

Davi mengedikkan bahu, pura-pura tak acuh. "Bukan gue yang ngurus."

Leo hanya manggut-manggut, ia menelusupkan jemarinya di sela jemari Rara. "Kita ke situ, yuk."

Rara yang terlena oleh kehangatan yang Leo berikan hanya mengikut ke mana lelaki itu membawanya.

Leo berbalik saat sudah dua langkah melewati Davi. "Oh ya, Vi, kado dari gue isinya cicak." Ia terkekeh pelan kemudian berlalu, tak memedulikan dengkusan kasar Davi yang masih dapat didengarnya.

Davi menghela napas dalam, rasanya percuma orang tuanya dan sahabatnya mengadakan party jika tidak mengundang Zelda. Karena Davi merasa hampa sendirian di sini.

"Cwuit, cwuit, nungguin siapa lo?" Davi menatap tajam kedua sahabatnya, yang dengan santai berdiri di hadapannya. Padahal ia sedang melihat-lihat para tamu, berharap dari sekumpulan orang itu, Zelda menjadi salah satu dari orang yang datang malam ini.

Bayu menatap jengah Davi, yang masih melirik sana-sini. "Celingukan aja lo. Nungguin siapa, sih?!"

"Minggir lo berdua!!"

Ray dan Bayu memutar bola mata, beralih duduk di kursi samping Davi. "Lo lagi nungguin mantan tunangan lo?" tanya Ray, sengaja menekan kata mantan.

"Enggak!" elak Davi, kemudian menunduk lelah. Ia sudah memupuskan harapannya, Zelda tak mungkin datang.

"Vi, Vi, cewek, tuh." Bayu menggoyang-goyangkan bahu Davi, agar sahabatnya itu menoleh ke arah yang ia tunjuk.

"Cantik, Vi, bisa diajak kencan, tuh." Ray ikut menimpali dengan menatap lurus seorang perempuan yang berjalan mendekati mereka.

"Sexy lagi." Davi tetap tak acuh, menganggap ucapan kedua temannya seperti angin lalu.

"Sumpah ... mirip Zelda." Decakan kagum dikeluarkan Ray dan Bayu, melihat perempuan itu semakin mendekat.

Davi yang mendengar nama itu langsung menoleh, tepat sasaran. Perempuan yang sedari tadi ditunggunya sisa berjarak sekitar 10 langkah darinya. Tubuh Davi langsung menegang melihat penampilan Zelda. Di samping perempuan itu ada seorang pria--supir keluarga Andromeda--yang membawa kotak kado berukuran besar.

Zelda mengenakan dress biru navi di atas lutut dengan bahu yang terbuka, dan high heels senada dengan warna dressnya, dan rambut curlynya ia gerai dengan diberi cat ombre dark blue, juga ia menyapukan make up tipis di wajahnya.

Di bawah temaram lampu taman, Zelda sangat mempesona.

Sudah cukup!!

Davi berdiri mendekati Zelda, melepas jasnya hingga hanya menyisakan kemeja putihnya, lalu menyampirkan jas itu di bahu Zelda.

"Apaan sih lo pakean kayak gini?! Jelek tahu." Bentaknya.

Zelda sempat terkesima dengan perlakuan Davi, namun saat mendengar bentakan Davi ia langsung mendengkus.

"Gue nggak butuh hinaan lo!" Ia lalu menyerahkan kotak kado berukuran besar yang dibawa supir keluarganya--setelahnya supir itu pergi. Dengan kasar Zelda menaruh kado itu di rumput taman.

"Bukannya bantuin malah marah-marahin. Nggak bersyukur amat sih gue datang di pesta lo." Gerutunya berniat berbalik.

Melihat Zelda yang sepertinya tersinggung, membuat Davi menarik perempuan itu lalu menenggelamkan dalam dekapannya.

"Bukan gitu, gue nggak suka kalau mereka natap lo kayak pengen makan lo. Lo nggak perlu tampil kayak gini untuk bikin gue jatuh cinta, Zel." Bisiknya, tepat di telinga Zelda.

Zelda membeku, sistem sarafnya terasa berhenti bekerja. Ia membalas pelukan Davi.

"Eh lepas dulu. Kado lo, tuh." Dengan terpaksa Davi melepaskan pelukannya, kemudian berjongkok untuk mengangkat kado dari Zelda.

Davi mengernyit merasakan berat benda yang didekapnya. "Ini isinya apaan, sih? Kok berat?"

"Nanti deh lo liat."

"Zel, bukan bom nuklir, kan?"

"Ya bukanlah, gila kali gue mau kasih bom nuklir." Gerutu Zelda.

"Siapa tahu aja lo kesal sama gue."

Zelda hanya memutar bola mata jengah, lalu teringat salah satu alasannya ke sini. "Vi, lo udah nggak marah lagi sama gue?" tanyanya hati-hati.

Davi menarik napas. Ia kembali berdiri menatap Zelda "Sebenarnya sih masih, cuman gue kasian aja nanti lo nangis terus karena mikirin gue." Sahutnya dengan tatapan menggoda yang membuat pipi Zelda bersemu merah muda.

"Mulai deh nggak warasnya."

Davi tertawa bahagia, mempersempit jaraknya dengan Zelda.

"Gue mau pergi, Vi." Namun, perkataan itu membuatnya berhenti, hanya berjarak sedikit lagi.

Kedua iris mereka saling menatap untuk mengetahui apa yang tengah pemiliknya rasakan.

"Ke mana?" Davi berusaha agar suaranya terdengar normal. Sejujurnya ia tidak akan pernah mampu mendengar kata pergi dari mulut Zelda.

Zelda menunduk sejenak agar bulir bening tak melewati kelopak matanya. Ia mengangkat kepalanya melihat Davi yang menatapnya sendu.

"Spanyol, dan mungkin gue nggak akan kembali lagi."

Davi memejamkan mata, menahan gejolak emosi yang ingin meluap saat ini juga.

"Setelah gue maafin lo, lo mau masih tetap pergi?" tanyanya serak.

Zelda mengangguk lemas.

"Gue boleh ikut?"

Zelda menggeleng kuat. "Gue mohon, jangan pernah nyari gue, apalagi pengen ikut."

Davi menghela napas dalam, ia tahu Zelda tak akan pernah mengizinkannya ikut. "Lo akan kembali, kan? Gue akan tetap nunggu lo, kok."

Zelda lagi-lagi menggeleng, "Gue enggak janji." Kemudian ia memeluk Davi, menghirup aroma maskulin yang tidak akan lagi ia hirup untuk jangka waktu dekat.

Davi melepaskan pelukan itu setelah membalas pelukan Zelda. Ia meremas bahu Zelda kuat. "Jaga diri lo."

Davi mengambil kado dari Zelda, berbalik, kemudian pergi dari hadapan Zelda. Karena Davi tak akan pernah mampu melihat kepergian Zelda.

Zelda membeku, mungkin ini yang terbaik. Berpisah.

🍁🍁🍁

Pukul sepuluh pagi, pesawat yang akan ditumpangi keluarga Andromeda akan berangkat. Mereka datang satu jam sebelum keberangkatan, orang tua Zelda, Ivan, dan Zerina yang tengah hamil duduk di kursi terminal. Sedangkan Zelda izin untuk membeli sesuatu.

"Zelda," gadis itu menoleh, mendengar namanya dipanggil.

Kakinya terasa lemas ketika melihat tatapan terluka lelaki yang terang-terangan menatapnya.

Setelah menormalkan degup jantungnya, Zelda berlari menghampiri Davi yang berdiri di depan bandara.

Davi dan Zelda berdiri berhadapan, hening menghampiri mereka. Keduanya saling menatap.

"Lo ngapain ke sini? Jangan bilang lo mau ikut gue?" Zelda tidak mau jika Davi mengikutinya, ia ingin menguji seberapa besar kesetiaan keduanya.

"Gue enggak ngikutin lo. Gue cuman mau lihat lo lebih lama hari ini." Davi langsung memeluk Zelda, tak sanggup pada kenyataan yang sebentar lagi membawa Zelda jauh dari hadapannya.

"Gue sayang lo, Zel. Tapi gue tahu, sayang gue akan buat lo tinggal." Bisiknya parau. Tak peduli beberapa orang menatap mereka terang-terangan.

Zelda diam, menikmati hangat berada dalam dekapan Davi. Ditambah mentari yang menyoroti mereka.

Davi melepaskan pelukan mereka, menatap wajah Zelda lama. Ia menyingkirkan anak rambut yang dengan nakalnya menutupi setengah wajah Zelda yang menunduk.

"Look at me!" lontaran kalimat bernada tegas itu membuat Zelda mengangkat wajahnya.

Lagi-lagi mereka saling menatap. Davi tersenyum tipis. "Take care, ya. Gue akan sering-sering nelfon lo." Ia menepuk pelan bahu Zelda, kemudian berbalik untuk meninggalkan perempuan itu.

Zelda melihat Davi yang menuju parkiran, merasa sesak ia berlari membawa langkahnya menuju Davi. Kemudian memeluk lelaki itu dari belakang. Erat, tak ingin ia lepaskan.

"Te amo."

THE END

😙😙😙 sampai jumpa di part epilog

Akhirnya selesai juga😙

Mungkin endingnya kurang greget, gue nggak tahu😅😅 yang penting gue udah nyelesaiin tugas gue untuk nyelesaiin ini cerita😗😗

Jangan lupa vote dan komen❤❤

Dianjurkan untuk komen!

Continue Reading

You'll Also Like

305 306 37
"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit han...
4M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
170K 10.3K 38
{BOOK 2 OF LIMBAD SERIES} Hara, adalah gadis yang terlahir sebagai anak tunanetra, sebuah penyakit yang ia derita menghambat kedua matanya dan menyeb...
753K 10.3K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+