The Dangerous Billionaire [#1...

Por FriskaKristina9

1.4M 58K 2.5K

(18+) PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Ivanna Jhonson, wanita cantik bertubuh seksi dan juga pintar menjadi sekret... Mais

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
CAST
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Informasi Update Cerita! (Mohon Dibaca)
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Attention Please!
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Baca
Chapter 43
Maaf Ya
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49

Chapter 7

40K 1.8K 18
Por FriskaKristina9


Author POV

Perlahan jalanan mulai ramai dan padat kembali. Mereka yang tadinya bertemu disaat jamnya orang-orang bekerja memang masih sepi. Tapi sekarang tidak lagi.

Ivanna memandangi gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi kota dengan penduduk yang terbilang cukup padat itu.

Arnold melihat kearah Ivanna yang masih setia dengan pandangannya yang mengarah ke gedung-gedung besar itu. Entah apa yang membuat hati Arnold berdesir saat bersamaan dengan Ivanna.

Sudah sangat jelas Ivanna memang wanita yang diinginkan Arnold. Terlihat dari wajah yang lumayan cantik, badan yang ramping dan tentunya cerdas. Tapi Arnold tak menyukai wanita yang tempramen sebenarnya. Seperti Ivanna. Ia lebih menyukai wanita yang menuruti semua kemauannya. Dan lebih mudah untuk ditaklukkan diranjang pastinya.

"Kenapa kau tidak bekerja hari ini?" Arnold memecah keheningan diantara mereka.

Ivanna tak menggubris pertanyaan Arnold. Ia masih asik memandangi jalanan yang ramai dengan seksama. Seakan ia hanya seorang diri.

Arnold menarik napasnya, berusaha agar lebih pandai lagi mengontrol emosinya terhadap Ivanna.

Arnold menarik dagu Ivanna yang sedari tadi itu tak mau memandangnya. Apakah jalanan yang ramai itu lebih menarik dibandingkan wajah Arnold? Ah yang benar saja.

"Aku bertanya sejak tadi, Nona. Apa kau tidak mendengarku?"

Ivanna melepas tangan Arnold dari dagunya dan memalingkan wajahnya lagi dari Arnold. Ia sudah sangat bosan melihat Arnold lagi dan lagi.

Arnold tak terkejut dengan perlakuan Ivanna terhadapnya. Ia mungkin akan membiasakan dirinya. Tapi jangan harap dengan wanita lain. Bisa saja jika ia sudah merasa sangat jengkel malah akan melukai wanita itu.

Arnold tersenyum jail dan menarik dagu Ivanna lagi. Sepertinya ia mendapat pencerahan dari otak kotornya itu.

Ivanna memandangi Arnold jengah. Sepertinya Arnold tak menyerah untuk mengganggunya terus menerus.

"Kau mau bertanya seribu kalipun aku takkan mau menjawabnya."

Arnold menaikkan alisnya sebelah dan semakin melebarkan senyum andalannya itu. "Ah benarkah?" Arnold menarik dagu Ivanna agar mendekat ke bibirnya. Tak ada cara lain selain cara seperti ini untuk menaklukkan gadis seperti Ivanna.

Ivanna membelalakkan matanya melihat Arnold yang tak segan-segan lagi akan menciumnya. Dan dilihat lagi oleh Pedro? Oh tidak.

Ivanna menahan kepalanya agar bibirnya tak bersentuhan dengan Arnold lagi.

"Masih tak mau menjawab pertanyaanku?" Arnold memasang senyum jailnya kepada Ivanna. Yang semakin membuat gadis itu tak bisa menolak. Bagaimanapun ia tetap akan kalah telak jika sedang bersama dengan Arnold.

"Kau mau menjawab pertanyaanku saja atau mau menciumiku saja?" sambung Arnold dengan terkekeh.

Ivanna menyerah dan pastinya lebih memilih menjawab pertanyaan pria yang ada dihadapannya saat ini. Jangan harap Ivanna mau untuk menciumi Arnold.

"Ya ya. Kau ingin bertanya apa?" Ivanna melepas perlahan tangan Arnold dari dagunya.

Arnold terkekeh melihat sikap Ivanna yang sangat mudah untuk ditaklukkan. "Sudah kukatakan jangan coba untuk mengabaikan setiap kata yang keluar dari mulutku, sayang."

Ivanna menarik napasnya bosan. Arnold terlalu berlebihan walau hanya berbicara saja.

"Kenapa kau tidak bekerja hari ini hm?"

"Aku hanya sedang malas saja untuk bekerja hari ini." ucap Ivanna berbohong. Sebenarnya bukan karena ia malas, melainkan untuk mencari biaya pengobatan ibunya. Yang entah darimana akan ia dapatkan.

"Aku rasa Kevin membayarmu dengan mahal untuk menjadi sekretaris pribadinya. Terlihat dari cara dia membanggakanmu. Kau sopan, rapi dan tentunya pintar. Jika aku menjadi dia, pasti aku tidak akan menerima alasan seperti katamu itu." ucap Arnold dengan tatapan yang menyeledik Ivanna.

"Tapi sayangnya Kevin tidak sepertimu." ucap Ivanna acuh.

Arnold menaikkan alisnya sebelah memandang Ivanna tak suka.

Ivanna seakan tak perduli dengan tatapan mengintimidasi Arnold.

"Dan lagipula itu bukan urusanmu kan?" sambung Ivanna.

"Ah benar juga." Arnold tau sebenarnya Ivanna sedang berbohong. Ia sangat mudah mengetahui membaca ekspresi seseorang. Arnold merasa Ivanna sedang menyembunyikan kesedihan dari sorot matanya. Tetapi Ivanna sangat pandai merahasiakannya.

Pedro melirik kekaca depan dan melihat tuannya itu masih asik bicara dengan Ivanna. "Apa kita akan tetap kembali ke mansion, tuan?" Pedro berusaha memastikan tujuan mereka.

"Nanti saja, Pedro. Sekarang kita pergi ke restauran saja. Aku rasa gadisku ini sedang lapar." Arnold melirik Ivanna.

"Aku tak mau. Aku ingin kembali saja ke apartemen milikku." berlama-lama dengan Arnold hanya akan menambah kesialan Ivanna.

"Aku tak terima penolakan." ucap Arnold tak terbantahkan.

"Cari restauran ternama dan paling enak, Pedro." sambung Arnold lagi memberi isyarat kepada Pedro.

"Apa-apan kau?" ucap Ivanna kesal.

Arnold adalah pria yang suka sekali mengambil kendali. Dan setiap ucapannya seakan tak boleh ditolak dan dibantah. Seperti perintah yang harus dijalani dari malaikat pencabut nyawa. Jika dibantah atau ditolak nyawanya bisa hilang.

"Baik, tuan." Pedro melajukan mobil milik Arnold itu dengan kecepatan sedang. Dan sambil mencari-cari informasi restauran ternama dan berkelas dikota itu.

-

-----------------------------

Arnold keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil yang disebelahnya untuk Ivanna.

"Sudah aku bilang aku sedang tak ingin makan." Ivanna cuek.

Dasar wanita keras kepala. kesal Arnold dalam hati.

"Sepertinya aku tak punya banyak pilihan." Arnold menggendong Ivanna dari dalam mobil dan masuk kedalam restauran itu. Ivanna membuat Arnold tak bisa mempunyai banyak pilihan.

Ivanna meronta-ronta agar dilepaskan oleh Arnold. Yang benar saja Arnold membopong tubuhnya ala bridal style. Memalukan.

Orang-orang yang sedang tadi asik dengan makanan dan obrolan hangatnya, kini menatap aneh dan heran ke arah Arnold. Pria yang menggendong seorang wanita yang tampaknya tak bisa berkata apa-apa lagi karena sangkin malunya.

Ivanna yang menyadari itu hanya bisa menyembunyikan wajahnya.

Harusnya aku tak melakukan hal bodoh itu tadi. umpat Ivanna kesal.

Arnold menghampiri pelayan yang berdiri tepat di meja VIP. "Aku ingin memesan meja VIP itu. Aku tak mau makan di meja yang biasa saja." lontar Arnold sombong.

"Baik, tuan." pelayan itu berlalu pergi dan mengambil daftar menu yang akan ditujukkan pada Arnold dan Ivanna.

Arnold melepaskan Ivanna dan menarik kursi yang ada didepannya. "Duduklah dan jangan membantahku lagi." desis Arnold tanpa melihat Ivanna.

"Dasar kau, tuan pemaksa..."

"Dan aku suka memaksamu." sambung Arnold dan menyela perkataan yang tak sempat dilanjutkan Ivanna itu.

Pelayan menyodorkan daftar menu dan memberikannya pada Arnold. Arnold memesan makanan utama dan segelas wine. Tapi Ivanna sepertinya tak menyukai anggur, jadi Arnold memesan minuman yang lain untuk Ivanna. Pelayan itu mengulang kembali semua pesanan Arnold dan dengan segera pelayan itu berlalu pergi.

"Jika kau tidak bekerja hari ini, jadi apa yang kau lakukan ditaman itu?"

"Sudah kubilang itu bukan urusanmu, tuan Arnold yang mulia."  Ivanna memutar bola matanya jengah. Arnold selalu ingin tau dengan semua kegiatan yang Ivanna lakukan.

"Sekarang itu menjadi urusanku, Nona." Arnold meletakkan kedua tangannya diatas meja dan mencondongkan kepalanya, tepat didepan Ivanna.

"Terserah."

"Jika kau tak mau memberitahu padaku itu tak menjadi masalah. Kau tau bukan, aku memiliki koneksi yang banyak? Informasi apapun yang ingin aku ketahui dengan mudah kudapatkan." Arnold menyunggingkan senyum liciknya.

"Aku tak perduli." Ivanna berusaha tak menghiraukan ucapan Arnold.

"Baiklah. Kita lihat saja nanti." Arnold kembali dengan posisi duduknya semula dan mempersilahkan para pelayan restauran itu menghidangkan makanan dihadapan mereka.

Ivanna sebenarnya ingin sekali menolak. Tapi apa dayanya jika cacing didalam perutnya sudah berdemo dan minta untuk segera diisi. Kali ini dia harus menghilangkan gengsinya pada Arnold. Toh juga pria itu yang menawarkannya.

Ivanna makan dengan lahap. Tanpa ia sadari Arnold yang sedari tadi makan mencuri-curi pandang dan memperhatikan Ivanna.

Sebegitu laparnya kah dia? Ah ya sudahlah. Lebih baik begitu. Agar aku tak menghabiskan tenagaku lagi untuk menyuruh dan memaksanya  makan. batin Arnold heran.

Setelah selesai makan, para pelayan langsung menghampiri meja mereka. Mengangkat peralatan yang sudah digunakan dan membersihkannya. Arnold dan Ivanna bergegas keluar dari restauran itu. Pedro menuju kasir dan membayar semua daftar pembayaran tuannya itu.

"Aku naik taksi saja." Ivanna berjalan mendahului Arnold.

Arnold mencekal pergelangan tangan Ivanna. "Jika kau sudah pergi bersamaku. Pulang juga harus bersamaku."

"Tapi kita bertemu ditaman. Tidak dari apartemenku." balasnya membantah.

"Aku tidak terima alasan apapun." Arnold menarik lengan Ivanna menuju mobil yang diparkir didepan restauran itu.

"Masuk!" titah Arnold.

Ivanna akhirnya menyerah dan menuruti semua keinginan Arnold. Yang ia tau jika ia bertemu dengan Arnold, Ivanna harus segera menghindarinya.

"Aku pasti akan menghindarimu dilain waktu."

"Coba saja jika kau bisa." Arnold masuk dari pintu penumpang yang disebelahnya. Disusul Pedro yang berjalan menuju kursi kemudi.

"Apa kita langsung ke mansion, tuan?"

"Tidak, Pedro. Kita pergi ke apartemennya." Arnold menatap Ivanna. Dan diangguki oleh Pedro.

Ivanna memberi isyarat saat dipersimpangan apartemennya. Ia turun dan tak lupa berterima kasih kepada Pedro tapi, tidak dengan Arnold.

"Kita pasti akan lebih sering bertemu."

"Kuharap tidak." Ivanna berlalu pergi dan meninggalkan Arnold yang tertawa pelan karena melihat ekspresinya.

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT

Tbc.

Continuar a ler

Também vai Gostar

4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
297K 20.8K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
5M 37.2K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
2.4M 20K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...