Memeluk Bayang

By umiimasrifah

77.6K 7.5K 569

[ON GOING] Ketika Kala kehilangan Sera, mengharuskan dia terjun dalam pencarian mencari ibu pengganti untuk R... More

Blurb
Azkala Wafa Albarkawi
Dilara Afsheena
Gara-gara Rere
Karena Rere
Memeluk bayangan
Hari itu datang
Memeluk Bayangan 2
Memeluk Bayangan 3
Memeluk Bayang 4
Memeluk Bayang - Hijab Takdir
Rere hilang
Menemukannya
Kejadian itu
Kala peduli
Sheena sembuh
Berharap dan tidak diberi harapan
Rantai Kejombloan
Jangan pergi
Danau
Ruang yang sama
Kejadian di cafe
Sheena dan Sera Menghilang
Sheena dan Sera Menghilang 2
Meski bukan denganku, kamu pantas bahagia
Pertemuan itu
Sidang Terakhir
Yang terjadi di Pengadilan Agama

Pergi tidak semudah datang

2.2K 274 23
By umiimasrifah

"Mama," ucap Rere saat melihat siapa perempuan yang sedang kesakitan didepannya.

Begitupun dengan Kala, "Seraa.." laki-laki itu segera mengangkat motor yang menindihi tubuh Sera, dan perempuan itu dibantu berdiri oleh Kala.

Sheena yang ada disana seperti sedang menyaksikan adegan dalam sinetron. Pertemuan yang tidak pernah terduga, bahkan terbilang tidak mungkin, karena Sera yang selama ini diketahuinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mata perempuan itu pun teralih dari Kala dan Rere, kemudian kembali lagi ke Kala, wajah mereka sangat khawatir.

"Tolong bukakan pintunya, She." ucap Kala meminta tolong setelah membopong Sera dipelukannya. Rere pun mengikuti laki-laki itu dari belakang. Sheena yang sadar dimintai bantuan segera berlari menuju mobil dan membukakan pintu penumpang.

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit Sayang, kamu bertahan ya." ucap Kala pada perempuan itu.

Pemandangan yang benar-benar membuat Sheena jadi sesak dada.

"Aku gapapa, Sayang. Kenapa kamu khawatir seperti itu. Aku sangat merindukanmu dan Rere." ucap perempuan itu dengan mata berbinarnya. Kemudian beralih melihat Rere yang terduduk disamping kursi pengemudi.

"Sudahlah. Yang penting kamu harus tertolong dulu." ucap Kala. "Sheena, tolong kamu jaga Sera ya." Kala keluar dari mobil dan meminta tolong lagi pada Sheena, perempuan itu pun mengangguk.

"Terimakasih." dan Kala berputar untuk menjangkau kursi kemudi, tancap gas tanpa memperdulikan apapun.

Sheena begitu canggung didalam mobil, diliriknya perempuan yang ada disampingnya, Sera meringis kesakitan tiap kali coba menggerakkan kakinya.

"Mbak Sera gapapa kan? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Sheena pelan.

Sera pun menggeleng sembari tersenyum, "Tidak, terimakasih yaa." jawabnya. Tidak lama kemudian dia menatap Sheena yang masih belum beralih memperhatikannya. "Kamu siapa nya Mas Kala dan Rere?" tanya Sera pada akhirnya. Itulah yang ditakuti oleh Sheena.

Sheena tertunduk sebentar, apa dia harus jujur? Dengan kenyataan yang sejak awal hubungan mereka disembunyikan.

Sheena tersenyum canggung, kemudian memegang tangan Sera. "Mbak Sera jangan terlalu banyak berpikir, Mbak Sera harus kuat sebelum sampai di rumah sakit." ucap Sheena mengalihkan pembicaraan.

***

"Tolong rawat istri saya dengan baik Dokter." ucap Kala pada Ahkam yang menjadi dokter umum sekaligus yang merawat Sheena.

"Istri?" tanya Ahkam pada Kala kemudian beralih ke Sheena dengan pandangan yang penuh pertanyaan. Sheena memberi kode agar laki-laki itu berpura-pura tidak tau. "Baiklah, saya masuk dulu." ucap Ahkam yang sudah hilang dibalik pintu berwarna putih.

Sheena melihat Kala begitu khawatir, gadis kecil digendongannya pun sama halnya dengan laki-laki itu. Sheena yang masih lemas karena baru keluar dari rumah sakit juga memutuskan untuk duduk dikursi tunggu, dan kemudian baru kedua orang yang berdiri itu tersadar lalu memperhatikan Sheena.

"Mama gapapa?" tanya Rere pada Sheena, gadis itu pun meminta turun dari gendongan Kala lalu menghampiri Sheena.

Perempuan itu tersenyum sembari mengusap pipi Rere. "Tante gapapa kok." ucap Sheena yang sadar bahwa dia tidak berhak lagi dipanggil dengan sebutan Mama, karena sebutan itu hanya untuk perempuan yang ada didalam ruangan UGD. "Tante permisi mau sholat maghrib dulu ya, Rere dan Papa jaga Mama, nanti gantian biar Tante yang jaga dan kalian sholat." ucap Sheena sembari berdiri dan beranjak pergi, meninggalkan Rere termasuk laki-laki yang hanya diam melihatnya.

Semenyakitkan ini rasanya memiliki seseorang yang hanya bisa kurengkuh bayangannya saja.

Sheena berjalan dengan keadaan yang belum stabil betul. Ingin dia menangis, tapi menangisi apa? Bukankah ini sudah takdirnya? Dan kenapa tiba-tiba dia jadi perempuan lemah?

***

"Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim, ampunilah segala dosa Hamba, dan maafkan Hamba jika lalai mensyukuri atas nikmat yang Engkau berikan. Hamba bersyukur Rere telah menemukan kembali ibunya, perempuan yang tidak bisa digantikan oleh siapapun, termasuk Hamba, Ya Allah. Hamba sangat menyayangi nya, namun Hamba tidak mungkin berada ditengah-tengah mereka, apa yang harus Hamba katakan pada Mbak Sera jika tau Hamba adalah istri kedua dari Mas Kala. Ya Allah, Hamba tidak ingin menyakiti hati siapapun. Tunjukkan jalan-Mu yang terbaik untukku, Ya Rabb. Aamiin Ya Rabbal alamin." Sheena mengusapkan kedua tangannya yang sejak tadi menengadah ke wajahnya. Hangat, rasanya menangis diatas sajadah, tanpa ada yang tau dan ikut merasakan.

Setelah meletakkan mukenah di lemari yang ada di musholla itu, Sheena keluar dengan wajah bersinarnya.

"Assalamualaikum, Ibu Sheena.." suara itu muncul dibalik tubuhnya dan membuat Sheena terhenyak.

"Eh Dokter, Waalaikumsalam." jawabnya saat melihat Ahkam dengan wajah yang bersinarnya pula. sepertinya laki-laki itu juga habis menunaikan sholat maghrib.

"Kok Dokter ada disini? Gimana keadaan Mbak Sera?" tanya perempuan itu.

Ahkam hanya tersenyum, "dia baik-baik saja, tidak ada luka yang serius. Bagaimana denganmu? Seharusnya kamu banyak istirahat, seperti yang aku bilang tadi sore." ucapnya. "Apa karena istrinya, dia jadi melupakan kesehatanmu?"

"Dokter bicara apa sih? Sudah sudah, aku harus balik lagi karena Mas Kala dan Rere menungguku, mereka belum sholat."

"Mereka sudah sholat, diruangan itu juga." jawab Ahkam yang membuat Sheena lagi-lagi terasa sesak dadanya.

"Oh gitu ya." Sheena hanya nyengir.

"Jangan bertahan kalo kamu nggak bisa." ucap Ahkam lagi.

"Ngomong apasih Dok? Hehe." Sheena coba mengalihkan pembicaraan.

"Dan pada akhirnya kita dipertemukan lagi kan Sheena? Sebelum kita saling menghubungi, itu artinya Allah memiliki suatu rencana. Dan seperti janjimu sebelumnya, kamu akan bercerita bukan?" Ahkam menagih sekarang.

"Apa Dokter yakin akan mendengarkannya? Ini bukannya masih jam kerja?" tanya Sheena.

Ahkam tersenyum, "Jam kerjaku sampai jam 3 sebenarnya, sebelum kamu pulang. Tapi karena dokter umum penggantiku belum datang, akhirnya aku yang masih bertugas."

"Oh gitu, ya ya ya." Sheena tidak bisa berkata-kata lain. Kosakata nya tiba-tiba habis.

"Kita cari tempat duduk gimana?"

"Mm, oke oke." jawab Sheena.

***

"Iyaa, kamu tau karena ulat bulu itu, keponakanku jadi menikah dan hidup bahagia dengan istrinya sampai sekarang." ucap Ahkam dengan antusias menjelaskan, sedangkan Sheena tertawa renyah mendengarnya.

"Ada-ada aja sih, mana mungkin." Sheena masih tertawa. Setelah menceritakan semua permasalahannya, dia merasa lega. Ahkam jadi tempat curhatan yang netral, jika salah dia akan menyalahkan, dan jika benar dia akan membenarkan. Mereka pun mengikrarkan ikatan pertemanan, dan panggilan dokter untuk Ahkam sudah tidak ada lagi, laki-laki itu sendiri yang memintanya.

"Loh beneran, kalo bukan karena ulat bulu, mereka nggak akan kesetrum cinta." ucap Ahkam lagi.

Sheena tertawa lagi, "jijik banget sih omonganmu, Ahkam. Udah kayak omongan orang tua umur 60an, kesetrum cinta? Apaan." perempuan itu puas menertawakannya.

"Terus apa dong? Ketempelan cinta?" tanya Ahkam lagi.

Sheena menertawakannya lagi, "kamu itu dapat bahasa dari mana sih? Kok aku jijik ya dengernya? Cinta itu bukan nyetrum ataupun nempel, cinta itu muncul dengan tiba-tiba dan bukan seperti benda yang bisa berubah bentuk. Cinta itu hal yang gaib, yang tidak bisa dipegang namun bisa dirasakan." jelas Sheena.

"Nahlo, sekali kamu bicara tentang cinta, kok hawanya langsung angker ya?" ucap Ahkam yang langsung membuat Sheena merengut.

"Aku gak terima nih!" ucap Sheena.

"Huehe. Maaf maaf. Lah kata-katamu nakutin." jawab Ahkam.

"Lah kamu sih, yang..."

"Sheena." suara itu memotong ucapan Sheena yang sedang asik berdebat dengan Ahkam. Suara itu muncul dibalik tubuh perempuan itu.

"Mas Kala." ucapnya ketika melihat laki-laki itu.

"Bukan kah kamu yang bilang akan segera kembali?" ucap Kala yang menagih janji Sheena.

"Tapi bukannya kamu sudah sholat ya? dan Rere mana?"

"Rere diruangan Sera, sedang menungguinya. Dan kamu sendiri bagaimana? Kamu disini malah ketawa-ketawa?" ucap Kala yang langsung menohok hati Sheena. Apa laki-laki itu sedang memarahinya.

"Aku-"

"Kita balik ke ruangan Sera sekarang." ini seperti bentuk perintah dari Kala. Dan laki-laki itu pun berbalik kemudian pergi begitu saja.

"Masih pantas dia dipertahankan?" ucap Ahkam dibalik tubuh Sheena.

Sheena hanya meliriknya sebentar, "Kamu tidak akan mengerti tentang yang aku rasakan. aku duluan ya. Assalamualaikum." dan perempuan itu pun sudah pergi untuk mengikuti Kala.

Ternyata pergi tidak semudah datang.

***

Halooo. Tuuh sudah balik lagi kan Sheena dan Kala nya. Hayo, pilih mana Kala atau Ahkam nih? Huehe

Regards

Umi Masrifah

Continue Reading

You'll Also Like

376K 16.6K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...
265K 15.3K 37
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
212K 15.2K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
167K 15.9K 51
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...