ANGEL

By Agustus29

160K 8.5K 596

COMPLETEšŸ”„ [Bag.1-27] Berawal dari siswi pindahan yang bernama Sandra yang membuat seorang Alvaro, salah satu... More

ANGEL - 1 āœ”
ANGEL - 2 āœ”
ANGEL - 3 āœ”
ANGEL - 4 āœ”
ANGEL - 5 āœ”
ANGEL - 6
ANGEL - 7
ANGEL - 8
ANGEL - 9
ANGEL - 10
ANGEL - 11
ANGEL - 12
ANGEL - 14
ANGEL - 15
ANGEL - 16
ANGEL - 17
ANGEL - 18
ANGEL - 19
ANGEL - 20
ANGEL - 21
ANGEL - 22
ANGEL - 23
ANGEL - 24
ANGEL - 25
ANGEL - 26
ANGEL - 27 [LAST PART]

ANGEL - 13

4K 260 11
By Agustus29

"Pagi guys," teriak Ray ketika ia masuk kelas.


"Idih, itu muka lo berdua loyo bener." Rayhan menunjukan kedua sahabatnya, Lyly dan Vivi.

"Nih si Vivi ngajakin gue movie marathon ampe subuh," gumam Lyly.

"Yee kok gue sih."

"Ya emang elo."

"Elo juga kali."

"Elo keles!"

"Elo!"

"Elo!"

"Ih pada ributin apa sih?" ucap Sandra yang baru saja tiba.

"Nih macan dua Sand," ucap ray membuat Vivi dan Lyly menatap Ray dengan tajam.

"DIAM LO!" semprot Lyly dan Vivi.

"Serem banget sih."

"Mending kita ke kantin yuk Sand, lapar nih gue gara-gara lihat mereka adu mulut terus," ajak Ray yang langsung diangguki oleh Sandra.

Ketika Sandra sedang berjalan bersama Rayhan menuju kantin, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tangan Sandra membuat ia berhenti di tempat.

"Mau ke mana neng?"

"Idih, nung nang neng nong lo," ujar Ray.

"Lepasin ih," gerutu Sandra.

"Lo duluan aja Ray," ucap Sandra kemudian.

"Mau ke mana sih?"

"Menurut lo?"

"Makan?"

"Terus kenapa nanya?"

"Basa-basi aja. Yaelah jadi cewek kok gak ada manis-manisnya sih," ucap Varo kemudian melepaskan tangan Sandra.

"Gue udah manis kali," ucap Sandra sambil berlalu membuat Alvaro menggelengkan kepalanya.

Sandra, Assyfa Yusfina Sandra seseorang yang telah menjungkir balikan perasaan dan pikirannya. Seseorang yang telah singgah di hatinya. Alvaro sudah sangat bersyukur karena ia bisa berteman baik dengan Sandra. Seseorang yang sulit untuk ia raih sebelumnya, kini menjadi seseorang yang selalu menemani hari-harinya.

---

"Neng Abang jemput." Begitulah pesan Alvaro yang sedang dibaca oleh Sandra.

"Ok!" gumamnya sambil mengetik.

Tak disangka, seseorang yang dulunya tidak berarti apa-apa kini telah menjadi seseorang yang selalu menanyakan "Apakah kamu tidak apa-apa?"

Seiring berjalannya waktu, kehadiran Alvaro membuat dirinya merasa nyaman.

Entahlah ... Dengan Reno, hubungan mereka masih sama. Sandra yang selalu menjaga jarak dan Reno yang selalu mempersempit jarak.

"Laki-laki itu kurang peka atau gimana sih?"

Itulah kata-kata yang selalu berputar di pikiran Sandra. Ia tak habis pikir, kok ada ya manusia macam Reno?

"Bengong mulu, tuh makanannya udah nyampe," ucap Varo membuyarkan pikiran Sandra yang sedang berkeliaran kesana kemari.

"Hm?"

"Makanannya dimakan."

"Hm."

"Kamu kenapa sih? Kayaknya suka banget melamun gak jelas gini." Ucapan Varo membuat Sandra menatap Varo.

"Ada masalah?" Sandra menggeleng dengan cepat.

"Ada masalah sama si Brengseque Reno kan?"

"Hah?"

"Kenapa sih?"

"Kenapa apanya?"

"Lagi ada masalah sama si musuh?"

"Musuh?" ucap Sandra sambil terkekeh.

"Gak usah mengalihkan pembicaraan. Pokoknya apapun namanya, i don’t care!"

"Oke, oke."

"Dilihat-lihat sekarang kamu jarang jalan sama si X ya?"

Sandra pun mengedikan bahunya tanpa berniat untuk menjawab sambil menyeruput orange jusnya.

"Kenapa?"

"Gak kenapa-napa."

"Bohong!"

"Enggak."

"Bohong."

"Enggak!"

"Enggak?"

"Bohong! Eh?"

"Tuh kan gak fokus banget deh."

Sandra tersenyum dengan menampilkan deretan gigi rapinya. "Abang kenapa musuhan sama Kak Reno?" tanyanya dengan ragu.

"Takdir?" jawab Varo cuek dengan nada seperti hendak bertanya.

"Idih, serius dong!"

"Ceritanya panjang."

"Ceritain aja sih, sok sibuk banget!"

"Males ah."

"Bang," ucap Sandra dengan cemberut, dan Alvaro tahu apa maksud ekspresi itu.

"Iya iya ih reseeeee!"

"Bagi gue, dia itu penjilat dan gue benci."

"Gitu doang?" pekik Sandra tak terima.

"Ya mau gimana lagi."

"Secara rinci!"

"Maksa nih," lanjutnya.

"Dulu ... dulu ... dulu banget gue punya pacar dan pacar gue selingkuh sama Reno."

Sandra pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi Kak Reno nikung Abang?"

Alvaro mengangkat bahunya acuh.

"Jadi karena cewek? Ishhh cemen."

"Ini tuh bukan karena cewek atau apanya Sand, ini tuh soal kepercayaan, dan dia berhasil matahin persahabatan kita dengan penghianatan," ucap Alvaro dengan ekspresi kesal menahan marah.

Jika sudah berurusan dengan masalah ini, Varo memang suka merasa kesal. Siapa yang gak kesal coba jika kita dihianati oleh teman kita sendiri?

Sandra menyengir mencoba mencairkan suasana, apalagi dengan ekspresi Varo yang menurutnya sangat menakutkan.

"Kok gue gak percaya ya?" goda Sandra membuat Alvaro mendengkus kesal.

"Iya, gue udah nebak kok kalo lo pasti gak percaya sama gue."

"Bukan gitu Bang, tapi kak Reno tuh gak ada wajah-wajah tukang tikung gitu."

"Inget pepatah 'Don’t judge a book by it’s cover' bisa aja kan sampul bagus tapi isinya busuk," jawab Alvaro menggebu.

"I’ts okay, tapi..."

"Gak usah percaya kalo emang gak percaya," potong Varo.

"Dih, ngambek si dia," ledek Sandra sedangkan Alvaro diam tak berniat untuk menjawab.

"Btw, siapa sih nama gadis yang direbutin kalian gitu?"

"Heh! Bahasa lo direbutin. Direbut yah, bukan direbutin."

"Yaelah sama saja."

"Beda!" tukas Varo dengan cepat.

"Apa?"

"Direbut tuh diambil orang, kalau direbutin tuh kesannya kayak gue yang sama-sama berebut."

"Ah gak ngerti gue."

"Gak nyuruh lo ngerti juga keless."

"Alay sumpah lo Bang."

"Bomat neng Bomat! Abang mah apaatuh?"

"Aku mah apaatuh.." Varo malah menyanyikan salah satu lirik dangdut yang pernah ngtrend itu.

"Ishh malu-maluin, dilihatin orang tuh," potong Sandra sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Bukan temen gue yaa...." lanjut Sandra membuat Alvaro mendengus kesal.

"Eh kok jadi ke sini ya?" tanya Sandra membuat Varo mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Jadi siapa gadis itu?"

"Gadis?"

"Heem!"

"Gadis apaan?"

"Ishh pikun ya lo."

"Enak aja."

"Iya jadi siapa atuh?"

"Siapa apa?"

"Ih."

"Eh."

"Mantan Abang, pikun apa bego sih lo."

"Dosa ya ngatain orang yang lebih tua."

"Beda satu tahun aja belagu!"

"Heh elo adik kelas yang belagu!"

"Elo kakak kelas kurang ajar!"

"Elo!"

"Elo!"

"Elo!"

"El ... ishh Abang."

"Apa sayang?" ucap Varo dengan nada suara yang dibuat manja membuat Sandra pura-pura mual.

"Siapa sih?"

"Apa?"

"Tuh kan! Mau main rahasia-rahasiaan yah sekarang. Oke fix!"

"Idih ngambek si dia," jawab Varo sambil memandang Sandra yang tengah bersedekap cemberut.

"Iya iya Abang kasih tahu deh," jawabnya langsung membuat air muka Sandra kembali sumringah.

"Namanya Veli," jawab Varo.

"Veli?"

"Hm, lo pasti tahu kok," jawab Varo dengan kikuk.

"Veli ya? Enggak deh gue gak tahu."

"Itu dulu, kalian pernah ketemu kok," jawab Varo pelan.

"Oh ya?"

"Heem, itu waktu lo gak sengaja nabrak dia."

Sandra pun terdiam, ia terus memutar memorinya hingga ia berteriak. "Oh iya, sekarang gue inget! Kakak kelas yang kecentilan itu kan?"

Alvaro pun mengangguk lemah dengan cengiran tak berdosanya sambil memandang Sandra yang tengah berkesal hati.

"Yang waktu itu katanya, elo gak kenal sama gue kan?" ucap Sandra dengan penuh penekanan membuat Alvaro nyengir lebar sambil menggaruk belakang kepalanya yang bahkan sama sekali tidak gatal.

"Cih." Sandra berdecih melihat ekspresi Varo yang terlihat ... menyebalkan?

"Maaf dong Sand," ucap Varo dengan tersenyum manis sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.

"Jijik gue sama ekspresi lo yang sok imut gitu, gak ada bagus-bagusnya!"

"Duh, kalo ngomong tuh mulut bikin sakit ya," gumam Varo dramatis sambil memegang dadanya seakan ia benar-benar kesakitan.

"Drama King!"

"Heh enak aja!"

Setelah keduanya bercekcok ria, akhirnya suasana pun hening dan mereka pun melanjutkan sesi makan mereka yang sempat tertunda.

Setelah semuanya selesai, Alvaro pun kembali berbicara, "Gue pengen tahu deh, emangnya lo punya hubungan special apa sih sama si Brengseque Reno?"

"Hubungan?" ucap Sandra sambil tertawa hambar yang dibalas anggukan oleh Alvaro.

"Pengen tahu?" tanya Sandra yang diangguki Varo lagi.

"Kakak-adik Zone?" ungkap Sandra tersenyum kecut membuat dahi Alvaro berkerut, mungkin ia tak mengerti.

"Udahlah, lupain," lanjut Sandra membuat Alvaro tersadar kalau ada sesuatu yang tidak beres antara gadis yang berada dihadapannya ini dengan teman masa lalunya.

"Cih, teman?" batin Alvaro berucap.

"Oke bosque," jawab Varo denagn tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

---

25 Januari 2018
Ekapertiwi❤

Continue Reading

You'll Also Like

5.9K 1.1K 39
[END] Wajahnya memancarkan kenyamanan. Senyumnya memancarkan kelembutan. Dan matanya memancarkan kehangatan. Sangat mudah membuat seseorang untuk ter...
1.5M 209K 40
Genre :TEENFICTION [Story 2] Semua berawal ketika masa orientasi sekolah dulu. Anjali--gadis dengan rambut mirip seperti Dora--tak pernah menyangka...
AM By she/her

Teen Fiction

288K 8.7K 34
Kalau saja Clarissa tidak pernah terlambat pulang malam itu. Kalau saja mereka tidak pernah terikat sebuah hubungan. Kalau saja Darrel tidak membelik...
681 181 34
[Masih Lengkap] Cerita ini cocok untukmu yang sedang tertekan. Yang sedang di masa paling terpuruk dalam hidupmu. Stigma masyarakat yang membuatmu me...