Memeluk Bayang

By umiimasrifah

77.6K 7.5K 569

[ON GOING] Ketika Kala kehilangan Sera, mengharuskan dia terjun dalam pencarian mencari ibu pengganti untuk R... More

Blurb
Azkala Wafa Albarkawi
Dilara Afsheena
Gara-gara Rere
Karena Rere
Memeluk bayangan
Hari itu datang
Memeluk Bayangan 2
Memeluk Bayangan 3
Memeluk Bayang 4
Memeluk Bayang - Hijab Takdir
Rere hilang
Menemukannya
Kejadian itu
Kala peduli
Pergi tidak semudah datang
Berharap dan tidak diberi harapan
Rantai Kejombloan
Jangan pergi
Danau
Ruang yang sama
Kejadian di cafe
Sheena dan Sera Menghilang
Sheena dan Sera Menghilang 2
Meski bukan denganku, kamu pantas bahagia
Pertemuan itu
Sidang Terakhir
Yang terjadi di Pengadilan Agama

Sheena sembuh

2.4K 267 24
By umiimasrifah

"Sudah lebih baik?" tanya Kala setelah sekian hari tidak mengunjungi Sheena. Laki-laki itu meletakkan sekeranjang buah diatas nakas. Andai kalimat itu diucapkan dengan nada lembut dan wajah yang manis, mungkin Sheena akan menyahutinya dengan manis pula. Namun lihat, Kala berbicara dengan wajah datar nya lagi.

"Alhamdulillah. Dokter Ahkam merawat ku dengan telaten." jawab Sheena.

"Sudah kewajibannya." sahut Kala. Dia duduk disamping ranjang Sheena sembari menatap ponselnya.

Kemudian hanya hening dalam ruangan yang dihuni dua orang itu. Kala sibuk dengan ponselnya, dan Sheena? Dia hanya mengketuk-ketuk tepi ranjangnya yang terbuat dari besi, sembari menatap ke langit-langit berwarna putih. Sheena merasa berada dalam ruangan itu sendiri, persis sebelum Kala datang.

"Assalamualaikum, permisi Sheena." Dokter yang beberapa hari ini merawat Sheena datang. Dengan senyum sumringah perempuan itu melihat laki-laki bernama Ahkam.

"Waalaikumsalam." jawab Sheena dan Kala.

Ahkam menyadari ada Kala diruangan itu, "Oh Pak Kala ada disini juga, saya kira Sheena masih sendirian. Saya ingin memeriksanya, bisa kah anda..."

"Tentu." Kala sudah menjawabnya terlebih dahulu sebelum Ahkam menyelesaikan ucapannya. Laki-laki itu berdiri sembari memasukkan ponselnya kembali ke saku, kemudian beranjak untuk keluar. Saat sudah memegang daun pintu dan hendak mengungkitnya, namun Kala tiba-tiba berhenti. Dilepasnya pegangan pada daun pintu tersebut, lalu berbalik, berjalan dan kembali dimana posisinya tadi. Ahkam yang sudah mulai memeriksa dan mengecek kesehatan Sheena jadi berhenti.

"Saya akan tetap disini." ucap Kala.

"Itu lebih baik Pak, agar anda tau keadaan Sheena yang terbaru. Saya tadi cuman mau minta bantuan Pak Kala untuk mengambilkan catatan kesehatan yang ada diatas nakas dibelakang Pak Kala agar bisa saya cek. Tapi sepertinya ada miss." jelas Ahkam yang mengundang tawa untuk Sheena, namun perempuan itu berusaha menahannya. Sedangkan Kala? Dia ingin menenggelamkan wajahnya dibawah ranjang saja. Betapa malunya.

Kala pun mengalihkan perhatian dengan tetap bersikap datar sembari duduk lagi, menunggu Ahkam sedang memeriksa Sheena.

"Wah, kondisimu cukup membaik Sheena. Kemungkinan sore hari ini jika aku periksa dan kondisinya tetap stabil, artinya kamu sudah diperbolehkan pulang. Tapi ingat, jangan terlalu banyak gerak dulu." ucap Ahkam pada Sheena yang terdengar sangat akrab, Kala bisa mendengarnya itu.

"Siaap Dok. Terima kasih ya." balas Sheena dengan senyum sumringahnya, menyebabkan Ahkam ikut tersenyum.

"Baiklah, saya permisi dulu. Nanti sore akan saya cek lagi kesehatan Sheena. Assalamualaikum." Ahkam keluar. Kembali meninggalkan dua orang itu satu ruangan.

Sheena masih ingin tertawa saja mengingat kejadian tadi.

"Kalo pengen tertawa, tertawa saja." ucap Kala menatapnya.

Sheena yang merasa ketahuan pun akhirnya cuma bisa nyengir. Yakin mau tertawa? Meski sudah dipersilahkan, tapi rasanya aneh banget menertawakan si Kala yang lempeng itu.

"Siapa juga yang mau tertawa."

Hening. Ini yang tidak di suka oleh Sheena. Selalu berakhir garing. Perempuan itu jadi berpikir, bagaimana nasib istri Kala yang dulu, setiap hari menghadapi Kala yang super garing dan lempeng, bahkan mencintainya.

Mencintainya? Memangnya Sheena tidak mencintai Kala?

"Kamu terlihat akrab dengan Dokter Ahkam." ucap Kala.

"I-ya, dia sangat baik dan friendly. Mungkin pasien lainnya juga akan bersikap sepertiku."

Bukan itu yang aku lihat dari Ahkam. Kini Kala berbicara dalam hatinya.

"Hmm." jawab Kala lagi-lagi.

"Bagaimana dengan Rere, Mas? Dia sudah pulang sekolah kah?" tanya Sheena.

"Aku belum bertemu dengannya." Ucap Kala. Dia tiba-tiba menunduk. "Maafkan aku dan Rere ya."

Sheena mengernyitkan alisnya, tidak mengerti dengan maksud laki-laki itu.

"Maksudnya?"

"Kalo kamu mau aku akan mentalakmu." ucap Kala yang langsung membuat Sheena terhenyak, namun segera dinetralisirnya.

"Kenapa? Apa karna aku tidak bisa menjaga Rere? Maafkan aku Mas. Aku sudah berusaha, dan aku sangat menyayangi nya, aku pun nggak mau Rere kenapa-napa..."

"Bukan, bukan itu." Kala memegang tangan Sheena yang ada diatas ranjang. Sheena pun merasakan sesuatu aneh yang ada didalam hatinya. Seharusnya dia bahagia bisa terlepas dari Kala, tapi kenapa rasanya lebih nyeri dari perpisahannya dengan Emre.
"Setelah apa yang terjadi denganmu, apa kamu masih berpikir untuk bertahan di hubungan ini yang sebenarnya tidak menguntungkan sama sekali bagimu?"

Sheena terdiam dan menatap Kala, "Aku merasa beruntung." ucapnya tak terkendali.

Kala mengernyitkan alis, dan tau ucapannya yang ambigu akhirnya Sheena meralat. "Maksudku, dengan adanya Rere aku sangat beruntung. Mungkin hubungan ini tidak kita harapkan, tapi Rere sangat bahagia. dan aku ingin melihatnya selalu bahagia."

"Tapi nyawamu? Selama pernikahan kita, nyawamu akan selalu terancam." ucap Kala.

"Kenapa?" tanya Sheena kali ini. Kala langsung terdiam. "Kenapa bisa begitu?"

"Karena profesiku. Aku tidak bisa membiarkan mu terus ada dalam hidupku." ucap Kala yang membuat Sheena terasa nyeri di dadanya. Niat Kala sebenarnya baik, tapi ucapannya seperti Kala tidak menginginkan Sheena ada dalam hidupnya.

"Kamu jangan khawatir. Aku bisa menjaga diriku." ucap Sheena.

"Kamu tidak mengerti. Ini semua demi keselamatanmu Shen."

"Memang aku tidak bisa mengerti, tapi kebahagiaan Rere adalah tujuanku. Jangan pikirkan aku." ucap Sheena.

Kala jengah, ternyata perempuan itu benar-benar keras kepala. Diusap wajahnya sendiri karena gusar. Namun sesuatu lembut memegang tangannya. Kala pun terhenyak dan melihat tangan Sheena menggenggamnya.

"Aku tidak punya siapa-siapa, hanya Rere yang buat aku bahagia. Aku tidak mungkin bisa jauh darinya. Aku mohon, pertahankan hubungan ini. Aku ingin terus bersama Rere."

Aku tidak bisa jika tidak memikirkan keadaanmu, Sheen. Mengertilah bahwa aku khawatir dan tidak ingin terjadi apapun padamu.
Kala ingin mengatakan hal itu, tapi dia terlalu naif.

"Aku benar-benar ingin membebaskan mu." ucap Kala.

"Percayalah." balas Sheena yang melelehkan hati Kala.

***

"Terimakasih ya Dok, sudah merawatku selama disini." ucap Sheena saat sudah prepare pulang. Sedangkan Rere terlihat sumringah di gendongan Kala saat tau Sheena sudah boleh pulang.

"Jangan berterima kasih. Sudah kewajibanku. Yang terpenting kamu harus menjaga kesehatanmu selama masa pemulihan dirumah ya. Jangan terlalu banyak beraktifitas dulu." ucap Ahkam. "Kalo terjadi apa-apa, kamu bisa hubungi aku." tambahnya dengan senyuman. Membuat Sheena cekikikan.

"ehm." Kala berdehem, dan Rere yang ada digendongannya pun jadi ikut menoleh.

"Napa Pa? Mau minum?" tanyanya dengan polos. Padahal Kala ingin membuyarkan momen penuh modusnya Ahkam.

"Nggak sayang." jawab Kala jengah.

Ahkam mengernyitkan alis ketika Rere memanggil Kala dengan sebutan Papa. Padahal yang dia tau, Rere adalah putri Sheena. Itu artinya Kala dan Sheena?

"Paa, Lele mau pipis." rengek gadis kecil itu.

"Iya ayo ke kamar kecil." ucap Kala. "Permisi Dok." dan laki-laki itu pun membawa Rere pergi.

"Kalian suami-istri?" tanya Ahkam, sedangkan dari pengakuan Kala waktu itu mereka tidak memiliki hubungan apapun selain hanya teman.

Sheena hanya diam.

"Kenapa kalian menyembunyikan hal ini?" bisik Ahkam, yang mengerti bahwa orang lain tidak boleh mengetahuinya pula.

Sheena masih diam.

"Nggak apa-apa kalo nggak mau cerita, tapi mengertilah nggak seharusnya aku bersikap seperti tadi didepan suamimu.." ucap Ahkam.

"Apasih Dok." ucap Sheena sembari tertawa kecil melihat ekspresi Ahkam yang terlihat lucu karena ketakutan. "Aku akan cerita ke Dokter Ahkam, tapi nanti. Ada saatnya." tambah Sheena.

"Oke, baiklah."

"Tapi jangan bilang siapapun Dok."

"Tentu."

***

"Aaaaaaahh." semua yang ada didalam mobil itu pun berteriak, saat Kala hampir menabrak seseorang yang tiba-tiba terjatuh didepan mobilnya.

"Aku liat dulu." Sheena segera berlari setelah keluar dari mobil. Tidak peduli tubuhnya masih lemas. Kemudian disusul oleh Kala dan Rere.

"Mbak, mbak tidak apa-apa?"

"Aduh Ya Allah, sakit." perempuan itu memegangi tangannya, kakinya terjepit oleh motor yang ditumpanginya.

"Mas, tolong bantu angkat motornya." ucap Sheena.

"Mama." ucap Rere melihat siapa perempuan yang sedang kesakitan itu.

---

Ayoo, yang mau nambah part lagi. Aku tunggu sampai 100+ vote ya hehe.

Regards

Umi Masrifah

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 257K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
266K 15.3K 37
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
487K 40.3K 40
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 77.4K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...