Ketika Hujan Menyatakan Cinta

By desimurniatii

144K 5.7K 357

Sejak kecil aku tidak menyukai hujan. Bagiku hujan itu menyebalkan. Bukankah banyak orang memilih meringkuk d... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Puisi Nimas untuk Genta
Cast of Ketika Hujan Menyatakan Cinta
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua

Lima Belas

2.9K 151 2
By desimurniatii

Aku baru melangkahkan kaki beberapa langkah setelah keluar mobil bersama Mas Reza dan Mas Virza saat tiba-tiba mataku bertemu dengan Genta yang muncul di gerbang sekolah. Dia memandangku dan melemparkan senyumannya, namun saat ada Mas Reza di sampingku, senyumannya langsung hilang.

"Itu Genta senyum sama lo apa sama gue?" Hebatnya Mas Reza menyadarinya.

Aku memandang Mas Reza dengan pura-pura tidak tahu dan melesat mempercepat langkah kakiku. Aku meninggalkan Mas Reza dan Mas Virza menuju kelasku yang tidak searah dengan kelas mereka.

Aku beberapa kali berusaha melihat Genta yang ada di belakang Mas Reza, namun aku selalu ketahuan olehnya. Aku menggelengkan kepala, menghilangkan bayangan Genta yang meski ada Genta di belakang tetap saja muncul di depan mataku. Aku cepat-cepat masuk kelas dan duduk di bangkuku.

"Lo kenapa, Nim?" tanya Rara yang sedang duduk di mejanya. Iya, meja. Kebiasaan Rara sebelum bel masuk emang duduk di meja, biasanya sembari sarapan apel.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum ke arahnya, "nggak kenapa-kenapa."

Tiba-tiba Bila mendekat ke arahku dan membisikan sesuatu, "gue denger lo lagi deket sama Bang Genta ya?" tanyanya tiba-tiba yang membuatku langsung terperanjat.

Aku memandangnya dengan mata terbelalak, "lo kata siapa?"

"Anak kelas 12 pada gosipin kalian berdua, gue kata Bang Lana tetangga gue," jawabnya.

Aku memandang Bila dengan bingung. Aku tidak bisa harus bagaimana meresponnya. Akhirnya aku hanya tersenyum kikuk.

"Emang bener, Nim?" kali ini Rara yang bertanya.

Aku mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Nggak mungkinlah. Bisa-bisa gue dilempat bola basket sama Mas Reza," jawabku dengan suara gemetar. Aku menelan ludah dengan berat. Tentu saja aku berbohong. Aku tahu, mana mungkin tidak ada apa-apa jika aku selalu terbayang-bayang wajah Genta. Tapi nggak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya. Bisa hancur dunia!

Untungnya bel tanda masuk dibunyikan dan tidak ada lagi ruang teman-temanku untuk mempertanyakannya. Tapi beneran gosip kedekatanku dengan Genta sedang dibicarakan kelas 12? Bagaimana jika Mas Reza tahu?

***

Aku mengikuti Rara dan Bila saat istirahat tiba. Saat mereka mengatakan akan ke kantin, aku langsung setuju untuk ikut. Lupakan soal pergi ke perpustakaan saat istirahat tiba. Entah kenapa sejak Genta mengungkapkan perasaannya dan aku dibuat berantakan karenanya, aku takut menghadapinya di sekolah. Terlebih karena hubungan Genta yang buruk dengan Mas Reza.

Aku sampai di kantin dan memesan sama persis seperti yang dipesan Rara.

"Lo kenapa sih, Nim?" tanya Rara dengan memandangku penuh curiga.

"Gue nggak apa-apa," sahutku. Aku memandang ke sekelilingku. Mencari keberadaan Genta yang bisa saja tiba-tiba ada di kantin yang sama denganku. Meski jika ada dia aku juga tidak tahu harus berbuat apa.

Namun bukannya menemukan Genta, justu yang kutemui malah Mas Reza. Dia memandangku lama, kemudian menarik tanganku keluar dari kantin.

"Kenapa sih Mas narik-narik?" tanyaku.

Dari pandangan Mas Reza ada sesuatu yang tidak menyenangkan dan Mas Reza tidak menyukainya. "Lo tahu nggak, anak-anak di kelas gue lagi gosipin lo sama Genta, gila nggak sih mereka?"

Aku menelan ludah dengan berat. Aku mengalihkan pandangan dari Mas Reza. Aku takut Mas Reza bisa membaca pikiranku.

"Nggak mungkin banget adik gue deket sama manusia kayak Genta," lanjut Mas Reza. "Iyakan?" kali ini dia bertanya padaku.

Aku menganggukan kepala dan tertawa yang seolah menyangkal gosip itu. "Nggak mungkinlah, lagian itu gosip muncul dari mana sih?"

"Katanya ada yang liat lo sama Genta mojok waktu acara perkemahan waktu itu."

Aku membulatkan mata. "Siapa?"

"Temen sekelas gue lah, kan itu acara kelas gue. Gue kasih tau lo juga nggak kenal," sahut Mas Reza yang buatku mendadak kesal. "Jadi itu nggak bener kan?"

"Ya enggaklah, gila aja!" sahutku dan saat itu aku bisa melihat senyuman Mas Reza. Lalu adegan selanjutnya adalah Mas Reza mencubit pipiku yang langsung membuatku menyeringai kesakitan.

Setelah mencubit dia pergi begitu saja. Aku masuk ke kantin dan langsung mendapatkan tatapan dari kedua temanku. Aku memandang mereka dan juga mangkuk mie pesanan mereka yang hampir habis. Sedangnya mangkuk mie milikku masih penuh.

"Kok kalian makan duluan?" protesku.

"Lo lama banget sih."

Tak lama kemudian terdengar bel tanda masuk kelas. Aku memandang mie yang sudah kupesan dengan putus asa. "Mie gue gimana dong?"

***

Aku menunggu Mas Reza di dekat pos satpam. Sebelum keluar kelas tadi aku sempat mengirim sms ke Mas Reza dan aku diperintahkan untuk menunggunya di dekat pos satpam, katanya dia ada urusan sebentar di kelas. Sedangkan Mas Virza hari ini ada latihan sehingga tidak bisa pulang bareng.

Aku melihat siswa-siswi mulai keluar dari kelasnya masing-masing dan berjalan ke tempat parkir, ada juga yang langsung berjalan keluar tanpa membawa kendaraan, salah satunya Genta. Aku melihat cowok itu berjalan menuju gerbang dan ketika melihatku ada di dekat pos satpam dia memandangku. Sepanjang dari mading sampai pos satpam yang jaraknya hampir 10 meter dia terus memandangku.

Kupikir dia akan langsung berjalan keluar seperti biasanya, tapi di luar dugaanku dia berjalan ke arahku dan berhenti tepat di depanku.

Kini jarak kami hanya satu meter dan mendadak aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya dan aku tidak berani balas memandangnya.

Aku mendengar Genta mendesah. "Emang memalukan banget ya temenan sama gue?" tanyanya yang membuatku menaikan wajahku perlahan. Saat melihat sorot matanya, mendadak hatiku terasa pilu. Aku melihat kekecewaan di sana.

"Aku..." aku mencoba memberikan alasan tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa.

"Harusnya gue tahu lo cuma bercanda atau iseng saat lo bilang mau temenan sama gue," katanya. "Lo nggak ada bedanya sama Reza," tambahnya dan dia pergi menjauh dariku. Meninggalkanku yang hanya bisa mematung dengan kepergiannya.

Aku menggigit bibirku dan mendadak duniaku terasa menyiut. Kata-kata yang baru saja diucapkan Genta terus terdengar di telingaku, sampai aku tidak menyadari Mas Reza udah ada di depanku.

"Woyyy, lo kenapa?" tanya Mas Reza dengan mengibaskan tangan di depan mukaku.

"Lo ngomong apa Mas di kelas tentang gosip gue dan Genta?" tanyaku.

Mas Reza tersenyum. "Gue bilang aja gue udah konfirmasi ke elo dan elo bilang nggak mungkin mau temenan sama manusia kayak Genta," jawab Mas Reza. "Terus gue kasih rekaman percakapan kita tadi," tambahnya.

"Jadi tadi lo rekam?" tanyaku dengan mata melotot.

Aku mendesah putus asa. Aku memandang Mas Reza dengan kesal, tapi aku lebih kesal dengan diriku sendiri karena sudah mengatakannya.

"Lo bilang ke gue kalo Genta gangguin lo, nanti gue smash pake bola basket," ucap Mas Reza saat kami berjalan ke mobil.

Sepanjang perjalanan aku mengutuk diri sendiri. Aku sendiri yang mengatakan aku ingin menjadi teman Genta. Aku sendiri yang mengikuti Genta ke panti. Aku sendiri yang mendatangi panti. Tapi saat kami mulai berteman, aku sendiri yang bilang nggak mungkin berteman dengan Genta. Aku sudah menyakiti Genta.

~~ gimana menurut teman-teman kelanjutannya? Semoga kalian semua suka yaaaa

Muka Reza kalo lagi kesel

Continue Reading

You'll Also Like

273K 10.6K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)
698K 5.3K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...
755K 21.3K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
519K 31.2K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...