Little Agent

Galing kay MiracleLynx

1.9M 212K 14.2K

Berawal dari ayahku yang memasukkan ku ke sekolah khusus yang mengajarkan murid nya untuk menjadi seorang age... Higit pa

Prolog
Welcome To Fire Wings Academy!! *1
Test and Pin *2
First Day School *3
Bad News *4
Bad News II *5
Mysterious Call *6
Bangs *7
Test Upgrade *8
Test Upgrade II *9
Test Upgrade III *10
The Key *11
Bingo! *12
Step 5 *13
"Violette, Please!" *14
Pressure *15
Fail? *17
Grief *18
Meet Her Cousin*19
The Diary *20
Comeback *21
Fire Wings Headquarters *22
About Antivirus *23
Welcome To Team *24
Confused and Awkward *25
Message From Center *26
Girls in Haunted Building *27
Out of Blue *28
Second Mission? *29
Investigation (I) *30
Investigation (II) *31
Run *32
The Truth *33
Another Suprise Again *34
Mission Complete *35
Stand by *36
Gloomy Day *37
Code Name *38
Waiting *39
End of Fire Wings? *40
Family Time *41
Where is Her? *42
Meet Up *43
Stuck *44
Game Message *45
Misunderstanding *46
Our Another Disaster *47
Waiting for Response *48
Alpha A-10 Code *49
Hell Laboratory *50
Preparing *51
Intruder *52
Private Session *53
Hot and Cold *54
Sir Charles House *55
We're Coming *56
Trying to Escape *57
Undersea *58
Masquerade *59
Attentive *60
Painful View *61
Poor Us *62
Unexpected *63
Five Hours Before Death *64
Elevator Accident *65
Last of Us *66
Epilog
QnA
Extra Part: Stressed Out
Extra Part 2: Finally Official
Extra Part 3: End of Ending?
LITTLE AGENT'S ALBUM
Royal Air, Konten Exclusive, Trakteer!

First Mission *16

33.5K 3.5K 163
Galing kay MiracleLynx

Setelah 5 hari kami para anak kelas satu menyelesaikan tes, akhirnya saat ini tiba. Violette dalam lima hari itu juga sudah mulai sedikit terbiasa dengan senjata api namun bela dirinya masih dasar. Dia tidak berhenti-berhentinya latihan, bahkan aku pernah mendapatinya ketiduran di gedung pelatihan sendiri jika aku tidak segera menyusulnya begitu tahu dia tidak kembali ke asrama sampai malam (waktu itu aku mengetuk pintu kamarnya selama hampir 15 menit).

Kami menggunakan kaus hitam berlengan panjang, rompi anti-peluru dengan lambang akademi di dada kiri, rompi ini juga dilengkapi hoodie. Celana hitam panjang yang ketat namun fleksibel, lengkap dengan belt di paha kanan untuk menyelipkan pistol dan pisau. Kami juga diberi masker pelindung yang tergantung di pinggang. Senjata yang kami pegang berbeda-beda bentuk walau semuanya berjenis senapan runduk dan shotgun. Katanya itu digunakan untuk jarak jauh dan biasanya hanya untuk melumpuhkan seseorang bukan membunuh.

Aku merasa ngeri begitu kami mulai diizinkan menggunakan senjata api asli. Sebenarnya hampir terasa sama saja dengan senjata api yang ada di gedung pelatihan, hanya saja begitu mengetahui fakta bahwa ini asli membuatku takut memegangnya. Aku memegang M16 Assault Rifle. Sebenarnya senjata ini sudah ketinggalan jaman.

"Kalian diberi kehormatan untuk menjaga konferensi para menteri Amerika dan luar negara bersama tim yang lebih profesional seperti NYPD, USSS dan S.W.A.T. Kemungkinan kalian celaka akan sangat kecil karena para tim penjaga pasti juga akan mengawasi kalian. Paham?"

"Paham!" jawab kami tegas.

"Aku merasa keren," bisik Violette sambil memasang cengiran.

"Kau memang sudah keren," balasku membuatnya tertawa datar.

"Ahahah, bisa saja kau," balasnya dengan ekspresi datar. Sementara aku hanya mengernyitkan dahi bingung lalu mengangkat bahuku tak acuh.

Memangnya ucapanku terdengar mengejek?

"Kita sudah mirip pasukan intelijen profesional Amerika," bisik Stella dengan kepalanya yang tetap menghadap kedepan. Dia menyeringai senang.

"Kita bahkan belum terjun langsung ke lapangan," balas Alice datar membuat Stella menggerutu dengan wajah cemberut.

Akhir-akhir ini Alice terlihat semakin pendiam. Aku tidak tahu kenapa, mungkin dia punya masalah? Entahlah, kuharap dia baik-baik saja.

Dari bawah sini, aku bisa melihat para kakak kelas yang duduk di tribun menyaksikan kami yang sedang berbaris dan mendengarkan instruksi. Mataku tidak sengaja menemukan Zi yang bergumam mengatakan 'semangat Vale!" sambil menaik turunkan alisnya dan matanya terus-terusan melirik kearah lain seolah memintaku untuk melihat kearah yang sama.

Apa? Rane?

Aku mengernyit bingung dan mengalihkan pandanganku, memilih untuk mendengarkan instruksi langsung dari Light didepan sana. Guru-guru dan staff sekolah lainnya memilih untuk menjadi penonton dibagian tribun bawah agar bisa melihat kami lebih dekat.

"Ada pertanyaan? tanya Light membuatku tersentak. Aku tidak mendengarkan tadi. Aih, lain kali kau harus fokus Vale!

Violette mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dia berada dibarisan tengah bersamaku.

"Apa benar-benar hanya kami yang dikirim kesana? Tidak ada staff sekolah atau setidaknya kakak kelas yang ikut?" tanya Violette. Orang-orang di Tribun tampak saling berpandangan seolah menanyakan hal yang sama pada orang disebelahnya.

Light memegang mic kecil yang terpasang dikerah seragamnya.

"Hanya kalian yang dikirim. Kalian baru akan dijemput oleh pihak sekolah jika konferensi itu telah selesai," jawab Light membuat suasana heboh terutama kakak kelas. Sepertinya mereka menganggap ini yang pertama bagi kami, seharusnya ada yang mengawasi kami.

"Kalian sudah cukup mandiri untuk melindungi diri masing-masing. Lagipula kalian juga akan ikut diawasi disana."

"Di misi kalian selanjutnya, jika hanya kalian yang diutus, maka hanya kalian yang harus menjalankan misi itu. Tidak ada yang boleh ikut, kecuali telah dipertimbangkan. Mengerti?"

Suasana berbalik. Dari yang sangat ribut menjadi hening seolah tidak ada orang disana. Tidak ada yang mengangguk atau hanya sekedar mengiyakan dengan singkat.

"Mengerti?" Light mengulangi pertanyaannya.

"Mengerti," jawab kami pada akhirnya.

"Bagus. Sekarang kalian masuk kedalam Auto-bus. Ini akan mengantarkan kalian langsung ke lokasi secara otomatis tanpa pengemudi."

Ngomong-ngomong, Auto-bus ini adalah bus masa kini, Err ... Maksudku masa depan. Bus ini melayang dengan bentuk seperti kereta yang berjalan dengan magnet. Ini sudah jadi transportasi umum. Kita hanya tinggal menunjuk di bus stop mana kita akan berhenti nanti pada layar sentuh yang tersedia dibagian depan bus. Ini mirip seperti menggunakan lift, mereka akan diantar satu persatu ke titik yang tersedia.

Kami masuk satu per satu kedalam. Bagian dalam pun mirip seperti kereta, tempat duduk saling berhadapan dan terbagi menjadi dua bagian seperti gerbong kereta. Bagian tempat duduk perempuan berada diujung dan untuk laki-laki didepan.

Mereka menggunakan sekitar 3 Auto-bus untuk mengirim kami.
Aku duduk didekat pintu yang memisahkan bagian perempuan dan laki-laki, di samping kiriku ada Violette yang masih menatap bingung senapan ditangannya.

Selama lima hari itu dia lebih banyak belajar senjata laras pendek, walau aku juga kadang melihatnya berusaha keras mempelajari senjata laras panjang sih. Aku merasa aneh. Maksudku, rajin dan berusaha keras itu bukan tipikal Violette sama sekali.

"Sepertinya ini akan mudah. Kita hanya menjaga saja kan?" ujarnya membuatku memicingkan mata kearahnya.

"Jangan meremehkan, bagaimana kalau kelompok itu malah menjadikan lokasi konferensi kali ini sebagai target?" tanyaku mulai dihampiri pemikiran-pemikiran buruk.

Violette mengedikan bahunya tak acuh. "Kalaupun mereka ada sih, kurasa itu ide yang buruk. Maksudku ada sangat banyak penjaga, tidak mungkin mereka akan lolos begitu saja," ujarnya lalu terkekeh membuatku bergidik ngeri.

Aku juga sudah menceritakan soal teror bom itu padanya. Beberapa bagian New York berantakan namun tidak sehancur seperti lokasi perang dunia dua. New York mungkin masih terlihat baik-baik saja saat ini di mata dunia. Pemerintah memutuskan untuk tidak memberitakannya secara luas pada dunia dan berusaha membangun bagian yang hancur itu dengan cepat.

Aku tidak tahu kenapa pemerintah melakukan itu. Tapi aku pernah mendengar bahwa beberapa negara sedang melakukan kerja sama dengan Amerika yang melibatkan New York sebagai lokasi penting untuk proyek mereka. Mungkin jika mereka tahu, kerja sama akan langsung dibatalkan? Entahlah.

"Katanya konferensi ini tentang perdamaian dunia yah?" Stella bertanya entah pada siapa karena dia menatap kearah kami secara bergantian.

"Ya, PBB. Tentang perang yang terjadi di salah satu negara Asia." Jean menjawab sambil melepas pasang slot magazine shotgunnya dan menarik slide. Tentu saja dia tidak akan mencoba senjatanya disini.

"Aku dengar-dengar pasukannya keren-keren loh!" seseorang menyahut dengan girang bersama teman-temannya yang lain dibagian depan kami. Dia mungkin dari kelas lain. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu.

"Sekeren apa?" tanya temannya yang lain dengan antusias. Entah mana yang harus kusimak, pembicaraan disebelahku atau didepanku. Dua-duanya berisik.

"Entahlah. Tapi aku rasa masih lebih keren Rane sih!"

Awalnya aku masih tidak peduli sampai akhirnya nama itu tiba-tiba membuat tubuhku tersentak seperti dialiri listrik selama satu detik. Ah, mungkin ini gara-gara aku teringat Ayah yang mengatakan kalau dia sepupuku. Candaannya sama sekali tidak lucu.

Aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba Alice, Violette, Jean dan Stella dengan kompak langsung melirik kearahku dan pembicaraan mereka berhenti. Aku hanya mengangkat satu alisku dengan penuh tanda tanya.

Apa?

"Light dan Carl juga keren menurutku!"

Aku, Jean dan Stella langsung menatap Violette dan Alice secara bergantian. Violet tampak masam sambil berpura-pura sibuk meneliti senjatanya. Semoga saja dia tidak mengarahkan moncong senjata itu pada gadis-gadis didepan kami. Sementara Alice? Tampak tidak peduli dan dengan santainya ia menatap keluar jendela.

Alice tipe gadis yang sulit ditebak.

Aku tidak tahu seberapa besar peluang untuk Alice menjadi kakak ipar Violette dengan sikapnya yang kelewat cuek begitu.

Aku tertawa dalam hati, kenapa tiba-tiba aku malah menyangkut pautkan Alice dengan Light?

Padahal mereka seratus persen tampak biasa-biasa saja. Sok tahu sekali aku.

*

Setelah sekitar 15 menit perjalanan, kami turun dari Auto-bus dan disambut oleh beberapa anggota pasukan dengan senjata dan seragam khusus dengan tulisan 'S.W.A.T' di rompi mereka.

"Jadi ... Ini dia para Little Agent kita?"

Apa dia bilang? Little Agent?

Kita?!

Tidak sedikit dari kami yang saling melirik dengan wajah datar secara diam-diam. Itu membuat mereka terkekeh entah kenapa. Aku kira mereka akan marah karena menganggap sikap kami barusan kurang ajar.

"Kalian pasti dari Fire Wings Academy 'kan?" tanya salah satu dari mereka.

"Iya, itu benar," jawab seorang perempuan mewakilkan kami. Kalau tidak salah sih, dia dari kelas A. Dengar-dengar, dia sangat mahir dalam bela diri dan menggunakan senjata api. Setiap latihan di gedung pelatihan, aku mempercayai itu.

Mereka tampak mengangguk dengan senyuman ... Puas? Tatapan mereka tampak seperti sedang menilai kami.

Ayolah ... Apa yang sedang para bocah amatir lakukan ditengah-tengah para pasukan elit, huh?

"Over here boy and girl!"

Tidak ada yang mengoceh sama sekali diantara kami dengan ucapan mereka yang terkesan memperlakukan kami seperti anak kecil. Oke, mungkin jika dibandingkan dengan para elit ini iya. Tapi umur kami tidak semuda itu loh, Tuan. Tapi tidak mungkin juga mereka memanggil kami dengan 'Ladies and Gentleman'.

Kami mengikuti mereka entah kemana. Diam-diam aku merasa  minder jika harus berdampingan dengan orang-orang penting seperti ini. Tapi untung saja tinggi kami tidak terlalu jauh dari mereka sehingga tidak terlalu kentara kalau kami ini hanya bocah yang baru saja belajar. Mungkin tinggi kami semua antara 163 - 170? Entahlah. Aku rasa di umur 15 tahun 170 cm itu terlalu tinggi. Atau ... Itu memang normal?

"Jadi ... Apa ini misi pertama kalian?" tanya seseorang didepan sana.

"Ya, ini misi pertama kami. Lima hari yang lalu kami baru saja menyelesaikan tes naik kelas." Dave yang kebetulan berada di dekat mereka pun menjawab. Lima orang didepan kami, lima orang di kiri dan kanan kami, dan lima lagi di belakang kami. Kami seperti pelaku kejahatan  yang sedang digiring untuk diinterogasi.

*

Aku hanya bisa memandang bosan kearah kumpulan limousine berwarna hitam tanpa roda (karena cara bergerak benda itu melayang) di bawah sana yang mengantarkan para menteri-menteri dunia ke dalam gedung. Kami mengawasi dari jauh. Keamanan di daerah ini cukup berlapis dan banyak wartawan dengan kamera-kamera berkilat mereka di sana yang sedang dihalangi oleh para tim keamanan.

Kami mengawasi dari atap bangunan tinggi yang berada di sekitar gedung tempat diadakannya konferensi. Katanya kami disuruh belajar bersembunyi atau setidaknya kamuflase. Entah apa maksud mereka, yang jelas tidak mudah untuk mendapatkan izin dari pemilik gedung ini dan gedung sebelah. Apa kata mereka jika melihat kumpulan remaja memegang senjata api masuk ke dalam gedung?

Sebagian murid yang lain juga mengawasi langsung dari atap gedung sebelah, hanya bisa terus menunduk kebawah sedaritadi menyaksikan dari jauh. Karena kebetulan gedung ini dan gedung sebelah sama tinggi, jadi posisi kami yang terbagi menjadi dua tim saat ini juga sama tinggi. Lucu juga kami melakukan hal tidak jelas di atap gedung malam-malam begini.

Jadi ini alasannya kami diberi sniper dan shotgun? Agar bisa membidik dari jarak jauh?

"Aku mau pulang," gerutu Violette dengan nada malas lalu berbaring tidak jelas di atas permukaan atap menatap langit malam.

"Sebenarnya apa yang sedang kita lakukan?" tanya seseorang dengan nada menggerutu yang tidak jauh dari sampingku.

Banyak orang yang mengeluh membuatku jadi ikutan malas. Aku berkali-kali menguap bosan dan lebih memilih mendongak menatap langit daripada menunduk kebawah menyaksikan orang-orang dengan Tuxedo berjabat tangan di red carpet dan kilatan-kilatan blitz kamera.

Bayangkan saja, kami sudah disini selama dua jam dan tidak ada perubahan berarti sama sekali yang setidaknya membuat kami waspada. Angin malam yang bertiup pelan juga membuatku yakin banyak yang mulai merasa mengantuk dan ingin segera tidur.

Kalau ada yang melihat kami bermalas-malasan seperti ini mungkin sudah dianggap gagal dalam misi pertama dan juga kami dianggap tidak pantas untuk memiliki Pin kami. Beberapa orang yang bosan memilih untuk bergosip dengan pandangan yang masih mengarah kebawah.

Aku, Alice dan Jean cukup hening daritadi dan hanya menyiapkan senapan kearah bawah entah harus menembak siapa. Violette dan Stella mulai saling iseng dan mengganggu satu sama lain. Bahkan mereka memainkan permainan entah apa itu namanya. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil saling menemukan telapak tangan seperti permainan orang zaman dulu.

"Hey, girls. Bisa diam?"

Alice bukan menanyakan itu pada Stella dan Violette, tapi pada para gadis yang ada di dekatnya yang terus bergosip sambil memekik kesetanan. Mereka benar-benar langsung bungkam begitu melihat raut datar dan tatapan dingin Alice.

Rasanya aku ingin bersorak sambil bertepuk tangan melihat itu jika tidak mendengar jeritan panik dari bawah sana. Kami semua refleks bersiaga dan mengarahkan ujung moncong senjata kearah bawah. Beberapa yang menggunakan sniper mulai mencari-cari dengan teropong kecil yang tersedia.

"Ada apa?!" tanya beberapa orang dengan raut panik. Murid-murid di atap gedung sebelah juga melakukan hal yang sama. Kami semua memegang senapan dalam keadaan tercengang.

Orang-orang berlarian menjauh dari gedung yang mengeluarkan suar ledakan dari dalam sekaligus asap hitam yang tebal dan menguar. Tanpa sebab yang pasti, para pasukan yang berjaga dibawah sana tiba-tiba pingsan dan terkulai lemas membuat kami panik bukan main.

"Ya tuhan...." gumamku pelan sambil menantap tak percaya ke bawah sana. Belum lagi kepanikan berakhir, entah dari mana asalnya sebuah granat dilempar ke tengah-tengah kumpulan disana diikuti oleh granat yang lainnya. Bukannya meledak, granat itu malah mengeluarkan asap tipis berdebu berwarna hijau gelap.

"Pakai masker kalian!"

Seruan salah seorang diantara kami membuat kami semua tanpa pikir panjang segera menggunakan masker pelindung sebagai jaga-jaga. Tidak ada yang tahu apa akibat dari menghirup asap hijau itu.

Suara baling-baling helikopter terdengar dari jauh membuat kami semua refleks menatap langit. Di bagian langit sana, terdapat tiga helikopter yang merendah dan mengeluarkan tangga talinya membuatku bertanya-tanya. Bola mataku membesar begitu melihat kumpulan orang bersenjata dengan pakaian pelindung serba hitam dan masker pelindung keluar dari gedung yang terdengar suara ledakkan tadi.

Black Eagle? Batinku tak percaya.

Mereka semua naik menuju helikopter melalui tangga tali. Suara tembakan dari orang-orang di dekatku mulai bergemuruh. Mereka menembak tanpa rasa ragu sedikitpun ke arah pasukan serba hitam yang sedang berusaha naik.

Tanganku tiba-tiba terasa kaku untuk sekedar menarik pemicu kearah sana. Salah satu gadis yang menggunakan masker pelindung dengan rambut yang dikuncir dua. Dan aku yakin itu pasti-

"Vale! Apa yang kau lakukan?!" tanya Dave keras membuatku tersentak.

Dengan berat hati aku juga ikut menembaki mereka dari atas sini.









**TBC**

Uh, yeah... Vale liat si dia

Btw, kebanyakan tokohku ada huruf "E"nya.

Vale, Violette, Jean, Alice, Stella, Rane, Claire (penjaga perpus), Dave, Zirene. Belum lagi yang di Transylvania.

Chaselyn, Elleanor, Emily, Evie, Luke, Arien, Hurem, dll.

Tinggalkan jejak O(≧∇≦)O

See you~

SRR/Sarah

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

7.2K 209 7
Hanya cerita tentang 'misteri' alasan dibalik sifat seseorang yang susah sekali untuk berbicara. Bukan karena dia bisu, melainkan ada hal lain yang d...
369 161 11
separation is not the end of everything ~Arion Valleverd~ โ•gambar hanya pemanis (gk suka gausah diliat) โ•maaf jika ada kesalahan pada chp 4 โ•cerita...
1.9M 71.1K 39
[TERSEDIA DI TOKO BUKU] Mereka bertujuh menghadapi cobaan yang sangat berat. Mereka terpaksa harus mengubur mayat jam 12 malam tepat hari jumat. Bera...
353K 41.1K 43
SEQUEL 'THE VILLA'. Judul awal 'Her and The Devil'. Kisah mereka belum sepenuhnya selesai, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Kania dan t...