With Your Body

De Aniwilla

241K 7.8K 393

Ruby Carefanessa. Wanita dengan senyuman miringnya itu selalu menggoda. Paras cantik, tubuh seksi, harta berl... Mai multe

00 || Prolog
01 || Dia Tidak Tertarik?
02 || Pelamar
03 || Alasan
04 || Pasta
05 || Namaku, Ruby
07 || Kejutan
08 || Hadirnya Intan
09 || Tidak Suka
10 || Siapa Axel?
11 || Keberadaannya
12 || Identitas
13 || Tidak Pernah Menyesal
14 || Nyanyian Bruna
15 || Pria Berbahaya?
16 || Lari
17 || Pikiran Kecil
18 || Sakit Hati?
19 || Abu-abu
20 || Biru
21 || Bodoh
22 || Petir
23 || Penculikan
24 || Bertemu Axel
25 || Pengakuan
26 || Cinta
27 || Api dan Air
28 || Bukan Cemburu
29 || Ayah
30 || Berbintang
31 || Hilang
32 || Gengsi
33 || Pergi
34 || Pudar
35 || Dia Ingin Pergi
36 || Aku Mencintaimu

06 || Nyaman?

7.8K 266 5
De Aniwilla

===

"MEMANG. Namaku Ruby. Dan malam ini bukan aku yang harus mati."

Sam tersenyum menantang. Menatap wanita di hadapannya dengan mata menajam bak elang. "Hm. Benarkah?"

Ruby dengan cepat menangkis tangan Sam yang menodongkan pistol ke arahnya sehingga senjata itu terpental ke ranjang. Tangan satunya ia gunakan untuk meraih revolver miliknya dan balik menodongkan senjata itu ke arah Sam.

Pria itu terkejut bukan main saat menoleh ke arah Ruby. Dalam hati ia mengumpat bisa seceroboh dan berani meremehkan perempuan di hadapannya. Ia menghela napas sebentar, sedetik kemudian perempuan itu tersenyum bak iblis mengerikan.

Sam hanya mengerutkan dahi bingung saat tangan lentik Ruby membuang revolver yang ia todongkan barusan ke arah cermin membuat kacanya retak.

"Lawan aku. Dengan tangan kosong! Itu pun jika kau bisa," tantang Ruby meremehkan, seperti biasa.

Sam melangkah ke depan hendak mencekal kedua tangan Ruby, tapi telat. Wanita itu buru-buru merunduk dan menarik kedua kaki Sam hingga terjatuh. Sam hanya bisa melotot terkejut atas kekuatan wanita itu yang bisa menjatuhkan dirinya.

Sementara Ruby mendekat ke arah jendela dan membuka high hills miliknya.

Sam berdiri menatap Ruby bengis. Kali ini cukup main-mainnya, ia akan menghajar wanita itu sebelum wanita itu yang akan membunuhnya. Tangannya mengepal seiring kakinya yang melangkah mendekat. Rahang kokohnya bergemeletuk dengan tatapan menajam. Bulir keringat pada dahi yang sedikit berurat itu terus menyeruak di antara pori.

Bug!

Kepalan tangannya tepat mengenai tembok saat wajah Ruby menghindar, yang dimanfaatkan oleh Ruby untuk menangkis tangan Sam dan memelintirnya ke belakang tubuh. Lalu dengan tenaga keras ia menendangnya membuat Sam terjerembab ke arah jendela. Kacanya pecah berhamburan membuat Ruby mundur perlahan.

Tapi Sam masih belum puas. Ia bangkit dan menghampiri Ruby lagi. Menangkis tangan wanita itu saat ingin memukulnya dengan high hill, Sam balik mencekal kedua tangan Ruby cepat dengan satu tangan dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk mencekik Ruby. Ia mendudukkan Ruby di ranjang sembari tangannya terus mengeratkan cekikkan pada leher jenjang Ruby.

Ruby yang tak kalah akal langsung menendang selangkangan Sam dengan susah payah, membuat pria itu mengerang dan mundur perlahan. "Mati saja kau ke neraka!" umpat Ruby dan maju menghampiri Sam.

Sam kembali berusaha menggapai kaki Ruby hendak menariknya, tapi dengan cekatan Ruby memukul kepala Sam dengan high hill yang masih dalam genggaman. Kakinya tak tinggal diam, ia arahkan ke ranjang dan menggeser cepat pistol milik Sam membuat benda itu melayang ke udara. Lalu dengan mahirnya ia tangkap pistol itu dan menodongkan ke arah Sam.

Sam yang menyadari itu cepat menangkas tangan Ruby sehingga pistol itu terjatuh. Pria itu mengambil pistol miliknya dan berdiri hendak menarik pelatuk dan menodongkan ke arah wanita itu lagi.

Ruby hanya bisa mencoba mengambil senjata api itu dari tangan Sam dengan sisa tenaga yang ia miliki. Mereka beradu, memperebutkan pistol yang pelatuknya sudah tertarik. Saling mengarahkan ke tubuh lawan sampai akhirnya suara tembakan memekik nyaring membuat keduanya terdiam.

Darah segar menetes ke bawah mencemari lantai. Ruby mundur beberapa langkah, membiarkan tubuh Sam linglung karena senjatanya sendiri.

Kali ini ia berbalik mengambil senjata miliknya dan menggunakan high hill untuk segera pergi dari ruangan tersebut. Sapu tangan kulit yang ia gunakan dilepas, tak lupa rambut palsu berwarna pirang juga ia lepas dan memasukkannya ke dalam tas selempang. Sebelum pergi wanita itu menoleh, menatap Sam kasihan.

"Kalau boleh jujur ciumanmu payah dan sungguh menjijikkan! Jaga dirimu baik-baik di sini! Akan aku pastikan sebelum polisi datang kau tidak akan pernah menyebutkan namaku," kata Ruby. Wanita itu keluar dengan langkah anggunnya seolah tidak ada yang terjadi.

Sebenarnya ... apa motif wanita itu?

===

"Aku ingin kerja di restoranmu lagi." Perkataan Elzar merasuki indra pendengaran Safir yang langsung mendapat delikan tajam dari si empu.

Safir memukul perut Elzar gemas membuat pria itu mengaduh kesakitan. "Kau pikir restoranku ini taman kanak-kanak yang seenaknya kau permainkan!"

Elzar menghela napasnya kesal. "Kau tidak bilang wanita itu akan bekerja di sini. Kau tau? Dia wanita yang aku incar."

"Dia salah satu wanita yang kau incar. Ah, ayolah sudah berapa wanita yang menjadi incaranmu," sahut Safir malas. Pria itu memutar bola mata jengah.

"Kau sudah memecat Steffi. Jadi aku ingin dia, koki barumu itu untuk menjadi pengganti Steffi," jelas Elzar. Pria itu mengangkat tangan kirinya, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan.

"Dia milikku," kata Safir yang membuat Elzar menoleh cepat. Menatap Safir dengan mata melotot, memandang tidak percaya.

"Apa katamu?"

Safir menghela napas. "Wanita itu. Ya wanita itu sudah berani mempermainkanku. Akan aku balas. Lihat saja, aku jamin Ruby jatuh cinta padaku, setelah itu akan aku tinggalkan. Terserah sisanya jika kau mau ambil silakan saja."

"Kau ingin meninggalkannya setelah itu? Serius? Jika kenyataan berbanding terbalik dengan ekspektasi yang kau ambil sendiri bagaimana? Seperti senjata makan Tuan?" tanya Elzar. Pria itu kemudian bangkit. "Baiklah. Masih banyak wanita cantik di luaran sana, aku akan pergi ada rapat pagi ini."

Safir hanya mengangguk menatap Elzar yang berjalan keluar dari ruangan dengan kedua tangan ditenggelamkan dalam saku celana. Jika pria itu bisa dengan mudahnya bergonta-ganti pasangan mesum, mengapa ia tidak? Bahkan Safir sempat berpikir bagaimana Elzar bisa melakukan semua itu? Seperti mengagumi Ruby dan tiba-tiba saja melepaskannya begitu saja. Seperti yang ia lakukan pada wanita lain. Seolah baginya wanita adalah mainan, atau tepatnya hanya dijadikan sebagai sasaran pemuas napsu Elzar.

Pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Menuruni tangga untuk melihat kinerja semua pegawainya. Pelanggan di dalam restorannya masih banyak yang berlalu lalang untuk memesan makanan. Safir berbelok memasuki dapur, menatap satu per satu kokinya yang masih sibuk mengatur bahan makanan pesanan pelanggan. Lalu bola matanya bergulir, menatap satu titik yang membuat bibir itu melengkung walau sedikit.

Dia Ruby. Wanita yang masuk dalam kehidupannya tanpa permisi. Membuat jantungnya selalu terpompa hebat saat ada di dekat wanita itu. Ruby seolah membolak-balikkan hidup Safir bagai lembaran buku. Kadang Safir berpikir, mengapa hanya karena wanita penggoda itu otaknya selalu memutar ulang semua memorinya saat sejak awal pertemuan.

Kakinya melangkah perlahan mendekati Ruby yang masih asik dengan pasta buatannya. Bahkan baru kali ini Safir melihat ekspresi Ruby yang serius, itu terlihat lebih menggemaskan dibandingkan wajahnya yang sok seksi saat menggoda Safir. Karena Safir tahu, ia bukanlah satu-satunya pria yang digoda Ruby.

"Bukan seperti itu," kata Safir dan reflek menggenggam tangan Ruby yang hendak menuangkan pasta ke piring.

Ruby menoleh dan menatap Safir yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Aroma mint menguar dari tubuh Safir, wangi yang selalu Ruby suka saat di dekat pria itu. "Ada apa? Jangan merusak konsentrasiku?"

Safir mendengkus. "Ini restoran, Nona. Jangan samakan dengan membuat mie instan. Kau harus menghias pastanya seperti ini." Safir masih menggenggam tangan Ruby dan menuntunnya untuk menggulung pastanya dengan garpu. Lalu diletakkanya perlahan pasta itu pada piring. Safir sedikit memundurkan tubuh untuk menjaga jarak tanpa tahu Ruby hanya terdiam mematung. Seolah jiwanya bepergian entah ke mana meninggalkan raga.

Ruby masih diam tak percaya. Tubuhnya linglung, pikirannya melayang entah ke mana. Dan kata pertama yang ia ucapkan dalam hati adalah, shit kenapa dia begitu manis!

"Kau paham tidak apa yang barusan aku jelaskan?"

Ruby terlonjak, badannya hendak berbalik. Tapi tangannya malah tidak sengaja menyenggol piring berisi pasta yang sempat Safir hias hingga jatuh berantakan. Piring yang terbuat dari beling itu jatuh berantakan mengenai kaki Ruby yang mengenakan sepatu flat.

"Astaga!" Safir buru-buru mendorong Ruby pelan untuk menjauhi pecahan beling. Lalu ia memanggil karyawan lain untuk membersihkan semua kekacauan yang Ruby buat.

Ruby menatap Safir memelas, seolah meminta maaf atas kegaduhan yang ia buat sendiri bahkan membuat semua koki yang sedang sibuk memasak menoleh ke arahnya.

"Kau ini ceroboh sekali," umpat Safir menatap Ruby tajam. Ia tidak suka kekacauan atau kesalahan sedikit pun dalam pekerjaan. Untung saja hanya memecahkan piring, bagaimana jika sampai hal yang lain. "Ikut ke ruanganku!" Perintah Safir tak ingin dibantah.

Ruby hanya mencebik kesal dan mengikuti Safir dari belakang dengan jalan yang tertatih.

Safir menoleh saat sampai di ambang pintu. Menatap Ruby bosan. Pria itu mendekatinya, meraih punggung dan kaki Ruby. Safir mengangkat Ruby ke dalam dekapan dan berjalan santai tidak memedulikan pelototan pegawainya.

Ruby hanya tersenyum geli. Ia sangat suka menjadi pusat perhatian. Dengan sengaja wanita itu melingkarkan kedua tangannya di leher Safir. Menenggelamkan kepalanya juga pada leher pria itu dan menghirupnya kuat-kuat seolah mencoba menyimpan harum pria itu dalam ingatannya.

"Jangan macam-macam atau aku akan melemparmu dari atas sini!" ancam Safir yang membuat Ruby terkekeh geli. Reaksi wanita itu hanya menyenderkan kepalanya pada dadang bidang Safir dan menutup mata. Padahal awalnya Ruby gemas sekali dan berniat menggigit leher Safir, tapi ancaman Safir membuatnya mengurungkan niat karena jujur saja, ia masih ingin hidup.

Andai bisa seperti ini selamanya. Kenyamanan yang jarang sekali Ruby rasakan, naas semuanya hanya angan saja karena Ruby tak pernah menginginkan Safir.

"Safir?"

"Hm," sahut Safir pelan.

"Kau tau tidak apa itu nyaman?"

Kedua alis Safir beradu saat mendengar pertanyaan yang Ruby lontarkan, tetapi itu tidak membuat Safir memikirkan hal yang macam-macam. "Tidak. Sepertinya. Tapi entahlah."

Ruby tersenyum kecil. "Biar aku beri tahu. Nyaman itu seperti rindu. Dia enggan pergi walau kau tahu apa yang kau lakukan itu salah."

===





Hae semwah😘 pa kabs?

Ekhem cerita ini mau aku privat acak, tapi pastinya gak tau kapan. Bukan apa², soalnya udah mau masuk konflik. Nanti bakal ada pendatang baru bermunculan, jadi pada komen yg bnyak dund biar bisa apdet cepet😅

Yang udah terlanjur follow, diunfoll juga gpp njir, ikhlas kok gue😂

Continuă lectura

O să-ți placă și

743K 44.3K 68
WARNING!! BAGI ORANG ALIM, AGAIMAIS, SIRIK DAN LAIN SEBAGAINYA MOHON UNTUK TIDAK MEMBACA CERITA INI KARENA INI BUKAN SANTAPAN LEZAT KALIAN. CERITA...
52K 1.3K 24
26 Juni 2019 - 14 Juli 2019 ❤ #1 - Kritiksosial 7 Juli 2019 #6 - Jurnalis 7 Juli 2019 ●●Cerita ini mengandung unsur dewasa, mature, serta konflik yan...
171K 2.8K 16
[Cerita di PRIVATE, Follow untuk membaca!] Ronaldo Axton menjalin hubungan dengan Eveline Barnes semata-mata untuk membalas dendam. Namun bagaimana j...
1.6M 57.1K 18
WARNING 21++ LAPAK DEWASA JUST FOR ADULT. NOT FOR CHILDS ANAK KECIL DILARANG MENDEKAT! MENDING BIKIN PR DAN BELAJAR DULU BIAR SEKOLAHNYA PINTER. SOA...