MeloDylan 2 (Retrouvailles)

By asriaci13

44.9M 3.1M 1.5M

Cover by Wira Putra Kesalahan manis yang di rahasiakan. *** Ketika kita bertemu kembali, apakah yang akan ter... More

Sedikit Cerita Untuk MeloDylan Pertama
Prolog
CHAPTER SATU | Dylan Kembali
CHAPTER DUA | Dibalik Semua itu
CHAPTER TIGA | Sebuah Pertemuan dan Pernyataan
CHAPTER EMPAT | Pelukan Terakhir?
Chapter 5 | Video Perpisahan
CHAPTER ENAM | Deva mencari Melody
CHAPTER TUJUH | Pertemuan Melody dan Alice
CHAPTER DELAPAN | Masa Lalu dan Masa Depan
Chapter Sembilan | Aku Punya Hati
Chapter Sepuluh | Berdamai dengan Masa Lalu
CHAPTER SEBELAS | BERHARAP TAK BERPISAH
Chapter Dua Belas | Tanpa Sengaja
Chapter Tiga Belas | Sisi Manis Dylan
Chapter Empat Belas | Nostalgia
Chapter Lima Belas | Sebuah Syarat
Chapter Enam Belas | Tidak Baik-Baik Saja
Chapter Tujuh Belas | Kadang Aku Tidak Mengerti
Chapter Delapan Belas | Semua Punya Rahasia
Chapter Sembilan Belas | Menjelaskan Kesalahpahaman
Chapter Dua Puluh | Mengingat Yang Tidak Penting
Chapter Dua Puluh Satu | Sampai Disini
Chapter Dua Puluh Dua | Jawaban Dylan
Bukan Update!
Chapter Dua Puluh Tiga | Terlalu Percaya Diri
Chapter Dua Puluh Empat | Rapat Ketiga
Chapter Dua Puluh Lima | Survey Tempat Reuni
Chapter Dua Puluh Enam | Sebatas Teman
Chapter Dua Puluh Tujuh | Truth Or Dare
Chapter Dua Puluh Delapan | Teman Makan Teman
Chapter Dua Puluh Sembilan | Can I Kiss You?
Chapter Tiga Puluh | Jadi Siapa?
Chapter Tiga Puluh Satu | Retrouvailles (Bag •1)
Chapter Tiga Puluh Dua | Retrouvailles •Bag 2
Chapter Tiga Puluh Tiga | Retrouvailles •Bag 3
Chapter Tiga Puluh Empat | Retrouvailles (•Bag 4)
Chapter Tiga Puluh Lima | Retrouvailles (•Bag 5)
Chapter Tiga Puluh Enam | Retrouvailles (Bag Enam)
Chapter Tiga Puluh Tujuh | Retrouvailles (•Bag 7)
Chapter Tiga Puluh Delapan | Retrouvailles (•Bag 8)
Chapter Tiga Puluh Sembilan | Retrouvailles (•Bag 9)
Chapter Empat Puluh | Retrouvailles (Bag 10)
Chapter Empat Puluh Satu | Dibalik Yang Terjadi
Chapter Empat Puluh Dua | Alice kembali
Chapter Empat Puluh Tiga | Semuanya Telah Berakhir
Chapter Empat Puluh Empat - Rahasia Terbesar Alice
Chapter Empat Puluh Lima | Permintaan Alice
Chapter Empat Puluh Tujuh | Apa yang terjadi?
Chapter Empat Puluh Delapan | Semua Berakhir Disini
Chapter Empat Puluh Sembilan | Pelaku Tabrak Lari
Chapter Lima Puluh | Keadaan tidak baik
Chapter Lima Puluh Satu | Menunggu Melody
Chapter Lima Puluh Dua | Penyesalan datang di akhir
Bagian Lima Puluh Tiga | Jangan datang lagi
Bagian Lima Puluh Empat | Lupakan, Aku sudah tak peduli
Bagian Lima Puluh Lima | Jeda
Bagian Lima Puluh Enam | Berdamai?
Chapter Lima Puluh Tujuh | Sekadar Saran
Chapter Lima Puluh Delapan | Pamit
Chapter Lima Puluh Sembilan | Menebus Kesalahan
Vote aja
Chapter Enam Puluh | Choose or Lose
Chapter Enam Puluh Satu | Puncak Part 1
Chapter Enam Puluh Dua | Puncak Part 2
Chapter Enam Puluh Tiga | Early Birthday
Chapter Enam Puluh Empat | Titik Balik Sebuah Kejelasan
Penjelasan Sedikit
Chapter Enam Puluh Lima | Kemungkinan Terburuk
Chapter Enam Puluh Enam | Salah Siapa?
Chapter Enam Puluh Tujuh | Friend?
Chapter Enam Puluh Delapan | Random Talk
Bagian Enam Puluh Sembilan | Bertemu Dengan Orang Baru
Tanya Dong
Bagian Tujuh Puluh | Sebuah Pemberitahuan
Sedikit Memberikan Jawaban
Bagian Tujuh Puluh Satu | Kamu, Lucu Sedunia
Bagian Tujuh Puluh Dua | Mencari Penyakit
Bagian Tujuh Puluh Tiga | Sudut Pandang Dylan
Bagian Tujuh Puluh Empat | Pernah Gak sih?
Bagian Tujuh Puluh Lima | Ending?
Bantu memilih.
Bantu Pilih Kover
Bagian Tujuh Puluh Enam | Restart
Bagian Tujuh Puluh Tujuh - Alasan Kembali
Harga Paket dan Merchandise
List TBO Yang Bisa kalian Pesan PO
Bagian Tujuh Puluh Delapan | Begini Adanya
Open Pre-Order
Spoiler Alert!
Spoiler alert Part 2!
Ending :)
Penjelasan Ending
Alternative Ending Part 1
Open Pre Order Merchandise
MeloDylan Special chapter
Special Chapter | Satu
Special Chapter | Dua
Special Chapter | Tiga

Chapter Empat Puluh Enam | Pertunangan?

268K 21.4K 16.7K
By asriaci13

Now Playing | Nosstress - Semoga Ya

Ciee baru baca judul udah kesel wkwk

Coba mana yang kesel komen disini.

Yakin masih mau baca?

Nanti kesel lho wkwk

Terus aku dihujat lagi :(

Jangan dihujat ya, janji kasih kejutan deh.

Jadi baca ya.

Pelan-pelan bacanya, biar gak cepet abis. Hahaha.

***

Bagian Empat Puluh Enam

Aku ingin menjadi sesuatu untukmu. Sesuatu yang dapat kamu andalkan dan selalu menjadi alasan dibalik senyum manismu. Terima kasih telah memilihku, Aku mencintaimu dan itu selalu.

Semua yang aku mau ada di dalam diri kamu, semoga kamu pun begitu.

***

Mendadak Alice membatalkan tempat pertemuan mereka dengan Mamanya dan mengganti tempat pertemuan menjadi di restoran dan memesan tempat private. Dylan tidak banyak bertanya akan alasannya, dia hanya mengikuti keinginan gadisnya.

Asalkan Alice nyaman, dia bisa menerimanya.

Kini di hadapan mereka telah datang seorang wanita yang masih cantik, tampak mirip seperti Alice versi dewasa. Dari potongan rambut hingga wajah pun sama, yang berbeda hanyalah dari warna mata mereka.

Dylan dan Alice berdiri dari tempatnya dan mempersilahkan Mamanya Alice duduk.

"Kamu gak kangen Mama Alice?" tanya Mamanya dengan senyuman hangat.

Tangan Alice mengepal dan kuku-kuku jarinya tertekan melukai kulitnya. Dylan segera meraih tangan Alice dan menggenggamnya.

Dia tau, Alice tidak baik-baik saja.

Alice pernah menceritakan tentang kehidupannya, belum lama ini. Dia hanya tinggal bersama dengan Ayahnya saja dan akses untuk mencari Mamanya benar-benar sulit. Bukan Alice engga berusaha mencari, tapi jika dia melakukan itu akan menyakiti Ayahnya.

Katanya Mamanya pernah meninggalkan Papanya Alice karena mendapatkan pria yang lebih kaya raya, disaat Papanya tengah berjuang dia ditinggalkan. Pernikahan mereka pun tidak di restui oleh keluarga Papanya, tapi Papanya tetap mempertaruhkan semuanya hanya untuk si wanita yang tidak tahu diri itu.

Sekarang, setelah semuanya berubah. Papanya memiliki perusahaan dimana-mana, seperti dunia kini ada di tangannya. Alice tahu, Mamanya masih sering menghubungi mengenai Sam. Berusaha menuntut ayahnya untuk bertanggung jawab, memeras dan meminta hal-hal lain.

Bahkan Mamanya meminta uang untuk biaya berobat Samudera, tapi yang diterima oleh Samudera adalah perawatan minim. Kali ini Alice tengah berjuang untuk mengeluarkan Samudera dari tempat itu, dia akan merawat kakaknya sendiri dengan dokter pribadi tentunya.

"Suster Nora bila kamu sering jenguk Sam?"

"Ya dan aku mau ngeluarin kakak dari tempat itu, untuk kebaikan kakak." Alice berusaha tersenyum ke arah wanita itu.

Berusaha untuk tidak emosi, dia sudah melalui banyak hal. Seperti ini saja seharusnya tidak mengganggu dia.

"Tau apa kamu soal kebaikan buat dia? Kamu aja baru ketemu Sam beberapa kali."

"Ma... yang kakak butuhkan bukan dikurung seperti itu."

"Tergantung dengan penawaran yang kamu kasih? Selalu ada harga bukan dibalik semuanya?" Mamanya tersenyum licik.

Sudah seharusnya Alice menduga hal itu, dia terlalu berharap berlebihan dengan berpikir bahwa Mamanya akan berubah setelah sekian lama. Tapi, sepertinya semakin parah.

"Jadi tujuan kamu ajak Mamanketemu bukan untuk bicarin Sam, kan?" tembak Mamanya langsung.

"Iya tante, jadi seperti yang udah saya bilang sebelumnya. Alasan saya yaitu untuk meminta restu tante dan doa tante, hubungan saya dengan Alice akan berjalan ke yang lebih serius."

"Tanpa restu saya pun, Alice akan tetap melangsungkan pertunangan kalian bukan?" Wanita elegan itu mengecap wine yang tertuang dalam gelas, meminumnya sedikit dan kembali fokus ke dua orang yang ada di depannya itu, "kamu cukup berani dengan meminta saya untuk datang ke acara kalian," katanya ke arah Dylan, "keluargamu kerjanya apa?"

Tanpa basa-basi, langsung ke intinya. Tidak lain dari materi yang dimiliki oleh sang pemuda.

"Gak usah di jawab," desis Alice, "Ma, Mama gak ada urusan ya ikut campur masalah aku. Daddy aja setuju kok."

"Keliatannya dia dibawah kamu, ya?" Mama Alice mengambil kesimpulan, "Masih ada beberapa jam lho Lice sebelum kamu batalin pertunangan kamu. Cari cowok pinteran dikit, masa mau dibawah kamu."

Emosi telah memuncak, rasanya Alice ingin memakin Mamanya sekarang juga. Untuknya perihal bisnis keluarga Dylan yang dibawah bisnis keluarganya itu tak masalah, selagi Dylan tidak numpang hidup padanya. Selama ini pun tak pernah ada tanda-tanda kalau Dylan hanya memanfaatkannya. Terlebih sang Ayah telah menyetujui hubungan mereka.

Lalu orang yang tak pernah mengurusnya dari kecil memintanya untuk membatalkan pertunangannya.

udah gila?

"Kamu gak minder?" tanya Mamanya Alice ke arah Dylan, "status kamu bakalan jadi kepala keluarga lho, masa mau di setirin terus sama Alice."

Sudah tidak bisa ditahan lagi, Alice berdiri dari tempatnya menarik lengan Dylan untuk ikut berdiri disampingnya.

"Niat kita kesini baik. Terserah Mama mau datang atau enggak, tapi kalau masih punya harga diri gak usah datang. Ayo, Lan, ngabisin waktu doang disini."

Bisa ditebak apa yang dilakukan oleh Dylan. Pemuda itu menundukkan kepalanya sedikit hormat ke arah Mamanya Alice, kemudian mengikuti kekasihnya yang sudah keluar lebih dulu dari ruangan itu. Ada beberapa hal yang mengganggu di kepalanya, dia tau, namun selama ini dia menutup telinganya dan tidak mendengarkan gosip di luaran sana.

Dylan mengakui jika memang keluarga Alice memiliki harta di atas keluarganya, namun selama ini dia menjalin hubungan dengan Alice sangat nyaman. Mereka tidak pernah membicarakan hal itu. Namun, sepertinya kali ini memang harus benar-benar di bicarakan.

"Sayang..." panggil Dylan dengan suara rendah. Gadis bersurai cokelat itu menoleh, menatap kekasihnya dengan sendu, "aku gapapa." Dylan berusaha membuat kekasihnya tidak merasa bersalah, "tapi kita harus bicarain ini, oke?" tuturnya lembut dan dibalas anggukan lemah oleh Alice.

"Makan dulu ya?" ajak Dylan, "tadi kamu enggak sempet makan, kamu mau makan apa?"

"Terserah deh," jawabnya

"Sushi mau?" tawar Dylan, "suki?"

"Sushi deh sekalian aku mau udon."

"Sip."

Keduanya pergi ke restoran Jepang, memesan berbagai macam jenis sushi disertai udon yang diinginkan Alice. Masih, Alice masih diam saja tak banyak berbicara. Di kepala kecilnya pasti dia memikirkan banyak hal.

"Lice, mau dengerin aku dulu gak?"

Gadis bernama Alice itu mengalihkan tatapan dari ponselnya ke arah pemuda di depannya.

"Kamu jangan stres, kalau kamu stres mending kita undur aja tunangannya."

"Heh, sembarangan, semua udah siap main undur aja," sewot Alice

"Ya, abisnya, jangan banyak pikiran gitu. Aku sayang sama kamunya, kalau kamu gak nyaman dan bikin kamu banyak banget presure, mending di undur sampe bener-bener siap. Aku gak peduli sama omongan orang, selagi kamu sama aku, masih di samping aku itu udah cukup. Jangan kebanyakan overthinking. Oke?"

Kedua sudut bibir Alice melengkung sempurna, dia mengangguk kecil. Manis. Rasanya jika kekasihnya itu bukan Dylan, dia tidak akan bisa sampai ke tahap ini. Perubahan pemuda itu dari yang benar-benar tak peduli kepada siapapun, menjadi begitu hangat dan hanya kepadanya.

Dia merasa beruntung memiliki Dylan. Kalaupun harus dilahirkan kembali dan memilih seseorang untuk mendapinginya, dia akan tetap memilih bersama dengan Dylan.

"Masih kerasa gak presurenya?" tanya Dylan lembut.

"Masih," jawab Alice

"Sini transfer ke aku deh."

"Caranya gimana?" tanya Alice ingin tahu.

"Peluk."

"Itu sih mau kamu aja."

"Ya emang, kan. Gak mau emang?"

"Mau."

"Hehe, abis ini mau ngapain lagi? Semua buat Alice deh."

"Nonton, mau?" ajak Alice

"Di rumah juga bisa."

"Pengen aja kaya orang-orang ngedate, nonton main time zone gitu, photobox. Boleh, kan?"

"Iya boleh."

***

Louis

Mel bisa ketemu?
Ada yang harus gue pastiin sama lo.

Melody membaca pesan itu berulang kali. Ini sudah tengah malam. Dia belum membalas pesan yang di dapatkannya ini, entahlah Melody tengah marah ke si pengirim pesan. Topik pembicaraan mereka sebelumnya membuat Melody berpikir bahwa:

Mereka telah berakhir, itulah kenyataannya.

Pesan susulan pun sampai ke ponselnya.

Aku minta maaf, tolong bales. Plis.

Lagi-lagi Melody hanya membacanya saja, hatinya belum tergugah untuk membalas pesan dari mantan kekasihnya itu. Namun, tak lama Louis mengirimkan pesan tambahan.

Aku liat kamu pulang sama Dylan. Kamu masih berharap sama dia?

Kamu masih sayang dia?

Mel, dia bentar lagi jadi milik orang lain. Berhentilah nyakitin perasaan kamu sendiri.

Besok mau dateng sama aku ke tunangan mantan kamu itu? Aku siap jadi patner kamu, jadi orang yang jagain kamu. Kamu butuh apa-apa aku mau bantu kamu.

Aku tau kamu marah, tapi aku gak mau kalau hubungan kita renggang. Kita baik-baik aja, kan?

Melody mengembuskan napasnya kasar, jari-jarinya mengetikan beberapa kata untuk balasan pesan itu.

Siapa yang nyakitin siapa sih?

Lo bener. Kita udah berakhir, udah selesai. Mau gimana lagi?

Tadi kak Dylan nganterin ke rumah Anna. Lo tau kalau gue kadang parno jalan sendirian, ke kantin sendirian aja masih takut.

Masalah acara kak Dylan sama Alice, kalau lo mau dateng ya dateng aja sendiri. Gue ada tugas kelompok dulu, kalau sempet ya datang.

Aku telpon ya?

Yaudah.

Layar ponselnya memperlihatkan panggilan telepon dari Louis. Tanpa menunggu lama Melody langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel di kupingnya.

"Kamu gak lagi nangis, kan?"

Begitulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Louis. Bukan sapaan hai atau helo dan basa basi semacamnya.

"Kenapa harus nangis?" Melody balas bertanya.

"Itu tadi ketemu mantan." Katanya, suaranya sedikit ragu saat mengatakan kalimat itu.

"Mantan yang mana? Kamu atau kak Dylan, hari ini aku ketemu kalian berdua."

"Kamu tau siapa yang aku maksud Mel."

"Aku gak nangis karena kak Dylan, tapi aku nangis karena kamu."

Lama, tak ada jawaban. Tapi, Melody tetap diam, menunggu mantan pacarnya mengatakan sesuatu kembali.

"Maaf..."

"Maaf Melody..."

"Maaf..."

Berulangkali Louis mengatakan maaf, Melody hanya diam. Tapi perlahan dia tersenyum. Sekilas. Louis tak akan tau.

"Buat?"

"Udah bikin kamu nangis," katanya

"Hmm.. iya."

"Permintaan maaf diterima gak?"

"Em..."

"Mau ditebus pake apa? Jalan?"

"Cuddle?"

"Hahaha... udah malem, besok ya. Aku peluk sampe puas."

"Lou, makasih ya."

"Buat?"

"Makasih untuk selalu ada dan tetep baik sama aku, meskipun kamu tau kita gak bakalan bisa sama-sama."

"Iya, tidur gih. Jangan lupa ya subuhnya, besok aku jemput ke kampus bareng."

"Oke Lou."

"Selamat tidur, aku matiin ya?"

"Lou, ada yang lupa."

"Apa?"

"Goodnightnya mana?" tanya Melody

"Goodnight cantik, sampai ketemu besok."

"Hehe, goodnight too cakep."

***

PESTA pertunangan Dylan dan Alice begitu sangat megah. Begitu banyak media yang tengah meliput acaranya. Sengaja dibuat besar-besaran dan meriah, bagaimanapun juga keduanya dikenal sebagai anak tunggal dari keluarganya.

Dylan adalah anak tunggal dari seorang pengusaha yang memiliki agensi artis-artis terkenal sementara kekasihnya adalah anak tunggal dari seorang pengusaha yang memiliki banyak departemen store di seluruh dunia.

Mereka tidak tahu kalau Alice memiliki kakak kembar. Karena yang dikenal publik hanyalah, Alicia gadis mandiri dan cantik anak dari Tuan Rodriguez.

Pelayan tengah memakaikan tuxedo Dylan, di pakaikan dengan perlahan. Bahkan setiap detail dari tuxedo itu sesuai seleranya, Alice yang mengurus semuanya.

Dia masih berada di rumah, belum pergi ke gedung dimana acara dilangsungkan nanti malam pukul 8. Pintu kamarnya terbuka, Dylan menoleh. Mamanya datang dengan senyuman cerah.

"Anak mama ganteng," ujarnya, "haduh kenapa kalian gak langsung nikah aja sih, Mama pengin banget Alice jadi anak Mama."

Dylan tak merespons, dia hanya diam saja. Menatap pantulan dirinya di cermin.

"Makasih udah ketemu Alice, jadi Mama bisa kenal gadis cantik seperti dia."

"Iya Ma," jawab Dylan singkat, "Makasih, udah sayang sama Alice."

"Lan..."

Dylan dan Mamanya menoleh ke arah pintu ada Angga dan Deva disana. Elena pamit untuk pergi lebih dulu, begitupula orang-orang yang membantu Dylan akan penampilannya. Kini hanya tiga pemuda yang ada di kamar itu.

"Alice baik, jaga dia ya." Deva menepuk bahu Dylan cukup keras, "Sepupu batu banget, kalau udah bucin gak tau diri," ujarnya disertai cibiran.

"Ya." Jawaban Dylan singkat padat dan jelas. Lalu tatapannya beralih ke arah Angga yang terlihat lesu.

Lingkaran di mata sangat terlihat, bisa dipastikan bahwa Angga kurang tidur dan terlalu banyak memikirkan hal-hal lain.

"Anna?" tebak Dylan yang dibalas anggukan singkat oleh Angga.

"Aduh sesak anjir, di ruangan ini ada dua bucin," cibir Deva santai, namun Dylan dan Angga tak menghiraukan Deva.

Keduanya benar-benar mengabaikan keberadaan Deva. Untuk mereka, Deva seperti tak terlihat sama sekali.

"Gue gak tau salah gue dimana," ujar Angga, "Gue masih gak bisa terima kenyataan kalau Anna mutusin gue dan pacaran sama sahabat gue sendiri. Gue tau, Anna pasti punya alesan gak sekadar jenuh atau kegoda rumput tetangga lebih hijau."

"Udah di selingkuhin cari cewek baru dih. Tapi, Anna cantik sih, gue aja heran kenapa mau sama lo Ga," ujar Deva

Diabaikan. Tak ada yang merespons Deva.

"Ah, seharusnya gue gak bilang ini sama lo sih. Tapi, kayanya lo emang harus tau," ujar Dylan, "Anna punya masalah sama keluarganya."

"Maksud lo?" satu alisnya terangkat, dia menunggu penjelasan Dylan atas pernyataan yang dikatakan padanya.

"Jangan kaget," jeda Dylan yang dibalas anggukan oleh Angga.

"Nyimak ajalah gue." Lagi-lagi Deva tidak digubris sama sekali.

"Anna anak adopsi, bukan anak kandung Tante Melina dan om Tomi."

Kedua mata Angga membola. Pemuda berkulita hitam manis itu mencoba mencerna akan pernyataan yang dikatakan oleh Dylan.

Dylan bohong, kan?

Bercanda?

Tapi, selama Angga berteman dengan Dylan. Dia tidak pernah mendapati Dylan berbohong atau bercanda akan fakta seseorang.

Jadi, benar?

Pikirannya kacau tak bisa berpikir jernih.

Jadi selama ini, Anna...

"Kaget?" Dylan masih menapilkan ekspresi datarnya.

"Tapi apa korelasinya dia anak adopsi sama selingkuhin gue, gak ada." Angga mengatakannya dengan raut wajah bingung, dia butuh penjelasan lebih dari itu.

"Yap betul, gak ada korelasinya. Mending Anna sama gue." Deva membeo, namun dia tetap diabaikan.

"Bego ya?" ujar Dylan dengan suara pelan, namun masih terdengar jelas di indra pendengaran Angga, Angga hanya menatap ke arah Dylan.

"Jelasin, jangan setengah-setengah, atau gue sekap biar lo gak jadi tunangan sama bucinnya."

"Gara-gara itu Anna deket sama Liam," terang Dylan, "sampe sini ngerti, gak?" ketusnya.

"Hah? Gimana, gimana?" Angga masih belum mengerti, "Coba jelasin sejelas-jelasnya, ngomong banyak gak akan masuk neraka, Lan. Atau kuota ngomong lo mau abis?"

"Ngelunjak lama-lama," keluhnya, seperti biasa ekspresinya masih datar, "singkatnya Anna lagi down disana ada Liam yang selalu siaga buat dia."

"Hah?"

"Kaya keong lo buluk," cibir Deva karena respons Angga hanya hah, hah, hah. Kaya orang bego.

"Aduh otak gue gak bisa nyerna, gimana maksudnya."

"Astaga." Deva menepuk jidatnya sendiri, "Heh item, gue jelasin ya. Anna tau dia anak adopsi, otomatis dia syok berat dan bingung mau ngapain. Sampe sini dulu deh paham gak? Otak lo kan dongo." Deva bantu menjelaskan dari pernyataan Dylan sebelumnya.

Untunglah ada Deva, jadi dia tidak perlu repot-repot berbicara banyak. Buang tenaga.

Angga mengangguk ringan, "Oke paham."

"Disaat dia down dan butuh support, lo gak ada dan ada cowok lain yang selalu ada buat dia. Support system gitulah intinya."

"Ya terus? Dia kan bisa cerita sama gue." Angga masih belum mengerti.

"Lo sibuk, tournamen games sama nyiapin acara reuni, sampe lo gak ngasih kesempatan buat kalian ngobrol dan dengerin keluh kesah Anna." Dylan mulai jengah, dia menjelaskannya dengan sedikit nada suaranya naik, "tapi ya selingkuh emang salah, jadi gue gak pernah membenarkan apa yang Anna lakuin."

"Jadi, Anna butuh gue tapi gue sibuk sendiri. Terus ada Liam yang selalu ada buat Anna, jadi dia selingkuh. Gitu?" Kesimpulan Angga setelah mendengarkan penjelasan dari Dylan dan Deva.

"Nah bisa mikir juga lo." Deva menepuk pundak Angga keras.

"Tapi, kenapa sampai selingkuh?"

"Lo waktu ada pembagian otak ngantri gak sih?!" kesal Deva, dia benar-benar tak habis pikir bagaimana cara kerja otak Angga, "Cewek itu gampang baper, dasarnya udah begitu. Apalagi ini ada cowok yang standbye 24 jam buat dia disaat lagi butuh dukungan. Diajak jalan, ditemenin, di dengerin curhatannya, di peluk, dicium, dijagain. Sementara pacarnya sibuk sendiri sampe dia gak ada waktu buat cerita. Lo gak bisa mikir sampe sana? Awas aja lo masih gak ngerti gue operasi otak lo ganti sama otak di warung padang."

Jadi semuanya salah Angga. Kenapa Anna bisa selingkuh. Seharusnya Angga sudah menduganya, semua yang Anna lakulan pasti berawal dari dia. Dulu juga begitu, Angga yang jenuh akan hubungannya dan dia tidak mau melepaskan Anna tapi yang dia lakukan berteman dengan perempuan lain, meskipun tidak sampai berpacaran. Saat itu Sasha hanya sekadar teman mengobrol Angga saja dan dari kejadian itu Angga bisa sadar bahwa rasa sayangnya dia ke Anna itu tak ada habisnya.

Sampai Anna menemukan sosok lelaki sempurna bernama Kelvin. pemuda baik, sopan, ramah dan tampan. Kelvin bisa mengimbangi Anna, Kelvin juga sangat baik kepadanya. Pemuda itu tidak egois bahkan dia melepaskan Anna, untuknya. Lagi-lagi, Anna pergi meninggalkannya karena Angga sibuk sendiri dan tidak ada waktu untuknya.

Kali ini Angga sangat mewajarkan apa yang Anna lakukan. Dia hanya butuh tempt untuk bercerita.

Perasaan Anna tidak akan berpindah secepat itu, kan?

Kilas balik, Angga merenungi apa yang sudah dia lakukan. Dia benar-benar sibuk dengan kegiatannya, disaat chat, telpon atau bertemu pun dia selalu membahas akan dirinya dan Anna hanya tersenyum saat meresponsnya. Angga tidak sadar selama ini, kalau Anna punya banyak tekanan.

"Kalian berdua salah," tukas Dylan, "Jangan salahin diri lo sendiri."

"Tapi, karena gue dia pergi sama Liam."

"Yaiya sih," ujar Dylan, "tapi ya pilihan selingkuh juga bukan hal yang benar."

"Terus gue harus gimana?" tanya Angga

"Ikhlasin," jawab Deva, "ikhlasin Anna buat gue maksudnya."

"Setan," maki Angga kesal, "serius, gue harus gimana?"

"Masih sayang Anna gak lo?"

Angga mengangguk cepat akan pertanyaan Deva barusan.

"Masih, cinta mati kayanya gue."

"Aduh pusing denger bucin," cibir Deva, "perjuangin sana. Lo bakalan mati kayanya kalau Anna sama cowok lain."

"Tapi dia suka Liam." Angga mulai insecure, dan merasa bahwa orang lain lebih pantas bersama dengan Anna.

"Lo pikir 7 tahun akan kalah sama yang deket beberapa bulan?"

Gak usah tanya siapa yang kasih pertanyaan sarkas itu. Sudah pasti jawabannya adalah Dylan.

"Terus gue harus gimana?" Lagi. Angga menanyakan sesuatu hal yang bodoh.

"Pepet terus, jangan kasih kendor. Lo tau cara pedekate gak sih anjir, gemes gue lama-lama." Deva jadi gemas sendiri, dia tidak tahu ada manusia lebih dongo daripada Dylan.

"Gue gak pernah pedekatein orang, gue cuman deket sama Anna."

"Gue pengen Tuhan ngerefund lo anjir. Bener-bener goblognya dari lahir kalau gini caranya. Anna sukanya apa?" Deva berusaha meredakan emosinya.

"Korea."

"Kenapa sih cewek suka plastique."

"Heh, kalau Anna denger lo mati ya. Jangan ngomong gitu!" Angga menaikkan nadanya yang dibalas kekehan kecil oleh Deva.

"Fokus dong." Dylan menatap tajam ke arah keduanya, "Dev, lo gaboleh gitu. Semua orang berhak suka sama apapun, lo suka model cewek sexy dan mereka suka idol korea. Itu sama aja, punya hal yang disukai."

"Lagi mode bijak ya lo?" tanya Deva yang dibalas tatapan sinis oleh Dylan.

"Kasih album kpop kek, tiket konser kek atau apapun yang ada hubungannya sama hal yang dia sukai. Terus lo ajak ngobrol dari hati ke hati, jangan langsung ngomong kalau lo tau dia anak adopsi. Lo soft aja pedekatenya, bikin dia nyaman lagi, lo luangin waktu buat dia. Kalau dia masih cinta sama lo kayanya dia bakalan kasih kesemapatan dan ya kalian bisa balikan."

"Anjir emang lo fakboi sejati ya Dev." Angga tersenyum senang, "terima kasih lho."

***

Acara pertunangan dilangsungkan begitu meriah, Dylan sudah berada di gedung itu bersama dengan keluarganya begitupula dengan keluarga Alice. Rekan kerja dan awak media pun benar-benar berada disana.

Teman-temannya sibuk mengabadikan momen mereka di acara yang berbahagia itu. Sesuai dengan saran Deva, Angga terus mepet ke arah Anna. Terlihat Anna kurang nyaman dengan hal itu, karena dia sudah menyakiti Angga dan Angga seakan menganggap semuanya tidak pernah terjadi.

Anna memisahkan diri dari teman-temannya yang lain.

Melody datang bersama dengan Louis, warna baju dia senada dengan kemeja yang dikenakan oleh Louis. Kate dan Liam pun berangkat bersama, meskipun tatapan Liam selalu mencuri pandang ke arah Anna yang selalu berdekatan dengan Angga.

Jane bersama dengan Abangnya, Jonah. Musical tidak bisa ikut, harus menyelesaikan revisian secepat mungkin. Jane tidak masalah soal itu, misinya kali ini adalah mengenalkan Jonah kepada Anna dan berharap persahabatan mereka baik-baik saja juga kembali seperti sebelumnya.

Bella dan Fathur menjadi pasangan yang sangat serasi, tangan Bella tidak lepas sedikitpun dari tangan Fathur. Keduanya sedang dimabuk cinta.

Tapi...

Ada satu orang yang tengah berdebar-debar, ini acaranya dan ini adalah awal langkah dari segalanya. Kecemasan serta kebahagiaannya tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Dia bahagia, namun dia cemas. Apakah setelah ini dia akan bisa membahagiakan Alice dan tak membuatnya menangis?

Pemuda itu berjanji kepada dirinya sendiri, dia akan mempertaruhkan apapun hanya untuk kebahagiaan gadisnya itu.

Bagaimana senyuman Alice yang menjadi candu untuknya, tatapan teduh gadis itu, pelukan dan sentuhan tangannya yang lembut. Untuk semua orang yang menganggap Alice terlalu pasif dan bisa melakukan semuanya sendiri, Dylan tidka peduli.

Karena di matanya, Alice itu sangat sempurna.

Dia beruntung bisa memilikinya dan dia berterima kasih Alice memilihnya.

Tanpa dia duga, Mamanya Alice datang dengan langkah angkuhnya. Sangat terlihat tatapan terkejut dari Tuan Rodriguez saat melihat mantan istrinya datang.

Namun, ada satu hal yang masih ada dipikiran Dylan.

Hingga saat ini.

Alicenya belum datang.

Sebelumnya Tuan Rodriguez mengatakan bahwa Alice akan datang dengan mobil terpisah karena tengah menyiapkan semuanya dengan sangat detail.

Tipekal Alice, gadis itu tak mau semuanya tak sesuai dengan yang diharapkannya.

Tetapi.

Dylan menunggu sampai tengah malam pun.

Alice tidak datang.

Tepat di hari pertunangan mereka.

***

Terima Kasih sudah membaca cerita MeloDylan

Aku tau kalian senang kan Alice tidak datang wkwk

Tapi, tenang ini belum seberapa. Karena dibalik menghilangnya Alice, tentu saja pasti ada sesuatu.

Lagipula belum kebongkar, kan siapa yang nabrak Sam? Hahahaha

Aduh kalian nebaknya kalau yang nabrak itu Melody. Yakali ah.

Melody kemana-mana aja ditemenin, dia kan manja.

Tuh udah dikasih clue.

Gimana masih pada mau baca cerita ini? Mana yang kemarin yang ngomel-ngomel wkwk.

****

Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk dukungan kalian atas cerita ini ya.

***

follow instagram :

asriaci13

dylanarkanaa_

melovedy_

aliciamillyrodriguez

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Continue Reading

You'll Also Like

Darka 2 By Rani

Teen Fiction

3.1M 17.1K 7
[TELAH TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA] Ada kalanya Tuhan sengaja. Membiarkan satu diantara kita lupa. Mungkin Tuhan tidak membiarkan kita me...
37.1M 1.5M 56
5 part terakhir di private, silahkan Follow dulu kalau mau baca. #1 in teenfiction 15 Februari 2017 [SELESAI] Aku adalah pemilik dari hatiku. Aku...
3.3M 25.9K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
239K 4.8K 11
Libra suka membaca, sedangkan Bintang suka berkelahi. Libra suka mendapatkan prestasi, sedangkan Bintang suka membuat masalah. Libra suka ketenangan...