Sweet Dream

De nanaanayi

621K 45.4K 6.2K

Bagai bumi dan langit, seperti mentari dan rembulan. Perbedaan keduanya begitu kentara, hingga sebuah takdir... Mais

01. Hinata
02. Naruto
03. Benang Merah
04. Tragedi Karaoke
05. Pandangan Pertama
06. Cabe Merah
07. Tiga Hati
08. Permainan Hati
09. Jodoh ?
10. Pertemuan Keluarga
11. Keberhasilan yang Tertunda
12. Pelarian dan Umpan
13. Langkah Awal
14. Calon Mertua
15. Mengenal Mereka
16. Kesal Tapi Bahagia
17. Bersamamu...
18. Bersamamu Lagi...
19. Bujukkan
20. Perjanjian Untung/Rugi
21. Kencan Ramai-Ramai
22. Bimbang
23. Nyaman
24. Harapan
25. Undangan
26. Sebuah Tanggung Jawab
27. Lavender dan Bunga Matahari
28. Ini Benar-Benar Cinta
29. Familly Gathering 1
30. Familly Gathering 2
31. Benteng Takeshi Gagal
32. Goyah -1-
33. Goyah -2-
34. Rindu Yang Tertahan -1-
35. Rindu Yang Tertahan -2-
36. Ketika Hati Harus Memilih -1-
37. Ketika Hati Harus Memilih -2-
38. Hari Manis Terakhir Dimusim Ini -1-
39. Hari Manis Terakhir Di Musim Ini -2-
40.Sesuatu Yang Salah -1-
41. Sesuatu Yang Salah -2-
42. Maaf Harus Melibatkan Mu -1-
43. Maaf Harus Melibatkan Mu -2-
44. Rencana Pengkhianatan -1-
45. Rencana Pengkhianatan -2-
46. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -1-
47. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -2-
48. Pantaskah Dipertahankan? -1-
49. Pantaskah Dipertahankan? -2-
50. Petaka Besar -1-
52. Cinta Yang Terlambat -1-
53. Cinta Yang Terlambat -2-
54. Perjuangan Terakhir -1-
55. Perjuangan Terakhir -2-
56. Restu Yang Pupus -1-
57. Restu Yang Pupus -2-
58. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -1-
59. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -2-
60. Kesempatan Terakhir
61. Pembuktian Cinta -1-
62. Pembuktian Cinta -2-
63. Akhir Mimpi Indah Yang Menjadi Nyata
64. Epilog
65. Dokumentasi

51. Petaka Besar -2-

5.4K 555 55
De nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

...

"Empat anggotaku mengalami luka tembak. Baku tembak terjadi di halaman Kejaksaan Agung." Sasuke masih mempertahankan ketenangannya, menenggak segelas kecil espresso, seolah tanpa beban.

Telunjuk kecokelatannya mengetuk pelan meja kayu dihadapannya, ia tak habis pikir bagaimana Sasuke selaku Jaksa yang dilimpahi kasus sebesar ini masih tampak tenang ketika mobil yang membawa terdakwanya diserang. "Mereka membawa kabur Toneri?"

"Orang-orang dengan kecerdasan kriminal tinggi, mereka mengambil kesempatan ketika masyarakat disibukkan dengan usaha penyelamatan."

"Jadi Toneri berhasil kabur? Dan apa maksudmu dengan keterlibatan Hinata?" Satu alisnya terangkat, ucapan dinginnya yang ia lontarkan seolah tengah menguliti Jaksa Muda yang juga menyandang status sebagai sahabatnya ini.

"Aku menemukan ini..." Sasuke meraih sesuatu dari saku kemeja biru dongkernya, sebuah kartu akses. "All acsess Hyuuga Corporate dan ini hanya dimiliki oleh keluarga inti Hyuuga. Kemungkinan Toneri memanfaatkan pemberian Hinata ini untuk mendapatkan izin menyuplai senjata api atas nama perusahaannya. Jaminan pembuatan pasport bagi para mafia itu untuk masuk ke Jepang, dan sekarang kau bisa lihat, para tikus itu baru saja menyelamatkan pemimpin mereka."

"Hinata tak mungkin melakukan itu." Sangkal Naruto dengan tatapan tajam namun menusuk pada sahabatnya itu.

"Hinata mencintai Toneri, Naruto. Kuharap kau tak melupakan hal itu."

...

'Hikari.... apa aku terlalu memanjakannya. Apa aku salah mendidiknya hingga dia jadi seperti itu.'

Mata lavendernya yang dikelilingi dengan kulit yang mulai mengeriput itu memandang sendu pada foto berukuran besar yang terpajang di kamar luas bernuansa shaby-chic itu. Hyuuga Hiashi, bangsawan kaya raya Hyuuga itu termangu memandangi wajah cantik sang puteri kesayangan yang terpatri dalam bingkai kaca mahal itu.

Hyuuga Hinata, puteri tengahnya yang mewarisi semua perangai lembut dan kecantikan paras Sang Istri, puteri yang tak pernah ia tolak permintaannya. Hari ini sang puteri kecilnya yang manja itu telah mencoreng nama baiknya, bahkan nama baik Klan Bangsawan Hyuuga di seantero negeri matahari terbit ini.

"Khe... Kau lupa Hiashi.... Hinata juga adalah puterimu, dia mewarisi sifat keras kepalamu," Hiashi tertawa miris sembari mengajak dirinya sendiri berbicara. Dari raut wajah yang mulai mengeriput itu nampak jelas kekecewaan disana. Kekecewaan seorang ayah yang begitu menyayangi puterinya.

"Tou-sama, Komisaris Asuma menel-" Ucapah Sang Putera Sulung yang berdiri diambang pintu, terputus. Hiashi mengangkat telapak tangannya. Pertanda bahwa ia mengerti apa yang akan disampaikan oleh Pemuda Bernama Neji itu.

"Pukul berapa kita akan di interogasi?" Tanya Hiashi seraya memejamkan mata.

"Malam ini juga."

...

"Dimana Hinata? Hhh....hhhh..." Nafasnya terburu cepat, Naruto terengah hebat. Ia memacu kecepatan kuda besinya dengan menggila. Berlari dari lobi depan Kantor Kepolisian Jepang yang amat luas, hingga berakhir disini, di depan pintu ruang interegasi.

"Shikamaru membawanya kedalam." Jawab Kiba lirih seraya melirik pintu kayu cokelat itu.

"Hinata... kenapa dia tak sadar juga.... Dia bahkan membantu lebih jauh para mafia itu... Hiks... Hiks...." Yamanaka Ino, model cantik yang sebentar lagi akan mengakhiri masa lajangnya itu terisak cukup kencang, lalu menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Sang Notaris yang tak lain adalah calon suaminya.

"Dia menggunakan semua fasilitas Hyuuga untuk memuluskan para mafia itu kabur...." Sakura, gadis bersurai bunga musim semi itu memijat pelipisnya. Ia adalah orang kedua yang diberitahu oleh Sang Jaksa Muda yang adalah calon suaminya, bahwa sahabat yang telah ia anggap sebagai adik sendiri itu telah melakukan hal nekat, yang memperburuk posisinya dimata hukum.

"Jangan gegabah, Dobe." Uchiha Sasuke. Sang Jaksa Muda yang telah berhasil menyusul Naruto, menepuk pelan bahu tegap polisi itu, hingga Naruto sedikit tertoleh. "Sedikit saja kau gunakan emosimu, kau akan didepak dari institusi ini, dan posisi Hinata akan semakin sulit."

Menghela nafas kasar, pandangan netra biru polisi berkulit tan itu tak lepas dari dari pintu cokelat dimana gadisnya sedang mengalami masa-masa sulit.

...

"Demi Kami-sama Nara-san..." Air mata bening itu meleleh dari mutiara keunguannya. Hinata menangis tergugu mengiba pada Shikamaru selaku penyidik yang kini terus memojokkannya.

"Khe... kau lucu sekali Hyuuga-san. Jika bukan kau, lalu siapa yang memberikan akses milik Hyuuga Corp itu padanya. Neji, atau mungkin Ayahmu?"

Hinata menggeleng pelan, air mata masih terus mengalir dari mutiara lavendernya. "Bukan aku...." Ucapnya lirih seraya terisak pelan, sepasang tangan mungilnya memeluk tubuhnya sendiri, mengurangi rasa dingin yang mulai menusuk hingga ke sendinya.

"Baiklah. Jika begitu kami akan melanjutkan Interogasi pada Hiashi-sama dan akan menutup sementara seluruh jaringan bisnis Hyuuga Corp." Shikamaru menutup laptopnya dan mengakhiri interogasi.

"Jangan!!!" Hinata berteriak kencang ketika Shikamaru akan meninggalkan kursinya. "Kumohon jangan libatkan Tou-sama, dan Hyuuga Corp....."

"Jika kau merasa tak terlibat dalam kasus kaburnya Toneri. Maka kami harus memeriksa seluruh orang dan menghentikan semua akses dari yang bersangkutan dengan Hyuuga Corp, termasuk ayah dan kakakmu. Juga seperti butikmu, semua jaringan bisnis Hyuuga corp akan di bekukan selama penyidikkan berlangsung."

"Anda tak perlu melibatkan Hyuuga Corp dan Ayah saya dalam kasus ini. Sayalah yang bertanggung jawab. Saya yang memberikan semua akses Hyuuga Corp pada Terdakwa Toneri."

"Anda tak perlu mengambil alih tanggung jawab dari sesuatu yang tidak Anda perbuat "

"Akulah yang memberikan Toneri Akses itu. Aku yang membantunya, aku yang memberi pinjaman dana, memberikannya tempat untuk menyimpan semua barang bukti. Awalnya aku memang tak tahu, tapi setelah aku mengetahuinya aku tetap membiarkannya. Karena aku mencintainya." Hinata menunduk, bibirnya bergetar saat mengucapkan kata-kata itu. Air mata bertambah deras mengalir dari bola mata rembulannya.

"Aku merekam semua pernyataanmu Hyuuga-san." Shikamaru menunjukkan santai ponsel pintarnya. "Tapi bagaimanapun kau harus menandatangani berita acara penyidikkan."

"Aku punya beberapa syarat untuk itu, Nara-san." Hinata mendongakkan kepalanya, nenampakkan wajah sembabnya yang lembab akibat jejak-jejak air mata.

Tapi ada satu hal yang berbeda dan itu membuat Shikamaru mengernyitkan dahinya. Sorot mata lavender Hinata yang balas menatapnya, dengan sorot mata yang begitu tajam.

...

"Hinata... kau tak apa?"

Baru saja tubuh mungil yang nampak lusuh itu berjalan keluar dari pintu mengikuti langkah Shikamaru, tangan kekar berwarna cokelat itu tanpa aba-aba langsung membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya.

Hati Hinata menghangat, aroma tubuh Naruto begitu ia rindukan, pria yang mampu membuatnya melupakan cinta pertamanya. "Aku tak apa Naruto-kun..." Menyamankan sandarannya pada dada bidang Naruto, tangan Hinata lalu mengelus lembut lengan kekar Naruto yang mengukung posesif tubuh mungilnya.

"Hyuuga-san harus segera menandatangani Berita Acara Penyelidikan, Naruto." Shikamaru menyadarkan kedua insan yang seolah hanya berdua di tempat ini.

"Hinata tak akan menandatangani berita acara apapun. Dia tak melakukan kesalahan."

"Dia sudah mengakui semuanya."

Satu kalimat yang keluar dari mut Shikamaru sontak membuat semua orang yang berada di tempat itu tersentak. Baik Kiba, Sasuke, Sai, Sakura, dan Ino, terlebih lagi Naruto, tak percaya dengan apa yang di katakan oleh anggota Badan Intelegent Negara ini, begitu pula Hiashi dan Neji yang baru menginjakkan kaki mereka disana.

"Katakan itu tak benar, Hinata.!" Naruto meremas kuat kedua lengan mungil Hinata, menjauhkan tubuh mereka yang tadinya terpaut agar dua bola mata mereka saling beradu.

Tak sepatah katapun yang keluar dari mulut kecil Hinata. Gadis yang berprofesi sebagai perancang busana itu malah menyingkirkan sepasang tangan kekar Naruto yang bertengger pada lengannya. Dan sepersekian detik berikutnya, anggukkan pelan Hinata membuat semua orang tercengang.

"Aku terlibat penuh dalam kasus ini, juga dalam upaya kaburnya Toneri-kun..." Hinata berucap halus, kakinya lalu melangkah gontai mengikuti langkah Shikamaru. Ia menoleh sekilas pada Sakura, dan Ino, dua orang sahabatnya yang telah menghabiskan waktu bersamanya seperti keluarga.

Langkahnya terhenti sejenak, menatap dua orang dengan rambut yang perbedaannya sangat mencolok. "Jangan saling bertengkar ya..., dan hiduplah bahagia bersama pasangan kalian. Aku akan sangat meridukan kalian...." Ucap Hinata lirih, dan tentu saja membuat Sakura dan Ino yang terisak ingin memeluk tubuh mungil Hinata.

Tapi Hinata tak ingin dua sahabatnya itu semakin larut dalam kesedihan, ia mundur satu langkah kebelakang, menolak pelukan Ino dan Sakura. "Aku tak pantas mendapat pelukan dari kalian, sayonara...."

Hinata kembali mengikuti langkah Shikamaru, dan Naruto masih senantiasa berjalan di belakangnya seolah ia adalah penjaga gadis itu. Hingga tepat berpapasan di hadapan Hyuuga Hiashi, Hinata menghentikan langkahnya. "Tou-sama..." Hinata berujar lirih saat melihat Sang Ayah memalingka  wajag darinya.

Tangan Hinata ingin menggapai bahu Hiashi, namun.

Plak

Bunyi keras tamparan, kulit beradu dengan kulit itu membuat semua orang yang berada di sana membelalakkan mata. Bukan Hiashi yang melayangkan tamparannya. Bukan pula pipi Hinata yang menerima pedasnya telapak tangan Neji.

Ya, kekesalan sulung Hyuuga itu pada adik kesayangannya, membuat Hyuuga Neji gelap mata. Pria bersurai cokelat panjang itu tega melayangkan tangannya, namun seolah menjadi perisai bagi Hinata, Naruto memasang badannya di depan Hinata. Membiarkan pipi tannya menerima pedasnya telapak tangan Neji.

Naruto masih bisa tersenyum tipis, setelah wajahnya tertoleh paksa ke arah kanan setelah menerima tamparan keras dari Neji. Mengelus rahangnya yang terasa bergeser, Naruto tak bisa membayangkan jika pipi chuby Hinata yang menerima pelampiasan Neji. Ia bahkan merasakan rasa asin darah di sudut bibirnya yang robek.

"Aku tahu kau kakaknya, Neji. Tapi, kumohon jangan menambah sakitnya lagi. Jika kau masih belum puas kau boleh melampiaskannya padaku."

"Sudahlah Naruto, Neji." Shikamaru melerai keduanya, karena merasa perkerjaannya menjadi tertunda. "Hinata harus cepat menandatangani Berita Acaranya. Sasuke, setelah ini dia akan berpindah status menjadi tahanan Kejaksaan." Ucap Shikamaru seraya berjalan dan diikuti oleh Hinata yang di belakangnya dikawal oleh Naruto.

Hinata sempat berhenti sejenak di hadapan Neji. Ia tersenyum miris saat melihat Ayah dan Kakak kandungnya yang membuang muka dari hadapannya. "Maaf... tolong katakan pada Hanabi aku baik-baik saja." Bisik Hinata pelan di hadapan Neji, kendati pria itu sama sekali enggan menatapnya.

つづく
Tsudzuku

Continue lendo

Você também vai gostar

33.5K 1.6K 21
[On Going] Yn : Ini tidak benar oppa... "ucapnya lirih" Jungkook : wae? Apa yg tidak benar eoh? Kau bukan bagian dri keluarga ini. Jdi tak perlu tak...
238K 21.7K 43
bangtan's and redvelvet's instagram \\-slow update, harsh words // ©soushiijuicy, 2018
28.6K 2.7K 42
"kau tahu kejahatan terbesar kita setelah menjadi idol?" "Jatuh cinta. Saat jatuh cinta kita akan mematahkan ribuan hati yang tulus mencintai kita."...
28.5K 6.8K 109
Awalnya, Joohyun hanya iseng saat mengirim pesan ke instagram Kyuhyun. Itupun karena suara-suara Sooya, dan Ryu yang memenuhi isi kepalanya. Sementar...