Match Made in Heaven[SUDAH TE...

By achaindigo

2.5M 184K 12.3K

[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungk... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
The Late Night Video Call's
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Satu
Dua Dua
Dua Tiga
Dua Empat
Dua Lima
Dua Enam
Dua Tujuh
Dua Delapan
Dua Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Satu
Tiga Dua
Tiga Tiga
Tiga Empat
Tiga Lima
Tiga Enam
Tiga Tujuh
Tiga Delapan
Tiga Sembilan
Empat Puluh
Empat Satu
Tanya Yuk!
Kalian bertanya, Kami Menjawab
Empat Dua
Empat Tiga
Empat Empat
Empat Lima
Empat Enam
Empat Tujuh
Empat Delapan
Lima Puluh
Lima Satu
Lima Dua
Lima Tiga
Lima Empat
Grup LINE?
Lima Lima
Lima Enam
Lima Tujuh
Lima Delapan
Lima Sembilan
Enam Puluh
Enam Satu
Enam Dua
Enam Tiga
Enam Empat
Enam Lima
Enam Enam
Enam Tujuh [END]
Epilog
Sekuel Atau Ekstra Part?
Ekstra Part
Ekstra Part II
sekuel
Bara versi cetak, yay or nay?
halo!
OPEN PRE ORDER [25 FEBRUARI - 11 MARET 2019]
BARA TERSEDIA VERSI E-BOOK
TERSEDIA DI SHOPEE
OPEN PRE ORDER 2
sekuel nggak ya?

Empat Sembilan

30K 2.3K 54
By achaindigo

"KEPADA--BENDERA MERAH PUTIH--HORMAAAAAT--GRAK!!!"

Ratusan atau bahkan ribuan orang yang berbaris rapi di lapangan utama SMA Bintang Harapan, sontak mengikuti intruksi dari sang pemimpin upacara. Suaranya yang keras dan lantang, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Terlebih barisan kaum hawa. Karena para kaum hawa, mati-matian menahan jeritannya hanya karena baru pertama kali merasakan karisma dari seorang Bara Airlangga.

Termasuk Lea. Dia sedari tadi sengaja memilih untuk berbaris di barisan pertama hanya karena ingin lebih dekat dengan Bara.

Ya ampun ya ampun, kenapa pacarnya bisa segagah ini?

"Itu bener Bara 'kan?"

Lea memutar kepalanya sedikit, lantas mengedipkan matanya ke arah Nura yang berdiri di sampingnya.

"Aku juga masih nggak percaya kok."

Kedua gadis itu terkikik, dan baru berhenti ketika sang kepala sekolah memberikan pelototan untuk mereka berdua.

"Bara ... Atau Ciko?"

Lea melirik Nura dari ekor matanya, lalu berbisik pelan. "Kenapa harus pilih yang brengsek ketika yang bisa bikin bahagia berdiri di depan mata?"

Kedua gadis itu lagi-lagi terkikik. Tapi sayangnya, suara mereka terdengar ketika lantunan lagu Indonesia Raya selesai. Sehingga satu sekolah bisa mendengar kikikan mereka.

"ALEA NATASHA DAN NURAYA BELIA DI HARAP BERDIRI DI SAMPING TIANG BENDERA SAMPAI UPACARA SELESAI."

Dua cewek itu mendadak tegang kala suara sang pembina upacara menegur mereka. Pun dengan terpaksa, keduanya berjalan ke depan. Di saksikan oleh ribuan pasang mata.

Juga oleh Bara yang sekarang tengah tersenyum meledek.

***

"Lea!"

Sang empunya nama yang sedang berjalan di koridor, refleks menoleh ke belakang. Kala mendengar namanya di sebut.

Tapi Lea nggak menjawab, dia hanya memutar tubuhnya, lalu menatap lelaki yang berlari ke arahnya.

"Buat lo."

Lea mengernyit. Matanya memandang sekaleng Pocari Sweat yang ada di tangan kanan Ciko.

"Buat aku?"

"Iya. Lo tadi habis di hukum 'kan? Nih gue beliin minum. Biar lo seger lagi."

Lea memutar bola matanya. Menimbang-nimbang apakah dia harus menerima minum dari Ciko atau tidak.

"Bara nggak bakal tau," ucap Ciko seakan mengetahui apa yang Lea pikirkan.

"Maaf. Aku nggak mau ngebohongin Bara lagi."

Ciko mengusap wajahnya gusar. "Yaudah terserah lo. Intinya gue cuma niat buat ngasih ini ke--"

"Ke siapa?"

Ciko memutar kepalanya sedikit ke belakang. Sedikit terkejut dengan Bara yang sudah berdiri di belakangnya.

"Ke Lea!"

Lea menelan ludahnya gugup, feelingnya mengatakan bahwa Bara pasti akan terkena kasus lagi.

Bara pun berjalan melewati Ciko, lantas berdiri di samping Lea. Seraya merangkul bahunya.

"Lo tahu, siapa perempuan yang gue rangkul ini?"

Ciko nggak menjawab, dia malah memandang Bara dengan remeh.

"Asal lo tau ya, anjing neraka--perempuan yang gue rangkul sekarang ini, adalah perempuan yang lo sia-siain beberapa bulan yang lalu! Liat, nyesel 'kan lo?"

Bara menyeringai, saat melihat Ciko yang sedikit tersentak mendengar ucapannya.

"Sekarang lo mau apa? Ngerebut Lea dari gue?"

Tangan Bara yang berada di bahu Lea, bergerak. Mengusap bahu sang gadis dengan lembut.

"Sorry, Man. She is mine and only mine. Dan gue juga mau bilang terima kasih, karena udah nyakitin hati Lea dan gue di kasih kesempatan untuk mengobatinya."

Bara menunduk, menatap Lea yang ternyata juga tengah memandangnya. "Lo haus? Gue udah beliin dua gelas es teh manis buat lo. Plus semangkok bakso."

"Ayo!"

Bara tersenyum senang, seraya menyisipkan anak rambut Lea yang lengket terkena keringat. Kemudian, tangannya menurun, melepaskan rangkulannya dan mulai berjalan meninggalkan Ciko yang tengah menahan amarahnya.

"Mati aja lo!"

Bara berhenti berjalan, begitu pun juga dengan Lea.

"Bangsat." Bara memakinya dengan suara pelan dan datar, lalu berbalik arah. Bersiap menghabisi Ciko yang sudah berani meneriakinya dari belakang.

Raga Ciko hampir saja berada di rumah sakit, jika Lea tidak menahan Bara yang hendak melayangkan bogem mentah pada cowok berkulit putih tersebut.

"Bilang apa tadi?"

Ciko memberontak. Berusaha melepaskan tangan Bara yang mencengkram kerah bajunya.

"Bara, udah. Nggak usah ladenin dia."

Bara melirik Lea sekilas yang tengah menahan lengannya, lalu, tanpa di sangka-sangka, Bara melepas cengkramannya dan segera menghajar Ciko dalam satu pukulan.

"Lo aja yang mati, anjing!"

Lea menelan salivanya susah payah. Tubuhnya mulai gemetar. Karena rasa takut mulai menguasai dirinya. Lagipula, siapa yang nggak takut coba kalau kalian berada di posisi Lea?

"Bara,"

Bara nggak menyahut ataupun menoleh, membuat Lea harus mengumpulkan keberaniannya agar tidak takut menghadapi Bara yang sedang berapi.

"Kamu--"

"BARA AIRLANGGA! KE RUANG BK SEKARANG JUGA!"

Suara Bu Hazami yang menggelegar menyebabkan ketiga remaja tanggung itu berjengit kaget.

Terlebih Lea.

Kala mengetahui bahwa lagi-lagi Bara-nya terkena kasus.

***

Bara menatapi rintikan air hujan yang satu persatu terjatuh di atas kubangan air yang berada tepat di depan matanya. Lantas, dia berdecak pelan. Kemudian kembali menyeruput segelas kopi hitamnya yang masih hangat.

Sebelum dia berada di Warung Bang James seperti sekarang, dia di panggil oleh guru BK. Untuk menjelaskan kenapa dia lagi-lagi bertengkar di sekolah. Namun, sayangnya, Bara-lah yang di salahkan sepenuhnya atas kejadian ini. Karena menurut sang guru BK, Ciko sama sekali nggak bersalah.

Mengetahui perihal tersebut, Bara hanya membalasnya dengan senyuman miring. Dia sudah biasa di perlakukan seperti ini. Lagipula ... Bagi Bintang Harapan, Anciko Einstein adalah inventarisnya.

Tapi itu nggak masalah buat Bara, toh dia bisa pindah ke sekolah lain.

Lagi dan lagi Bara berdecak kecil, lalu mengeluarkan buku gambar dari dalam ranselnya. Dia lebih memilih menggambar sketsa wajah Lea di timbang harus termenung meratapi takdirnya yang begitu lucu.

Kelak, besar nanti Bara ingin menjadi seorang Arsitek. Sedangkan dulu Lea pernah bilang kalau dia ingin menjadi seorang penyanyi.

Oh, tapi jangan harap Bara akan mengizinkannya! Karena jika mereka menikah nanti, Bara akan meminta agar istrinya itu tetap menjadi Ibu Rumah Tangga.

"DOR!!!"

Bara berjengit kaget. Menyebabkan gambar yang ia buat, sedikit tercoret. Pun dia menoleh, dan mendapati wajah Lea yang tengah menyengir polos di hadapannya.

"Anjing emang. Ngapain lo ke sini?"

Lea bersedekap. "Katanya kalo udah pulang suruh ke sini!"

Bara bergeming sebentar. Lalu mengangguk singkat ketika sudah mengingat apa yang dia ucapkan setelah keluar dari ruang BK tadi kepada gadisnya.

"Kok lo hujan-hujanan?!"

"Gak punya payung."

Bara berdecak, matanya menelusuri tubuh Lea dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu, dia melepaskan hoodie yang sedang di kenakannya.

"Pake."

"Gak mau."

"Pake gue bilang."

"Gak!"

"Ck. Pilih pake atau gue cekik leher lo?"

Lea mendengus. Tangannya merebut hoodie yang ada di tangan Bara dengan kasar. Dan, melihat perilaku gadisnya itu--membuat Bara menghembuskan nafasnya lelah.

"Daleman lo keliatan bego. Makanya gue suruh pake."

Tubuh Lea sontak menegang. Matanya yang mampu membuat Bara Airlangga jatuh--kini membulat.

"Tanktop lo ... Warna hitam ya?"

Wajah Lea memanas, merasa sangat malu ketika Bara mengetahui warna singletnya.

Ya ampun, bolehkah dia mati sekarang juga?

"BARAAA!!"

Bara terbahak sampai terpingkal-pingkal. Membuat Lea sedikit dongkol karenanya. "Bara! Berhenti ketawa nggak!"

Tapi Bara nggak mendengarkan protesan gadisnya. Dia justru makin terbahak kala mengingat dan melihat sedikit tali surga yang ikut tercetak di seragam Lea yang basah.

"Bara! Ih udah ah aku pulang aja!"

"Pulang aja sana!"

Lea beranjak pergi dari warung tersebut. Namun baru beberapa langkah dia menjauh, Bara memanggilnya.

"Heh, sini-sini!"

Merengut, pun Lea lantas berbalik. Berjalan kembali menghampiri Bara yang mati-matian menahan tawanya.

"Udah puas ketawanya?!"

"Abisan lucu."

"Lucu apanya sih?!"

Bara menempelkan jari telunjuknya di bibir Lea, kemudian berucap, "Gak boleh marah terus."

"Kamu duluan yang nyari gara-gara!"

Bara mendesah. Sedikit pusing dengan perempuan yang selalu menyalahkan laki-laki.

"Yaudah gue minta maaf. Sekarang pake jaket gue. Biar nggak di liatin orang."

"Tapi panas--"

"Ya iyalah panas. 'Kan yang adem itu, ngeliatin wajah lo yang lagi tersenyum."

***

OKE NEXT CHAP BELOM ADA IDE

Continue Reading

You'll Also Like

108K 4.6K 31
Karna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang di...
Pal In Love By Ayii

Teen Fiction

1.9M 132K 51
[TELAH TERBIT] "Selalu ada luka, diantara persahabatan dan cinta." ÷×+-=Pal in Love=-+×÷ Masuk kelas unggulan di sekolah barunya jelas bukanlah hal y...
2.6M 127K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
733K 9.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+