DIFFICULT

Von DzurrotinQurrotaAyun

78.1K 5.3K 4.9K

[TAHAP REVISI] Tertabrak-Tetangga-Temenan Cicilia Agustin ialah anak tunggal dari Anindita Wahyu dan Budi Set... Mehr

1. Kok Bisa?
2. Kesan Pertama
3. Amarah
4. Quality Time
5. Kok Mual?
6. Batu Kerikil
7. Jangan Nyontek
8. Tukeran Nomor
9. Makan Ati
10. Bunda Gaul
11. Bayar Sendiri
12. Penguping
13. Jail
14. Tebar Pesona
15. Kasihan
16. Nasi Bungkus
18. Adik Ipar
19. Amanah

17. Beautiful Night

327 18 6
Von DzurrotinQurrotaAyun

Kasih sayang ibu memang sepanjang masa tapi kasih sayang doi belum tentu sepanjang masa.

-Dz-

***

Setelah selesai mengambil dress yang Cicil dapatkan dari Shella, gadis itu menuju ke rumahnya dengan suasana hati yang sangat baik. Dia menyiapkan betul apa-apa yang akan Ia kenakan nanti malam karena Cicil tidak mempunyai sepatu ber-hak tinggi, Cicil akhirnya hanya memakai sepatu converse hitam-putih yang biasanya sering Ia pakai ke acara non-formal. Dia sudah tidak memiliki pilihan lagi, memakai dress dan sepatu converse, oke juga menurut Cicil. Tak menjadi masalah bagi dirinya, entah akan menjadi masalah bagi orang lain, Cicil tidak perduli.

  "Yak, dah siap!" Cicil mengaca di kaca besar yang tertempel di dinding kamarnya. Sebelum keluar dari kamar, tak lupa dia menyemprotkan parfum beraroma mangga yang sangat Ia sukai itu.

Sebelum keluar Cicil ingin berpamitan dengan Dino namun yang Ia cari sedang tidak ada di rumah. Ya sudah Cicil tinggal saja tanpa meninggalkan pesan apapun. Cicil pula sudah menghubungi Bundanya kalau dia akan makan malam di luar bersama temannya yang bernama Ari.

Malam pun tahu suasana hati Cicil, semakin malam bukan semakin gelap bagi Cicil melainkan semakin terang benderang, bintang-bintang berkelap-kelip memancarkan cahayanya. Seperti Cicil yang setia memancarkan kebahagian bagi sekitarnya. Polesan make up tipis Cicil mendapatkan pujian dari Ari.

  "Lo cantik banget." Pipi Cicil merona merah seketika, Ari menyilahkan Cicil untuk duduk di seat sampingnya. Ari mengajaknya ke sebuah bar di tengah kota dan tempat tersebut persis di lantai dua, saat mereka sudah di atas, pemandangan lampu kota yang juga ramai dengan kendaraan langsung menyambut kedatangan Ari dan Cicil.

Cicil terlewat kagum hingga dia tidak sadar jika kini tangannya sedang melingkar di tangan kanan Ari. Beberapa detik kemudian, kesadarannya kembali dan detak jantungnya berdetak begitu cepat.

Ari menggiring Cicil ke sebuah meja yang sudah didekor sangat romantis dengan lilin-lilin yang ikut menerangi, Cicil berjalan dengan gugupnya.

  "Lo beneran cantik banget."

Cicil lagi-lagi terkesima, "Lo bilang satu kali lagi, dapat piring dari bar ini, hehe," balas Cicil mencairkan ketegangan di dadanya.

Tanpa basa-basi, Cicil memakan hidangan yang sudah tersaji ketika Ari menyuruhnya untuk segera memakannya. Cicil memakan makanan itu tanpa memerdulikan orang-orang di sekitarnya. Perutnya sangat lapar, mungkin ini efek karena dia belum makan sedari siang, dia berusaha agar perutnya tidak terlihat menonjol saat memakai dress biru ini.

  "Lapar banget ya, Cil?" tanya Ari setelah meneguk Blueberry Mojito-nya. Ari terkekeh pelan lalu memberikan kain lap kepada Cicil, "Sampai belepotan!"

Cicil terkekeh pelan lalu menutupi samping kiri dan kanan wajahnya dengan tangan, "Banget, malu-maluin ya, Ri?" tanyanya polos lalu meraih lap kain yang diberikan Ari.

Ari menggeleng cepat dan menurunkan tangan Cicil yang berada di wajahnya, "Udah lanjutin aja, pelan-pelan aja ya!"

Cicil kembali ke kegiatan awalnya yaitu makan namun dengan perangai yang lebih hati-hati karena dia sudah mendapatkan peringatan pelan dari Ari. Cicil menyadari dia berbuat kalap seperti itu juga untuk mengecek reaksi Ari kepada perempuan yang berbuat memalukan, ternyata reaksi Ari tidak buruk.

  "Ih, cantik banget sih, Cil!" Cicilia mengerlingkan matanya dan memukul tangan Ari, "Gue mintain piring mau?" Ari menggeleng lalu mencubit pelan pipi mulus Cicil, yang dicubit hanya terpaku dan merasakan sengatan listrik di tubuhnya. Reflek Cicil memegang pipinya.

  "Sori, sori, saking gemesnya sih!" Cicil menelan ludahnya, "Lo juga ganteng," kata Cicil malu-malu dan langsung membuang muka ke arah lampu-lampu kota.

  "Wah, gue digodain seorang Cicilia ini mah."

Ari dan Cicil tertawa dan seperti memiliki dunia sendiri. Ari malam ini ternyata hanya mengajak Cicil makan malam biasa tanpa ada hajat tertentu, Cicil agak sedikit kecewa karena sebelumnya Ia sudah berharap lebih. Tapi tidak terlalu kecewa juga karena makan malam biasa ini juga sudah membuatnya senang bukan main.

  "Udah malam, mau pulang?" Cicil melihat jam yang ada di dinding bar, memang benar sudah malam, pukul sembilan malam, Cicil mengangguk lalu berdiri diiringi Ari di sebelahnya.

Cicil memandang pemandangan sekitar saat mobil Ari sudah mulai membelah jalanan, taka da percakapan yang dibuat oleh Cicil maupun Ari. Cicil hendak turun dari mobil namun tangannya dicekal oleh Ari, "Ada apa?" dahinya mengernyit.

  "Gue kagum banget sama lo, makasih udah mau dekat sama aku!"

Mata Cicil mengerjap berulang kali, "Gue yang harusnya makasih karena lo udah baik banget sama gue, Ri."

Cicil membuka pintu mobil dan turun dengan senyum yang terus merekah di wajah, "Hati-hati ya, makasih."

  "Ya udah, duluan ya. Night!"

'Apa Ari bilang? Night? Beneran dia bilang night, anjir!'

  "Night too." Cicil langsung menutup wajahnya yang pasti sudah memerah, kini hatinya benar-benar terlempar ke angkasa. Mobil Ari berjalan meninggalkan pekarangan rumah Cicil, sedangkan Cicil masih sigap berdiri dengan wajah yang masih bersemu merah.

  "Capek, tapi pengen ngulang lagi," cicitnya pelan.

***

Di lain sisi ada hati yang sedang terluka, hati Dino. Cowok itu mellihat kepulangan Cicil dari jendela ruang tamu. Dino dapat melihat aura kebahagian yang dipancarkan oleh Cicil.

'Lihat tuh lihat, senyum mulu kayak menang undian Haji. Dasar belalang kupu-kupu semuanya indah!' batin dino membalas tingkah Cicil yang berlebihan.

  "Darimana aja lo?" tanya Dino yang menyergap Cicil tepat di depan pintu ruang tamu.

  "Kepo amat lo, sana minggir!" Cicil mendorong bahu Dino, menyuruh cowok itu agar tidak menghalangi jalannya.

  "Bunda lo belum pulang, lo udah tahu?"

Cicil terdiam, "Gue udah izin Bunda katanya malam ini beliau enggak lembur."

  "Nyatanya sekarang beliau belum pulang!" Dino meninggalkan Cicil yang masih termangu di depan pintu. Cicil lalu bergegas menyusul langkah kaki Dino yang akan masuk ke dalam kamar tamu.

  "Lo tahu kenapa Bunda pulang telat?"

  "Masih peduli lo sama Bunda?" tanyanya kasar dengan nada sedikit membentak. Cicil tertegun, "Bunda tadi bilang ke gue kalau beliau ada tugas dadakan yang harus buat beliau kerja lembur, Bunda telepon lo tapi bilang kalau hape lo gak aktif, ya sudah Bunda pikir lo lagi asik makan malam sama si kutu kupret noh."

Cicil menepuk dahinya, dia lupa jika ponselnya dalam keadaan lowbatt jadilah Ia matikan untuk sementara waktu. Dino menutup pintu kamarnya keras tak menghiraukan wajah Cicil yang sekaranng cemas memikirkan Bundanya.

Pukul setengah dua belas, Cicil merasakan Anin telah tiba di rumah. Cicil ingin turun namun langkahnya tersendat, pasti sang Bunda lelah, Cicil akan meminta maaf esok hari saja. Setelah selesai makan masakan yang sudah disiapkan Anin di meja makan, Cicil beranjak ke kamar Anin. Di sana dia mendapati sang Bunda masih tidur bergelung dengan selimut.

  "Bunda, gak sarapan?" tanya Cicil mulai merasakan keadaan Bundanya yang tidak baik-baik saja.

Cicil melihat wajah Anin yang sedikit pucat, "Bunda kenapa? Sakit? Pergi ke dokter ya, biar Cicil anter!"

Anin menggeleng lalu bangkit dari posisinya, "Bunda Cuma kecapekan, istirahat sehari pasti langsung sehat lagi."

  "Oh iya, Cicil minta maaf kemarin gak angkat telepon Bunda soalnya hape Cicil mati."

Anin mengangguk paham mendengar penjelasan anak semata wayangnya, "Ya udah gak pa-pa, udah gih sekolah. Bunda habis ini mau sarapan terus minum obat, nanti siang juga bakalan sembuh."

Cicil memastikan semua yang dibutuhkan Bundanya sudah siap, Cicil mengambilkan sepiring nasi dan lauk tak lupa obat yang dibutuhkan Anin. Setelah semuanya siap, Cicil pergi ke sekolah bersama Dino.

  "Udah minta maaf lo?"

Cicil tak menyahuti pertanyaan Dino, memilih membungkam mulut dan menghemat energi agar tak banyak emosi yang Ia keluarkan di pagi hari.

***

Waktu itu Shella meminjami Cicil pakaian dengan satu syarat, syarat yang diberikan Shella pun tidak sulit bagi Cicil untuk menerimanya karena Shella hanya mau menumpang tidur semalam di rumah Cicil. Cicil menyetujui itu dengan cepat. Tingkah menjijikkan Shella di pagi hari membuat Cicil ingin memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya. Tak mau ambil pusing, Cicil pun mengambil novel yang Ia taruh di kolong bawah mejanya. Cicil kaget saat menemukan sticky note di atas cover novel yang hendak Ia baca.

'Awali hari dengan senyuman!'

Cicil menatap sticky note berwarna peach itu, kemudian bertanya kepada Shella yang masih berusaha menebar perhatiannya kepada Dino. Shella menggeleng cepat kemudian mengalihkan penuh fokusnya kepada Dino.

  "Misterius banget."

Bel masuk sudah berbunyi, semua orang mulai diam di bangku masing-masing. Cicil merasa terganggu dengan tingkah jahil Dino hari ini. Bagaimana tidak, Dino menusuk-nusuk punggung Cicil dengan ujung belakang penanya.

  "Apaan sih, Din?" tanya Cicil sembari menghembuskan napas gusar.

Dino pura-pura tak tahu dan menatap Cicil dengan wajah polosnya, "Apaan yang apa?"

  "Kenapa lo gangguin gue?" tanyanya makin kesal dan terpancing emosi.

  "Siapa juga gangguin lo?" Dino balik bertanya lalu menyenggol lengan Udin yang duduk di sebelahnya. Shella yang melihat tak bisa menengahi karena melihat Cicil sedang emosi-emosinya dengan Dino. Pastilah taka da yang berani menggugat amarahnya.

  "Ssstt..." Semua orang yang berada di kelas mendesis dan mengarahkan pandangannya ke arah Cicil dan Dino. Yang ditatap pun memendam rasa malunya. Cicil berbalik menghadap depan dan tak mau memperpanjang kejahilan Dino pagi ini.

  "Oh ya Cil, gue jadi nginep di rumah lo ya?"

  "HAH?!"

***

Happy reading my beloved readers, jangan lupa spam komentar yak, aku seneng kok sama semua komentar yang kalian tulis, kalau ada waktu pasti aku balas:)

Salam sayang
Dzurrqa

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

5.6M 377K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
8.4M 518K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
846K 31K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...