The Fate (Completed)

By rinisurastikaa

320K 16.7K 528

Sequel INABILITY, bisa dibaca terpisah:) Menyembunyikan perasaan perihal biasa, berpura-pura tidak suka mesk... More

Prolog
Fate-1
Fate-2
Fate-3
Fate-4
Fate-5
Fate-6
Fate-7
Fate-8
Fate-9
Fate-10
Fate-11
Fate 12
Fate-13
Fate-14
Fate-15
Fate-16
Fate-17
Fate-18
Fate-19
Fate-20
Fate-21
Fate-23
Fate-24
Fate-25
Fate-26
Fate-27
Fate-28
Fate-29
Fate-30
Fate-31
Fate-32
Fate-33
Fate-34
Fate-35
Fate-36
Fate-37
Fate-38
Fate-39
Fate-40
Fate-41
Fate-42
Fate-43
Fate-44
Fate-45
Fate-46
Epilog
Sequel?!
Extra Part
Seputar Cerita ini

Fate-22

5.4K 291 5
By rinisurastikaa

Kamu adalah orang yang berhasil membuatku khawatir berlebihan setelah mama.

-Davi Exavario

🍁🍁🍁

Sejak kejadian semalam saat Davi memeluk Zelda, kemudian Zelda meninggalkan Davi, mereka belum pernah lagi bertemu pandang, jika Zelda melihat Davi dia akan memperhatikannya diam-diam dan ketika Davi menyadari bahwa ada yang memperhatikannya, kemudian laki-laki itu menoleh maka Zelda akan cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

Terkadang, hidup memang selucu itu, ketika kita mengejarnya, dia menjauh dan ketika kita telah lelah dia yang datang mendekat.

Hubungan Zelda dan Leo juga belum membaik. Dan Zelda mendapati kenyataan bahwa Leo telah kembali ke rumahnya duluan, karena kakaknya masuk rumah sakit. Zelda mengetahuinya baru tadi pagi saat Leo sudah pergi, laki-laki itu tidak memberitahunya. Sebagai teman, jelas Zelda sedih, tapi dia positive thingking saja, mungkin Leo sedang terburu-buru hingga tak sempat memberitahunya.

Zelda merasakan degup jantungnya berirama, saat Davi berbalik dan berjalan menghampirinya yang berdiri di depan tenda. Namun, langkah Davi terhenti, hanya menatap Zelda dari jarak yang masih lumayan jauh.

Justru, Ray yang tadi tak Zelda lihat sudah berdiri di hadapan perempuan itu.

"Hey, kok di sini? Yang lain udah di halaman depan, debat udah mau dimulai, loh." Kata Ray, membuat Zelda tersenyum canggung.

Zelda merasa sikap Ray kepadanya aneh, perlakuan itu sudah lebih dari sikap panitia dan peserta maupun senior dan junior. Benar-benar ada yang aneh.

"Kenapa bengong? Yuk?" tanpa menunggu jawaban Zelda atau penolakan perempuan itu, Ray langsung menarik lembut pergelangan Zelda membawanya ke halaman depan SD, karena siang ini kegiatan mereka adalah debat.

Davi memperhatikan semua itu dari jarak yang cukup jauh, dia menarik napas, kali ini merasa kalah. Seharusnya dari awal Davi berpikir teman bahkan sahabat pun bisa saja menjadi lawan, dalam arti lain Ray bisa menjadi rival Davi untuk memenangkan hati Zelda

Meski, Davi pernah berpikir bahwa Zelda menaruh hati padanya, tapi laki-laki itu tak pernah lagi merasa tenang ketika Ray berada di sekitar Zelda dan Zelda pasrah bersama Ray.

Matahari yang menghantarkan hawa panas dan juga api cemburu yang membakar Davi membuat laki-laki itu nyaris berteriak, kalau tidak sadar di mana dia berada.

Davi menyusul mereka dengan satu tarikan napas berat. Untuk sementara dia harus melupakan semuanya dan fokus pada kegiatan ini, biar bagaimana pun dia harus bertanggung jawab sebagai panitia kegiatan.

Sang surya yang menyinari bumi dengan teriknya tertutup oleh pohon yang berada di halaman itu. Para peserta duduk beralaskan kardus sementara panitia menyiapkan papan berukuran sedang.

Davi membantu beberapa panitia, setelahnya dia mengistirahatkan badannya dengan bersandar pada pohon yang dijadikan tempat perlindungan. Di samping kirinya ada Sinta dan Killa, sementara di kanannya ada Bayu dan Darul.

Sementara Ray dan Agung--ketua HMJ-- berdiri di depan papan sambil menjelaskan caranya berdebat dan juga peraturan-peraturannya.

Zelda memperhatikan penjelasan Ray dan Agung, namun sesekali dia melirik ke samping, sedikit menyembulkan kepalanya di balik punggung seorang mahasiswi berbadan tambun.

Zelda tersenyum miris saat dengan santainya Davi dan Sinta mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi Zelda tidak suka melihat kedekatan keduanya.

Zelda tidak cemburu, hanya saja ... tidak bisa dijelaskan. Terlalu rumit untuk mengucapkan apa yang sedang dirasakannya saat ini.

Davi yang merasa diperhatikan, langsung menolehkan kepalanya pada peserta yang duduk rapi. Dan, iris cokelatnya berhenti pada satu titik, Zelda tengah memperhatikannya dan senyum masam terpancar di wajah cantik perempuan itu.

Ada kehangatan ketika melihat Zelda yang seperti cemburu. Davi terus menatap Zelda hingga akhirnya perempuan itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya pada Ray.

Davi merasa kehilangan, namun tidak segan dia tersenyum, setidaknya dengan begini dia tahu masih ada kesempatan.

Sebelum debat mulai, Davi sengaja berdiri dan meminta perhatian dengan menepuk tangannya berkali-kali.

"Perhatian semua, saya mau meminta waktu sebelum debatnya dimulai." Katanya dan menyuruh peserta berdiri.

"Saya hanya ingin melihat siapa yang semangat mengikuti kegiatan ini." Semua peserta mengangguk, bahkan Zelda yang masih merasa malu atas kelakuannya tadi tidak sungkan untuk mengangguk.

"KALAU KAU SENANG MARI TEPUK TANGAN, KALAU KAU SENANG ... MARILAH KITA TEPUK TANGAN." Davi mulai bernyanyi sambil bertepuk tangan. Semua peserta yang memang mengenal yel-yel itu ikut bernyanyi dan melakukan gerakan-gerakan sama sepertin Davi.

Semuanya terfokus dengan semangat empat-lima. "KALAU LO SAYANG GUE MARI TEPUK TANGAN." Bahkan ketika Davi mengubah lirik yel-yel itu, tetap masih banyak peserta yang bertepuk tangan. Termasuk Zelda yang semangat bertepuk tangan.

Lalu, semuanya sontak tertawa, Davi melarikan diri di samping Agung sambil menahan sakit di perutnya karena tertawa terlalu keras.

Zelda yang melihat itu tertawa bahagia, selama mengenal Davi baru kali ini dia melihat laki-laki itu tertawa lepas. Ada bahagia yang menelusup di relung hatinya. Zelda menghentikan tawanya, kini hanya digantikan senyum bahagia, senyum untuk laki-laki yang diam-diam masih tersimpan di lubuk hatinya.

Ray tiba-tiba menyurutkan tawanya, melihat Zelda tersenyum yang pasti ditujukan untuk Davi, ada perasaan tak senang menyadari kenyataan kalau Zelda mungkin telah menaruh hati untuk Davi.

"Vi, lo kurang kerjaan banget, sih." Kesal Ray, yang langsung mengambil alih perhatian semua peserta. Padahal, tawa membahana tadi belum surut. Ada yang tertawa karena memang bahagia, ada juga yang tertawa pura-pura bahagia, hanya untuk menyembunyikan duka.

Ketika Ray masih mendengar sebagian peserta bahkan panitia tertawa, laki-laki itu memukul papan hingga menyebabkan bunyi keras.

"Debat ini untuk keseriusan. Jangan ada yang bercanda." Katanya tegas dengan suara hangatnya yang berubah dingin.

Semuanya terdiam kaku, kecuali Davi yang memicingkan matanya.

Zelda merasakan aura tak enak, tapi dia tidak mau berpikir terlalu jauh lagi.

"Kenapa lo? Gue cuman mau buktiin seberapa semangat mereka menyambut kegiatan ini. Kalau mereka nggak bahagia, buat apa kegiatan ini dilanjutkan?" Davi dan Ray sudah saling berhadapan. Bara yang menyala terlihat jelas di bola mata Ray, laki-laki itu menggeram.

"Lo itu buang-buang waktu tau nggam? Kalo lo mau liat semangat mereka, nggak kayak gini caranya, Bro." Sahutnya sengit.

"Ehem," Killa berdehem keras untuk menyadarkan keduanya agar tidak memberi contoh buruk pada junior.

Para peserta memperhatikan Ray yang sudah dibakar emosi dan juga Davi yang mulai terbawa suasana.

Killa yang menyadari akan terjadi pertengkaran jika tidak dihentikan, berjalan mendekati keduanya.

Sementara panitia lain enggan untuk berkomentar. Bukan apa, tapi mereka tidak mau dengan membuka mulut akan menyebabkan urusannya semakin rumit. Semua percaya pada Killa, dia perempuan tegas mesti sejujurnya lembut.

"Kalian berdua jangan buat masalah di sini." Peringatnya, melirik Davi kemudian Ray yang masih saling menatap.

Agung mengembuskan napas, dia maju selangkah lalu menarik Ray dan memberinya jarak dengan Davi. Killa juga membawa Davi menjauhi tempat itu.

Zelda menunduk, dia ingin menghampiri Davi. Sejenak, hanya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara laki-laki itu dan Ray.

Zelda tidak bermaksud mencampur tangan urusan orang, namun tak tahu mengapa dia merasa ikut terlibat atas semua ini. Zelda membuang napas, mungkin ini hanya perasaannya saja.

🍁🍁🍁

Besok adalah hari terakhir kegiatan Bina Akrab dan semua panitia bersyukur, karena selama dua hari kegiatan berjalan dengan baik, meski ada sedikit kejadian yang tidak menyenangkan.

Dan kini senja sudah berganti pekatnya malam, langit tidak berbintang, juga tak ada bulan. Tapi, suasana di SD itu terang, karena cahaya lampu yang menyoroti setiap sudut, bahkan di lapangan yang mereka jadikan tempat membangun tenda.

Davi dan Ray belum bicara semenjak kejadian sore tadi. Bayu juga sudah mengusahakan agar tidak seperti ini terus.

Bayu menarik napas dalam, memutar bola matanya jengah. "Lo berdua kayak cewek tau nggak? Dikit-dikit ngambek, nggak asyik."

"Diam lo!" Davi dan Ray yang duduk di kiri dan kanan Bayu menyentak laki-laki itu bersamaan.

Bayu tersenyum jahil. "Ciee ... yang barengan. Jangan-jangan lo berdua jodoh lagi." Katanya dengan tawa khas.

Davi dan Ray melirik sinis Bayu. "Gue masih normal, bego." Sembur Davi kesal.

"Gue juga nggak doyan sesama jenis." Sambut Ray tersenyum sinis.

Bayu menghela napas, kali ini dia serius. "Lo berdua kenapa, sih? Sampe berantem cuman karena hal sepele." Sungguh, Bayu tidak mengerti dengan kelakuan kedua sahabatnya. Jika ada masalah, mengapa tidak diselesaikan secara baik-baik?

"Tanya aja sama Ray, kenapa tiba-tiba marah. Padahal niat gue baik." Jelas Davi juga kesal dengan sikap Ray tadi, menurutnya itu hal aneh. Davi tidak tahu kalau sore tadi, Zelda memperhatikannya dengan senyum yang bertengger di bibir perempuan itu. Dia juga tidak tahu Ray merasakan hatinya terbakar api yang mungkin namanya cemburu.

"Oke. Bentuk bundaran, kita bicarain baik-baik." Kata Bayu memberi saran. Meski Davi dan Ray sempat mendelik, namun keduanya tetap menurut dengan membentuk bundaran.

Davi merasa mereka seperti sedang syukuran, bedanya mereka hanya dihidangkan tas-tas panitia yang bertumpuk di tengah-tengah mereka.

Bayu memulai dengan deheman, "Pertanyaan pertama gue ajuin sama lo Ray," katanya menunjuk Ray, yang ditunjuk hanya memutar bola mata. "Kenapa lo tiba-tiba marah?" tanya Bayu menatap Ray lekat-lekat.

Ray melihat Davi dan Bayu silih berganti.

Kayaknya ini saatnya gue untuk jujur.-batin laki-laki itu.

"Gue nggak tau." Walau hatinya ingin jujur, tapi tetap saja mulutnya mengeluarkan kebohongan.

Bayu memukul kesal tumpukan tas di hadapannya. "Masa sih lo nggak tau? Ada gitu orang yang marah nggak tau alasannya?"

"Ray lagi PMS kali."

"Gue lagi serius, Vi." Sentak Bayu membuat bibir Davi mengerucut.

Kemudian, pandangan keduanya kembali terfokus pada Ray. "Sekarang, coba jujur kenap ..."

"Gue udah bilang, gue nggak tau. Gue cuman ngerasa kesal Davi nggak bisa serius, padahal debat itu untuk melatih peserta agar terbiasa." Potong Ray. Diintrogasi itu nggak enak, bikin kesal.

Bayu dan Davi menggeleng. Davi akan angkat suara, tapi sebuah suara langsung mengurungkan niatnya dan menatap sosok perempuan yang berdiri di depan tenda.

"Permisi, Kak. Saya diminta untuk ngambil obat asma kak Tina." Kata peserta itu yang tidak mereka ketahui siapa namanya.

Davi menaikkan alisnya, "Asma Tina kambuh?"

Perempuan itu menggeleng dengan senyum tipis. Malam ini dia cuci mata, melihat tiga laki-laki yang ketiganya bisa dikategorikan tampan.

"Terus siapa?" kali ini Bayu yang bertanya.

Davi menunggu jawaban perempuan itu dengan jantung yang berdegup kencang, takut kalau asma Zelda kambuh. Sementara Bayu dan Ray tampak biasa saja, karena mereka tidak tahu Zelda menderita penyakit asma.

"Mm ... kalau nggak salah namanya Ze ...." perempuan itu belum menyelesaikan ucapannya, tapi Davi sudah berdiri dan langsung berlari keluar tenda, laki-laki itu sedikit menabrak bahu perempuan tadi.

Davi kalut, dengan cepat dia memasuki tenda salah satu peserta yang terdapat beberapa panitia dan beberapa peserta, sementara yang lainnya diminta menjauhi tempat itu untuk memberi celah masuknya udara.

"Minggir minggir minggir." Davi menggeser badan-badan langsing perempuan yang mengerumuni seseorang yang asmanya kambuh.

"Zel, gue udah bilang lo ..." ucapan Davi terhenti, ketika sudah berada di dekat perempuan yang menarik napas dan mengembuskan napas berat. Bukan Zelda.

Semua pandang mata menatapnya heran, hingga peserta yang tadi mengambil obat menggeser tubuh Davi.

"Ini obatnya, Kak. Maaf lama." Killa langsung menyambut inhaler yang disodorkan padanya, dan langsung menyemprotkan ke dalam mulut perempuan berhijab yang berbaring dipangkuan Sinta.

"Jadi ...?" Davi tidak jadi melanjutkan pertanyaannya. Laki-laki itu langsung berlari keluar, karena malu. Panitian yang melihatnya hanya menggeleng pelan.

"Emang ada apa sama Davi tadi?" tanya Killa pada peserta yang tadi dimintanya mengambil inhaler salah satu temannya sebagai panitia.

"Itu Kak, tadi mereka nanya emang siapa yang asmanya kambuh, pas aku mau bilang Zena, eh Kak Davi langsung lari ke sini." Jelas perempuan tadi membuat Killa tersenyum.

Dia sudah tahu siapa yang Davi khawatirkan, karena malam itu secara tidak langsung Davi dan Ray sudah memperkenalkannya dengan Zelda.

Sementara Davi yang sudah berada di luar tenda menepuk dahinya.

"Bego bego bego." Laki-laki itu menggeram malu, sekaligus kesal karena sudah dibuat khawatir.

"Siapa sih cewek tadi? Liat aja, kalau gue ketemu lo gue bakal bales." Gerutunya, padahal di sini dia yang bersalah. Oke, Davi akan memakai kata 'senior tidak pernah salah' agar dia tidak disalahkan.

"Kak Davi?" Davi mengangkat wajahnya. Wajah laki-laki itu lansung memerah malu melihat Zelda menatapnya dengan kernyitan.

"Eh, Gue balik dulu, ya." Davi berlari menjauhi Zelda yang keheranan.

Perempuan itu hanya menggeleng samar, sedang Davi menelepon Rani dan menceritakan kejadian memalukan malam ini. Rani di seberang sana tertawa, menurutnya ini hal konyol.

Dan, Rani merasa bahagia Davi terbuka padanya, bahkan laki-laki itu tak sungkan mengeluh tentang kedekatan Leo dan Zelda, Davi juga sudah menceritakan bahwa Ray sedang usaha agar semakin dekat dengan Zelda.

"Ya ampun, Vi, lo harus secepatnya kembali tunangan sama Zelda, sebelum lo ditikung."

Davi manggut-manggut, meski tidak sepenuhnya yakin bahwa dia akan berhasil dalam waktu singkat.

Hubungan yang telah retak, akan sulit untuk dibangun lagi jika tidak ada kesepakatan dari kedua pihak.

Namun, di satu sisi Davi takut kalau nanti Zelda ... bersama Ray.

A.n

Gue harap ini nggak terlalu buruk.

Info penting⚠⚠: part selanjunya akan diprivate, silahkan follow kalau berkenan untuk membaca.

Continue Reading

You'll Also Like

12.7K 1.6K 28
Karena bagi Jey dan Una, sebuah hubungan tak selayaknya menjadi konsumsi publik. Namun, bagaimana jika pada akhirnya waktu menyadarkan mereka, bahwa...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
305 306 37
"Bulan selalu datang untuk menemani langit, tapi bintang cemburu. Bintang berniat tidak akan menemani bulan lagi, sehingga bumi hampa jika langit han...