Purnama (#2)

Por Artilery_CA

308K 4.5K 442

Tuhan, Apakah Engkau menciptakan purnama dengan masa yang lebih lama? ataukah sama seperti senja? Tuhan, Bisa... Más

Dreamcast
BAB 1 Purnama
BAB 2 Purnama
BAB 6 Purnama
BAB 7 Purnama
BAB 10 Purnama
BAB 16 Purnama
Rilis Sandhya
Info

BAB 3 Purnama

7.1K 531 43
Por Artilery_CA

Malam Minggu telah tiba, malam yang dinantikan banyak pasangan muda. Tapi jangan lupa, malam Minggu juga malam yang dinantikan orang-orang tanpa pasangan. Mereka menantikan hujan untuk menemani malam sepi mereka sambil meratap. Itulah candaan Sada setiap kali malam minggu-nya bersamaku. Tapi setiap kali malam minggu-nya tanpa aku, dia akan bilang via telepon 'Aku harap hari ini hujan deras biar pasangan lain enggak bisa jalan kaya kita, By. Biar mereka ikut meratap malam kelabuku di Yonif'.

Sada memang yang terlucu dalam hal itu. Keluhannya selalu membuatku tertawa walaupun tidak bisa jumpa. Jumpa pun semakin lucu.

Sekarang coba pikirkan. Kencan macam apa jika perempuannya yang justru menjemput si laki-laki? Ya ini, kencan ala kami.

Jam tiga tadi Sada menghubungiku, katanya minta di jemput jam empat. Ya sekarang ini, aku sedang menunggu di depan gerbang utama Yonif 408. Belum lagi Pak tentara penjaga pos melihat ke arah mobilku sejak tadi. Sada terlalu lama dandannya. Melebihi ritual dandanku.

Tiga menit kemudian Sada keluar dengan kemeja berlengan pendek, memperlihatkan otot-otot lengannya dengan sangat jelas. Itu tidak terlalu masalah, yang lebih masalah adalah warna kemejanya. Merah jambu? Dan dengan percaya dirinya melenggang keluar Yonif, menyapa beberapa tentara.

Aku membenturkan kepalaku berkali-kali pada kemudi bundar di hadapanku. Layaknya orang frustasi menahan malu.

"By?" panggil Sada saat membuka pintu mobilku. "Vertigo mu kambuh ya?" Memegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Agar aku berhenti membenturkan kepalaku.

Menggeleng hampir-hampir menangis. Ini pacarku atau bukan?

"Lantas?" Tanyanya tetap memegangi kepalaku dari luar.

Menunjuk lengannya dengan telunjukku.

"Oh, lenganku tidak boleh terlihat? Perempuan lain tidak boleh lihat ototku ya? Kamu mah bisa aja." Agak tersipu. Menarik-narik lengan kemejanya ke bawah.

Aku menggeleng tapi menunjuk dadanya.

"Apa sih? Kemejanya terlalu membentuk badanku? Perempuan lain enggak boleh gitu lihat dadaku yang bidang ini?" Masih tidak mengerti.

"Mesum! Bukan karena dada bidangmu atau otot lenganmu, By!" Teriakku frustasi hingga reflek memukul klakson, berbunyi keras sampai beberapa tentara di pintu gerbang berdiri memperhatikan kami.

Sada langsung melambaikan tangannya. Memberi jawaban jika tidak ada apapun masalah diantara kami.

"Aduh, sudah lah. Malu, By. Dilihatin prajurit-prajurit sebanyak itu. Geser sana lah." mengusirku duduk di samping kemudi, dia yang akan mengemudikan mobil belum lunasku ini.

"Siapa di sini yang lebih malu? Bukannya jemput malah dijemput, sudah gitu pakai baju merah muda lagi! Astagfirullah, ada apa dengan pacarku ini?" Keluhku menatap Sada frustasi.

"Maaf, By. Mobil masuk bengkel soalnya, ya gimana habis nubruk dan ditubruk orang. Enggak lihat benjolan di kepalaku. Segede bakpao." menunjuk benjolan kecil yang bahkan tidak terlalu terlihat di dahinya. "Daripada enggak bisa malam mingguan, kan jarang-jarang." memutar kemudi dan kami akan melanjutkan perjalanan sesuai dengan rencana. Nonton lagi untuk kesekian kalinya.

"Oh jadi karena kamu ditubruk dan nubruk orang jadi kepalamu kebentur sampai benjol segede bakpao makanya otak kamu ikut bermasalah ya?"

"Kok gitu sih, By?"

"Iyalah, sejak kapan kamu jadi pakai baju merah muda begini? Tentara loh, pakai baju merah muda, kaya kehilangan wibawanya!"

"Biarlah orang beranggapan apa. Lucu gini warna baju kita samaan. Lagi pula aku baru beli beberapa hari yang lalu, By." terus memutar kemudinya.

"Lucu? Ya ampun, By. Enggak lucu banget. Coba tadi apa kata prajuritmu pas tahu kalau Danton-nya yang galak ini pakai baju merah muda? Ditertawakan toh? Hilang pula wibawamu di depan prajuritmu, By. Pekerjaan boleh TNI tapi jiwa Hello Kitty. Kan enggak lucu!"

"Apa sih, By? Hello Kitty enggak tahu apa-apa kok jadi dia dibawa-bawa, kan kasian." sahutnya membuatku ingin sekali memukuli tubuhnya. "Lagi pula siapa yang berani mentertawakan aku? Hanya Mukti."

"Ah, tahulah!"

Menyerah saja. Biarkan saja dia fokus pada kemudinya. Nanti bisa nubruk orang lagi, kena masalah lagi. Tidak lucu sekali jika besok muncul di laman berita berjudul Tentara mengenakan kemeja lengan pendek berwarna merah muda mengalami kecelakaan di jalan bersama dengan kekasihnya.

Kali ini kami memilih tempat menghabiskan malam Minggu yang lebih jauh. Jika biasanya masih di sekitaran Solo sekarang lebih ke selatan, Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo. Di salah satu mall yang cukup ternama, sering kali mengadakan event besar dan tempat parkir yang luas menjadi beberapa alasan kawula muda zaman now lebih suka nongkrong di sini.

Aku enggan keluar dari mobil, memilih tetap di dalam padahal Sada sudah melenggang pergi setelah memarkirkan mobilku dengan benar. Lima meter dia telah menjauh dari mobil. Sepertinya dia lupa jika membawaku datang kemari.

Menyadari di sisinya tidak ada aku. Sada langsung menoleh ke belakang. Tertawa kecil kemudian dia mendekat lagi ke pintu mobil. Membuka daun pintunya.

"By, kok enggak turun sih? Biasanya juga turun sendiri enggak usah dibukain pintu. Katanya ini bukan sinetron makanya tidak perlu drama-drama dibukain pintu." ujarnya mengelus kepalaku.

Sekarang ini aku memang sedang menempelkan kepalaku di dashboard mobil. Jujur, aku masih malu dengan penampilan Sada. Bukannya aku pengen sok drama-drama dibukakan pintu oleh sang kekasih, tapi karena aku memang belum sanggup keluar dari mobil dan menggandeng Sada.

"Kamu malu sama penampilanku?" Tanyanya mulai menyadari. Baguslah jika dia peka.

Mengangguk. "Ya masa' kita kaya anak TK gini sih, By? Warna baju samaan. Sudah tidak zaman tahu enggak? Kolot banget sekarang pasangan pakai baju couple atau mirip atau apa! Apalagi pasangan tentara dan pegawai Kominfo begini! Bukan pasangan anak SMA! Kalau sudah keluarga wajar!" seruku benar-benar tanpa penyaringan. Jujur sekali.

Sada justru tertawa kecil kemudian mengusap rambutku lagi. "Ayolah, jadi kekanak-kanakan itu lucu tahu." menggenggam tanganku.

Aku mendongakkan kepalaku, menatap Sada yang berdiri di depan pintu dengan sangat amat kesal. "Lucu, Da? Aduh lucunya dimana?"

"Pengen tahu lucunya dimana? Ayo ikut" menarik tanganku paksa.

Berontak? Percuma. Tenaga tentara jauh lebih kuat daripada tenaga perempuan yang lemah, gemulai, anggun, mempesona macam aku ini. Secara fisik, jika secara hati. Semua orang tahu, perempuan punya hati yang lebih kuat dari laki-laki.

Melipat-lipat wajahku sendiri. Berusaha menyembunyikannya karena sejak turun dari mobil pun kami sudah menjadi pusat perhatian.

Kami masih bergandengan tangan hingga lantai dua mall yang mengusung tema ramah lingkungan ini.

Aku mulai membuka wajahku ketika Sada menggenggam ku semakin erat. Dia pasti memintaku untuk tidak malu terhadapnya. Bisa juga dia se-percaya diri itu, padahal yang dia kenakan sedang memancing orang untuk mentertawakannya.

Dua orang perempuan menunjuk ke arah kami kemudian tertawa kecil sambil menutupinya dengan kedua tangan.

Seorang laki-laki dari arah depan melewati kami sambil menahan tawanya. "Mbak-nya tega amat sama pacar. Masa' disuruh pakai baju pink." celetuknya terdengar jelas olehku.

Kakiku berhenti melangkah, membalikkan badan cepat dan langsung melepas flatshoes-ku.

"By..." Sada menghentikan tanganku yang sudah mengayun ke belakang, siap melempar flatshoes-ku ke arah laki-laki yang masih mentertawakan kami.

Menghembuskan napas panjang. "Kayanya aku salah bilang kalau mau menemani kegilaanmu, By. Nyatanya aku tak sanggup menahan malu." ujarku menerawang jauh ke masa lalu. Satu tahun dua Minggu yang lalu.

"Aku tidak se-gila itu juga sih, By." sahutnya kembali menarik tanganku.

"Enggak se-gila itu? Aduh, lihat bajumu, By! Yakinlah, gantengmu hilang." mendongak ke arah wajah tampannya. Iya dari dekat, hanya wajahnya saja ganteng sekali. Dadi jauh, aduh bisa belekan mata orang yang melihatnya.

"Kamu kalau lagi malu dan marah begini suka tambah cantik. Masa' bodoh-lah penilaian orang lain, By. Sekali saja jadi orang lain pakai merah jambu begini. Keren kok." Masih tetap membanggakan dirinya.

Apalah dayaku ini hanya perempuan yang berjanji menemani kegilaannya. Bisa apa aku jika sudah begini? Hanya bisa menikmati malu dan bermuka tebal.

Pandangan orang lain tidak pernah berhenti sampai aku dan Sada berada di depan studio 1 bioskop XXI. Bahkan ketika kami makan tadi, ketika kami berbelanja buku, sampai sekarang pandangan mereka-mereka tetap sama. Akan tetapi, aku mulai bisa beradaptasi. Tak apalah malu sedikit, bagaimanapun juga Sada adalah kekasihku.

"Bentar, Mama telepon." Katanya melepas genggaman tanganku.

Dia sedikit menjauh dua meter dariku, seperti ada yang disembunyikan. Sedikit berbisik dan menatapku takut-takut aku mendengar perbincangan mereka.

Tiga menit kemudian Sada mendekatiku, dengan ponsel yang masih di telinga kanannya. "Iya, Mama. Bentar nih!" Ujarnya kemudian menyerahkan ponsel berwarna gold buatan salah satu perusahaan ternama di Korea Selatan tersebut padaku.

"Mana?" Suara yang di seberang saat ponsel menempel sempurna di telingaku. Suara Tante Shinta begitu jelas terdengar.

"Assalamualaikum, Tante. Ini Kanya." Ucapku memandang Sada tidak mengerti.

Sada mengangkat kedua tangannya, tidak tahu. "Mungkin Mama cuma lagi kangen sama calon menantunya." Bisik Sada menggodaku.

Adegan barusan semakin memancing banyak orang mentertawakan kami, setelah tragedi kostum memalukan ini.

"Aduh, Nak Kanya..." yang di seberang kembali mengalihkan fokusku. "Tolong nikmati malam ini dengan sebaik-baiknya ya, Nak Kanya." ucap beliau sedikit lembut.

Aneh sekali Tante Shinta, beliau tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Seperti orang yang akan berpisah saja memintaku menikmati malam dengan Sada. Besok-besok juga masih bisa menikmati malam dengan Sada walaupun bukan malam Minggu. Dan memang selama ini aku tidak pernah menikmati kebersamaan ku dengan Sada? Rasanya aku selalu menikmati itu.

"Pasti, Tante. Tapi kok agak aneh ya?" Mulai curiga. Bagaimana ya menjelaskannya? Intinya seperti ada yang disembunyikan oleh Tante Shinta.

"Aduh, aneh apanya? Pokoknya malam ini kalian harus tertawa bersama. Itu saja. Sudah dulu ya, Nak Kanya. Selamat sore menjelang malam, sayang." ucap beliau langsung menutup telepon.

Dengan dahi mengkerut bingung, aku memberikan ponsel pintar itu pada Sada. "Mama kamu aneh, memintaku tertawa bersamamu malam ini, memintaku menikmati malam ini sama kamu. Aneh deh, kaya..."

"Apa sih, By? Ayolah masuk" menarik tanganku memasuki studio sambil menenteng segelas minuman bersoda juga popcorn ukuran besar.

Film yang kali ini dipilih oleh Sada adalah film horor. Seumur-umur aku baru dua kali ini nonton film horor. Yang pertama dengan Cesa waktu kami masih SMK, yang kedua ya ini. Tanpa teman yang pasti memang aku tidak pernah berani menonton film horor. Takutnya jadi membentuk bayangan hantu itu di setiap kali aku berada di kegelapan.

Baru duduk saja suasananya sudah terlalu mengerikan. Barisan kursi paling depan dikosongkan dan diberi kain putih memanjang.

Sejak tadi aku tidak pernah melepas genggaman tanganku pada Sada. Menggenggamnya pun begitu erat. Yakinlah, aku adalah seorang perempuan yang penakut. Sekalipun bertahun-tahun hidup di SMK selalu ikut kegiatan jurit malam dan selalu menunggu di pintu gerbang pemakaman. Tapi melihat wujud-wujud dari hantu itu terlalu menakutkan.

"Kamu takut banget ya, By?" Tanya Sada membisikkan itu di telinga kanan.

Aku mengangguk. "Tapi lebih takut lagi melepasmu latihan." Bisikku di telinga Sada. "Setiap itu rasanya mau mati menunggu kabar darimu." Lanjutku sedikit menggoda. Melupakan seramnya cuplikan film-film horor lain sebelum film horor yang sesungguhnya.

"By" menjitak kepalaku. "Please deh, kalau ngomong itu disaring dulu. Tahu aja waktu mau dicetak disaring dulu, kok omongan kamu enggak. Kalah berkualitas sama tahu!"

Memicingkan mata diantara kegelapan. "Lagian itu cuma kiasan, By." belaku mengusap kepala yang masih sakit karena jitakannya.

"Dengerin aku ya? Bahasa kiasan itu tidak selamanya indah. Kalimatmu yang barusan itu terlalu mengerikan!"

Sada ini lagian kenapa pula? Biasanya dia bisa memahami candaanku. Kok jadi sensitif sekali.

"Kamu lagi PMS, By?" Tanyaku cukup keras. Membuat banyak orang di sekitaran kami menoleh dalam hitungan sepersekian detik. Terutama dua kursi di samping kiriku, dua kursi di samping kanan Sada dan parahnya tiga kursi di depanku sampai mengintip.

Kekasihku jadi salah tingkah sendiri. Dia sibuk menahan malu dan menundukkan kepalanya pada orang-orang yang sedang menatapnya aneh.

"Kamu kalau bicara suka asal ya!" Mencubit bibirku kecil. Tidak sakit, karena itu cubitan gemasnya padaku.

"Ya habis kamu sensitif sekali. Macam perempuan lagi PMS. Aku pikir kamu emang beneran lagi PMS." seruku semakin melantur.

Suasana yang krik-krik kembali lagi terjadi. Banyak orang memperhatikan kami sementara Sada menahan malu dan aku yang tidak tahu malu. Bukankah hari ini adil? Sada membuatku malu karena warna kemejanya sementara aku membuatnya malu karena perkataanku.

"Iya lagi PMS!" Bisiknya geram di telinga kananku. "Jangan bicara lagi atau kita pulang sekarang!" Ancamnya membuatku tertawa.

Masih ingin sekali menggodanya, membuatnya malu, tapi sayang film horornya sudah mulai.

Setuju atau tidak, yang membuat film horor menjadi semakin menakutkan adalah backsound-nya. Misalkan suara pintu berdecit, suara deng-deng apalah itu. Semakin membuat bulu kudukku berdiri.

Seisi studio menjerit ketika sosok hantu tiba-tiba muncul dan memenuhi layar ditambah backsound mengerikan.

Kali ini, bukannya aku menangis karena takut atau memeluk Sada karena takut. Aku justru marah. Bagaimana bisa aku memeluk Sada sementara Sada sudah dipeluk oleh perempuan lain sekarang.

Aku menatap Sada penuh kemarahan di antara cahaya minim. Sementara Sada terlihat bingung dengan perempuan berambut pendek di samping kanannya. Perempuan itu tiba-tiba memeluknya begitu saja.

Sementara si perempuan masih ketakutan sambil memeluk Sada. Pacar perempuan itu menarik-narik tangan kekasihnya. Berharap kekasihnya segera melepas pelukan dari kekasihku. Sayangnya, entah karena sudah terlalu nyaman atau terlalu takut, perempuan itu tidak melepas pelukannya juga.

"Mbak, tolong lepaskan pacar saya ya?" Seruku di telinga kiri perempuan ganjen ini. Perempuan yang seenaknya saja menyembunyikan wajahnya di dada bidang Sada. Seharusnya aku yang begitu.

Astaga perempuan mana yang rela kekasihnya dipeluk perempuan lain. Perempuan mana pula yang rela dada bidang prajuritnya disandari kepala orang lain. Huah, hurt but not bloody. Sakit tapi tidak berdarah.

"Yang, lepaskan, yang" tarik kekasihnya lagi.

"Ah.." baru terbangun dari mimpi indahnya. "Maaf, maaf, Mbak. Reflek." jawabnya singkat kemudian melepas pelukannya dari Sada.

"Refleknya enak banget ya!" celetukku kesal.

Sada bukannya menenangkan ku atau mengusir perempuan itu secepat mungkin tadi, justru tertawa dan menggodaku. Ah, laki-laki macam apa dia itu.

"Cie cemburu..." godanya menoel pipiku di tengah-tengah seramnya film horor.

Tragedi menyebalkan tadi membuatku lupa akan ketakutanku, justru fokus pada rasa cemburu yang menggumpal sempurna. Membuat gondok di hatiku membesar.

"Kamu pengen aku peluk? Mau bahu atau dada bidangku?" Tawarnya menggodaku sekali lagi.

Memonyongkan bibirku.

"Ya sudah, genggaman tangan saja ya? Nanti kalau sudah sah boleh peluk aku sepuasnya." Ujarnya menatap layar di depan lalu menggenggam tanganku.

"Perempuan lain yang belum sah aja sudah merasakan dada bidangmu. Haha lucu sekali!" Gumamku.

Sada hanya tertawa kecil tanpa mau menanggapi apapun hingga film telah usai dan Mbak-mbak ganjen tadi telah pergi dengan kekasihnya.

Aku melangkah kesal menuruni setiap anak tangga ekskalator yang sedang berjalan. Memang kurang kerjaan. Hanya untuk menghindari Sada saja. Dia malah keenakan dipeluk perempuan lain. Ini toh alasannya mengajakku menonton film horor. Ishh, alasan klasik laki-laki biar bisa dipelukin cewek-cewek.

"By!" Sada menarik tanganku. Tidak menghentikan langkahku. Kuat sekali aku menarik tanganku melepaskannya, berlalu menuju tempat parkir.

"By..." panggil Sada sekian kalinya dan aku tidak peduli. "Kanya..." lagi-lagi memanggilki.

Untuk terakhir kali aku menghentikan langkahku, menoleh padanya. "Mana kuncinya? Pulang jalan kaki!" Seruku menengadahkan tangan di depannya.

Bukannya memberiku kunci mobil, Sada justru memelukku begitu saja tanpa izin. Pelukannya begitu erat, seperti mengalirkan energi lembut yang menusuk.

"I love you, By. Sekalipun perempuan lain memelukku, cuma kamu yang ingin aku peluk dalam waktu yang lama disetiap malam usai pengabdianku." bisiknya begitu lembut.

Seluruh tubuhku bergetar hebat. Kalimatnya mengisyaratkan bahwa dia ingin aku menjadi pendampingnya untuk waktu yang sangat lama. Berulang kali memang dia mengatakan secara terang-terangan untuk menikahiku. Bila bisa sekarang, dia pasti sudah menikahiku. Sayangnya harus menunggu pangkat menjadi Lettu, idealnya begitu.

Kalimat kali ini lebih indah dari kalimat biasanya. Terdengar begitu serius dan manis. Satu tahun mengidap diabetes hanya karena Sada.

"Oke, tidak boleh lama-lama atau Papa-mu mengajakku tanding karate lagi." melepaskan pelukannya, padahal aku belum sempat membalas pelukan itu.

Aku tertawa kecil.

Papa memang atlet karate di masa mudanya, begitupun Sada yang juga pernah belajar karate di masa SMA-nya. Sayangnya dia tidak sehebat Papa, makanya dia tidak berani jika Papa sudah mengajaknya bertanding.

"Masih cemburu?" Tanyanya menghentikan tawaku.

Menggeleng. "Hanya sedikit kesal." jawabku tersenyum manis.

"Ah, sudahlah. Waktunya kita jalan pulang dan aku mau bicara serius sama kamu." menarik tanganku dan membukakan pintu mobil. Memintaku masuk dan dia duduk di balik kemudi.

Pembicaraan serius macam apa yang akan dia katakan? Rasanya tidak ada masalah yang serius juga.

Sepanjang perjalanan Solo Baru-Karanganyar tidak ada pembicaraan serius yang terkemuka. Hanya ada helaan napas panjang dari Sada berulang kali dan tanda tanya bingung dariku.

"Mau ngomong apa coba, By? Katanya serius dari tadi diam saja!" Seruku tidak sabar ingin mendengar suaranya.

"Nantilah!" jawabnya singkat tetap mengemudikan mobilku.

Sekarang perjalanan Karanganyar-Sragen.

"Nantinya kapan? Keburu sampai! Nanti kalau sudah di sana tidak boleh to ngobrol banyak-banyak? Kamu pasti juga dimarahin senior karena diantar perempuan malam-malam begini. Ya kan? Bukankah itu masal..."

"Besok aku berangkat bertugas." Ucapnya menghentikan seluruh kalimatku.

Aku terdiam. Yakin seyakin-yakinnya ini bukan tugas biasanya macam dinas di kantor atau latihan ringan di Yonif. Ini pasti maksudnya tugas yang sesungguhnya.

Aku terdiam sampai di jalan menuju Sragen kota. Hingga mobil berhenti di kiri jalan.

"Aku naik ojek saja dari sini. Bisa dapat masalah kalau jam segini seorang prajurit di antar perempuan sampai depan Yonif." Ucapnya tak melihatku. "Kamu tahu kan dari sini kamu tinggal ambil arah ke timur lurus lewat kecamatan Kebak keramat nanti sudah sampai ke rumahmu." Menunjuk jalan di ke timur di sisi jalan.

Sada membuka pintu mobilku. Satu kakinya sudah menggantung.

"Tugas dimana?" Tanyaku singkat.

Sekalipun aku tidak pernah mau dia berangkat bertugas, tapi aku juga butuh penjelasan untuk memaksa hatiku ikhlas. Memangnya siapa yang mau ditinggal pergi tanpa dijelaskan kemana kepergiaannya. Bukankan semakin menyiksa ketika kita tidak tahu apa-apa?

Dia kembali ke posisinya. Menarik kaki kanannya yang menggantung, menutup pintunya lagi.

"Nusa Tenggara Ti..."

"Dalam rangka apa? Berangkat jam berapa? Sampai kapan?"

Sada berhambur memelukku begitu erat. "Maaf untuk kali ini kamu tidak boleh tahu, By. Aku berangkat besok dan sampai waktu yang tidak bisa dipastikan. Maaf hanya memberimu waktu yang sangat singkat. Tawamu, malumu, marahmu, cemburumu dan kesalmu hari ini akan aku ingat dan aku bawa ke medan tugas." Mengusap kepalaku.

"Apakah mengerikan?" Tanyaku sudah menitikkan air mataku.

Semua ketakutan yang selama ini terpendam, rasa was-was yang selama ini hanya angan, sekarang sungguh terasa nyata. Seluruh pisau tajam yang dulu terdiam kini mulai menyayat dan mencabik. Organ yang tenang menjadi berontak dalam sekejap.

"Maaf karena aku harus merahasiakan tugasku. Ini juga terkait hubungan dengan saudara lama, By. Ah, banyak sekali yang harus aku sembunyikan."

Aku hanya terdiam. Hanya saling memeluk dalam waktu yang lama.

"Kamu tahukan apa yang harus kamu lakukan?" Tanyaku menahan semua sesak.

Meskipun takut menyeruak setidaknya aku harus melepas dia dengan berpura-pura ikhlas. Karena ikhlas atau tidak ikhlas dia tetap berangkat memenuhi panggilan tugasnya.

Sada mengangguk. "Aku hanya perlu menyelesaikan tugasku dan berjanji pulang untuk kamu."

"Lakukan itu untukku, Da. Ingat! Jangan pergi untuk tidak kembali dan jangan terbang untuk tidak turun lagi."

Masih saling memeluk bermenit-menit. Hingga tak sadar gerimis telah datang. Langit yang tadinya cerah, satu dua bintang bersinar, bulan nampak seujung kuku. Kini tiada lagi mereka.

"Sudah. Jam malam-mu sudah habis. Pulanglah!" Sada melepas pelukannya. Memperhatikan aku lamat-lamat di balik gelap. Sorot matanya tajam dan dalam. Yang akan membuatku rindu entah sampai kapan.

Aku mengangguk kemudian dia meninggalkan aku sendiri. Berjalan di bawah gerimis, menghampiri pangkalan ojek di tepian jalan.

Ini bukan yang aku harapkan di malam Minggu indahku. Tapi mendampingi tentara memang selalu begini. Dimanapun, di belahan bumi manapun. Lagipula Tuhan telah menunjukkan kebesarannya melalui takdir indah hidupku. Maka aku percaya, mendampingi Sada meskipun berat terasa itu adalah sebuah keindahan dari Tuhan.

Semoga tak apa hingga waktu yang ditentukan.

🌸🌸🌸

Tbc..
Sampai jumpa di part berikutnya ya..

Jangan mengutip tanpa menyertakan sumber! Dilarang keras!! Apalagi copy paste seenak jidatnya!!

Seguir leyendo

También te gustarán

5.2M 279K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.4M 265K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
4.6M 34K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
336K 30.4K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...