DANEL's

Autorstwa setiase

2.1M 124K 6.6K

CERITA SUDAH DITERBITKAN!!! di @gloriouspublisher16 Kamu mau ngasih tau aku nggak gimana cara mahamin pikiran... Więcej

INFO TOKOH!!!
(1) Murid Baru
(2) Gojek
(3) Cemburu
(4) Gue takut
(5) Boleh?
(6) Cuma Satu
(7) Sakit
(8) Sumpah?
(9) Makasih
(10) Khawatir
(11) Senyum
(12) Peduli
(13) Dia?
(14) Takut
(15) Lo sukses
(16) Jeda
(18) Masih nggak?
(19) Hujan
(20) Kita?
(21) 'Temen'
(22) Detak
(23) Pergi
(24) Sebelum pagi
(25) Lupa
(26) Maksudnya?
INFO!!!!
HAIIIII!!!
DANEL's coming soon
PO DANEL's

(17) Sebatas

53K 4K 178
Autorstwa setiase

Ketika mata saling menatap dengan tangan yang tidak lagi saling mendekap.

-Key

"Shittt!!!!" umpat Danel membanting tas ranselnya di dekat motor ketika melihat Cassie berlari meninggalkan halaman rumah Aurel.

"Danel?"

"Diemm!!!" tegas Danel menatap dingin kedua bola mata Aurel.

"Nel, maaf."

"Ini yang gue takutin kalau kita mutusin buat jadi temen!!"

"Gue tau gue yang salah."

"Kenapa lo nggak bilang kalau ada Cassie??!!!!"

"GUE SAYANG SAMA LO NEL!!!!!" teriak Aurel histeris membuat Danel terdiam dengan nafas memburu.

"DENGAN GUE JADI TEMEN LO, GUE SETIDAKNYA MASIH BISA BIKIN LO KETAWA MESKI NGGAK NYENTUH HATI LO SAMA SEKALI!!! Gue cuma nggak mau lo bahagia sama dia, gue cemburu."

Diam, Danel terdiam dengan rahang mengeras dan sorot mata yang berubah tajam. Bukan seperti ini yang dia inginkan. Dia tidak ingin kehilangan orang yang dia sayangi, sungguh.

"Gue tegasin lagi sama lo Rel, gue.sayang.sama.dia." ucap Danel penuh penekanan dan mengambil tasnya untuk segera pergi dari rumah itu.

"Jangan mudah berharap lebih sama kebaikan seseorang Rel, gue cuma pengen berdamai sama masa lalu dengan baik ke semua 'temen' gue, termasuk lo. Kalau lo anggap gue perhatian karena gue sayang, lo salah besar. Karena nggak semua bentuk 'care' itu berarti cinta."

"Danel, tapi gue sayang sama lo. Plis beri kesempatan gue sekali lagi."

"Iya gue juga sayang, tapi sebatas temen, nggak lebih. Dan inget Rel, nggak semua orang bisa ngasih kesempatan kalau akhirnya cuma bikin luka lagi."

Aurel terdiam dengan air mata yang sudah mengalir. Ia sangat menyesal, sungguh. Seharusnya dulu dia tidak menuruti permintaan mamanya yang menyuruh dia untuk menjauhi Danel.
'Seharusnya', sebuah kata yang mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa terulang.

"Maaf gue bikin lo nangis, tapi emang ini faktanya. Hati gue udah sembuh, penghuninya udah beda, bukan lo lagi. Dan hati gue udah nentuin siapa yang harus jadi tuan rumah. Dia milih Key, bukan lo. Karena lo cuma sebatas masa lalu, nggak lebih."

"Tapi.."

"Bukannya gue udah bilang berkali-kali kalau gue ternyata udah nggak ada rasa lebih ke lo ya Rel? masih kurang jelas?"

"Nel, pliss."

"Rel, kalau gue cinta sama lo, nggak mungkin gue bisa cinta sama dia. Intinya, kalau ada orang baru ketika orang lama masih ada dan orang baru itu bisa bikin gue sayang, artinya gue nggak beneran sayang sama lo. Ngerti?"

Aurel terdiam menatap Danel dengan pandangan penyesalan. Ini memang salahnya, tidak seharusnya dia menjadi seperti ini, perusak bukanlah suatu hal yang pantas dibanggakan.

"Kita temen." ucap Danel menepuk pelan pundak Aurel dan segera menaiki motornya untuk pergi dari sana.

***

Pagi ini ada sesuatu yang berbeda. Tidak ada lagi genggaman tangan dan senyuman pagi yang membuat semua orang iri. Langkah itu tidak lagi berjalan berdampingan tapi justru berjalan dengan waktu dan suasana yang berbeda. Mereka yang sejak pagi sudah bersiap duduk di lorong mengernyit aneh ketika dua orang itu tidak berjalan bersamaan hari ini. Mereka bertengkar?

Kak Cassie kok nggak sama Kak Danel?

Mereka berantem?

Yahhh, couple gue kenapa?

Kak Cassie berangkat sendiri?

Lah, mereka kok nggak barengan?

Sumpah ya, mereka kenapa???

Kenapa gue jadi sedih gini?

Bisa aja kan Kak Danel lagi nggak masuk?

Posthink aja gaes, udahlah

Udah udah, mereka pasti baik-baik aja kok.

Semua bisikan-bisikan itu membuat Cassie hanya tersenyum dan menghembuskan nafas pelan. Ia tidak ingin terlalu menanggapi omongan mereka, toh memang benar kan kalau sekarang dia dan Danel hanya sebatas teman?

"Cacaaaaa!!!!"

Gadis itu tau ini suara siapa, ia menoleh kemudian berhenti melangkah ketika melihat Maudy berlari sambil sesekali tersenyum ketika siswa lain menyapanya. Emang enak ya Dy temenan sama mantan sendiri?

"Tumben lo nggak dikintilin sama bodyguard lo itu?"

"Apaan sih?" ucapnya berusaha tersenyum dan berjalan mendahului Maudy menuju kelas.

"Cacaa!!"

"Siapa lagi sih?" gumamnya kembali berhenti membuat kedua gadis itu menoleh ke sumber suara.

"Ehh Kak Andy."

"Hai Maudy."

"Haiiii kak, kenapa?"

"Oh ya Ca, habis ini bisa latihan nggak?"

"Latihan apa Ca?" bisik Maudy membuat gadis itu hanya melirik ke arahnya dalam diam.

"Sekarang? bisa kok."

"Yeee, bilang aja lo mau bolos."

"Males banget ada Pak Narwan." ucap Cassie terkekeh lalu segera mengikuti langkah Andy menuju ke aula.

Tanpa diduga tali sepatu sebelah kanan gadis itu terlepas tanpa sepengetahuan pemiliknya. Ketika berjalan tidak sengaja kakinya menginjak sendiri tali sepatu itu membuatnya terhuyung ke depan. Namun karena Andy sudah mengamati sejak tadi pergerakan gadis itu, dengan sigap ia menarik tangan Cassie dan menahan badan tinggi gadis di hadapannya agar tidak terjatuh.

"Eh, Sorry kak."

"Iya nggak papa, lo tali dulu deh." ucap Andy membuat Cassie mengangguk dan segera menunduk membenahi tali sepatunya.

"Kenapa lo lepas sendiri sih, bikin gue hampir jatuh tau nggak."

Andy yang mendengar keluhan gadis itu tertawa sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Gila ya ngomong sama tali sepatu?"

"Tali sepatu gue bisa ngerti bahasa gue kok."

"Lo bisa ngomong sama apa aja dong?"

"Bisa, sama cowok nggak peka aja gue bisa."

"Curhat?"

"Ndongeng." jawab Cassie bangkit dan memukul lengan Andy yang masih saja tertawa meski menurut gadis itu tidak ada yang lucu.

Di tempat lain ada sepasang mata yang menatap datar pemandangan itu dan memutuskan pergi sebelum tangannya yang mengepal langsung melayang pada orang yang salah.

"Temen-temennnnnnnn, hari ini kayaknya kita bakalan free deh, soalnya guru-guru lagi dateng ke acara nikahannya Pak Tio, guru biologi yang gantengnya ajib banget itu." teriak Bima ketua kelas yang paling rapi diantara semua murid di kelas ini.

Danel yang biasanya langsung heboh ketika mendengar berita itu tidak bergerak sama sekali. Ia terdiam sambil melempar tasnya dan menyusul Farel serta Rino yang saat ini mungkin berada di atap sekolah.

"Kusut banget muka lo kayak jemuran belum di setrika?"

"Lo kenapa Nel?"

"Napas."

"Embrio gue dulu juga tau bege kalau lo lagi napas, maksut gue sama Rino itu lo kenapa? kok kelihatan bete gitu?"

Danel terdiam, memilih duduk di sofa hitam usang yang sedang diduduki Rino dan mengeluarkan bungkus permen karet untuk mulai mengunyahnya.

"Kenapa?"

"Gue mundur kayaknya."

"Maksud lo?"

"Cinta gue nggak bisa bikin dia bahagia."

Farel yang mendengar penjelasan cowok itu turun dari pagar besi yang tadi ia buat sandaran dan duduk di samping Danel dengan pandangan serius.

"Lo kenapa sih? jadi cowok tuh jangan labil Nel, cewek nggak bisa lo gituin."

"Rel gue tau, tapi gue brengsek, gue nggak pantes buat dia."

"Ya lo pantesin dong, cari cara biar dia bisa nyaman sama lo dengan cara yang apa adanya, jadi diri lo sendiri."

"Gue nggak mau bikin dia luka lagi."

Rino yang sejak tadi diam membuang bungkus permennya dan menoleh ke arah Danel yang saat ini menunduk.

"Jujur, semenjak masuk SMA, gue belum pernah lihat lo sesayang ini sama cewek Nel, baru kali ini. Tandanya lo nggak main-main sama dia, cepet ambil keputusan atau keburu dia yang diambil orang."

"Bukan cuma semenjak masuk SMA, dari dulu gue juga lihat dia nggak pernah tuh sesayang ini sama cewek. Sama Aurel dulu aja justru gue lihatnya sayang antara adik juga sahabat, nggak lebih dari itu."

"Gue nggak mau bikin dia nangis lagi, gue nggak mau ketawanya kehapus." ucap Danel membuat kedua temannya mengusap wajah kasar.

"Gini sob, lo tenangin diri dulu deh, lo pikir mana yang terbaik, setelah lo ambil keputusan lo harus tanggung jawab juga."

"Bener kata Farel, tumben lo pinter. Intinya kalau lo emang belum yakin ngelepas dia, ya kejer. Tapi kalau lo ngerasa dengan lo ngelepas bisa bikin dia bahagia, ya udah diem tapi ya jangan nyesel di akhir."

"Setuju, soalnya setau gue biasanya penyesalan tuh diakhir, kalau yang diawal namanya pendaftaran." ucap Farel membuat Rino terkekeh pelan.

"Masih bingung?" tanya Rino membuat Danel mengangguk dan menghembuskan nafas berat.

"Siapa cewek lo Nel?"

"Key."

"Aseekkk, padahal udah mantan. Itu tandanya lo cinta sama dia, seseorang yang ada di pikiran kita dalam keadaan apapun itu berarti orang yang kita sayang."

"Kalau saran gue, kejar dia lagi Nel, sebelum telat." ucap Rino membuat Farel mengangguk setuju.

"Lagian lo aneh deh, dulu pas sama Aurel lo nggak direstui sama papanya terus tuh cewek juga selingkuh. Lha sekarang? lo direstuin iya, dia setia juga iya, lo nyaman apalagi. Masih ada yang perlu di raguin?"

"Gue ragu, gue takut suatu saat gue gagal lagi buat bahagiain dia kayak kemarin, endingnya malah dia nangis. Gue nggak mau."

"Yaelahhh, kalau kebanyakan takut kapan nyampeknya, yang ada lo diemmm aja di tempat kayak tikus abis kelindes mobil."

"Tai."

"Lo yang tai, jadi cowok labil banget kayak timbangan digoyangin." ucap Farel memukul kepala Danel dengan gulungan kertas yang tadi dia bawa entah untuk apa.

Gue harus gimana astaga?

***

Cassie yang baru saja selesai latihan dengan para penampil lain memilih duduk di dekat kipas angin aula sambil memainkan ponsel. Ia terdiam menatap kontak Danel yang masih saja berada di urutan paling atas. Kontak yang sama, dengan orang yang sama, dan perasaan yang sama juga.

"Bengong mulu, kenapa sih?"

Gadis itu mendongak dan menatap sekilas Andy yang saat ini ikut duduk di samping Cassie sambil memainkan gitar.

"Nggak papa."

"Kebiasaan cewek kalau bilang nggak papa itu justru pasti ada apa-apa."

"Sok tau banget."

"Yee ngeyel, dibilangin ketua osis kok nggak percaya."

"Songong amat sih lu kak!!" sewot  Cassie mendorong lengan cowok itu membuatnya sedikit terhuyung sambil tertawa.

"Permisi neng, boleh nyanyi sebentar nggak?"

"Nggak."

"Terimakasih." ucap Andy mulai memetik gitar membuat Cassie menatap sebal ke arah cowok itu sambil menutup kedua telinganya.

Lebih baik kita usai disini

Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hatiii

Bukannya aku mudah menyerah

Tapi bijaksana

Mengerti kapan harus berhenti

Ku kan menunggu

Tapi tak selamanyaaaa.

Andy menghentikan petikannya dan menatap Cassie yang saat ini sedang terdiam dengan pandangan kosong. Entah kenapa tiba-tiba dia mengingat sosok itu, sosok yang mungkin saat ini sedang memikirkan orang lain, yang jelas bukan dia. Tidak mungkin.

"Baperan banget sih, cuma lagu woe."

"Sumpah ya lo nyebelin!!" ucap Cassie bangkit mengambil tasnya dan keluar dari aula untuk menuju kelas.

Di tengah jalan langkahnya berhenti ketika melihat Danel bersama dengan kedua temannya sedang berjalan menuju kantin. Kedua mata itu kembali bertemu dengan tatapan sendu, seolah ada sesuatu yang sulit untuk diungkap dari dalam sana. Meski kata ingin keluar nyatanya kedua bibir itu terkatup rapat dan tidak menimbulkan suara apa-apa. Hampa, seperti hati keduanya saat ini.

"Hai Ca." sapa Rino membuat lamunan Cassie buyar.

Ia menoleh ke arah Rino dan tersenyum singkat ke arah cowok itu membuat Danel ingin sekali memeluknya. Prinsipnya sudah bulat, biarkan dia bahagia dengan orang yang pantas membuatnya bahagia.

"Lo abis darimana Ca?"

"Aula, latihan."

"Latihan?" tanya Farel mengerutkan alis membuat Cassie tersenyum lagi.

"Ada kejutan pokoknya, udah ya gue mau balik kelas dulu."

"Nggak mau ke kantin bareng?"

Gadis itu menggeleng lalu melangkah perlahan melewati mereka dengan tatapan lurus ke depan, meski hatinya saat ini hancur karena mengingat kejadian semalam, ia tetap bertekad untuk membangun benteng pertahanan di dalam sana agar tidak rubuh ketika melihat kembali wajah itu.

"Kayak orang nggak kenal aja."

"Kenalan lagi gih sana, abis itu deketin lagi, jadian lagi, tapi jangan putus lagi."

"Bacot lo!!" ucap Danel berjalan meninggalkan mereka menuju kantin membuat Farel melongo tidak terima.

"Woe, sepupu sendiri nih."

Padahal di belakang sana Cassie masih mampu mendengar percakapan mereka. Seperti inikah rasanya menjadi sosok yang ditinggalkan?

Harus bertatapan dalam status yang berbeda, saling tersenyum meski melukai hati, dan seolah tidak peduli meski hati begitu ingin mengerti. Susah ketika harus melihat orang yang kita sayang dengan tatapan biasa saja, berlaku tegar di depannya seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal faktanya, ada hati yang mengatakan rindu, ada tatapan yang menyuruh kembali, dan ada tangan yang berniat menggenggam agar tidak pergi lagi. Namun semua hanyalah sebatas 'keinginan' hati, tidak ada dukungan dari logika dan gerakan. Semua hanya sebatas ingin dan angan.

Apakah semua kisah yang berubah harus merubah peran kedua tokoh utama pula? sebenernya tidak, namun keduanya mungkin masih takut jika pedulinya justru menganggu. Jika kehadirannya justru membuat ragu, dan takut bila keadaan 'selalu adanya' justru kembali membuatnya terluka. Jadi mungkin mereka memang harus berjeda untuk sementara ini.

Sulit? jelas sulit memang ketika harus berusaha berubah menjadi sosok yang lain. Sosok yang harus mundur perlahan demi menghindari luka bagi siapa saja. Mungkin memang sudah takdir bahwa tidak semua kisah cinta di dunia ini mirip dengan novel atau film romance yang sering ia tonton. Cerita nyata itu beda, tidak bisa ditebak dan tidak pernah bisa direncana kapan akan bersemi dan berakhir begitu saja.

Untuk saat ini gadis itu masih berusaha menerima bahwa mungkin kali ini cerita cintanyalah yang harus berakhir dengan kata 'selesai'. Meski mustahil melupakan, setidaknya niat awal untuk merelakan harus ada jika tidak ingin terus berkutat pada lubang yang sama. Suram, kelam, dan menyakitkan. Karena pada nyatanya, tidak semua masa lalu akan terasa mengenaskan ketika kita sudah belajar ikhlas dan merelakan.

Kita tidak ingin terus menjadi manusia miris kan?

"Gue sayang sama lo Nel." -Key

💕 Hai semuanya 😭 selamat hari kamis yang miris. Baca terus cerita ini ya gaes, jangan lupa votment nya. Terimakasih semuanya, dan maaf banget kalau banyak typo bertebaran, see you in next part. 😘

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

9.4M 307K 23
Kevano Angkasa Wijaya, cowok blasteran indo-spanyol, pemilik sekolah SMA Dharma Bangsa, ketua OSIS paling galak. Sifatnya dingin kayak es batu, ekspr...
1.5M 173K 65
TERBIT DI YOUTH PUBLISHING [TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESUKAAN KAMU] "𝐊𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐮 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐬𝐚? 𝐃...
28.6M 1.3M 74
(Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan) "Berandal - berandal gini gue juga masih punya hati kok dek." Bagaimana respon kalian jika men...
6.5M 264K 45
‼️REPOST AND REVISI‼️ Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan...