DANEL's

By setiase

2.1M 124K 6.6K

CERITA SUDAH DITERBITKAN!!! di @gloriouspublisher16 Kamu mau ngasih tau aku nggak gimana cara mahamin pikiran... More

INFO TOKOH!!!
(1) Murid Baru
(2) Gojek
(3) Cemburu
(4) Gue takut
(5) Boleh?
(6) Cuma Satu
(7) Sakit
(8) Sumpah?
(9) Makasih
(10) Khawatir
(11) Senyum
(12) Peduli
(13) Dia?
(15) Lo sukses
(16) Jeda
(17) Sebatas
(18) Masih nggak?
(19) Hujan
(20) Kita?
(21) 'Temen'
(22) Detak
(23) Pergi
(24) Sebelum pagi
(25) Lupa
(26) Maksudnya?
INFO!!!!
HAIIIII!!!
DANEL's coming soon
PO DANEL's

(14) Takut

51.8K 3.6K 220
By setiase

Gue takut disaat gue bangun besok pagi, orang yang gue sayang udah balik ke masa lalunya.

-Key

"Aurel balik, dia ada disini."

.

.

.

.

Hening, kedua orang di hadapannya terdiam memandang datar Danel dengan rahang mengeras. Farel yang biasanya paling gila diantara mereka saat itu mengusap kasar wajahnya dan menatap serius ke arah Danel yang saat ini sedang terdiam.

"Terus kenapa lo bingung? Aurel balik lo juga mau balik sama dia?" tanya Farel yang dari nada suaranya sudah terdengar tidak terima.

"Nel, gue sadarin ke lo sebelum telat, Aurel itu masa lalu, sekarang lo udah punya Cassie."

"Gue tau."

"Gue itu sepupu lo sob, meski kadang gue gila, gue juga tau siapa yang pantes buat lo." ucap Farel menepuk pelan pundak Danel membuat cowok itu menoleh ke arahnya dengan pandangan lurus.

"Lupain dia seutuhnya Nel."

"Udah."

"Yakin tuh kata-kata nggak cuma omongan di mulut doang?"

"Gue harap beneran udah sepenuhnya, Nel."

Danel yang sudah selesai latihan sejak beberapa menit yang lalu masih tetap duduk di tribun sambil memegangi botol mineral yang dia pegang dengan pandangan kosong. Farel dan Rino memilih pulang terlebih dulu karena ada urusan masing-masing dan sengaja meninggalkan Danel sendirian agar cowok itu sedikit tenang.

"Cukup." ucapnya mengacak rambut pelan dan menyambar tas hitamnya menuju parkiran.

Bermaksud untuk tidak lagi mengingat gadis itu tapi justru takdir memilih bermain-main dengannya saat ini. Benar juga kata orang, memang kadang takdir suka bercanda.

Di depan gerbang sekolah dia melihat gadis itu sedang digoda oleh tukang ojek yang sering mangkal di dekat halte bus samping sekolahannya. Karena merasa bahwa inilah tugasnya sebagai seorang cowok, Danel turun dari motor dan memukul 2 orang itu hingga meminta ampun.

"Sorry Nel, gue nggak tau kalau cewek ini temen lo."

"Lain kali nggak usah gangguin cewek sekolah gue lagi."

"Iya." ucap salah satu dari tukang ojek tadi dan segera menaiki motornya untuk pergi dari tempat itu menghampiri Danel.

Danel yang melihat gadis itu meringkuk ketakutan di kursi halte memutuskan untuk menghampirinya dan menyerahkan jaket merah milik Aurel yang tadi sempat terjatuh.

"Lo udah aman." ucapnya menyerahkan benda itu membuat Aurel mendongak dan menerima jaket pemberian Danel.

"Makasih Nel."

Danel mengangguk kemudian berjalan meninggalkan gadis itu menuju motornya. Menyalakan mesin kemudian menjalankan motor hitam itu ke arah depan halte.

.

.

.

.

"Gue anter lo sampai rumah."

***

Sejak tadi pulang dari mall, Maudy mengamati gadis itu masih saja terdiam sambil beberapa kali melirik layar ponselnya. Meski baru kenal beberapa bulan, tapi Maudy sudah paham karakteristik gadis itu. Dan hari ini entah kenapa ia merasa ada perbedaan yang ditunjukkan Cassie meski terkadang ia masih sempat tersenyum atau terkekeh.

Seperti saat ini, Maudy melirik lagi ke arah gadis di sebelahnya yang terdiam menatap kosong ke arah layar televisi. Karena merasa jengah harus terus menerus melihat perubahan Cassie, ia mematikan televisi dan menoleh ke arah gadis itu dengan pandangan serius.

"Jujur, lo kenapa?"

Hening, Cassie hanya terdiam dan membalas tatapan Maudy dengan pandangan bertanya.

"Gue? nggak papa tuh, kenapa sih?"

"Gue tau ya lo itu bohong, lo kenapa sih Ca?"

"Nggak tau, nggak enak aja rasanya."

"Alasannya?"

Cassie menggeleng dan melirik ke arah ponselnya yang berdering menampilkan sebuah nama yang sejak tadi dia tunggu.

"Kamu dimana?"

"Rumahnya Maudy."

"Belum pulang? aku jemput ya."

"Nggak usah, aku bisa dijemput supir kok, nanti kamu capek."

"Diem disitu, aku udah diatas motor mau kesana."

Setelah sambungan mati, gadis itu memasukkan ponsel ke dalam tasnya dan mulai mengenakan jaket biru milik Danel yang tadi sempat diberikannya saat dia pulang sekolah.

"Danel mau kesini?" tanya Maudy membuat Cassie mengangguk dan menghembuskan nafasny lagi.

"Dy."

Maudy yang awalnya membuka aplikasi line di ponselnya langsung menoleh sambil mematikan benda itu dan meletakkannya di atas sofa.

"Lo pernah nggak sih sedang menjalin hubungan sama orang baru tapi orang lama lo itu tiba-tiba datang?"

"Maksudnya mantan?"

Cassie mengangguk membuat gadis itu mengucir rambutnya dan menatap Cassie dengan alis mengerut sedang berfikir.

"Nggak cuma mantan sih, intinya orang yang istimewa di masa lalu lo."

"Ooo, kalau gue sih ya, dulu gue pernah menjalin hubungan sebatas 'dekat' sama seseorang. Tapi ternyata di tengah jalan, mantannya dulu balik lagi dan pas banget dia belum move on sepenuhnya sama tuh cewek, ya pada akhirnya gue ditinggalin gitu aja. Tapi nggak papa sih, untungnya gue selalu damai damai aja sama semua mantan gue."

"Rino?"

Maudy yang mendengar pertanyaan Cassie membungkam mulut gadis itu dengan tatapan tajam.

"Jangan bilang siapa-siapa." ancamnya membuat Cassie terkekeh dan kembali bertanya.

"Waktu lo tau dia belum move on sepenuhnya lo gimana?"

"Mmm, gue sih nggak menuntut dia untuk move on ya, itu hak dia sebagai cowok. Tugas gue cuma mencintai dia semampu gue dan nunggu ketegasan dari dia, entah nanti gue jadi sosok yang dipertahankan atau justru menjadi bagian yang pada akhirnya ditinggalkan."

"Lo nggak sakit?"

"Sakit sih, tapi ya gimana lagi, perasaan seseorang nggak bisa dipaksain kan Ca? kalau dia memang suka sama masa lalunya, gue yang orang baru bisa apa?"

"Tapi lo dulu sayang banget kan sama dia?"

"Iya, tapi gue sadar diri sih, karena setau gue meski seseorang itu udah move on, pasti masih ada setitik rasa yang bikin dia rindu sama masa lalunya. Waktu itu gue sempet takut banget kalau akhirnya dia sadar gue cuma sekedar tempat singgah, dan see? gue memang cuma sebatas tempat singgah pada waktu itu."

"Gue kok sedih sih denger cerita lo." ucap Cassie mengusap air mata palsunya membuat Maudy menatapnya sebal.

"Sekarang gini deh ya gambarannya, terkadang rumah baru yang lebih nyaman bakalan beda sama rumah lama yang sederhana. Apalagi kalau rumah baru itu nggak senyaman rumah lama, pasti ada rasa pengen balik disaat rumah lama itu ada lagi."

"Iya juga sih."

"Emang gitu, karena sejujurnya emang susah kalau mertahanin orang yang masih belum bisa sepenuhnya ngelepasin masa lalu, tapi tergantung juga sih. Btw, kok tumben lo nanya gitu?"

"Nggak papa sih, gue cuma.."

Ting Tong

Kedua orang itu menoleh dan saling pandang menerka siapa yang datang. Danel?

"Kayaknya dia udah dateng. Gue pulang dulu ya Dy."

"Hati-hati ya, bentar lagi langsung tidur aja, lo bakal nemu kebahagiaan disana." ucapnya terkekeh membuat Cassie mengangguk sambil berjalan menuju pintu depan.

"Gue takut disaat gue bangun besok pagi, orang yang gue cintai udah kembali mencintai masa lalunya."

Di depan pintu, Danel tersenyum menatap Cassie yang baru keluar dari dalam rumah Maudy dengan senyum mengembang. Tanpa alasan, ia menghambur memeluk erat tubuh Danel yang saat ini terlihat kebingungan mendapat sambutan tiba-tiba dari pacarnya. Namun sedetik kemudian, akhirnya ia tersenyum dan membalas pelukan Cassie sambil memejamkan mata.

"Semoga pikiran gue salah, semoga bau parfum yang beda ini bau parfumnya Farel atau temen basket lo yang lain."

"Tumben manja banget?"

"Nggak papa, lagi pengen meluk aja."

"Mau pulang kapan?"

"Sekarang aja."

Danel mengangguk melepas pelukannya dan menggandeng tangan gadis itu menuju motor. Saat di kursi boncengan ia terdiam dan menatap lurus tas milik Danel yang sedikit terbuka. Jaket merah?

"Key? nggak mau pegangan? ngejengkang sakit lo ya."

"Eh? iya."

Gadis itu tersenyum mengangguk dan memeluk pinggang Danel dari belakang. Selama perjalanan, kedua orang tersebut sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Cassie dengan perasaan takutnya dan Danel dengan pikirannya tentang kejadian beberapa jam yang lalu.

"Makasih ya Nel." ucapnya sambil tersenyum membuat Danel mengangguk.

"Nel."

Cowok itu membatalkan niatnya untuk menyalakan mesin dan kembali menoleh ke arah Aurel yang saat ini sedang menunduk.

"Maafin gue, maafin orang tua gue, maaf buat semuanya, intinya gue minta maaf."

"Nggak papa, udah berlalu juga."

"Maaf gue dateng dan ngusik kehidupan lo lagi." ucapnya memandang Danel dengan perasaan bersalah.

"Takdir mungkin."

Gadis itu masih terdiam memandang Danel lurus membuat cowok itu terkekeh dan mengacak pelan rambut coklat gelap milik Aurel.

"Apa sih Nel? berantakan kan jadinya?"

"Abisnya lo ngelihatin gue gitu, gamon baru tau rasa lo."

"Percaya yang udah punya pacar."

"Ya jelas lah, nggak kayak lo sendiri terus."

"Songong." ucap Aurel memandang sinis ke arah Danel membuat cowok itu menggeleng pelan.

Ada sedikit rasa lega bisa kembali menghapus dendam yang sempat membuat mereka dulu salah paham dan memilih untuk tidak mengenal satu sama lain. Mungkin ini sudah saatnya Danel berdamai dengan hatinya, melupakan luka masa lalu, dan membuka lembaran baru yang lebih baik.

"Gue pulang."

"Nel?"

"Apa?"

"Boleh gue minta peluk lo sekali aja?"

Danel terdiam mendengar permintaan itu. Ada sedikit rasa tertegun melihat Aurel kembali menatap kedua matanya dengan pandangan yang sama persis seperti ketika dulu mereka bersama. Hanya sedikit, tenang saja.

"Sorry Nel, gue nggak bermaks.."

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, bibir Aurel terkatup rapat ketika Danel tiba-tiba menarik pergelengan tangannya hingga membuat tubuh mungil itu menabrak dada bidang yang sejak dulu dia rindukan.

Pelukan yang sudah lama ia inginkan sejak terakhir mereka bertemu. Sejak Danel menatapnya dingin dan sejak kalimat perpisahan itu muncul begitu saja dari mulutnya karena suatu alasan. Sejak saat itu sampai sekarang, Aurel masih tetap menunggu pelukan yang sama dari orang yang sama pula. Ia rindu.

"Pelukan teman lama." ucap Danel membuat Aurel mengangguk sambil tersenyum samar dan melepas pelukannya sebelum memberikan jaket merah yang tadi dia pakai.

"Pakai aja, itu punya kakak gue kok jadi pas kalau dipake cowok. Daripada lo masuk angin karena cuma pake baju basket."

Danel tersenyum mengangguk lalu pamit untuk pergi meninggalkan rumah baru Aurel. Sekarang tugasnya adalah menjemput Cassie yang entah masih ada dimana. Fokusnya sudah berubah, kini titik perhatiannya hanya harus mengarah pada satu orang. Untuk itu, dia harus berusaha. Pasti bisa kan?

"Danellllll awasssss."

Tersadar dari lamunan, cowok itu langsung mengerem motornya ketika sadar di depannya ada angkot yang tiba-tiba berhenti untuk menjemput penumpang. Kedua orang itu terdiam mengatur nafas masing-masing dan menghembuskan nafas lega ketika Danel belum terlambat mengeluarkan refleksnya.

"Maaf ya, kamu nggak papa kan?" tanya Danel turun dari motor dan mengamati wajah Cassie yang masih terlihat syok.

"Kita masih hidup kan?"

"Udah di pemakaman."

"Sembarangan aja kalau ngomong."

"Ya abis kamu tanyanya gitu. Tenang aja, nggak sampek nabrak kok."

Gadis itu menghembuskan nafas lagi dan menatap tajam Danel yang saat ini malah cengengesan.

"Lagian kamu mikirin apa sih sampek nggak sadar kalau mobil di depan udah mau berhenti?"

"Kamu."

"Nggak lucu."

"Emang lagi nggak ngelucu." ucap Danel menarik pelan hidung gadis itu dan kembali menaiki motornya menuju ke rumah Cassie.

***

Disisi lain, gadis itu kembali tersenyum mengamati foto seorang gadis berambut gelap dan cowok tinggi rambut pirang yang sedang merangkul bahunya. Entah kenapa sulit untuk bisa lepas dari cowok itu, bahkan hanya sekedar untuk melupakan dia masih saja tidak sanggup sampai saat ini.

Dari yang awalnya menjadi penyebab senyum harus berubah menjadi sebatas penikmat senyum. Dari yang awalnya menjadi sosok istimewa harus menjadi sosok kenangan yang sudah terkubur dalam. Dari yang awalnya menjadi pengisi hari harus berubah menjadi pengunjung hari, hanya sementara dan tidak berkesan.

Bahkan mimpi buruk gadis itu tentang Danel yang telah menemukan cintanya yang lain pun akhirnya terwujud juga. Sosok yang ia rindukan, yang dia harapkan bisa kembali kepadanya ternyata sedang berlari jauh di depan sana dengan menggandeng sang pujaan hati.

Benar kata pepatah, perasaan bisa berubah kapan saja seiring dengan berjalannya waktu, seiring dengan perkenalan bersama orang baru, serta seiring dengan masa lalu yang semakin layu. Benar kan? Danelnya yang dulu ia lukai telah menemukan pengobat luka yang membuat posisinya tak lagi berarti.

Semuanya udah beda kan?

Tanpa sadar gadis itu cepat-cepat menghapus buliran bening dari matanya yang mengalir. Tersenyum perlahan kemudian menoleh ke arah ponselnya yang saat ini sedang bergetar menampilkan deretan nomor asing yang tidak dikenalnya.

"Halo?"

"Aurel?"

Gadis itu terdiam, ragu dengan daya ingatnya dan memutuskan untuk mengeluarkan suara meski ada sesuatu yang membuat tenggorokannya tercekat.

.

.

.

.

.

"Danel?"

💕 Yoo selamat malam semuanya. Maaf kalau updatenya telat, baru senggang nih. Jangan lupa votmentnya ya, terimakasih sudah membaca dan menyuport cerita ini. Ikutin terus ya gaes, ini belum sampek puncak masalahnya. Jadiiiii ditahan dulu gregetnya, maaf kalau kurang nge feel. Semoga suka, maafin typo yang bertebaran, see you in next part. Lvyu gaes 💕👐





Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 80.6K 44
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA😃. [COMPLETED] Judul awal 'MUG~My Ugly Girl' °°° Namanya Adira Zenatha, gadis yang memiliki wajah sederhana tapi, entah k...
28.6M 1.3M 74
(Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan) "Berandal - berandal gini gue juga masih punya hati kok dek." Bagaimana respon kalian jika men...
568K 40.1K 31
[HARAP SIAPKAN HATI DAN PERASAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI] BAGIAN 2 AURORA BOREALIS Pernah memiliki sebuah masa lalu yang kamu harapkan untuk jadi ma...
3.1M 5.8K 1
Lagi di revisi gais❤️❤️ Highest Rank📌 Rank #1 Fiksiremaja (11/5/20) Rank #5 Fiksiremaja (10/5/20) Blurd Punya pacar yang sweet, perhatian dan romant...