Her, Who I Love

By Ikhsaniaty

165K 19.2K 1K

- b l u e s h e a n o ' s S t o r y - # 13 in Fanfiksi (10/01/18) # 2 in saynotoporn (13/06/18) Nggak perlu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Attention, Please!
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Special Chapter : Our Story
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Info
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 - End

Chapter 20

3.3K 398 13
By Ikhsaniaty

Kim Jongin menepati janjinya untuk menemani Krystal melakukan pemotretan di sebuah perusahaan majalah terkemuka malam ini. Yah, tentu saja keinginan itu bukan datang dari dalam dirinya sendiri, melainkan dari paksaan Krystal ketika gadis itu sedang berada di ruang kerja Jongin, menunggunya sampai rapat rutinan selesai.

Dalam pandangannya, Krystal memang terlihat begitu cantik dan menawan saat berpose di depan lensa kamera. Baik produser maupun sang fotografer tampak puas dengan hasil yang didapat setelah dua jam lamanya pemotretan itu berlangsung. Tidak ada satu pun orang di dalam sana mencela penampilan Krystal, termasuk Kim Jongin sendiri.

Meski sebenarnya, Jongin tidak mengutarakannya sama sekali.

Krystal sudah mengganti pakaiannya kembali ke semula. Dengan senyuman lebar yang mengembang, ia bergegas menghampiri Kim Jongin yang duduk di sudut ruangan. Laki-laki itu terlihat sedang berbicara dengan seorang pria yang merupakan produser dari pemotretannya tadi.

"Kim Jongin!" seru Krystal riang.

"Oh, Krystal!" yang menyahut seruannya adalah sang produser.

"Ah, halo, Pak Han." Krystal menunduk singkat kepada pria itu, lalu beralih duduk di sisi lain Jongin dan merangkul lengannya. "Bagaimana penampilanku tadi. Menarik, bukan?" tanya gadis itu antusias. Yang ditanya hanya menatapnya dalam diam, lalu menghela napas panjang.

"Jongin?"

"Ya... begitulah," sahut Jongin pendek, mengangkat sebelah bahunya singkat, dan tanpa balas menatap manik mata sang gadis.

Krystal mendengus, tak begitu puas dengan jawaban calon tunangannya itu.

"Jadi, kalian akan melangsungkan pertunangan dalam beberapa waktu dekat ini, bukan?" Pak Han bersuara di antara keheningan yang mengisi dua insan muda itu. Matanya menatap Jongin dan Krystal bergantian, dan mendapat sebuah anggukan penuh semangat dari Krystal.

"Ya, tentu saja," sahutnya riang. "Anda pasti datang ke acara pertunangan kami, kan?"

"Oh, tentu." Pak Han tertawa ringan. "Baiklah, selamat untuk kalian berdua."

"Terima kasih." Lagi-lagi, Krystal yang berbicara. Jongin memilih untuk bungkam saja, dan membiarkan Krystal menjawab segala hal yang berhubungan dengan acara pertunangannya itu.

*****

Acara pemotretan itu akhirnya selesai. Jongin dan Krystal baru saja keluar dari lift yang mengantar mereka sampai ke area basement, tempat di mana Jongin memarkirkan mobilnya.

Begitu mereka memasuki mobil Hyundai itu, Krystal bersuara, "Jongin, apa kita tidak akan pergi makan malam dulu?"

Jongin menoleh sesaat kepadanya sambil memasang sabuk pengaman. "Tidak," sahutnya enggan.

"Ayolah, kita makan malam, ya? Kau tahu, aku sama sekali belum mengisi perutku karena takut pakaian yang aku kenakan tadi tidak muat." Krystal berujar setengah merajuk. Ia bahkan tak segan menunjukkan ekspresi serupa anjing kecil yang ingin dimanja oleh pemiliknya.

Mendengarnya, Jongin mendesah panjang. Inikah kehidupan seorang model? Merelakan perutnya yang meraung kelaparan begitu saja agara pakaian yang akan dikenakannya terlihat pas di tubuhnya?

Oh, benar-benar...

"Baiklah." Pada akhirnya, Jongin menyetujui permintaan Krystal. Ia bergegas menekan pedal gas mobilnya, meninggalkan area basement, diiringi tawa ringan Krystal yang mengudara.

*****

"Kau menyukai makanannya?" Sehun bertanya setelah Eunhee memasukkan suapan pertamanya.

Eunhee mengalihkan pandangannya dari makanan di piringnya kepada Sehun. Manik matanya berbinar. Dan tak lama setelahnya, gadis itu tersenyum puas. "Ya, aku sangat menyukainya. Ini sangat enak," puji Eunhee senang.

Sebenarnya, malam ini Eunhee malas pergi ke mana-mana. Ia ingin langsung beristirahat, mempersiapkan tenaganya untuk bekerja di esok hari.

Eunhee bahkan sudah merebahkan dirinya di atas tempat tidur, sampai akhirnya, Sehun datang dan mengacaukan semua rencananya itu.

"Temani aku makan malam." Perkataan itu terlontar, dengan nada yang terkesan memaksa. Hal itu pun membuat Eunhee tidak bisa menolak, dan membiarkan dirinya pasrah dibawa oleh Sehun ke salah satu restoran terbaik di kota Seoul.

Tetapi, setelah makanan lezat ini masuk ke mulutnya, Eunhee tidak menyesalinya. Semua rasa kesalnya menghilang entah ke mana ketika ia mencicipi makanannya pertama kali.

"Lain kali, aku akan memasakkan makanan ini untukmu," kata Sehun, dengan kedua tangan sibuk memotong stik di piringnya.

"Kau bilang apa?" tanya Eunhee, berusaha meyakinkan pendengarannya.

Sehun tersenyum. "Kau pasti akan merasa jatuh cinta lebih dalam lagi."

Kalimat laki-laki itu terdengar ambigu.

"Jatuh... cinta?" Eunhee bertanya ragu.

"Mm-hmm. Jatuh cinta kepada masakanku, tentunya." Sehun mendongak, dan melihat ada seberkas rona merah muda menghiasi kedua pipi gadis di hadapannya. "Oh, pipimu merah!" serunya. "Kenapa... oh, aku yakin, kau pasti berpikiran bahwa maksud jatuh cinta di sini adalah... jatuh cinta kepadaku?"

"A-apa?" Eunhee tampak gelagapan. Ditatapnya Sehun tajam, namun terkesan ragu. Entahlah. Sepertinya Eunhee tidak ingin terlihat seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan milik majikannya. "Apa yang kaukatakan, huh? Aku tidak bermaksud seperti itu!"

"Mengaku saja." Sehun tertawa puas. "Sejak dulu, kau tidak pernah pandai berbohong padaku, Park Eunhee," kata Sehun, semakin memojokkan gadis itu.

"Kau tahu, Sehun? Aku menyesal, telah bersedia menemanimu makan malam." Gadis itu mendengus, memalingkan wajahnya sebal, membuat tawa Sehun semakin pecah.

"Baiklah, maafkan aku." Sisa-sisa tawanya masih terdengar. "Ayo lanjutkan malam malammu, setelah ini kita pulang. Bukankah kau harus segera beristirahat?"

Eunhee kembali menatap laki-laki itu dan menggeram kesal. Dia ingin mengomentari ucapan itu dengan perkataan kasar, tetapi Eunhee berusaha menahannya. Tidak. Ia tidak boleh bersikap kasar di depan umum seperti ini. Dan juga, meskipun Sehun adalah sahabatnya, Eunhee masih tetap berpikir bahwa laki-laki itu adalah seorang presdir perusahaan.

Mereka kembali menikmati makan malamnya sembari diisi oleh obrolan ringan. Sampai tak lama setelahnya, mereka berdua mendengar seseorang memanggil dengan nada setengah terkejut.

Mereka sontak menoleh ke sumber suara. Mendapati sosok Jongin, berdiri di samping Sehun dan menatap mereka berdua bergantian dengan mata membelalak lebar, sementara gadis yang saat ini tengah bergelayut manja di lengan kanannya, turut menatap Sehun sambil tersenyum manis. Tetapi, senyuman itu sirna perlahan pada detik dirinya saling bersitatap dengan sosok gadis yang duduk bersama Sehun.

Krystal tidak bersuara. Otaknya sibuk berpikir mengenai siapa sosok gadis yang sampai sekarang masih menatapnya dengan mata melebar. Kalau tidak salah, Krystal pernah melihatnya, tapi di mana?

Dan, barulah, di saat Krystal sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, gadis itu menggumam dalam hati,

Bukankah gadis ini... adalah gadis yang ada di dalam foto itu?

Air muka Krystal mendadak berubah. Dan, gadis yang sedang ditatapnya pun merasa jantungnya berdebar begitu kencang.

"Kau hendak makan malam di sini juga?" tanya Sehun, membuka pembicaraan.

Jongin ingin menyahut, tetapi ia kalah cepat dengan Krystal. "Ya, kami ingin makan malam di sini. Mm... bagaimana kalau kami duduk di sini juga, bersama kalian?"

*****

Jongin dan Krystal sudah mendapat makanan yang dipesan. Keempatnya menikmati makan malam sambil diselingi percakapan ringan yang terkadang bisa menimbulkan tawa kecil.

Sesekali, Krystal mengalihkan pandangan pada Eunhee yang duduk tepat di sampingnya. Gadis itu terlihat tidak bersemangat menghabiskan makanannya, dan lebih banyak diam daripada ikut mengobrol.

Eunhee tentu sadar penuh, kalau dirinya sedang menjadi objek perhatian gadis di sampingnya. Lantas, ia memilih bersikap tak acuh. Bertingkah seakan ia tidak pernah tahu kalau Krystal terus menatapnya.

"Jadi, namamu adalah Park Eunhee?" tanya Krystal, memancing agar Eunhee mau berbicara dengannya.

Gadis berambut cokelat sebahu itu akhirnya menoleh dan bersitatap dengan Krystal. Raut wajahnya tidak terbaca, tetapi sebisa mungkin Eunhee bersikap biasa saja.

"Ya." Tadi, setelah Krystal dan Jongin memesan makanannya, dia dan gadis itu memang sempat berkenalan secara singkat. Selebihnya, mereka tidak berbicara lagi.

Jongin memberikan tatapan keheranan kepada dua orang gadis di hadapannya. Ia merasa ada yang ganjil dengan nada bicara Krystal. Terdengar ramah, namun memberikan kesan misterius di dalamnya.

Krystal mengangguk. "Jadi... kau mengenal Jongin juga?"

Ah, sepertinya Eunhee lupa mengenalkan dirinya, bahwa dia bekerja menjadi seorang sekretaris di perusahaan K.J Group milik Kim Jongin, mantan kekasihnya itu.

"Dia sekretaris di perusahaanku," sahut Jongin, mengalihkan tatapan setengah mengintimidasi Krystal untuk Eunhee. Jongin tidak suka ketika Krystal menatap Eunhee seperti itu.

"Begitukah?" gumam Krystal, seperti tidak yakin. Jika dia memang sekretarismu, kenapa fotonya ada di ruanganmu? tambahnya dalam hati.

Apa mungkin... tidak, tidak. Krystal segera menghentikan pemikiran negatifnya itu.

"Mm," gumam Jongin, membenarkan.

Sehun menatap Krystal dan Jongin bergantian, dan pandangannya berakhir pada Eunhee yang mulai terlihat cemas. Agaknya, gadis itu tak nyaman dengan situasi yang dialaminya sekarang.

"Saya memang sekretaris di perusahaan presdir Kim, Krystal," sahut Eunhee, menggunakan bahasa formal.

Krystal terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. "Sudah berapa lama kau bekerja di sana?" tanyanya, dengan nada yang terkesan ramah, namun... entahlah. Eunhee seakan tak bisa menangkap nada ramah gadis itu.

Eunhee menghentikan gerakan tangannya yang tengah memotong daging sapi di piringnya, kemudian menghela napas pendek, hendak membalas namun tersela oleh ucapan Sehun.

"Eunhee sudah cukup lama bekerja di perusahaan K.J Group, Nona Krystal." Sehun memberinya senyuman samar. "Kalau kau berpikir, Eunhee akan membuat perusahaan mengalami kejadian yang tidak diinginkan, seperti menyusutnya pemasukan keuangan, atau adanya komplain lain dari pihak perusahaan yang hendak bekerja sama, kau tidak perlu mengkhawatirkannya."

Penjelasan panjang lebar Sehun, membuat Krystal membungkam. Krystal jelas tidak mengetahui bagaimana berjalannya sebuah perusahaan. Dan, Krystal sungguh tidak membutuhkan penjelasan itu sedikit pun.

Gadis bersurai panjang itu hanya menanggapi ucapan Sehun dengan senyuman seadanya, sementara Jongin memilih diam, menikmati makan malamnya tanpa berniat untuk mengikuti pembicaraan itu.

Mendengar pembelaan tak langsung yang diutarakan Sehun, membuat rasa hangat menjalari dadanya. Eunhee tidak bisa menahan diri untuk menunjukkan senyum terima kasihnya kepada Sehun, tanpa sepengetahuan Krystal dan Jongin.

"Begitu, rupanya," sahut Krystal, cukup lega. "Maaf jika aku pertanyaanku terasa mengganggumu. Aku hanya... yah, merasa kalau kau dan Jongin memiliki suatu hubungan..."

"Krystal." Jongin memperingati Krystal agar tidak berbicara lebih banyak lagi, lewat tatapan matanya yang tajam.

"Ya... ya, aku tahu. Aku sudah kelewatan. Maafkan aku." Krystal mengembuskan napas kesal.

Di sisi lain, Eunhee masih bisa merasakan tatapan menusuk dari gadis itu.

"Uhm, maaf. Saya ingin ke toilet sebentar." Eunhee pamit, membungkukkan badannya singkat sebelum beranjak dari tempatnya untuk bertanya kepada pramusaji di sana, di mana toiletnya berada.

Sepeninggal gadis itu, Krystal tampak memikirkan sesuatu, dan ia turut pamit untuk pergi ke toilet, menyusul Eunhee. Meninggalkan dua pemuda tampan itu di sana dengan keadaan canggung yang mulai terasa.

*****

Eunhee baru saja selesai dengan urusannya di toilet. Kali ini gadis itu sedang sibuk mencuci tangannya di wastafel yang terletak di depan beberapa pintu toilet wanita yang ditutup. Sambil mencuci tangannya, Eunhee memerhatikan penampilannya di cermin wastafel seraya mengembuskan napas panjang.

Malam ini terasa panjang sekali untuk dilewati, ketika tanpa diduga, Jongin dan Krystal turut bergabung untuk makan malam bersama dengannya dan Sehun. Meski tekad gadis itu sudah bulat untuk melupakan Jongin, nyatanya, ia masih tetap merasakan sakit yang menjalari dadanya, meski tidak sesakit sebelumnya.

Apakah ini karena kehadiran Sehun? Oh, Ya Tuhan! Apa yang sedang ia pikirkan?

"Makan malam yang menyenangkan." suara Krystal membaur bersama suara gemericik air keran wastafel yang bersentuhan dengan kedua tangan Eunhee. Gadis bersurai sebahu itu sontak menoleh kepada Krystal yang berdiri di sisinya, turut mencuci tangannya tanpa menatap Eunhee. "Bukankah begitu, Eunhee?"

"Oh? Eng... ya," Eunhee tersenyum kikuk, "makan malam yang menyenangkan," lanjut gadis itu, setengah menggumam.

Eunhee tidak ingin berlama-lama di sini bersama Krystal. Setelah ia selesai mencuci tangan, ia lekas melangkah untuk keluar, tetapi suara Krystal menahannya.

"Park Eunhee."

Eunhee menghentikan langkahnya di ambang pintu toilet yang sepi. Hanya ada mereka saja yang mengisi.

Lambat laun, Eunhee memutar tubuhnya ke arah Krystal yang tengah menyandarkan sisi tubuhnya ke wastafel. Gadis itu menatapnya lurus-lurus seraya melipat kedua tangan di depan dada.

"Aku benar-benar ingin mengetahui satu hal yang pasti darimu," kata gadis itu datar.

Eunhee tetap bungkam.

"Apa kau... sungguh tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Kim Jongin, selain karena kau adalah seorang sekretaris di perusahaannya?" tanya Krystal, memulai pembicaraan yang sedari tadi ingin ia katakan.

Oh, apa lagi sekarang? batin Eunhee geram.

Eunhee menghela napas. "Ya," sahutnya pendek. "Memangnya, hubungan apa yang kautakutkan terjadi di antara kami?"

Krystal menunjukkan ekspresi masam. Ia tidak menyukai pertanyaan yang terlontar dari bibir gadis itu.

"Kau tentu tahu, apa yang aku takutkan tentang hubunganmu dengan calon tunanganku," tekannya di dua kata terakhir.

Dan, tanpa sadar, Eunhee tersenyum miring. "Kau tenang saja, Krystal. Aku tidak memiliki hubungan lebih dari sekadar seorang sekretaris bagi Kim Jongin."

Krystal masih menatapnya masam.

Eunhee pun akhirnya pergi meninggalkannya dalam situasi tegang yang masih mencuat.

*****

"Aku benar-benar tidak percaya." Eunhee mendesahkan napas sekeras-kerasnya, seakan emosi sudah berhasil menguasai penuh dadanya.

Sehun mengalihkan pandangannya sejenak dari jalan yang dilalui mobilnya, kepada Eunhee. "Maksudmu?"

Eunhee turut menatapnya sekilas. "Krystal. Dia... aku tidak menyukainya."

"Hm?"

"Aku tidak menyukai Krystal Jung," tegas Eunhee jengah, seraya memijat pelipisnya yang terasa berkedut.

Sehun berusaha menahan tawa ketika ia memerhatikan roman yang tercetak di wajah sang gadis. "Kenapa? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

"Ya!" balas Eunhee, berapi-api. "Saat di toilet tadi, dia malah menanyakan apa hubunganku yang sebenarnya dengan Kim Jongin. Padahal, sudah jelas kau telah menjelaskan kepadanya secara panjang lebar. Ugh, aku sungguh muak!"

Sehun tertawa singkat. "Sepertinya, kau sangat marah besar."

"Memangnya siapa yang tidak akan marah ketika seseorang terus menanyakan hal yang sudah ia ketahui jawabannya? Kau pikir..." Eunhee merasa kedua matanya memanas seketika. Ia memalingkan wajahnya ke kaca mobil di sampingnya, agar Sehun tidak tahu bahwa ia sedang berusaha menahan tangisan.

Rasa sakit itu kembali hadir.

Dan, Eunhee tak kuasa menahannya.

Kenapa ia harus bertemu dengan mereka berdua? Kenapa ia harus bertemu dengan Krystal?

Beruntung mobil Sehun sudah sampai di depan flat Eunhee. Laki-laki itu menoleh, dan mendapati bahu gadis di sampingnya bergetar.

"Hei, Park Eunhee, kau baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban.

"Park Eunhee?"

"Uh... ya, aku baik-baik saja." Eunhee segera menyeka lelehan air matanya, lalu membalas tatapan Sehun. "Terima kasih sudah mengantarku," katanya, tersenyum kecil.

Eunhee keluar dari mobil, begitu pun Sehun yang hendak mengantarnya sampai ke pintu.

"Kau tidak perlu mengantarku..."

"Tidak apa-apa," sela Sehun cepat.

Sehun melihat adanya jejak air mata di kedua pipi Eunhee. Dan, entah dorongan dari mana, Sehun menarik tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya, lalu mengusap kepalanya lembut.

Eunhee mulai merasakan darahnya berdesir cepat. Membuat tubuhnya menghangat cepat dan... membuatnya merasa nyaman.

Bahu Eunhee kembali bergetar, disusul suara samar isakan tangis yang teredam di dada Sehun yang bidang. Rasa-rasanya, ia sudah tidak bisa lagi menutupi kesedihan yang selama ini dipendamnya.

"Oh Sehun..." Eunhee mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang laki-laki itu. "Aku... aku masih bisa merasakan sakit itu..."

Sehun diam, mendengarkan suara parau sang gadis.

"Aku... sudah berusaha menekan rasa sakit ini ketika aku melihat Jongin bersama Krystal. Tetapi, tetap saja... rasa sakit itu timbul dan... membuat dadaku sesak."

Sehun beralih mengusap bahu Eunhee, dan ia merasakan gadis itu semakin memeluknya erat.

"Apa yang harus aku lakukan, Sehun?"

"...."

"Aku tidak ingin..."

"Park Eunhee..."

Ucapan Sehun membuat Eunhee refleks menghentikan kalimatnya. Dari nadanya berbicara, sepertinya hal yang ingin dikatakan Sehun cukup serius.

Sehun mengembuskan napas gusar, memejamkan matanya sejenak dan berkata, "Kau tenang saja, aku akan selalu ada untukmu. Aku akan selalu ada di saat kau merasa sedih dan terpuruk seperti ini. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," katanya sungguh-sungguh.

Eunhee terhenyak. Ucapan lembut yang Sehun tujukan untuknya, menyebabkan kerja jantungnya meningkat drastis. Eunhee tersenyum haru dalam dekapan laki-laki itu, lantas mengangguk, mengiakan ucapannya.

"Terima kasih, Sehun," bisik Eunhee lemah.

Sehun tidak menjawab. Ia hanya mengusap bahu Eunhee, menyalurkan ketenangan yang ia punya, seraya batinnya terus saja mengulang kalimat yang tidak ia lontarkan, karena situasinya yang kurang tepat.

Aku melakukan semua ini karena... aku mencintaimu, Park Eunhee. Aku mencintaimu.

----------

Terima kasih sudah membaca, apalagi memberikan vote & comment-nya x)

Continue Reading

You'll Also Like

413K 42.1K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
75.8K 11.7K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
15.6K 2.7K 43
[COMPLETED] Takdir yang berpihak pada harapan Na Jaemin membuat Cho Jaemin di kehidupan selanjutnya benar-benar berada di tengah-tengah keluarga Kyuh...
105K 9.7K 46
"Kamu gak perlu putus dari pacarmu meskipun nikah sama saya, dan saya juga gak akan putus dari pacar saya." "Kita buat perjanjian untuk ngelakuin sem...