Can We Have More Night? - Won...

By authorscoupstu

5.8K 369 140

Wonwoo yang tidak mengerti apapun dan Junhui yang suka melakukan hubungan one night stand. Jika Junhui sudah... More

Part 1 of 3: Mysterious Boy with Introvert Boy
Part 3 of 3 (1): Cantonese Congee
Part 3 of 3 (2): Unbreakable Wall
END
Part 3 of 3 (3): Sun and Ice Ending

Part 2 of 3: Swimming Fool

1.1K 78 27
By authorscoupstu

Wonwoo melihat langit yang cerah dengan matahari yang berada di atas kepalanya. Tiupan angin kering yang membuat tubuhnya semakin kepanasan mengingatkannya bahwa Korea sudah memasuki musim panas dan ini sudah setahun setelah kejadian itu. Dia menghela napas pendek saat menemukan dirinya yang pergi meninggalkan Jun sendirian tanpa mengatakan apapun.

Dia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang kecil dan terus memikirkan apa yang sudah dilakukannya saat itu, sentuhan-sentuhan, ciuman dan suara Jun yang masih sangat jelas dia ingat di benaknya.

"Oppa!" pekik perempuan itu dari luar kamar dan Wonwoo tersadar dari lamunannya, "Kenapa Somi-ah?"

Wonwoo membuka pintunya dan mendapati wajah adiknya yang cemberut itu, "Aku sudah memanggil oppa selama 10 menit, ada apa denganmu?"

"Maaf... aku tidak mendengarnya," dan Somi mendengus pelan.

"Bisakah kau mengantarku ke kolam renang? Aku harus latihan untuk kejuaraan," gumamnya dan Wonwoo melupakan berita bagus yang dikabarkan oleh adiknya sebulan yang lalu.

"Ah, baiklah... tunggu sebentar," gumam Wonwoo dan dia mengganti pakaiannya. Jeans berwarna navy dengan kaos lengan panjang berwarna putih sudah cocok dengannya. Untuk apa dia berdandan terlalu heboh jika pada akhirnya dia cuma mengantar adik kesayangannya ke kolam renang.

"Oppa, kau tau pelatihku itu?" tanya Somi saat mereka menuju ke tempat latihannya.

"Oh, yang tua itu?" Somi menggelengkan kepalanya, "Pelatih baru kami sangat tampan dan semua anak perempuan di sana sangat menyukainya!"

"Jeon Somi... kau tau aku akan membuat orang itu melangkahiku dulu jika dia menyukaimu oke?"

Somi hanya tertawa mendengarnya, "Tentu saja harus begitu! Kalau begitu untuk apa kau menjadi oppaku?"

Wonwoo tersenyum kecil dan mengusap kepala Somi, "Baiklah kalau begitu, aku akan pulang setelah mengantarmu oke?"

"Oppa! Temani aku untuk hari ini!" rengek Somi dan menunjukkan aegyo miliknya.

"Ayolah Somi-ah, biasanya kau tidak pernah menyuruhku untuk menunggumu," dan Somi menggelengkan kepalanya, "Aku ingin memperlihatkan sudah sampai mana aku latihan. Ayolah sekali ini saja! Lagi pula oppa tidak berkerja bukan?"

"Sekali ini saja?" Somi menganggukan kepalanya dan Wonwoo menghela napas.



Pria dingin itu duduk di kursi yang sudah disediakan di tepi kolam renang itu. Matanya tidak menerawang kemana-mana, hanya berfokus kepada smartphone miliknya. Tidak peduli dengan teriakan anak perempuan, Wonwoo masih sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Somi menghampiri Wonwoo dengan pakaian renang miliknya, "Oppa! Lihatlah pelatihku! Dia sangat tampan!"

Dengan malas pria dingin itu mengalihkan tatapannya dan kedua mata mereka bertemu. Tubuh Wonwoo membeku melihatnya dan orang itu memandanginya dengan tatapan yang sama. Dengan cepat Jun mengalihkan tatapannya dan Wonwoo hanya memandanginya.

"Dia sangat tampan bukan?" tanya Somi dan Wonwoo menjawabnya, "Sangat..."

Adik perempuannya menatapnya dengan tatapan heran, tidak pernah menyangka bahwa oppa-nya dapat memuji orang juga. Namun perempuan itu hanya menghela napas pendek, mengambil topi renang miliknya dan memasuki kolam itu. Pria itu hanya memandangi adik perempuannya yang sedang berenang dan diawasi oleh Jun. Wonwoo melihat punggungnya sekilas dan menyadari bahwa ada bekas cakaran yang tidak terlalu jelas wujudnya.

"Apa dia melakukannya bersama dengan orang lain?"

Wonwoo tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Matanya hanya memandangi Somi ―lebih tepatnya pelatih renang adiknya itu, dia tidak memandangi adiknya sama sekali- mengingat bahwa orang itu mengatakan bahwa dia memilih one night stand dan Wonwoo merasakan ada sesuatu yang aneh sejak itu.

"Wonwoo... oppa?" tanya perempuan yang dikenal olehnya, Kim Doyeon.

"Ah ya Doyeon-ah? Bagaimana kabarmu?" dan perempuan itu tertawa,"Bersemangat seperti biasanya, apakah kau akan datang ke pertandingan Somi?"

"Tentu saja aku akan pergi, jika tidak dia akan mengabaikanku selama setahun."

Doyeon tertawa dan tidak lama kemudian datang beberapa perempuan yang merupakan teman Somi juga. Tidak lama kemudian tempat duduk di samping kolam itu ramai tanpa ada alasan. Semuanya mengerubunginya entah karena dia adalah oppa-nya Somi atau karena ketampanannya.

"Oppa! Kau sangat tampan!"

"Bolehkah aku meminta ID KaTalk-mu?"

"Apakah kau sudah memiliki kekasih?"

Sontak pria dingin itu kebingungan antara memilih untuk menjawab dan menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu. Wonwoo tidak menyangka bahwa perempuan akan seperti ini karena semasa SMA-nya dia hanyalah pria culun dengan kacamata.

"Hei... apa kalian merasa sudah selesai latihan?" tanya suara pria itu dan semuanya mengalihkan tatapannya dari Wonwoo.

"Jun saem!" pekik salah satu perempuan itu.

"Jika kalian merasa sudah selesai, maka seharusnya kalian mandi sekarang," ucap Jun dan semua muridnya meninggalkan mereka berdua. Untuk pertama kalinya, mereka kembali bertemu di tempat yang lain. Wonwoo hanya dapat memandangi Jun yang tidak mengalihkan pandangannya sama sekali setelah kerumunan itu meninggalkan mereka berdua. Dapat terdengar detak jantung Wonwoo yang naik turun, menandakan dia sedang gugup.

"Wonwoo-ssi?"

"Y― ya?" Jun mengambil posisi duduk di sebelah Wonwoo.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya dan menatap Wonwoo dengan intens. Pria introvert itu memilih untuk tidak menatap Jun langsung ke matanya, "... seperti yang kau lihat."

"Baguslah kalau begitu... kalau begitu aku juga," jawabnya lalu terkekeh pelan. Wonwoo menatap pria itu heran, "Lalu bagaimana dengan punggungmu itu?"

"Oh ini?"

"Apakah kau melakukannya dengan orang lain?"

"Ya?"

"... tidak lupakan saja," dan Wonwoo menatap rambut basah pria itu, berserta dengan tubuhnya yang topless, kembali mengingat bahwa dia pernah melihat Jun dalam keadaan seperti itu.

"Aku tidak melakukannya dengan orang lain selama setahun belakangan ini," gumam Jun seketika dan seakan-akan Jun hanya berpura-pura tidak mendengarkan apa yang sudah ditanyakan oleh pria introvert itu.

Jun menatap Wonwoo yang menatapnya kebingungan, "Mungkin ini sedikit terlambat... namaku Wen Junhui."

"Kau orang Cina?" tanya Wonwoo dan Jun menganggukan kepalanya.

Keheningan kembali menemani mereka dan Jun mencoba untuk membuka pembicaraan diantara mereka berdua, "Wonwoo―"

"Untuk kejadian malam itu... bukankah itu one night?" tanya Wonwoo perlahan dan memotong kalimat Junhui.

Terjadi keheningan yang cukup panjang diantara mereka berdua. Entah apa yang sudah menyetrum Wonwoo untuk megataka hal itu dan secara langsung dia mengangkat masa lalunya sendiri yang tidak terlalu keren baginya, atau dirinya ingin mendapatkan kejelasan dari kejadian itu.

Jun menghela napas pendek, "Jika itu adalah one night, lalu kenapa kau datang untuk menemuiku?"

"Aku tidak mengatakan aku menemuimu!" elak pria dingin itu dengan ekspresi datarnya namun seketika wajahnya sedikit memerah saat melihat senyuman Jun.

"Jeon Wonwoo..."

"Y― ya?"

"Aku memang suka melakukan hubungan itu tapi―"

"Oppa!" pekik Somi yang sudah menenteng tas sport miliknya.

"Somi-ah?" dan perempuan itu menarik tangan Wonwoo agar segera bangkit.

"Aku sudah mau pulang dan aku sangat lapar! Belikan aku hamburger oke?" ucap perempuan itu dengan penuh semangat. Pria itu hanya tersenyum kecil dan mengusap kepalanya, "Aku berjanji."

"Ah kami pergi dulu. Sampai jumpa Jun ssaem!"

"Ya, dan jangan lupa jaga kesehatanmu!" balas Jun dengan cepat.



Wonwoo menatap kalender dindingnya saat dia membaca berkas-berkas dari kantornya itu. Dia terkantuk-kantuk dan sesekali menguap dengan lebar. Pria dingin itu berniat untuk mengambil kopi di dapur dan meminumnya sedikit. Smartphone miliknya berdering sekilas saat dia akan keluar dari kamarnya. Sekilas dia membaca pesan masuk dan matanya melebar begitu saja. Rasa kantuknya hilang begitu saja, otaknya tidak dapat memikirkan hal lainnya.

Wen Junhui : Wonwoo?

Jeon Wonwoo : Kau mendapatkan ID KaTalk-ku dari mana?

Wen Junhui : Somi yang memberikannya

Wen Junhui : Aku yang memintanya oke?

Jeon Wonwoo : Kenapa kau memintanya?

Wen Junhui : ...

Wen Junhui : Untuk memastikan bahwa kau sudah tertidur

Jeon Wonwoo : Jangan bercanda denganku, lagi pula jam tidurku bukan urusanmu

Wen Junhui : Aku hanya ingin menambahkan kontakmu, itu saja

Jeon Wonwoo : Dengan mengirimkan pesan?

Wen Junhui : Um... ya

Jeon Wonwoo : Baiklah kalau begitu

Wen Junhui : Bisakah kau menemaniku besok?

Jeon Wonwoo : Kau lupa aku memiliki pekerjaan?

Wen Junhui : Bagaimana aku dapat mengetahuinya jika kita berdua belum mengenal lebih jauh satu sama lain?

Satu pukulan telak untuk Jeon Wonwoo karena perkataan Junhui yang to the point sekaligus mencoba pendekatan dengannya. Pria itu menghela napas pendek dan sebelum dia membalasnya, pesan-pesan baru sudah bermunculan di layar smartphone itu.

Wen Junhui : Aku hanya ingin kau menemaniku sebentar saja

Jeon Wonwoo : Akan kupikirkan nanti

Wen Junhui : Ya atau tidak?

Jun tersenyum kecil sambil menunggu Wonwoo untuk membalas pesannya. Namun dapat terlihat Wonwoo hanya membaca pesan darinya dan dia menekan tombol dial seketika. Tidak sampai sekian detik kemudian, telepon itu diangkat.

"H― halo?"

Dia tersenyum kecil, membayangkan pria itu mencoba mengatasi keterkejutannya, "Lalu bagaimana dengan tawaranku?"

"Bisakah kau membiarkanku untuk memikirkannya?"

"Tidak sama sekali Wonwoo-ya, kau harus tau satu hal... aku adalah orang yang tidak sabaran."

"... berikan aku waktu tiga detik."

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..."

"Aku harus mengantar Somi pulang ke rumah setelah latihan."

"Kau ini oppa-nya atau bukan? Kudengar besok Somi akan pergi dengan teman-temannya."

"Somi tidak memberitahuku..."

"Aku mendengarnya dari Doyeon."

"Kau yakin akan sebentar saja?"

"Tentu saja... aku masih harus mengerjakan hal yang lain, jadi tidak perlu lama-lama."

"... baiklah dan jangan―"

"Ini sudah hampir tengah malam, tidurlah dan good night." pria itu mengakhiri panggilan singkat mereka dan sepertinya dia tidak tau dengan Wonwoo yang sudah salah tingkah karenanya.



Wonwoo melihat jam di pergelangan tangannya itu, pukul lima sore dan pria yang memiliki janji dengannya tidak muncul di hadapannya. Suasana di depan gedung itu tidak ramai, hanya beberapa orang yang berlalu-lalang di depannya.

Seseorang menepuk pundaknya dan dia menoleh dengan sedikit kesal, "Ada apa Tuan Wen? Kenapa kau lama sekali?"

Jun hanya menatapnya dengan sedikit terkejut, "Aku hanya mandi tadi..."

"Dan membiarkan diriku berdiri hampir setengah jam?" Jun tersenyum melihatnya, "Ayolah... akan kulakukan sesuatu sebagai permintaan maaf."

"Dengan kecupan?" tanya Jun dengan santai dan Wonwoo meninggalkannya begitu saja. Pria itu meraih tangan Wonwoo saat dia berjalan mendekati mobilnya.

"Kau tidak perlu menaiki mobilmu."

"Lalu?" tanyanya terheran-heran. Jun membawanya berjalan menuju belokan lain dan menatapnya, "Sesekali kau harus berpetualang dengan santai!"

Pria itu kemudian membawa Wonwoo ke sebuah warung yang sedikit sepi, hanya ada kakek berserta dengan kucing peliharannya yang duduk santai sambil menunggu orang yang akan datang membeli minuman dan camilan dingin di musim panas itu. Jun memilih es krim dan minuman isotonik dingin lalu menawarkannya ke Wonwoo. Mereka bedua duduk di bangku yang berada tidak jauh dari warung itu. Terdapat pepohonan hijau berada di belakang mereka dan melindungi siapa pun yang duduk di sana.

"Untukku?" tanya Wonwoo da Jun menganggukan kepalanya dengan singkat. Junhui tersenyum saat melihat pria introvert itu menerima minumannya tanpa basa basi.

"Apa?" tanya Wonwoo risih karena tatapan yang diberikan olehnya.

"Kukira kau akan menolaknya..."

"Minuman ini? Apa aku harus menolak pemberian orang lain? Aku bukan orang yang seperti itu juga," ucap Wonwoo dan meneguk minuman itu. Junhui terus menatapnya dengan intens dan Wonwoo tidak tahan dengan tatapan yang diberikan oleh pria itu, "Apakah tidak ada yang dapat kau lakukan selain menatap orang terus-menerus?"

"Wonwoo... kau seperti..." kalimatnya terputus dan dia tersenyum, "Serigala..."

"Junhui-ssi, aku tidak tau bahwa kau memiliki topik pembicaraan yang sangat membosankan." ucap Wonwoo ketika melihat pria itu masih tersenyum kepadanya, tersenyum hangat. Perlahan debaran jantung Wonwoo meningkat secara tidak karuan dan Junhui menipiskan jarak mereka hingga kedua bahu mereka bersentuhan. Junhui mempelajari ekspresi wajah Wonwoo yang tetap saja datar, namun wajahnya sedikit memerah.

Wonwoo tidak tahan dengan apa yang dilakukan oleh Junhui dan dia membuka mulutnya,"Jun? Apakah kau dapat berhenti untuk menatapku? Aku tidak suka..."

"Maaf jika tatapanku menganggumu karena aku tidak dapat berhenti menatapmu karena kau seperti... amaryllis." ungkap Junhui lalu tertawa kecil.

"Amary―llis?"

"Itu adalah nama bunga, Wonwoo. Bunga itu bermakna kesombongan." Wonwoo menatapnya dengan tatapan tajam, "Baiklah, aku mengakui bahwa aku adalah orang yang sombong..."

"Tapi bukan itu yang kumaksud Wonwoo-ah," balas Junhui lalu melanjutkannya, "Makna bunga di setiap negara itu berbeda, itu adalah makna yang dipakai oleh orang barat, sedangkan orang Jepang memaknainya dengan hal yang lain."

Jeon Wonwoo adalah seorang yang pemalu.

Junhui mencoba untuk meraih telapak tangan Wonwoo, menggengamnya lalu menatapnya, "Apa yang sudah kau lakukan selama setahun belakangan ini?"

"Um... aku... hanya bekerja." jawabnya dengan gugup karena tidak mungkin ia akan menjawab bahwa dia masih memikirkan kejadian di malam itu dan sesosok Jun yang amat misterius baginya. Junhui mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan ke telinga Wonwoo, "Aku ingin mengetahui lebih banyak tentangmu... apa yang kau sukai, apa yang tidak kau sukai, apa saja yang pernah terjadi di dalam hidupmu dan yang paling penting, apa yang terjadi selama setahun belakangan ini..."

Wonwoo membulatkan matanya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Junhui karena pria dingin itu juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi di antara mereka berdua di malam itu, apa yang sudah Junhui lakukan kepadanya sehingga ia dapat memikirkan pria tampan itu selama setahun belakangan ini. Namun Wonwoo melihat Junhui yang terdiam dengan wajahnya yang mungkin sama merahnya dengan Wonwoo dan itu sedikit mengejutkan pria introvert itu.

Mereka bedua terdiam, hingga Junhui melepaskan genggamannya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wonwoo dan Junhui melihat sesuatu yang baru dari diri mereka masing-masing. Wonwoo yang aslinya pemalu dan Junhui yang hatinya yang masih seperti anak remaja. Wonwoo tidak akan menyangka akan banyak hal yang terjadi di hidupnya karena dia hanyalah seseorang yang pendiam, tidak peduli dengan apa pun.

Dari semua hal yang terjadi, sepertinya dia mulai memperhatikan sesosok Wen Junhui.

Namun ia masih terikat dengan masa lalu mereka dan mereka seharusnya tidak dipertemukan kembali karena semuanya adalah one night stand.

"Hei..." Junhui berbisik di telinga Wonwoo dan membuatnya merasakan semuanya menjadi panas. Mungkin saat itu adalah saat yang paling panas selama musim panasnya tahun ini. Wonwoo masih ingat dengan aura yang mendominasinya dan dia menutup kedua matanya, menyerahkan kendali kepada pria itu sekali lagi.

Namun langit sepertinya berkata lain, tetesan-tetesan air menjatuhi kepala mereka berdua dan saat itu juga langit sudah terlihat gelap. Mereka berhenti dan melihat hujan yang sudah turun semakin deras.

"Hujan? Kurasa ramalan cuaca hari ini sangat tidak tepat." Gumam Junhui dan memandangi Wonwoo.

"Kau punya payung?" tanya Wonwoo dan Jun menggelengkan kepalanya. Junhui dengan cepat melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada Wonwoo.

"Ini, pakailah dan kembali ke mobilmu," perintah Junhui dan berlari meninggalkan Wonwoo di tengah hujan.

"Wen Junhui!" pekik Wonwoo dan dia hanya melihat pria itu pergi dengan tas berada di atas kepalanya.



Wonwoo terheran-heran dengan tingkah seorang Wen Junhui. Bukankah dia akan terlalu bodoh, berlari hujan-hujanan begitu dan meninggalkan Wonwoo kembali ke mobilnya. Padahal Wonwoo dapat meminjam payung kepada kakek di warung itu dan berjalan menuju ke mobilnya lalu mengantar Junhui pulang ke rumahnya.

Matanya lalu tidak sengaja tertuju ke jaket yang sudah dipinjamkan oleh pria itu, jaket itu masih digantung olehnya di kamar dan dia meraih jaket itu, meletakannya ke keranjang cucian lalu membawanya ke mesin cuci.

"Oppa..." panggil Somi setelah pria dingin itu menekan tombol mulai di mesin cuci.

"Kau mengejutkanku..." gumam Wonwoo pelan.

"Tumben sekali kau mencuci pakaian pada malam hari." gumamnya dan Wonwoo menggelengkan kepalanya, "Hanya kebetulan saja..."

"Kau tidak akan mencuci pakaianmu karena kau kadang akan lupa dengan pakaianmu, itu akan membuatnya bau jika kau membiarkannya semalaman..." ucap perempuan itu dan menyadarkan Wonwoo satu hal.

"Ah ya, aku mencari oppa karena kau harus menjemputku setelah latihan renang, oke?"

"Baiklah... aku akan menjemputmu besok dan ini sudah cukup malam, tidurlah..."

"Aku tidak bisa tidur, Kook-ie oppa sibuk bernyanyi dengan keras di kamar..."

"Katakan kepadanya, aku akan ke kamarnya dan membuatnya kulitnya menjadi sampul buku favoritku jika dia masih mau mencoba melatih vokalnya." Kalimatnya terdengar sangat menyeramkan dan Somi mengangguk dengan cepat, dia berjalan kembali ke arah kamarnya dan Jungkook. Wonwoo memandangi mesin cuci itu sekilas setelah adiknya menghilang.

Sepertinya aku harus memasang timer.



Pria itu sampai di tempat latihan Somi lebih cepat dari yang dibayangkan olehnya. Sepulang kerja dia menancap mobilnya lebih cepat dari yang biasanya dan sampai 45 menit sebelum waktu pulang Somi. Pria dingin itu duduk diam di tempat duduknya, melihat murid-murid perempuan yang pergi untuk mengganti pakaian mereka dan meninggalkan tempat itu karena latihan mereka sudah selesai. Hanya tas kertas yang berisi jaket Junhui menemaninya. Tidak lupa matanya menyorot seorang Wen Junhui dan adiknya itu.

"Oppa!" pekik Somi di tengah kolam itu dan Wonwoo mengadahkan kepalanya, "Aku akan latihan sedikit lebih lama," lanjutnya dengan tersenyum lebar.

Pria itu tersenyum kecil melihat bertapa semangatnya adik perempuannya itu, "Baiklah, aku akan menunggumu hingga kau selesai."

Somi mengangguk dengan cepat lalu kembali fokus ke latihannya. Matanya lalu menyorot pelatih renang itu, pelatih yang tetap memamerkan punggung lebarnya dan mempunyai sedikit daya tarik menurut Wonwoo. Dia tidak ingin mengakuinya tetapi Wen Junhui memiliki sedikit daya tarik, sedikit, dan tolong garis bawahi kata 'sedikit'. Namun ketika Junhui mengalihkan tatapannya ke Wonwoo dan dia melihat sosok pria itu sedang memandanginya, dia tersenyum kepadanya. Itu membuat pria dingin itu mengalihkan perhatiannya.

"Jeon Somi!" pekik Junhui saat keluar dari kolam itu. Hanya tersisa mereka bertiga di tempat itu.

"Apakah kau akan melakukan beberapa putaran lagi?"

"Iya! Aku akan bangkit setelah tiga putaran lagi!" pekik Somi di tengah kolam itu dan kemudian mulai berenang lagi. Junhui berjalan menuju ke tempat di mana Wonwoo duduk dan itu membuatnya sedikit canggung. Pria itu duduk di sebelah Wonwoo dengan napas yang sedikit berat dan memburu.

"Hei..." sapa Junhui dan Wonwoo mengangkat kepalanya, "Ya?"

"Junhui―"

"Wonwoo―"

Keduanya berbicara bersamaan dan Junhui tertawa kecil setelah itu, "Kau saja yang duluan..."

"Ini... jaketmu," ucap Wonwoo pelan dan memberikan tas kertas itu ke Junhui.

"Terima kasih..."

"Terima kasih..."

Dua kata yang keluar serentak melalui mulut mereka dan itu membuat Junhui tersenyum kecil melihat Wonwoo yang menundukkan kepalanya. Tekanan itu kembali muncul di antara mereka berdua dan pria itu mencoba untuk mengangkat kepala Wonwoo.

"Oppa!" pekik Somi yang berada di tengah kolam membuat mereka berdua mengalihkan perhatian mereka. Keduanya membulatkan mata saat melihat Somi yang panik di tengah-tengah kolam dan meminta pertolongan.

"Junhui-ssi!" pekik Wonwoo dan mengalihkan perhatiannya ke pelatih renang yang masih terdiam itu, keringat menyucur di dahinya dan napasnya yang sangat berat. Pria dingin itu menggigit bagian bawah bibirnya pelan dan meninggalkan smartphone beserta barang-barang penting miliknya.

Wonwoo memasuki kolam itu, mencoba berenang secepat mungkin untuk membawa Somi ke tepi kolam renang itu. Junhui pun tidak diam dan kemudian membawa handuk dan air mineral untuk diberikan kepada Somi. Wonwoo membawa tubuh Somi ke tepi kolam dan mencoba untuk merebahkan tubuh adiknya itu di lantai.

Wonwoo dengan segera keluar dari kolam itu dan memandangi perempuan yang sibuk mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Tidak lupa Junhui melilitkan handuk di punggung perempuan itu.

"Kau kelelahan Somi-ah, kenapa kau memaksakan dirimu?" tanya Junhui dengan nada khawatir.

Wonwoo mengusap punggungnya pelan, "Oppa tidak memaksamu untuk latihan dan jangan terlalu menekan dirimu..."

Somi menggelengkan kepalanya, "Maafkan aku... kukira aku tidak akan apa-apa jika aku latihan lebih lama."

"Tidak, itu akan membuatmu kelelahan, syukurlah kau tidak apa-apa," gumam Wonwoo.

"Kau sudah bekerja keras Jeon Somi, lain kali jangan terlalu memaksakan dirimu," ucap Junhui sambil mengusap kepalanya pelan sementara Wonwoo mengambil smartphone miliknya di kursi tempatnya duduk.

"Jeon Jungkook..."

"Ya! Karenamu aku kalah bermain game!"

"Aku akan menghancurkan smartphone-mu kalau begitu jika kau tidak melaksanakan perintahku," gumam Wonwoo dingin.

"Tidak! Aku masih menyukai karakter game-ku! Apa sekarang?"

"Bawa baju ganti untukku ke tempat latihan Somi sekarang juga."

"Apa? Sekarang?"

"Ya." dan pria introvert itu memutuskan panggilan. Dia berbalik menatap Somi dan Junhui, "Somi-ah? Kau sudah tidak apa-apa? Jika iya maka bersiap-siaplah untuk pulang."

"Lalu bagaimana dengan Oppa?"

"Aku menyuruh Jungkook membawakan baju untukku," gumamnya dan melihat kemeja dan celana panjangnya yang basah. Tatapannya lalu beralih ke pria yang diam saja sejak awal, "Bagaimana denganmu Junhui-ssi?"

Dia mengangkat kepalanya dan melihat Junhui yang masih terdiam, "Um... aku? Sepertinya aku akan mengganti pakaianku dulu."

Wonwoo hanya memandangi Junhui yang berjalan meninggalkannya sendiri di sana. Pria dingin itu lalu menghela napas pendek melihat keanehan yang terjadi kepada pelatih renang itu dan dia sedikit kesal ketika melihat pria itu membeku saat Somi meminta bantuan.

"Hyung! Aku datang!" pekik Jungkook setelah sampai ke kolam renang itu dan terkejut melihat kondisi Wonwoo.

"Hyung! Apakah kau tadi didorong orang masuk ke kolam?" tanya Jungkook shock dan Wonwoo membalasnya, "Aku akan menceritakannya nanti oke?"

Pria itu mengambil barang yang sudah dipesan kepada adik laki-lakinya itu dan dia memasuki ruang ganti pria. Seketika dia gugup mengingat dia akan mengganti pakaiannya di hadapan Junhui. Tapi bukankah Junhui sudah pernah melihat tubuhnya dengan jelas dan bahkan menandainya. Sepertinya Wonwoo akan gila jika mengingat hal itu. Dia memasuki ruang ganti dengan perlahan dan mendapati bahwa seseorang sedang menggunakan shower. Untuk pertama kalinya dia bernapas lega seperti ada sesuatu yang membuatnya panik sebelumnya.

Pria dingin itu dengan segera mengganti pakaiannya dan kemudian mengeringkan rambutnya yang masih cukup basah. Dengan hoodie berwarna merah dan celana panjang berwarna hitam menutupi tubuhnya itu. Dia mengeringkan kepalanya dan mendapati Junhui yang tinggal memakai baju bagian atasnya saja.

"Oh Wonwoo?"

"Kau sudah selesai mandi Junhui-ssi?"

Junhui menganggukan kepalanya dan dengan perlahan dia berjalan menuju ke loker penyimpanan barang miliknya. Tempat penyimpanan miliknya berada di sebelah tempat Wonwoo berdiri. Dia memandangi Wonwoo terlebih dahulu sebelum mengambil barangnya keluar. Junhui saat ini masih topless dan mencoba untuk memakai pakaiannya namun yang ia lakukan sekarang malah memandangi pria yang pernah tidur dengannya.

"Wonwoo-ya..." panggilnya dengan tatapan mata yang cukup intens.

"Y― ya?"

Junhui menggelengkan kepalanya, "Maafkan aku karena tidak menolong Somi tadi..."

"O― oh tidak apa-apa―" Junhui mencengkram lengan pria dingin itu cukup kuat.

"Junhui?" tanya Wonwoo dan semuanya terjadi dengan cepat, pria itu meletakkan dagunya di pundak Wonwoo.

"Maaf..." ucapnya dan pria itu merasakan hangatnya deru napas Junhui dan tangannya. Tidak lupa dengan keringat yang bercucuran di dahinya.

"Junhui-ssi..." ucap Wonwoo dan kemudian mendorong pelan tubuh Junhui. Tanpa ragu ia meletakkan tangannya di dahi Junhui.

"Panas sekali..." ucap Wonwoo dan Junhui mencoba untuk meraih pakaiannya, namun kondisi tubuhnya cukup lemah. Dengan cepat Wonwoo mengeluarkan baju yang ada di tempat penyimpanan Junhui dan memakaikannya. Dan tidak lupa juga dengan jaket yang Wonwoo kembalikan tadinya.

Wonwoo melihat kondisi Junhui yang semakin tidak stabil dan berniat membawanya kembali ke tempat tinggal Junhui. Pria itu cukup kuat untuk membawa Junhui di punggungnya. Wonwoo melakukannya dan keluar dari ruang ganti. Dia dapat melihat kedua adiknya yang terkejut melihatnya.

"Jungkook-ah, kalian berdua pulang saja dulu, aku akan mengantar Junhui kembali ke tempat tinggalnya dulu." ucapnya tanpa sempat memberikan adiknya untuk bertanya apa yang sudah terjadi.

Dia membawanya ke mobil dan dengan cepat meninggalkan tempat itu. Bahkan dia harus menelepon Jisoo untuk menanyakan di mana lokasi tempat tinggal Wen Junhui dan membuat pria blasteran itu heran kenapa seorang Jeon Wonwoo menanyakan hal itu.

"Baiklah, terima kasih Jisoo hyung." ucapnya dan memutuskan panggilan. Wonwoo melihat sekilas ke sampingnya dan melihat Junhui yang menutup kedua matanya.

"Memperhatikan orang itu ternyata sangat merepotkan."



Wonwoo merebahkan tubuh Junhui ketika sampai di kamar pelatih renang itu. Dengan segera, dia menyelimuti tubuh Junhui. Seketika ia teringat dengan kompres es dan berniat mencari di lemari es milik Junhui.

Pergerakan Wonwoo terhenti dan dia menoleh, terdapat Junhui yang melihatnya dengan tatapan memelas dan menggengam tangannya pelan, "Jangan tinggalkan aku..."

"Jangan tinggalkan aku lagi..."

Wonwoo membeku mendengarnya, namun ia melepaskan genggaman Junhui, "Aku akan mencari kompres lalu kembali secepat mungkin," ucapnya lalu berjalan cepat ke dapur Junhui. Wonwoo benar-benar merawat Junhui, memberikan kompres, sesekali mengusap keringat di dahinya dan terus berada di sampingnya seperti yang dia katakan.

Malam itu Wonwoo masih berada di sampingnya, ada sedikit rasa bersalah karena membiarkan Junhui pulang saat hujan tanpa mengenakan apa pun. Matanya tidak sengaja tertuju ke buku di atas nakas kayu milik Junhui dan dia mengambilnya. Buku itu bergambar bunga di depannya dan Wonwoo membukanya. Ia membacanya perlahan lalu melihat bunga-bunga yang pernah Wonwoo lihat namun tidak pernah ia ketahui namanya. Matanya menuju ke nama bunga yang pernah dia dengar di halaman berikutnya, amaryllis.

Pria dingin itu membaca dan mendapatkan makna bunga itu dalam bahasa Jepang, 'pemalu'. Junhui benar-benar tepat dalam menebak sifat Wonwoo melalui makna bunga dan Wonwoo memandangi pria yang tertidur dengan nyenyak itu. Wonwoo menerawang ke sekitar kamar itu dan terdapat setangkai bunga yang berada di vas dan masih segar. Dia dengan segera mencari tau nama bunga itu dan Wonwoo menemukannya tidak lama kemudian.

White Camellia yang bermakna kesempurnaan namun bermakna lain di negara Jepang itu,

Penantian.

Pria dingin itu tersenyum kecil melihat Junhui yang melihat makna bunga dari sisi yang lain. Junhui adalah orang pertama yang menyiratkan arti bunga kepadanya dan dia menyukainya.

Menyukai perlakuannya, bukan orangnya.

Namun ada seseorang yang sedang ditunggu oleh Junhui sekarang.



Jeon Wonwoo adalah orang yang pasif, sangat pasif hingga kelakuannya membuat dia seolah ada dan tidak ada. Kadang itu membuatnya menjadi tidak dianggap dan ekspresi datarnya tidak dapat mencerminkan perasaannya. Bahkan menurut Jeonghan, eskpresi senang apalagi tertawa Wonwoo dapat bernilai seharga seluruh emas dan berlian di bumi ini karena itu lebih langka dari segalanya. Jika ada seseorang yang membuat Wonwoo tersenyum dan tertawa, maka dia akan menjadi matahari-nya Wonwoo. Karena kehangatan matahari bahkan sanggup melelehkan es di Kutub Selatan. Dan karena matahari-nya Wonwoo-lah yang dapat melelehkan es Kutub Selatan Wonwoo.

Apakah Junhui akan menjadi matahari-nya?

Continue Reading

You'll Also Like

1K 137 8
Kisah cinta yang terukir secara tak sengaja antara Bara dan Finnandra. Cinta tak menuntut kesempurnaan, begitu kata Bara saat ia jatuh cinta kepada F...
10.1K 1.1K 8
A Collection of Soonhoon's Oneshoot Fanfiction. From me, Grey, to you, my beloved fellow Soonhoonist...
51.2K 1.6K 8
WARNING 🔞🔞 Seorang yeoja sekaligus fujoshi yg melakukan suatu kejahatan terhadap shipper yang sangat dia gilai.. Cast : PG a.ka Pervert Girl Soony...
629 186 23
Brazil Ending adalah sebuah delusi. Brazil Ending merupakan akhir dari sebuah situasi di mana seorang tokoh bernama Sam Lowry menarik diri ke dalam d...