DANEL's

By setiase

2.1M 124K 6.6K

CERITA SUDAH DITERBITKAN!!! di @gloriouspublisher16 Kamu mau ngasih tau aku nggak gimana cara mahamin pikiran... More

INFO TOKOH!!!
(1) Murid Baru
(2) Gojek
(4) Gue takut
(5) Boleh?
(6) Cuma Satu
(7) Sakit
(8) Sumpah?
(9) Makasih
(10) Khawatir
(11) Senyum
(12) Peduli
(13) Dia?
(14) Takut
(15) Lo sukses
(16) Jeda
(17) Sebatas
(18) Masih nggak?
(19) Hujan
(20) Kita?
(21) 'Temen'
(22) Detak
(23) Pergi
(24) Sebelum pagi
(25) Lupa
(26) Maksudnya?
INFO!!!!
HAIIIII!!!
DANEL's coming soon
PO DANEL's

(3) Cemburu

87.9K 5.4K 140
By setiase

Boleh nggak gue cemburu? -Rey

Jakarta selalu identik dengan kata macet jika jam segini. Semua orang sama-sama buru-buru menuju tempat kerja mereka masing-masing dengan berbagai jenis kendaraan yang alhasil membuat jalanan penuh dengan alat transportasi.

Bangun kesiangan, harus mengantar Gazza ke sekolah, dan terjebak macet di jalanan yang sedikit jauh dari SMA Sentra adalah hal yang seharusnya membuat siapa saja panik dan cemas. Tapi berbeda dengan Cassie, gadis itu justru sangat santai dengan posisi rebahan di jok belakang ketika Pak Asep yang bukan murid di sma itu malah cemas dan mengomel karena jalanan tak kunjung lenggang.

"Non, gimana nih? nggak jalan jalan daritadi."

"Aduh pak, jangan ngomel terus, pusing tau Caca dengerin bapak ngomel terus kayak ibuk-ibuk kos narik bayaran."

"Tapi non, non bisa telat nanti."

"Ya udah, kan tinggal dihukum, ntar juga dimasukin kelas."

"Astagaaa, nanti non dimarahin sama Tuan lo."

"Emang papa punya waktu buat marahin aku?" tanya Cassie yang saat ini bangkit dan melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 06.29, 1 menit lagi sekolahnya sudah masuk.

Pak Asep terdiam mendengar pertanyaan nonanya yang begitu mendalam. Laki-laki itu tau bahwa Cassie kesepian dengan keadaan rumahnya yang jarang ditempati kedua orang tua mereka.

"Alhamdulillah non, udah bisa jalan." ucap Pak Asep mengalihkan pembicaraan agar suasana di dalam mobil tidak lagi canggung.

Sampai di depan sekolah, Pak Asep mengklakson mobil untuk pamit pulang membuat Cassie mengangguk sambil tersenyum. Pintu gerbang sudah ditutup sejak 30 menit yang lalu membuat ia menghembuskan nafasnya siap menerima hukuman dari bu Emil.

"Telat juga?"

Cassie menoleh dan menatap datar Danel yang juga baru saja datang dengan mengendarai motor hitam kesayangannya yang menjadi awal petaka bagi Cassie di sekolah ini.

"Menurut lo?" jawab cewek itu sebal dan berjalan mendekati gerbang untuk mulai bernegosiasi dengan pak satpam.

"Pak bukain dong, tadi kejebak macet soalnya."

"Aduhh neng Caca, ini mah udah telat 30 menit atuh. Peraturannya neng Caca harus tunggu diluar sampai Bu Emil datang."

"Ayolah pak, saya belum ngerjain tugas nih."

"Bohong pak." saut Danel dari atas motor membuat Cassie menoleh dan menatapnya tajam.

"30 menit lagi mungkin Bu Emil keliling kok neng, sabar ya." jawab pak satpam membuat Cassie akhirnya pasrah dan naik ke jok belakang motor Danel tanpa izin terlebih dahulu.

"Enak aja main naik."

"Capek berdiri."

"Tapi kok nggak capek nyuekin gue?" tanya Danel membuat Cassie melirik tajam ke arahnya. Cowok ini kenapa sih?

"Baru jadi murid baru seminggu aja udah telat, gimana sih lo."

"Ya gue juga nggak pengen kali, gue kemarin malem nggak tidur, makanya tadi kesiangan."

"Salah sendiri nggak tidur, lo manusia apa kalong?"

"Terserah lo deh ya." jawabnya yang saat ini kembali melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya.

"Lo mau masuk tanpa harus dihukum nggak?"

"Gimana caranya?"

"Ikut gue." ucap cowok itu memarkir motornya di depan pos satpam dan segera berlari menarik tangan Cassie menjauh dari depan gerbang.

"Loh loh, den Danel mau kemana?"

"Kencing pak." teriak Danel membuat Cassie memandang heran cowok di depannya.

Langkah mereka berhenti di depan sebuah tembok tinggi belakang sekolah yang sudah terdapat tangga dari kayu yang menuju ke atas.

"Naik." suruh Danel membuat Cassie mundur dan menggeleng pelan.

"Gue udah pernah kayak gini, nggak mau lagi ya lutut gue lecet gara-gara suruh loncat."

"Tenang aja, lo lihat dulu nanti diatas sana itu dimana." jawab Danel yang saat ini memegangi tangga kayu itu untuk menyuruh Cassie naik.

"Ayo Key, mumpung Bu Emil belum keliling jam segini."

Cassie pun mengangguk dan menuruti perintah Danel untuk naik keatas sana. Ketika sampai diatas ia baru paham bahwa tangga tersebut mengantarnya untuk sampai di atap gudang yang bisa langsung menuju tangga usang ke arah rooftop.

"Aman kan?" tanya Danel yang baru saja sampai diatas.

"Ayo turun."

Gadis itu terdiam ketika tangannya ditarik oleh Danel menuju tangga yang seminggu lalu pernah ia naiki untuk mencari cowok itu. Sampai disana mereka berbelok menuju kelas dengan santainya. Tidak ada raut cemas dan takut diwajah keduanya, aneh kan tapi memang begitu adanya.

Sampai di dalam kelas, mereka berdua seketika menjadi pusat perhatian guru laki-laki gendut yang mengajarkan mata pelajaran sejarah kelas 11.

"Darimana aja kalian?!!" tanya guru tersebut dengan nada tinggi membuat keduanya menoleh.

"Dari rumah pak." jawab Cassie dan Danel bersamaan membuat seisi kelas bersiul ke arah mereka.

"Biasanya kalau samaan itu tandanya apaan gaes?" teriak Farel dari bangku pojok membuat Maudy mengangkat tangan.

"JODOH!!!"

Sontak seluruh kelas menyauti mereka membuat Danel justru tersenyum lebar dengan sedikit membungkuk seperti sedang mendapat penghargaan.

"Siapa suruh kalian ramai?! Danel! Caca! keluar dari kelas saya dan hormat di depan tiang bendera sekarang!"

"Sekarang pak?" tanya Cassie membuat guru laki-laki itu melotot sebal.

"Minggu depan!!" jawabnya yang justru diangguki oleh kedua anak itu sebelum mereka kembali ke bangkunya masing-masing.

"SIAPA SURUH KALIAN DUDUK? HORMAT DI LAPANGAN SEKARANG!! SAMPAI JAM ISTIRAHAT!!"

"Bukannya minggu depan pak?"

"Caca!!! siapa yang nyuruh kamu bertanya!!"

"Pak, jangan bentak calon pacar saya dong." saut Danel membuat seisi kelas semakin menjadi-jadi.

"Saya nggak mau masuk rumah sakit lagi ya Danel, sekarang kamu dan Caca cepat ke lapangan." suruh guru tersebut yang memilih duduk sambil memegangi dadanya.

"Siap pak, ayo sayang."

Cassie yang diajak Danel pun hanya terdiam dan melirik sekilas cowok itu lalu berjalan keluar mendahului Danel menuju lapangan.

Di sana mereka berdua bukannya hormat di depan bendera justru memilih untuk duduk di bawah pohon pinggir lapangan sambil menikmati angin pagi yang menyejukkan.

"Kalau setiap hari gue dihukum sama lo, lebih baik gue telat aja setiap hari."

"Gue yang nggak mau."

"Ya udah, yang penting gue mau dan tunggu aja gue bikin lo mau."

Cassie menghembuskan nafas berat dan bangkit dari rebahannya untuk menatap Danel yang saat ini sedang duduk sambil meniup permen karetnya membentuk balon.

"Mau lo apa sih?"

"Bikin lo nyaman." jawabnya menatap Cassie sambil tersenyum.

"Gue serius Danel."

"Gue lebih serius dari lo Keynand."

"Oke terserah, yang jelas gue nggak suka dan nggak bakal mempan sama gombalan receh lo itu."

"Oke terserah juga, yang jelas gue nggak pernah ngegombal selama ini."

Cassie memejamkan matanya dan menatap sebal ke arah Danel.

"Lo kenapa sih?"

"Duduk."

"Bodo amat lah Nel, capek gue ngomong sama lo."

"Malah marah, kenapa gimana sih? bikin lo nyaman? sekarang gini deh sesuatu yang bikin nyaman itu bakal susah hilangnya. Ya gue nggak mau aja kalau lo lupain gue. Gue juga nggak mau hilang dari kehidupan lo apalagi harus jadi orang asing."

"Nggak lucu."

"Karena emang pada dasarnya sayang itu bukan lelucon Key. Apalagi perjuangan, perjuangan itu bukan buat main-main. Ya terserah lo sih nganggep gue bercanda atau gimana. Yang jelas gue belum pernah seserius ini buat cari temen cewek."

"Sayangnya gue nggak percaya."

"Oke, gue bakal bikin lo percaya." jawab Danel menoleh ketika Cassie bangkit berdiri sambil membersihkan roknya.

"Lo mau kemana?"

"Udah istirahat, laper, mau makan." ucap gadis itu segera berjalan menjauh dari Danel yang saat ini justru memilih rebahan di bawah pohon tersebut.

"Cacaaaa."

Gadis itu menoleh ketika Maudy berlari kearahnya sambil membawa ponsel dan botol minuman.

"Lo diapain aja sama Danel? lo nggak papa kan?" tanyanya membuat Cassie menggeleng sambil tersenyum.

"Ke kantin yuk." ajaknya yang justru membuat Maudy mengerutkan alisnya bingung.

"Lo belum jawab pertanyaan gue ihhhhhh. Malah main gandeng-gandeng aja kayak truk."

"Tuh mulut bisa nggak nggak usah mirip kayak toa?"

"Anjir lo." jawab Maudy yang tetap mengikuti Cassie menuju kantin.

Saat mereka menuju ke kantin, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Cassie membuat gadis itu sedikit terhuyung ke arah Maudy.

"Kalau jalan tuh lihat-lihat dong!" sewot Maudy yang saat ini sedang mengambil botol minumannya yang terjatuh.

"Eh kalian, sorry ya Ca, Dy, gue tadi buru-buru."

Maudy menoleh ke suara tersebut dan tersenyum lebar ketika melihat Andy, ketua osis SMA Sentra berada di hadapan mereka sambil membawa beberapa berkas entah berisi apa.

"Ehh kak Andy, iya nggak papa kok." jawabnya membuat Cassie memutar bola mata malas melihat kelakuan Maudy.

"Sekali lagi maaf ya Ca, permisi." ucapnya membuat Cassie mengangguk dan tersenyum manis ke arah cowok itu.

Entah kenapa ada yang tidak suka dengan senyum itu, ada yang tidak suka bahwa kedua mata tadi harus bertatapan, dan tidak ada yang suka bila ada yang harus menyakiti seseorang yang entah sejak kapan sudah dianggapnya istimewa.

***

Sore itu pulang sekolah, Cassie yang sudah siap dengan jaket hijau army dan celana jeans hitam panjang serta sepatu vans hitamnya berjalan pelan menuju mobil sportnya yang sudah terparkir rapi di halaman depan rumahnya.

Gadis itu menoleh ketika adiknya berlari ke depan rumah dan melambaikan tangan seperti biasa sambil berteriak girang.

"Kakak pergi dulu ya."

"Pulang bawa es krim ya kak." ucapnya tersenyum lebar lalu menutup pintu.

Cassie masuk ke dalam mobilnya dan mulai keluar dari halaman tersebut menuju ke suatu tempat. Sudah lama dia tidak kesini dan entah kenapa hari ini dia sangat ingin menuju tempat itu untuk bermain satu putaran.

Mobil sport Cassie berhenti di sebuah arena balap mobil yang saat ini sudah ramai dengan beberapa orang dengan berbagai jenis mobil mereka masing-masing. Disini tempatnya sering mengisi kebosanan, disini dia selalu berlari jika ada masalah entah dengan siapapun, dan disini pula dia bisa meluapkan semua emosinya atas permasalahan yang dia dapat. Intinya, selain rumah, disinilah tempatnya biasa 'pulang'.

"Hai Cassandra, udah lama lo kamu nggak kesini, kemana aja?" sapa seseorang membuat Cassie tersenyum lebar dan menjabat tangan laki-laki tegap yang datang bersama seorang perempuan cantik di sampingnya.

"Hai om Devan, ini pasti tante Liona kan?"

"Oh hai, kamu sudah tau aku?" tanya Liona yang saat ini tersenyum manis ke arah Cassie.

"Om Devan sering cerita soal tante ke aku." jawab Cassie yang saat ini bergantian menjabat tangan Liona sambil tersenyum lebar.

"Mau main sekarang Cas?"

"Boleh."

Semua pemain pun segera dikerahkan dalam start yang sama dengan Devano sebagai jurinya. Cassie terdiam menatap jalan di depannya dari dalam mobil. Ketika bel sudah berbunyi gadis itu menancapkan gas semaksimal mungkin hingga berada di urutan paling depan. Dengan begini setidaknya emosinya bisa tercurahkan, dan dia bisa pulang dengan hati dan pikiran yang tenang.

"Kamu selalu jadi yang terbaik Cas." ucap Devan yang menepuk pelan bahu gadis itu dengan bangga.

"Makasih om, aku pulang ya." pamitnya yang diangguki oleh pasangan itu dengan senyuman.

Di perjalanan, gadis itu sedikit memicingkan matanya ketika melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi sedang dipukul habis-habisan oleh beberapa orang bertato.

"Danel?"

Ketika bayangan tersebut semakin jelas, ia memutuskan untuk menghentikan mobilnya dan segera turun menuju ke gang sempit tersebut. Dengan akalnya yang cerdik, ia menyalakan ringtone tembak yang dia punya hingga membuat orang-orang dengan wajah menyeramkan tersebut berlari terbirit-birit karena mengira polisi telah datang.

"Lo nggak papa?" tanya Cassie yang saat ini sudah ada didekat Danel yang sedang mengusap kasar sudut bibirnya yang berdarah.

"Kok lo bisa disini? tadi siapa Nel?"

"Bukan urusan lo." ucap Danel datar dan berusaha berdiri namun kembali terjatuh karena keadaannya masih lemah.

"Lo kenapa sih? udah deh diem aja, nurut sama gue." ucap Cassie yang saat ini memapah Danel menuju mobilnya.

Gadis itu meletakkan Danel dengan sedikit susah payah dan berlari ke seberang jalan untuk membeli sesuatu di supermarket. Tidak ada beberapa menit, ia kembali lagi ke mobil dan mengeluarkan sebotol alkohol, kapas, dan obat merah dari dalam kantung plastik yang tadi dibawanya.

Danel meringis membuat Cassie semakin hati-hati membersihkan luka di wajah cowok tersebut. Danel yang sadar jika jarak wajah mereka saat ini begitu dekat membuatnya leluasa menelusuri setiap sudut wajah gadis itu yang begitu tercetak sempurna.

"Kok lo bisa kayak gini sih?" tanya Cassie lalu meniup luka Danel yang baru saja dia beri obat merah.

"Gue cemburu Key."

Cassie terdiam, ia menurunkan tangannya dari dahi Danel dan menatap cowok itu dengan pandangan serius.

"Maksud lo?"

"Gue cemburu lihat lo senyum ke kak Andy tadi siang."

Gadis itu kembali terdiam sambil mengingat kejadian tadi siang yang dimaksud Danel.

"Apa sih? cuma gitu doang juga."

"Gue cuma takut Key, sebelum lo nyaman sama gue, lo udah terlanjur cinta ke orang lain."

"Danel."

"Key, gue sayang sama lo."

"Nel."

"Kalau sayang sama lo emang sesuatu yang salah, gue nggak peduli, gue rela kok jadi orang yang ngelakuin kesalahan itu."

Cassie terdiam dan segera mengemasi alat-alat tadi lalu mengeluarkan badannya dari mobil.

"Auuu." rintih gadis itu yang terbentur bagian atas mobil ketika buru-buru untuk menghindari Danel yang ternyata sangat berbahaya. Bagaimana bisa jantungnya berdegup tidak normal saat ini?

"Hati-hati bocah, lo grogi di deket gue?"

"Siapa bilang?!!!" tanyanya dengan nada tinggi sambil mengusap dahinya yang benar-benar sakit.

"Mata lo." bisik cowok itu yang saat ini sudah di sampingnya lalu segera berlalu menuju motor hitamnya yang masih ada di dalam gang.

"Makasih sayang buat yang tadi."

"Dasar cowok aneh." gumam Cassandra lalu tersenyum tipis sebelum ia menggelengkan kepalanya agar tidak ikut menjadi gila seperti Danel.

Nggak, nggak boleh.

💕 Danel danell, jangan bikin Caca sampek kepentok gitu dong, gimana sih lo. Jangan lupa vote and coment ya, terimakasih sudah membaca, menunggu, dan menyuport cerita ini. Lvyu gaes, maafin typo yang bertebaran ya, see you in next part. 💕🙏

Continue Reading

You'll Also Like

13.1M 370K 71
Sifatnya yang BadBoy tidak membuat cowok itu kehilangan para fans disekolah atau bahkan dimanapun ia berada. Cowok berparas tampan bahkan sangat tamp...
77.8K 11.4K 66
Pasukan Biru bukan sebuah gangster, gang motor atau sekumpulan mafia yang kerjaannya jual barang ilegal dan jadi kejaran pihak berwajib. Pasukan Biru...
1M 42.3K 58
Kai sangat membenci Ana. Baginya Ana hanyalah parasit penganggu yang menyebalkan. Mengganggu kehidupannya, dan perlahan menghancurkan semunya. Baginy...
ALDANEL By .

Teen Fiction

3.6M 220K 36
SUDAH TERBIT!!!!!! cek ig : @setiase @gloriouspublisher16 ya pipel Ketika es harus bertemu dengan batu, mungkinkah ada air yang menjadikan mereka es...